Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“THAHARAH”

Makalah ini Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqih

Dosen Pembimbing : Dr. H. Abd. Faishol, M.Hum.

Disusun oleh:

Qasna Alfiyah 226141035

Rista Eka Saputri 226141043

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

TP.2023
THAHARAH

1. MACAM-MACAM AIR

،‫ وماء العين‬،‫ وماء البںٔر‬،‫ وماء النهر‬،‫ وماء البحر‬،‫ ماء السماء‬:‫المياه التي يجوز بها الطّهير سبع مياه‬
‫ وماء البرد‬،‫وماء الثلج‬

Air yang boleh digunakan untu bersuci adaa tujuh, yaitu: air hujan, air laut, air sungai, air
sumur, air mata air, air salju, dan air embun.

Bersuci bisa dilakukan dengan jenis air yang keluar dari bumi dan turun dari langit.

‫ وهو الماء‬،‫ وطاهر مطهر مكروه‬،‫ وهو الماء المطلق‬،‫ طاهر مطهر غير مكروه‬:‫ثم المياه علی أربعة أقسام‬
‫ وهو‬،‫ وماء نج‬.‫ والمتغير بما خالطه من الطاهرات‬،‫ وهو الماء المستعمل‬،‫ وطاهر غير مطهر‬.‫المشمس‬
‫ والقلتان خمسماںٔة رطل بغدادي تقريبا في‬.‫ أو كان قلتين فتغير‬،‫ وهو دون القلتين‬،‫الذي حلت فيه نجاسة‬
‫أالصح‬

Kedudukan air dibagi menjadi empat:

1. Air Muthlaq: air suci yang menyucikan


Contoh: air hujan, air salju, air sungai, dll.
2. Air Musyammas: air suci dan menyucikan yang makruh. Sebab kemakruhan airnya
adalah karena bisa menyebabkan penyakit kusta atau yang lainnya. Hukum makruhnya
hana berlaku jika air tersebut digunakan di negeri yang panas ssperti Hijaz.
Contoh: Air yang dipanaskan dalam bejana logam dengan memakai panas matahari.
3. Air Musta’mal: air suci namun tidak menyucikan. Air tersebut sudah berubah karena
bercamur dengan benda-benda suci atau air tersebut sudah digunakan untuk
menghilangkan hadats.
Contoh: air bekas wudhu dan air bekas mandi.
4. Air Najis: air yang sudah bercampur dengan benda najis dan jumlahnya tidak sampai dua
qullah atau mencapai dua qullah namun berubah warna, rasa, atau baunya. Dua qullah
setara dengan lima ratus liter Baghdad.

2. PENYAMAKAN KULIT BANGKAI

‫ وعظم الميتة وشعر ها‬.‫ إال جلد الكلب والخترير وما تولد منهما أو من أحدهما‬،‫وجلود الميتة تطهر بالدباغ‬
‫نجس إال آالدم‬

Kulit bangkai binatang bisa menjadi suci jika disamak, kecuali kulit anjing dan babi serta
benda-benda yang bersumber dari keduanya atau salah satu dari keduanya. Tulang dan bulu
bangkai adalah najis kecuali mayatt manusia.

● Disamak artinya dihilangkan bagian lembabnya yang akan merusak keawetannya, yaitu
jika setelah direndam di dalam air maka bau busuknya tidak akan kembali
● Kulit babi dan anjing tetap najis walaupun disamak, itu karena kedua hewan tersebut
najis dan haram selama hidup dan tetap dihukumi tidak suci setelah kematiannya
● Bangkai adalah semua hewan yang mati bukan karena disembelih atas nama Allah
terkecuali bangkai hewan laut yang dihukumi suci. Kenajisannya diikuti oleh kenajisan
bagian-bagian lainnya.

ُ‫ُح ِّر َمتْ َعلَ ْي ُك ُم ا ْل َم ْيتَة‬

Diharamkan bangkai bagi kalian. (Al-Maidah: 3)

● Mayat manusia hukumnya tidak najis begitu juga bagian-bagiannya yang lain. Akan
tetapi diharamkan memakan daging manusia adalah karena kemuliaannya. Hal itu
diperkuat dengan dalil surat Al-Isra’ ayat 70:

‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ٓى َءادَم‬

Kami telah memuliakan anak Adam.


