Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Memelihara Jenggot dan Etika Minum Berdiri


Pemahaman dalam Kajian Maqasyid Al-Shariah

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Anshori

Disusun Oleh :

1. Rohmat Febrianto (22105050068)


2. Muhamad Toha (22105050039)
3. Muhammad Ni’am Jisam (22105050054)

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA


A. Latar Belakang

Hadis adalah sumber utama dalam Islam yang berisi ajaran, tindakan, dan
perkataan Nabi Muhammad SAW. Dalam hadis, terdapat berbagai petunjuk terkait
dengan tata cara beribadah, etika, dan tindakan sehari-hari yang menjadi bagian penting
dalam kehidupan umat Islam. Dua dari banyak hadis yang mencakup perintah
memelihara jenggot dan larangan minum berdiri menunjukkan betapa rinci dan
mendalamnya ajaran Nabi Muhammad SAW

Kajian Maqashid Al-Shariah adalah pendekatan pemahaman hukum Islam yang


menekankan pemahaman terhadap tujuan (maqashid) dari hukum-hukum dalam Islam.
Pendekatan ini memandang hukum Islam sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu yang mendasari agama ini. Dalam konteks hadis perintah memelihara
jenggot dan hadis larangan minum berdiri, kajian maqashid dapat memberikan wawasan
yang lebih dalam tentang tujuan-tujuan atau maksud yang mendasari perintah dan
larangan ini dalam Islam.

Hadis Perintah Memelihara Jenggot: Dalam kajian maqashid, hadis perintah


memelihara jenggot dapat dipahami sebagai bagian dari usaha untuk mencapai tujuan-
tujuan maqashid al-shariah, seperti menjaga dan memelihara martabat individu dan
komunitas Muslim, menghormati nilai-nilai estetika, dan membedakan umat Islam dari
masyarakat lain. Memelihara jenggot bisa dilihat sebagai salah satu cara untuk mencapai
tujuan-tujuan ini.

Hadis Larangan Minum Berdiri: Dalam konteks maqashid al-shariah, larangan


minum berdiri juga dapat dipahami sebagai upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Larangan ini dapat dikaitkan dengan tujuan-tujuan seperti menjaga kesehatan dan etika
dalam makanan dan minuman, menghormati proses makanan dan minuman sebagai
karunia Allah, dan membentuk perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menggunakan pendekatan kajian maqashid, kita dapat mencari


pemahaman yang lebih mendalam tentang tujuan dan maksud di balik perintah dan
larangan dalam Islam. Ini membuka pintu untuk mendiskusikan bagaimana praktik-
praktik ini berkontribusi pada pemenuhan tujuan-tujuan yang lebih besar dalam agama
Islam, seperti keadilan, kesejahteraan sosial, dan moralitas. Sehingga, menggabungkan
aspek kajian maqashid dalam penelitian atau analisis mengenai hadis perintah
memelihara jenggot dan larangan minum berdiri dapat memberikan perspektif yang lebih
dalam dan lebih holistik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hadis perintah memelihara jenggot dan hadis larangan minum berdiri dapat
dikaitkan dengan tujuan-tujuan maqashid al-shariah dalam Islam, seperti menjaga
martabat individu, kepantasan, dan kesejahteraan umat Muslim?
2. Bagaimana pemahaman dan praktik umat Islam terkait perintah memelihara jenggot
dan larangan minum berdiri bervariasi di berbagai konteks sosial dan budaya, dan
sejauh mana variasi ini memengaruhi pencapaian tujuan-tujuan maqashid?
3. Bagaimana perintah memelihara jenggot dan larangan minum berdiri mencerminkan
nilai-nilai etika dan moral dalam Islam, dan bagaimana praktik-praktik ini dapat
memberikan kontribusi positif pada pembentukan perilaku dan karakter umat Islam
dalam kehidupan sehari-hari?

C. Pembahasan

Arti lihyah (jenggot) menurut Ibnu Said dalam kitab Lisan al-Arab jenggot adalah
nama untuk rambut yang tumbuh pada kedua pipi dan juga nama untuk rambut yang
tumbuh pada dagu

