PENDAHULUAN
Oleh karena itu makalah ini kami susun berdasarkan beberapa aspek penilaian
disebabkan karena banyaknya pendapat para ulama tentang tata cara berwudhu.
Sebelum melaksanakan ibadah, setiap manusia diwajibkan untuk berwudhu agar
mereka suci dan bersih dari hadats kecil.
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dijawab dalam makalah ini adalah:
I.2. Tujuan penulisan :
1. Untuk mengetahui tata cara berwudhu yang baik dan benar sesuai dengan ajaran dan
hukum islam yang berlaku agar ibadah shalat kita menjadi sah.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa wudhu’ berarti bersih dan indah. Sedangkan menurut syara’, wudhu
berarti membersihkan anggota tubuh tertentu (muka, kedua tangan, kepala dan kedua kaki)
dari najis dan mensucikan diri dari hadats kecil sebelum melaksanakan ibadah kepada Allah
SWT.Wudhu’ adalah suatu syarat untuk sahnya shalat yang dikerjakan sebelum orang
mengerjakan shalat.
Kata wudhu merupakan kata serapan dari Bahas Arab yang sudah lazim diucapkan
dengan fasih oleh kaum muslim Indonesia. Adapun artinya, dalam kamus bahasa Indonesia
tertulis : menyucikan diri (sebelum sembahyang) dengan membasuh muka, tangan, kepala,
dan kaki. Sedangkan dalam bahasa Arab kata wudhu’ merupakan turunan dari kata kerja
(fi;il) wadhu’ayadha’u yang artinya: bersih. Kemudian, ketika kata ini menjadi istilah dalam
fikih (hukum islam), arti kata wudhu’ adalah: perbuatan mengambil wudhu, yaitu
menggunakan air yang suci lagi menyucikan untuk meratakannya pada anggota-anggota
tubuh tettentu sebagaimana yang di jelaskan dan di syari’atkan (ditetapkan) oleh Allah s.w.t
serta diajarkan oleh Rasulullah s.a.w [1].
ِب ُرءُو َوا ْم َسحُوا ْال َم َراف ِِق إِ َلى َوأَ ْي ِد َي ُك ْم وُ جُو َه ُك ْم اغسِ لُوا
ْ َف الصَّال ِة إِ َلى قُمْ ُت ْم إِ َذا آ َم ُنوا ِينَ الَّذ ياأَ ُّي َها
ِ ْال َكعْ َبي إِ َلى َوأَرْ ُج َل ُك ْم سِ ُك ْم
ْن
Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat[2],
maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki". (Al-Maidah :6)
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,:
َ ْأَح إِ َذا أَ َح ِد ُك ْم ُصاَل ة
َي َت َوضَّأ َح َّتى دَث َ ُت ْق َب ُل اَل
“Tidak akan diterima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadats hingga dia berwudhu”
[Muttafaqun alaihi, Bukhari (135), Muslim (225)]
Hadits dari Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,
صاَل ة
َّ ال إِ َلى مْت ُ ْأ ُ ِمر إِ َّن َما
ُ ُق إِ َذا ِب ْالوُ ضُو ِء ت
“Hanyasanya aku diperintah untuk berwudhu apabila hendak melakukan shalat” [HR. Abu
Dawud (3760), Tirmidzi (1848)]
Terdapat hadis yang panjang, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya sebagai
berikut :
“Bila seorang hamba berwudhu lalu berkumur-kumur, maka keluarlah dosa-dosa dari
mulutnya ; jika ia membersihkan hidung, maka dosa-dosanya akan keluar dari hidungnya,
begitu juga tatkala ia membasuh muka, maka dosa-dosanya akan keluar dari mukanya
sampai-sampai dari bawah pinggir kelopak matanya. Jika ia membasuh kedua tangan, maka
dosa-dosanya akan keluar dari kedua tangan ia sampai-sampai dari bawah kukunya,
demikian pula halnya dengan ia menyapu kepala, maka dosa-dosanya akan keluar dari
kepala bahkan dari kedua telinganya. Begitupun tatkala ia membasuh kedua kaki, maka
keluarlah dosa-dosa tersebut dari dalamnya, sampai-sampai bawah kuku jari-jari kakinya.