3. LARANGAN MENGGUNAKAN EMAS DAN PERAK SEBAGAI BEJANA

‫ و يجوز استعمال غير هما من أالواني‬،‫وال يجوز استعمال أو اني الذهب أو الفضة‬

Tidak boleh menggunakan bejana (wadah) emas dan perak dan boleh menggunakan bejana
selainnya.

● Bukhari (5110) dan Muslim (2067) meriwayatkan dari Hudzaifah Ibnul Yaman bahwa dia
mendengar Rasulullah bersabda:

ِ ‫ض ِة َوالَ تْأ ُكلُوا فِي‬


‫ص َحافِها فَِإنَّها لَ ُهم فِي ال ُّد ْنيا‬ َّ ِ‫ب َو الف‬ َّ ‫ش َربُو فِي ٓانِيَ ِة‬
ِ ‫الذ َه‬ ْ َ‫اج َوالَ ت‬ ُ َ‫الَتَلب‬
َ َ‫سوا الح ِري َر َوالَ الدِّيب‬
ِ ‫َولَنَا فِي‬
.‫آالخ ِر ِه‬

Janganlah kalian memakai sutra. Janganlah kalian minum dari bejana emas dan perak dan
jangan pula makan dengan memakai piringnya. Sesungguhnya semua itu adalah untuk mereka
(orang-orang kafir) di dunia dan untuk kita di akhirat.

● Hukum dasar penggunaan bejana emas dan perak adalah mubah sampai ada dalil yang
jelas untuk mengharamkannya
● Hukum tersebut berlaku bagi laki-laki dan perempuan.

4. HUKUM BERSIWAK

‫ عند تغير الفم‬:‫ وهو في ثالثة مواضع أشد استحبابا‬،‫ إال بعد الزوال للصاںٔم‬،‫والسواك مستحب في كل حال‬
‫ وعند القيام إلی الصالة‬،‫ وعند القيام من انوم‬،‫من أزم و غيره‬

Bersiwak itu disunnahkan dalam segala keadaan kecuali setelah tergeincirnya matahari bagi
orang yang berpuasa. Bersiwak sangat disunnahkan sekali dalam tiga hal, yaitu:
1. Ketika bau mulut berubah karena sudah terlalu lama tidak makan maupun minum dan
sebagainya.
2. Ketika bangun tidur.
3. Ketika akan mengerjakan sholat.

● Siwak adalah alat untuk menggosok gigi. Menggunakan sesuatu yang kasar untuk
menghilangkn kotoran di gigi dinilai sebagai Sunnah. Akan tetapi, memakai kayu siwak
al-arak yang terkenal untuk menggosok gigi lebih diutamakan.
● Setelah tergelincir matahari orang yang berpuasa makruh untuk bersiwak. Biasanya orang
yang berpuasa tidak memiliki bau mulut kecuali setelah tergelincirnya matahari.
Memakai siwak justru akan menghilangkan bau mulut khas dari orang yang berpuasa.

ْ ‫ح ا ْل ِم‬
‫س ِك‬ ُ َ‫صاںِٔ ِم َأ ْطي‬
ِ ‫ب ِع ْن َد هَّللا ِ ِمنْ ِر ْي‬ َّ ‫لَ ُخلُوفُ فَ ِم ال‬

Bau mulut orang yang berpuasa lebih baik di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. (Bukhari:
1795 dan Muslim: 1151)

5. RUKUN DAN SUNNAH WUDHU

‫ ومسح‬،‫ وغسل اليدين إلی مرفقين‬،‫ وغسل الوجة‬،‫ النية عند غسل الوجة‬:‫وفروض الوضوء ستة أشياء‬
‫ والترتيب علی ما ذكرناه‬،‫ وغسل الرجلين إلی الكعبين‬،‫بعد الرأس‬

Rukun/fardhu wudhu ada enam, yaitu:

1. Niat ketika membasuh muka


2. Membasuh muka
3. Membasuh kedua tangan sampai ke siku
4. Mengusap sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
6. Tertib
● Surah Al-Maidah ayat 6 menjadi dasar dari disyariatknnya wudhu dan rukun-rukunnya.