Hadits Bukhari Nomor 5442

ُ َّ ‫صلَّى‬
‫َّللا‬ َ ِ ‫ع ْن ال َّن ِبي‬
َ ‫ع َم َر‬ ُ ‫ع ْن اب ِْن‬ َ ‫ع ْن نَاف ٍِع‬ َ ‫ع َم ُر بْنُ ُم َح َّم ِد ب ِْن زَ ْي ٍد‬ُ ‫َحدَّثَنَا ُم َح َّمد ُ ْب ُن مِ ْن َها ٍل َحدَّثَنَا َي ِزيد ُ بْنُ ُز َري ٍْع َحدَّثَنَا‬
‫علَى ِل ْح َيتِ ِه فَ َما‬َ ‫ض‬ َ ‫ب َوكَانَ ا ْب ُن عُ َم َر ِإذَا َح َّج أ َ ْو ا ْعت َ َم َر قَ َب‬ َ ‫ش َو ِار‬ ِ ‫سلَّ َم قَا َل َخا ِلفُوا ْال ُم ْش ِركِينَ َوفِ ُروا‬
َّ ‫الل َحى َوأَحْ فُوا ال‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
‫ضلَ أ َ َخذَ ُه‬ َ َ ‫ف‬

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Minhal telah menceritakan kepada
kami Yazid bin Zurai' telah menceritakan kepada kami Umar bin Muhammad bin Zaid
dari Nafi' dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Selisihilah orang-orang musyrik, panjangkanlah jenggot dan cukurlah kumis kalian."
Sedangkan apabila Ibnu Umar berhaji atau Umrah dia memegang jenggotnya dan
memotong selebihnya.”

Berjenggot merupakan tradisi umat Muslim pada zaman Nabi dahulu, karena
hampir setiap Muslim memiliki jenggot baik yang sedikit dan ada juga yang amat lebat,
bahkan menurut riwayat Nabi Muhammad Saw sendiri juga memiliki jenggot yang
cukup lebat. Dalam sejarah kenabian, terutama ketika hendak berperang melawan orang-
orang kafir, Nabi Muhammad Saw menganjurkan kepada seluruh kaum muslimin untuk
memelihara jenggot mereka dan mencukur habis kumis. Nabi memiliki alasan tertentu
dalam memerintah umatnya untuk melakukan hal tersebut, yaitu bertujuan agar nampak
berbeda antara kaum muslimin dan kaum musyrik. Sedangkan dalam hadits lainnya
menjelaskan bahwa tujuan untuk memotong kumis dan membiarkan jenggot itu adalah
agar mereka berbeda dengan kaum Majusi

Hadits Muslim No. 383

‫وب َم ْولَى‬
َ ُ‫الر ْح َم ِن ب ِْن يَ ْعق‬ َ ‫َحدَّثَنِي أَبُو بَ ْك ِر ْب ُن إِ ْس َحقَ أ َ ْخ َب َرنَا ا ْب ُن أَبِي َم ْريَ َم أ َ ْخ َب َرنَا ُم َح َّمد ُ ْب ُن َجعْف ٍَر أ َ ْخ َب َرنِي ْالعَ َل ُء ْب ُن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬
‫ب َوأ َ ْر ُخوا الل َِحى خَا ِلفُوا‬ َّ ‫سلَّ َم ُج ُّزوا ال‬
َ ‫ش َو ِار‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ َقالَ َقا َل َرسُو ُل‬ َ ‫ع ْن أَبِي ِه‬ َ ‫ْال ُح َرقَ ِة‬
َ ‫ْال َم ُج‬
‫وس‬

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Ishaq telah mengabarkan kepada kami
Ibnu Abu Maryam telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far telah
mengabarkan kepadaku al-Ala' bin Abdurrahman bin Ya'qub mantan budak al-Huraqah,
dari bapaknya dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Cukurlah kumis dan panjangkanlah jenggot. Selisihilah kaum Majusi."

Bila dilihat asbabul wurud secara makro dari seluruh hadits Nabi diatas, keadaan
masyarakat di Jazirah Arab sangat memungkinkan untuk menumbuhkan jenggot karena
mereka dikaruniai bulu yang lebat. Memang kebanyakan ulama salaf pada masanya tidak
ada yang mencukur jenggotnya, atau membiarkannya lebat, tetapi ada sebagian saja yang
memang mereka tidak memerlukan itu. Karena memelihara jenggot waktu itu sudah
menjadi kebiasaan mereka. Dengan demikian para ulama salaf serta pengikutnya
memang berusaha untuk mengikuti beberapa ajaran ulama salaf terdahulu yang ajarannya
sesuai dengan bunyi hadits Nabi1

Ada beberapa alasan mengenai aturan larangan mencukur jenggot yaitu:

1. untuk membedakan kaum muslim dengan kaum Yahudi dan Nasrani pada masa itu
yang juga memelihara jenggot dan kumis, serta jambang.
2. Alasan kedua, jenggot merupakan perhiasan laki-laki, dengan jenggot Allah
membedakan antara laki-laki dan perempuan dan termasuk tanda-tanda
kesempurnaan.