Kemudian tinggallah perjalanannya ke masjid dan shalatnya menjadi pahala yang bersih
baginya “(HR. Malik, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim).[2]
Tidaklah sah apabila seseorang yang meninggalkan salah satu rukun (fardunya)
wudhu. Adapun rukun-rukun wudhu itu adalah :
1. Niat Untuk mengerjakan wudhu. Niat itu letaknya di dalam hati. Adapun niatnya yaitu :
2. Membasuh seluruh muka, yakni antara tempat tumbuh rambut kepala yang wajar
hingga ke bawah janggut dan secara melintang antara kedua belah daun telinga[3]
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
6. Tertib (berurutan) artinya mendahulukan anggota wudhu yang seharusnya didahulukan
dan mengakhiri yang seharusnya diakhiri
II.4. Syarat Sah Wudhu[4]
· Islam; orang yang tidak beragama islam tidak sah melaksanakan wudhu.
· Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudhu, misalnya getah, cat
dan sebagainya
· Tidak ada najis pada tubuh, sehingga merubah salah satu sifat air yang suci lagi
mensucikan.
- Air yang digunakan untuk berwudu’ harus air yang mutlaq / suci.
- Untuk sah nya wudu’, disyaratkan adanya waktu yang cukup untuk wudu’ dan salat,
dalam arti bahwa setelah berwudu’ yang bersangkutan masih memungkinkan untuk
melaksanakan shalat yang dimaksud pada waktunya yang telah ditentukan. Sedangkan jika
waktunya sempit, dimana jika ia berwudu’ maka keseluruhan salatnya atau sebahagian
salatnya berada diluar waktu salat yang telah ditentukan, sementara jika ia tayammum maka
keseluruhan salatnya masih bias ia laksanakan, maka dalam hal ini ia wajib tayammum,
maka apabila ia berwudu’, maka batallah wudu’nya.
- Melaksanakan wudu sendiri, tidak boleh diwakilkan oleh orang lain
- Wajib bersifat segera. Artinya, tidak ada tenggang waktu yang panjang dalam
membasuh nggota wudu yang satu dengan yang lain, sebelum kering. Kecuali airnya kering
karena terkena sinar matahari, ataupun panas badan.
II.5. yang membatalkan Wudhu menurut beberapa madzhab
Imam Syafi’i membagi penyebab batalnya wudhu seseorang menjadi 4 perkara. Empat
perkara tersebut adalah sebagai berikut.
Segala sesuatu yang keluar melalui salah satu jalan keluarnya najis (qubul dan
dubur) merupakan penyebab batalnya wudhu seseorang. Akan tetapi, menurut Imam Syafi’i,
air mani yang keluar dari tubuhnya sendiri (bukan air mani yang menempel) bukan
penyebab batalnya wudhu. Ini karena jika seseorang mengeluarkan air mani maka dia wajib
mandi. Air mani adalah air yang memancar keluar dari kemaluan, biasanya pada saat
berhubungan intim.
Hilang akal merupakan salah satu penyebab wudhu seseorang batal. Hilang akal di
sini dapat disebabkan oleh pingsan, gila, atau tidur. Namun, tidur yang dilakukan dalam
posisi duduk tidak membatalkan wudhu.
Penyebab lain batalnya wudhu seseorang adalah bertemunya dua kemaluan laki-laki
dan perempuan. Baik yang terjadi secara disengaja ataupun tidak.
Hal terakhir yang membatalkan wudhu adalah menyentuh kemaluan dengan telapak
tangan.
Madzhab Hambali berpendapat bahwa semua yang keluar dari dua jalan, yaitu qubul
dan dubur adalah penyebab batalnya wudhu. Hal ini dikecualikan bagi orang yang sedang
berhadats. Dengan demikian, wudhu orang tersebut tidak batal. Hal tersebut merupakan
keringanan baginya atas kesulitan yang dihadapi.
Najis yang keluar dari badan (selain dari qubul dan dubur) tidak membatalkan
wudhu, kecuali jika keluar dalam jumlah yang banyak.
3. Hilang akal
Imam Ahmad berpendapat, hilang akal yang disebabkan oleh pingsan, gila, mabuk
(ringan ataupun berat), serta tidur ringan dalam posisi rukuk, sujud, ataupun berbaring
adalah hal yang dapat membatalkan wudhu.
Menyentuh kemaluan laki-laki atau perempuan dengan syahwat merupakan hal yang
membatalkan wudhu. Kecuali, menyentuh kemaluan anak kecil di bawah usia 7 tahun tanpa
adanya syahwat.
Maksud memandikan jenazah di sini adalah orang yang turut serta memegang
jenazah secara langsung. Bukan yang menyiramkan air ke tubuh jenazah.Hal tersebut dapat
membatalkan wudhu karena orang yang memegang tubuh jenazah pada umumnya akan
menyentuh bagian kemaluan si jenazah.