‫وس ُك ْم َوَأ ْر ُجلَ ُك ْم‬ ۟ ‫س ُح‬


ِ ‫وا بِ ُر ُء‬ ۟ ُ‫سل‬
ِ ِ‫وا ُو ُجو َه ُك ْم َوَأ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ٱ ْل َم َراف‬
َ ‫ق َوٱ ْم‬ َّ ‫ٰيََٓأيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ٱل‬
ِ ‫صلَ ٰو ِة فَٱ ْغ‬
‫ِإلَى ٱ ْل َك ْعبَ ْي ِن‬

Hai orang-orang yang beriman! Apabila kalian hendak mengerjakan sholat maka basuhlah
muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku. Usaplah kepala kalian dan basuhlah kaki
kalian sampai dengan kedua mata kaki.

● Diriwayatkan dari Muslim (246) dari Abu Hurairah bahwa dia berwudhu. Membasuh
muka lalu menyempurnakannya. Kemudian membasuh tangan kanannya sampai ke otot
(siku) begitupun dengan tangan kirinya. Kemudian mengusap kepalanya. Kemudian
membasuh kaki kanannya sampai ke betis begitupun dengan kaki kirinya. Kemudian dia
berkata “Beginilah saya melihat Rasulullah berwudhu.”
● Diwajibkannya niat di awal didasarkan pada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh
Bukhori (1) dan Muslim (1907) dari Umar bin Khattab bahwa dia mendengar Rasulullah
bersabda: “Amalan-amalan itu sesuai dengan niatnya.”. Amalan itu tidak akan dianggap
syar’I kecuali jika diniatkan.

‫ ومسح جميع‬،‫ واالإستنشاق‬،‫ والمضمضة‬،‫ وغسل الكفين قبل إدخالهما االءناء‬:‫وسنة عشرة أشياء‬
‫ وتخليل أصابع اليدين و‬،‫ وتخليل اللحية الكثة‬،‫ ظاهر هما وباطنهما بهاء جديد‬:‫ ومسح أالذنين‬،‫الرأس‬
‫ والمواالة‬،‫ والطهارة ثالثا ثالثا‬،‫ وتقدم اليمنى علی اليسری‬،‫الرجلين‬

Sunnah wudhu ada sepuluh, yaitu:

1. Mengucap basmallah
2. Membasuh kedua telapak tangan
3. Berkumur-kumur
4. Istinsyaq, menghirup air kedalam hidung dan mengeluarkannya kembali
5. Mengusap semua bagian wajah
6. Mengusap kedua telinga, meliputi bagian dalam dan luar
7. Menyela jenggot yang tebal serta menyela jari-jari tangan dan kaki
8. Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri
9. Mencuci dan membersihkan setiap anggota wudhu masing-masing tiga kali
10. Muwalah, dilakukan beruntun.

Do’a setelah berwudhu

‫اج َع ْلنِى‬
ْ ‫اج َع ْلنِى ِمنَ التَّ َّوابِينَ َو‬ ُ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬
ْ ‫سولُهُ اللَّ ُه َّم‬ َ َ‫ش َه ُد َأنْ الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َو ْح َدهُ ال‬
ْ ‫ش ِري َك لَهُ َوَأ‬ ْ ‫َأ‬
َ َ‫ِمنَ ا ْل ُمت‬
َ‫ط ِّه ِرين‬

Saya bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah selain Allah yang tiada sekutu bagi-Nya.
Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah jadikanlah aku termasuk
orang-orang yang bertaubat dan jadikan pula aku termasuk orang-orang yang suci.

7. HUKUM ISTINJA
Abu Dawud (40) dan selainnya meriwayatkan dari Aisyah 16l; lrahwa Rasulullah ffi bersabda,

ٍ ‫ب اَ َح ُد ُك ْم اِاَل ْال َغا ِءدِئ ِط فَ ْليَ ْذهَبُ َم َعهُ بِثَلَثَ ٍة َأحْ َج‬
‫ار يَ ْستَ ِطيْبُ بِ ِه َّن‬ َ َ‫إ َذا َذه‬
‫فَِإنَّهَا تُجْ ِزُئ َع ْنه‬
Jika salah seorang di antara kalian membuang hajat, hendaknya dia membawa tiga buah batu
untuk beristinja' dengannya karena itu sudah mencukupi.