Jenggot adalah alami bagi kaum Adam, layaknya kumis atau jambang, beberapa
tahun yang lalu, Jenggot seakan-akan selalu merujuk pada kesan teroris atau kelompok
Islam radikal. Banyak kasus di dunia nyata, di berbagai belahan dunia, diskriminasi
jenggot ini menjadi masalah yang serius, meskipun kadang terkesan konyol. Sebagai
contoh yang sangat sederhana, pada tahun 2009, seorang petinju Inggris bernama
Mohammed Patel yang beragama Islam dan memelihara jenggot dilarang bertanding.
Panitia pertandingan tinju di Bolton Lads and Girl’s Club Annual Boxing Night
melarang Patel untuk bertanding, kecuali ia bersedia membersihkan jenggotnya. Asosiasi
tinju amatir Inggris hanya menyebutkan alasan mereka bahwa petinju harus cukur bersih
demi alasan kesehatan dan keamanan. Zaman sekarang banyak sekali trend-trend baru
yang mengebrak dunia fashion. Dan banyak yang memunculkan inovasi-inovasi baru
dalam dunia fashion, salah satu nya trend jenggot dan jambang. Banyak sekali laki-laki
yang sekarang ini menumbuhkan jambang dan jenggot Ada banyak sekali alasan
menumbuhkan jenggot dan jambang beberapa alasan adalah: laki-laki dengan jambang
dan jenggot menurut pendapat para wanita terlihat lebih keren dan terkesan gentleman,
Laki-laki yang memiliki jenggot dan jambang terkesan lebih dewasa , Banyak laki-laki
yang memilih menumbuhkan jenggot mereka dengan tujuan untuk melindungi kulit
mereka baik deri polusi atau pun paparan sinar matahari.

Trend fashion laki-laki yang satu ini sekarang ini lagi berkembang dan sangat
diminati oleh para laki-laki,dalam hal ini, jenggot dimaksudkan sebagai tanda kemacho-
an kaum pria. Ini alasan yang sangat masuk akal. Laki-laki memang memiliki hormon
rambut-rambut dan bulu di wajah facial hair yang sejak dari jaman dahulu telah
digunakan sebagai sarana menunjukkan ketampanan, kedewasaan, dan pesona laki-laki

1
Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits Volume 12, No. 2, Desember 2018
di mata kaum Hawa. Meskipun masa sekarang terjadi pergeseran mengenai selera kaum
wanita terhadap pria berbulu mungkin termasuk budaya pria metroseksual dan pria
cantik ala Korean boybands, jenggot masih dianggap pesona oleh banyak wanita di
berbagai belahan dunia. bahwa jenggot adalah perhiasan laki-laki, sama seperti rambut
pada perempuan. Pesona laki-laki pada jenggot membuat kaum Hawa tertarik. Dengan
berjenggot, kesan macho atau jantan laki-laki kan lebih terasa. Misalnya saja pada jaman
modern seperti sekarang ini, jenggot menjadi fashion banyak musisi dan artis yang
memaki tren fashion berjenggot ini. 2

Memelihara jenggot memiliki dua faedah, pertama, menyelisihi orang-orang


musyrik, dalam hal yang menjadi ciri khusus mereka adalah wajib, supaya ada perbedaan
antara orang mukim dan orang musyrik sebagaimana hal itu menunjukan pada batinnya.
Sebab menyamai orang musyrik menimbulkan perasaan bahwa orang-orang kafir dan
orang beriman tidak ada perbedaannya.kedua, membiarkan jenggor apa adanya adalah
sesuai fitrah, maka dapat dilihat bahwa ‘illat membiarkan jenggot itu bukan hanya
menyelisihi orang-orang musyrik, tetapi juga kesesuaian terhadap fitrah. 3

Menurut Yusuf Al Qardawi tujuan tersebut untuk mendidik dan membina


kepribadian kaum muslimin dengan berbagai cara yang diperbolehkan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Hal ini bukan berarti umat Islam harus menjauhi mereka. Dalam beberapa
hal kadang kala perlu meniru dalam hal kedisiplinan dan kesungguhan orang-orang
diluar islam dalam bekerja dan sebagainya. 4