Menurut Imam Ahmad, hal-hal yang menyebabkan seseorang wajib mandi otomatis
menyebabkan orang tersebut wajib berwudhu pula. Di antaranya:Berhubungan
badan,Keluar mani,Islamnya orang kafir,Orang murtad yang kembali memeluk Islam[6]
Imam Malik membagi penyebab batalnya wudhu menjadi 3 garis besar. Tiga garis besar
tersebut adalah ahdats, asbaab, dan ar- riddah wa asy-syak. Berikut ini penjelasannya.
Ahdats yaitu apapun yang dapat keluar dari dubur (lubang bagian belakang) dan
qubul (kemaluan) adalah najis. Misalnya:Kotoran,Air seni,Angin (baik yang disertai dengan
suara ataupun tidak),Wadi (air putih kental yang keluar ketika buang air kecil),Madzi (air
yang keluar dari kemaluan karena syahwat),Mani (air yang memancar keluar dari kemaluan,
biasanya pada saat berhubungan intim),Hadi (air yang keluar dari kemaluan seorang wanita
pada saat melahirkan),Darah istihadhoh (darah yang keluar secara terus-menerus di luar
darah haid, atau biasa disebut darah karena penyakit)
Apakah jika yang keluar dari dubur dan qubul merupakan sesuatu yang tidak umum
dapat membatalkan wudhu juga? Imam Malik berpendapat, jika dari kedua lubang tersebut
keluar sesuatu yang tidak umum – seperti cacing, kerikil, darah dan nanah – ini tidak
membatalkan wudhu karena bukan merupakan najis.
Ø Hilang akal
Hilang akal di sini, dapat disebabkan oleh pingsan, gila, ataupun mabuk yang
disebabkan mengkonsumsi minuman keras.
Ø Menyentuh kemaluan
Menyentuh kemaluan dengan menggunakan telapak tangan atau ibu jari yang
disertai dengan syahwat dan tanpa menggunakan alas menyebabkan wudhu seseorang
batal.
Ø Berciuman
Berciuman baik yang disertai dengan syahwat atau pun tidak akan membatalkan wudhu.
Imam Malik berpendapat bahwa Ar-Riddah dan Asy-Syak merupakan perkara yang
membatalkan wudhu seseorang. Apa yang dimaksud dengan Ar-Riddah dan Asy-Syak?
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Berwudhu adalah tindakan yang harus dilakukan seorang Muslim sebelum melaksanakan
shalat, karena wudhu sendiri merupakan salah satu syarat sah shalat.Pengertian wudhu
sendiri menurut syara’ adalah, membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadats
kecil.
1. Niat: hendaknya berniat menghilangkan hadast kecil, dan cara melakukannya tepat pada
waktu membasuh muka, sesuai dengan pengertian niat itu sendiri.
2. Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga bawah dagu, dan
dari telinga kanan hingga telinga kiri)
Syarat-syarat wudhu
1. Beragama IslamMumayiz
Keluarnya sesuatu dari dua jalan, yaitu dari qubul dan dubur. seperti buang air kecil, buang
air besar, keluar angin (kentut) dan lain lain.
1. Hilang akal
2. Bersentuhannya kulit laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya tanpa memakai tutup
atau penghalang.
3. Menyentuh kemaluan (qubur/dubur) meskipun kemaluannya sendiri tanpa memakai tutup.
III.2. Saran
Jika kita hendak melaksanakan sholat,maka berwudhu lah dengan syarat sah yang telah
dianjurkan oleh nabi,karena syarat sah sholat adalah suci dari hadas besar dan kecil.makalah ini
belum sempurna maka kami sangat meminta kritik dan saran agar pembuatan makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
http://zulkhulafair.blogspot.co.id/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
http://maqollah.blogspot.co.id/2013/10/makalah-wudhu.html?m=1
Drs. H. Moh. Rifa’I, Ilmu Fiqih Islam Lengkap. (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1978).
http://surat-alquran.blogspot.co.id/2012/09/wudhu.html?m=1
http://fikihumatislam.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-wudhu.html?m=1
https://almanhaj.or.id/754-wudhu.html
http://www.fiqihmuslim.com/2014/09/hal-hal-yang-membatalkan-wudhu.html?m=1
http://www.fiqihmuslim.com/2014/09/rukun-wudhu.html?m=1