( ُ‫ ) يَ ْستَ ِطيْب‬artinya adalah beristinja’. lstinja' artinya adalah membersihkan diri dari bekas
najis. Disebabkan orang yang beristinja' membersihkan dirinya dengan menghilangkan rrajis di
tempat keluarnya. Istinja' cukup dengan semua benda kering dan bersih, seperti tisu dan lainnya.
8. ADAB MEMBUANG HAJAT
a. Mengenai larangan membuang hajat di tempat terbuka dengan menghadap kiblat atau
membelakanginya, Bukhari (386) dan Muslim Q64 meriwayatkan dari Abu Ayyub
Al-Anshary, dari Nabi, beliau bersabda,

ْ َ‫اِ َذا اَتَ ْيتُ ْم ا ْل َغاِئطَ فَاَل ت‬


ْ َ‫ستَ ْقبِلُ ْوا ا ْلقِ ْبلَةَ َواَل ت‬
‫ستَ ْدبِ ُرو َها َولَ ِكنْ ش َِّرقُوا‬
‫َأ ْو َغ ِّربُوا‬.
“Jika kalian membuang hajat, maka jangan menghadap ke kiblat dan membelakanginya,
tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat.”
Ini dikhususkan di padang pasir dan tempat-tempar yang tidak ada penutupnya. Hadits ini
untuk tempat yang tidak dipersiapkan unruk membuang hajat dan tempar yang tercakup
dalam kandungan maknanya, yaitu tempat-tempat yang tidak ada penutupnya.
Dalil pengkhususannya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari (148) dan Muslim
.(266) serta selain keduanya dari Ibnu Umar, dia berkata, "saya menaiki atap rumah
Hafshah untuk beberapa kebutuhanku. Kemudian saya melihat Nabi membuang
hajatnya dengan membelakangi kiblat dan menghadap ke Syam."
Hadits ini untuk tempat yang dipersiapkan untuk membuang hajat dan tempat yang
tercakup dalam kandungan maknanya. Ini adalah bentuk penggabungan di antara
dalil-dalil yang ada. Bisa jadi hukumnya menjadi makruh jika melakukannya di tempat
yang tidak dipersiapkan untuk membuat hajat, tetapi ada tutupnya.
b. Mengenai larangan tidak boleh membuang air kecil maupun air besar di air yang
menggenang, Muslim (281) dan selainnya meriwayatkan dariJabir bin Abdullah, dari
Nabi bahwa beliau melarang buang air kecil di air yang tidak mengalir. Buang air besar
lebih jorok dan lebih utama untuk dilarang. Larangan di sini adalah makruh. Dinukil dari
Imam Nawawi bahwa larangan di sini adalah pengharaman.
c. Mengenai larangan membuang hajat di jalanan dan tempat orang berteduh, Muslim (269)
dan selainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda,

ِ َ‫ َو َما اللَّعَّان‬: ‫اتَّقُوا اللَّعَّانَي ِْن قَالُوا‬


‫ اَلَّ ِذي يَتَ َخلَّی فِ ْي‬:‫ يَا َرس ُْو َل هَّللا ِ؟ قَا َل‬،‫ان‬
‫ْق َأ ْو فِ ْي ظَلِّ ِه ْم‬
ِ ‫طَ ِري‬
"Takutlah dengan dua laknat." Para sahabat bertanya, 'Apakah dua laknat itu, wahai
Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orangvyang buang air besar di jalan manusia dan
tempat mereka berteduh."
d. Mengenai larangan menghadap matahari dan bulan serta membelakangi keduanya, Imam
Nawawi menyebutkan di dalam Al-Majmfi' (1/30) bahwa hadits yang menyatakan hal ini
adalah dha'if, bahkan batil. Hukum yang benar dan masyhur adalah makruh menghadap
keduanya, bukan membelakanginya. Al-Khatib berkata dalam Al-lqnd' (7/46), "Pendapat
inilah yang dipegang."
e. Disunnahkan bagi orang yang membuang hajat untuk mengucapkan dzikir-dzikir dan
doa-doa yang berasal dari Rasulullah ffi sebelum masuk ke dalam toilet dan setelah
keluar.
Sebelum masuk ucapkanlah,

ِ ُ‫ اللَّ ُه َّم ِإنِّي َأع ُْو ُذبِ َك ِم َن ا ْل ُخب‬،ِ ‫س ِم هَّللا‬


‫ث َوا ْل َخبَاِئ ْث‬ ْ ِ‫ب‬
“Dengan nama allah, Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan
perempuan”, (HR. Bukhari 142, Muslim 375, dan Tirmidzi 606)