Dalam konteks sekarang, umat islam hidup berdampingan dengan pemeluk


agama lain, dimana tidak ada permusuhan dan peperangan di antara keduanya seperti
yang terjadi di masa lampau. Namun yang menjadi permasalahan dalam konteks
sekarang adalah banyaknya orang Nasrani maupun yahudi yang memelihara jenggot
mereka dan mencukur kumis habis. Hal ini bisa kita ketahui bahwa pada zaman kekinian
memelihara jenggot adalah sebuah trend semua orang di dunia yang itu tidak hanya pada
orang islam saja. Oleh sebab itu memelihara jenggot atau memangkasnya adalah suatu
pilihan dan tidak akan berdosa apabila melakukan salah satunya. Maka prinsip umum
sosial moral dalam hadis meemelihara jenggot adalah agar kaum musllim memiliki
identitas khusus seagai sarana membedakan diri dari orang luar islam. 5

Berdasarkan analisis asababul wurud kemunculan hadis yang melarang makan


dan minum sambal berdiri diperoleh dari hasil adanya moral dan etika bangsa arab waktu
ittu dan alasan kondisi geografis negara arab. Sedangkan sababul wurud
diperbolehkannya minum sambal berdiri karena adanya keadaan darurat. Namun pada

2
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol.22, No. 2, Desember 2021.
3
Ferdian Herman dkk, Kontroversi Pemeliharaan Jenggot Laki-Laki Muslim: Studi Takhrij dan Syarah Hadis,
Gunung Djati Conference Series, Vol 08, 2022.
4
Mahmudi, Pemahaman Hadis Tentang Memelihara Jenggot dalam Konteks Kekinian, Jurnal Studi Hadis, Vol
3 No 2, 2018.
5
Ferdian Herman dkk, Kontroversi Pemeliharaan Jenggot Laki-Laki Muslim: Studi Takhrij dan Syarah Hadis,
Gunung Djati Conference Series, Vol 08, 2022.
kasus sekarang adalah maraknya penggelaran standing party dalam acara pernikahan.
Hal ini dipandang bisa menghemat space ruangan maupun menghemat budget juga,
namun hal ini sedikit bertentangan dengan syariat islam yang menganjurkan makan dan
minum dengan duduk. Dilihat dari konsep kekinian, posisi makan dan minum sambal
berdiri berhubungan dengan etika, moral, dan dari sisi kesehatan. Makan dan minum
dengan duduk dipandang lebih relevan dengan konteks kebudayaan ketimuran, dan lebih
sopan dilihat dari tradisi jawa. Sedangkan sebaliknya, makan dan minum sambal berdiri
sipandang kurang etis, kurang sopan, dan terkesan teburu-buru. Sedangkan kajian
kontekstualisasi hadis tentang teori kesehatan diperoleh bahwa makan dan minum sambil
duduk dipandang lebih sehat karena apa yang dimakan dan diminum dengan duduk akan
lebih sehat karena makanan atau minuman tadi akan berjalan pada dinding usus dengan
perlahan sehingga fungsi penyerapan usus lebih maksimal. Demikian pula dengan
kondisi ginjal, ketika minum dilakukan dengan berdiri maka air akan langsung menuju
ke kandung kemih yang dapat mengakibatkan gangguan pada salah satu organ yang
paling vital dalam tubuh manusia. 6

Etika makan dan minum sesuai syari’at islam dalam kehidupan sehati-hari:

1. Membaca do’a sebelum makan dan minum


2. Makan dan minum dari sumber yang halal dan thayib
3. Disunahkan makan dan minum sambal duduk
4. Mengambil makanan dan minuman dengan tangan kanan
5. Tidak berlebihan dalam makan dan minum
6. Berperilaku sopan ketika makan dan minum

Pemahaman Umat Islam Terkait Memelihara Jenggot

Menurut sebagian ulama, di antaranya al-Nawawī, hendaknya jenggot


dibiarkan tumbuh apa adanya. Hal ini berpijak pada lahiriah hadis Nabi yang berisi
perintah untuk membiarkan jenggot. Sedangkan, pengikut mazhab Hanafi dan mazhab
Hanbali justru membolehkan memotong jenggot yang lebih dari segenggam tangan.
Pendapat tersebut didasarkan pada praktik yang dilakukan oleh Ibn Umar yang
mencukur rambutnya saat musim haji atau umrah ia senantiasa memotong jenggot dan
kumisnya. Dalam riwayat yang lebih detail dijelaskan, jika Ibn Umar sedang haji atau
umrah, maka dia akan menggenggam jenggotnya, dia akan memotong bagian yang
lebih dari genggamannya7.