9. PERKARA YANG MEMBATALKAN WUDHU


Ada enam perkara yang membatalkan wudhu, yaitu:
i. Keluar sesuatu dari qubul (saluran untuk buang air kecil) atau dubur (saluran untuk
buang air besar). Bukhari (135) dan Muslim (225) meriwayatkan dari Abu Hurairah,
dia berkata: Rasululah bersabda,
‫ضًأ‬ ْ ‫أح ِد ُك ْم إ َذ‬
َ ‫أح َد‬
َّ ‫ث َحتَّی يَتَ َو‬ َ ُ ‫الض يَ ْقبَ ُل هَّللا‬
َ َ‫صاَل ة‬
“Allah tidak menerima shalat salah seorang di antara kalian apabila dia
berhadats sampai berwudhu.”
ii. Tidur berat dengan tidak meletakkan pantat di atas tanah.
Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud (203) dan selainnya dari Ali, bahwa
Rasulullah bersabda,
‫ضْأ‬
َّ ‫ان فَ َمنْ نَا َم فَ ْليَتَ َو‬
ِ َ‫س ِه ا ْل َغ ْين‬
َّ ‫ِو َكا ُء ال‬
“Kedua mata adalah pengawas dubur. Barangsiapa yang tertidur, hendahlah dia
berwudhu.”
Artinya, ketika bangun seseorang akan mengetahui apa yang keluar dari dalam
dirinya karena dia merasakannya. Jika dia tidur, maka dikhawatirkan sesuatu telah
keluar.
Tidur dengan meletakkan pantat di tanah tidak akan terjatuh jika seseorang tidak
bersandar pada apa pun. Wudhunya tidak batal karena dia merasakan apa yang
keluar. Hilangnya kesadaran diqiyaskan dengan tidur karena maknanya lebih
mendalam.
iii. Hilang kesadaran karena mabuk atau sakit.
iv. Bersentuhan kulit tanpa ada penghalang antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahramnya.
v. Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan.
Hadits yang diriwayatkan oleh imam hadits yang lima dari Bisrah binti Shafwan
bahwa Nabi bersabda,

vi. ‫ضًأ‬ َ ُ‫س َذ َك َرهُ فَاَل ي‬


َّ ‫صلِّي َحتَّی يَتَ َو‬ َّ ‫َمنْ َم‬
“Barangsiapa menyentuh kemaluannya, janganlah mendirikan shalat sampai
berwudhu.”

vii. Menyentuh lingkaran dubur manusia berdasarkan pendapat baru.


Batalnya wudhu orang yang menyentuh lingkaran dubur manusia merupakan
pendapat baru. Maksudnya adalah pendapat Imam Syafii di Mesir, baik dalam
bentuk karangan maupun fatwa. Pendapat ini diamalkan terus kecuali
masalah-masalah yang ditarjih oleh para imam madzhab terdahulu dan diungkapkan
nashnya.
10. PERKARA YANG MEWAJIBKAN MANDI
Perkara yang mewajibkan mandi ada enam. Tiga di antaranya mencakup laki-laki dan
perempuan, sedangkan tiga lainnya khusus untuk wanita.
● Untuk laki-laki dan wanita:
a. Bertemunya dua khitan (Behubungan badan)
Hadits ini merupakan dalil yang menunjukkan wajibnya mandi karena melakukan jima'
walaupun tidak sampai keluar mani, sebagaimana diungkapkan secara jelas oleh
riwayat Muslim.

” ‫ َواِنْ لَ ْم يُ ْن ِز ْل‬.”
b. Keluarnya mani.
Bukhari (278) dan Muslim (313) meriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwa Ummu
Sulaim datang kepada Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya Allah
tidak malu terhadap kebenaran. Haruskah perempuan mandi jika bermimpi?"
Rasulullah menjawab, "Ya, jika dia melihat air." Yaitu, mani atau cairan yang keluar
dari perempuan ketika berjima'. Maksud bermimpi dalam hadits di atas adalah
bermimpi bahwa dia disetubuhi.
c. Meninggal.

Bukhari (1195) dan Muslim (939) meriwayatkan dari Ummu Athiyyah


Al-Anshariyyah, dia berkata, "Rasulullah menemui kami ketika anak perempuannya
meninggal. Beliau lalu bersabda, "Mandikanlah dia. Mandikanlah dia. Mandikanlah
dia. "

● Khusus untuk wanita:


a. Haidh.

ِ ‫يض قُلْ هُ َو َأ ًذى فَٱ ْعتَ ِزلُواٱلنِّ َسٓا َء فِى ْٱل َم ِح‬
‫يض‬ ِ ‫ك َع ِن ْٱل َم ِح‬ َ َ‫َويَ ْسـَٔلُون‬
ُ ‫طهُرْ َن فَِإ َذا تَطَهَّرْ َن فَْأتُوهُ َّن ِم ْن َحي‬
‫ْث َأ َم َر ُك ُم‬ ْ َ‫َواَل تَ ْق َربُوهُ َّن َحتَّ ٰى ي‬
َ ِ‫ٱهَّلل ُ ِإ َّن ٱهَّلل َ ي ُِحبُّ ٱلتَّ ٰ َّوب‬
َ ۖ ‫ين َوي ُِحبُّ ْٱل ُمتَطَه ِِّر‬
‫ين‬
“Oleh sebab itu, hendaklah kalian menj auhkan diri dari w anita di waktu haidh
dan jangan mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereha telah suci,
maka campurilah mereh.a itu di tempat yang diperintahhan Allah hepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyuhai
orang-orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah l2l: 222)
Mereka telah suci, artinya mereka telah mandi Bukhari (314) meriwayatkan dari
Aisyah bahwa Rasulullah berkata kepada Fathimah binti Abu Jubaisy, "Jika haidh
datang, maka tinggalkanlah shalat. Jika telah berlalu, maka mandilah dan
kerjakanlah shalat."
b. Nifas.
Nifas diqiyaskan dengan haidh karena darah nifas adalah darah haidh yang
berkumpul.
c. Melahirkan
Ketika melahirkan, wanita wajib mandi karena anak yang keluar berasal dari
mani. Biasanya, darah keluar bersamanya.

11. RUKUN MANDI


Rukun/fardhu mandi itu ada tiga, yaitu:
a. Niat
Niat merupakan rukun seluruh ibadah. Hal ini berdasarkan hadits, “Sesungguhnya
setiap amalan itu sesuai dengan niatnya.”
b. Menghilangkan najis jika ada di badannya
Mengenai wajibnya menghilangkan najis yang ada di badan, Bukhari (246)
meriwayatkan dari Al-Maimunah, tentang mandinya Rasulullah, “Beliau
membasuh kemaluannya serta najis dan kotoran yang mengenainya.” Hadits ini
dinyatakan shahih oleh Imam Nawawi dalam kitab-kitabnya. Dia mengatakan
bahwa menghilangkannya cukup dengan cara membasuh untuk menghilangkan
hadats. Pendapat inilah yang dipegang. Jadi, menghilangkan kotoran sebelum
menuangkan air (ke badan) adalah sunnah. (Al-Iqnd’).
c. Mengalirkan dan meratakan air ke seluruh rambut dan kulit
Mengenai wajibnya mengalirkan dan meratakan air ke seluruh rambut dan kulit,
Bukhari (245) dan Muslim (216) meriwayatkan dari Aisyah rrja bahwa apabila
Nabi ffi mandi janabah, beliau memulai dengan membasuh kedua tangannya.
Kemudian berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Setelah itu, beliau
memasukkan jari-jarinya ke dalam air dan menyela akar-akar rambutnya.
Kemudian beliau menuangkan tiga ember air dengan kedua tangannya ke
kepalanya. Setelah itu, beliau menuangkan air ke seluruh badannya.
Abu Dawud (249) dan selainnya meriwayatkan dari Ali, bahwa dia berkata, saya
mendengar Rasulullah bersabda,

‫ض َع َش ْع َر ٍة ِم ْن َجنَابَ ٍة لَ ْم يَ ْغ ِسلُهَا فُ ِع َل بِهَا َك َذا َو َك َذا‬ َ ‫َم ْن تَ َر‬


ِ ‫ك َم ْو‬
ْ‫ ِم ْن النَّار‬.
“Barangsiapa meninggalkan tempat sehelai rambut ketika mandi janabah dan
tidak menuangkan air padanya, maka Allah akan melakukan ini dan ini padanya
dari neraka.”