Sedangkan ada beberapa pendapat lagi dalam beberapa bagian:

6
Aprilia Mardiastuti, Syariat Makan dan Minum dalam Islam: Kajian Terhadap Fenomena Standing Party pada
Pesta Pernikahan (Walimaru ‘Ursy, Jurnal Living Hadis, Vol I, No 1, Mei 2016.
7
Lina Shobrina Identitas Penampilan Muslim dalam Hadits: Pemahaman Hadits Memelihara Jenggot Dalam
Konteks Kekinian 2017.
1. Al-Qadhi Iyadh (476 H-544 H)

Menurut al-Qadhi Iyadh mencukur jenggot sampai habis, memotong serta


membakarnya adalah makruh. Adapun memotong dengan tujuan untuk merapikannya
adalah sesuatu hal yang dianggap baik. Al-Qadhi juga menambahkan, para ulama
salaf telah berselisih pendapat mengenai batasan panjang suatu jenggot. Di antara
mereka ada yang tidak membatasi sedikit pun dalam masalah ini, kecuali jika
tujuannya untuk mendapatkan ketenaran. Jika demikian maka ia harus memotongnya.
Imām Mālik memakruhkan jika panjang sekali. Di antara ulama ada yang
membatasinya dengan seganggaman tangan. Jika telah melebihi genggaman tangan
maka boleh dipotong. Di antara mereka ada yang memakruhkan untuk memotongnya,
kecuali pada saat haji atau umrah.8

2. Ibnu Qayyim al-Jawziyah (1292 M-1350 M)

Dalam kitab karangannya Zādul Ma„bad fi Hadyi Khairi al-„Ibādī, Ibn


Qayyim memaparkan tentang bagian “petunjuk Nabi Saw dalam menggunting
kumis”. Dalam bagian tersebut al-Jauziyah memaparkan pendapat para sahabat Nabi
dan ulama-ulama imam mazhab dalam mengamalkan hadis menggunting kumis. Dan
mengambil kesimpulan bahwa mencukur kumis dan memelihara jenggot merupakan
sesuatu keutamaan yang harus dilakukan oleh umat Islam, karena Rasulullah saw. dan
para sahabat juga melakukan hal tersebut. Selain itu mencukur kumis dan memelihara
jenggot juga merupakan bagian dari fitrah manusia yang harus dipelihara.

3. Syuhudi Ismail (1943- 2005 M)

Dalam karyanya Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual Syuhudi


memahami hadis tentang jenggot dengan pemahaman kontekstual, artinya hadis
tersebut sangat relevan bagi suatu kaum yang memiliki tingkat kesuburan untuk
tumbuh jenggot secara alami lebih besar, seperti di negara-negara bagian timur
tengah. Akan tetapi bagi bangsa Indonesia yang memiliki tingkat kesuburan tumbuh
jenggot lebih rendah hal tersebut tidak dapat dipaksakan.

Pemahaman Umat Islam Terkait Minum Sambil Berdiri

Menurut Dr. Ibrahim Al-Rawi, seorang peneliti Muslim lainnya, mengatakan


bahwa saat berdiri, manusia dalam keadaan tegang, karena organ keseimbangan
dalam pusat saraf sedang bekerja keras supaya mampu mempertahankan semua otot
pada tubuhnya agar bisa berdiri stabil dan sempurna. Hal tersebut melibatkan semua
susunan syaraf dan otot secara bersamaan, yang menjadikan manusia tidak bisa
mencapai syarat terpenting saat makan dan minum, yaitu ketenangan. Ketenangan
hana bisa dihasilkan saat duduk, saat syaraf dalam keadaan tenang dan tidak tegang
sehingga sistem pencernaan siap menerima makanan dan minum dengan cara cepat. 9

8
Ibid hal 58, 59.
Menurut pandangan ulama memang diperbolehkan dengan alasan keadaan
darurat / udzur. Akan tetapi alangkah baiknya hal seperti itu dihindari karena hal tersebut
tidak termasuk etika makan dan minum yang telah di ajarkan Rasulullah SAW.
Sedangkan hukum makan dan minum sambil berdiri itu makhruh tanzih, kare a larangan
itu terkait dengan etika dan moral.

Kesimpulan

Memilihara jenggot diperbolehkan dalam hal yang menjadi ciri khusus mereka
orang mukim sebagaimana hal itu menunjukan pada batinnya, membiarkan jenggot apa
adanya adalah sesuai fitrah, maka dapat dilihat bahwa ‘illat membiarkan jenggot itu
bukan hanya menyelisihi orang-orang musyrik, tetapi juga kesesuaian terhadap fitrah.
Sedangkan makan atau minum sambil berdiri itu sangat tidak baik bagi kesehatan kita
karena akan menimbulkan suatu penyakit seperti dalam otot yang tidak stabil.

Anda mungkin juga menyukai