12. SUNNAH MANDI

Sunnah mandi ada lima, yaitu:


1. Membaca basmalah.
Sunnah membaca basmalah berdasarkan hadits,

ِ ‫ال اَل يُ ْب َدُأ فِ ْي ِه بِبِس ِْم هّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬


‫ّحي ِْم فَهُ َو اَ ْقطَ ُع‬ ٍ َ‫ُكلٌّ اَ ْم ٍر ِذي ب‬
“Setiap perhara penting yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, maka ia terputus. (Kasyf Al-Khafd' : 19 64)”

Yang dimaksud perkara penting adalah perkara penting yang diperhatikan oleh syariat,
sedangkan maksud terputus adalah kurang dan sedikit berkahnya.
2. Berwudhu sebelum mandi.
3. Menggosokkan tangan ke badan.
Menggosokkan tangan ke badan adalah sebagai jalan keluar dari Perselisihan dengan
orang-orang yang mewajibkannya yaitu penganut madzhab Malikiyah.
4. Beruntun tanpa diselingi perbuatan lainnya.
5. Mendahulukan bagian kanan dari bagian kiri.
Maksud mendahulukan bagian kanan dari bagian kiri adalah bagian kanan badannya, baik bagian
punggung maupun bagian perut' Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari
(166) dan Muslim (268) dari Aisyah, dia berkata, "Nabi senang mendahulukan bagian kanan
ketika memakai sandal, menyisir, bersuci dan dalam seluruh urusannya'"
Maksud bersuci di sini adalah wudhu dan mandi'

13. MANDI YANG DISUNNAHKAN

Mandi yang disunnahkan ada 17, yaitu:

● Mandi ketika akan mengerjakan sholat Jumat

ْ‫ِإ َذا َجا َء َأ َح َد ُك ْم ِإلَی ال ُج ُم َع ِة فَ ْليَ ْغت َِسل‬

Jika salah seorang di antara kalian pergi mengerjakan sholat Jumat, maka hendaknya dia mandi

● Mandi ketika akan mengerjakan sholat idul fitri


● Mandi ketika akan mengerjakan sholat idul adha
● Mandi ketika akan mengerjakan sholat istisqa'
● Mandi ketika akan mengerjakan sholat khusuf
● Mandi setelah memandikan jenazah

‫ضْأ‬
َّ ‫َما َغ َّس َل َميِّتًا فَ ْليَ ْغت َِسلْ َو َم ْن َح َّملَهُ فَ ْليَتَ َو‬

Barang siapa memandikan maya, hendaklah dia mandi. Barangsiapa memikulnya, hendaknya
dia berwudhu.

● Mandi bagi orang kafir setelah masuk Islam

Diriwayatkan dari Abu Dawud (355) dan Tirmidzi (605) meriwayarkan dari Qais bin Ashim dia
berkata, "Saya mendatangi Nabi karena ingin masuk Islam. Beliau lalu memerintahku untuk
mandi dengan air dan sidr, yaitu daun yang ditumbuk dari pohon tertentu."

Hukumnya mandi ini tidak wajib karena Rasulullah tidak memerintahkan setiap orang yang
masuk Islam untuk mandi.

● Mandi bagi orang yang sembuh dari gila


● Mandi bagi orang yang sadar dari pingsan
● Mandi ketika akan mengerjakan ihram
Tirmidzi (830) meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit "bahwa Nabi melepas pakaiannya untuk ihram
dan mandi."

● Mandi ketika akan memasuki Makkah

Bukhari (1478) dan Muslim (1259) meriwayatkan dari Ibnu Umar "bahwa jika

berangkat ke Mekkah, dia tidak akan bermalam kecuali di DzuThuwa sampai pagi hari dan
mandi. Kemudian masuk ke Mekkah ketika siang hari."

● Mandi ketika akan wukuf di Arafah


● Mandi ketika akan mabit di Muzdalifah
● Mandi ketika akan melempar tiga jumrah
● Mandi ketika akan mengerjakan thawaf
● Mandi ketika akan mengerjakan sa'i
● Mandi ketika akan memasuki Madinah

Anda mungkin juga menyukai