Anda di halaman 1dari 6

Tugas Hadis Akham

Nama : Nurhalimah Putri Dongoran


Nim : 0206223054
Kelas : Hukum 2A

A. Hadis tentang tata cara berwudhu


Hukum membaca doa wudu dalam Islam adalah sunah. Artinya, akan mendapatkan
pahala jika melakukannya dan tidak berdosa jika ditinggalkan.
1. Berniat
Sebelum melakukan wudu, dianjurkan untuk memulainya dengan membaca
basmallah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:

‫َال ُو ُض و َء ِلَم ْن َلْم َيْذ ُك ِر ا ْس َم ال َّلِه َع َل ْيِه‬


“Tidak ada wudu bagi yang tidak menyebut nama Allah,” (HR Ahmad dan Abu
Dawud).

Doa sebelum wudu perlu dipanjatkan saat memasuki bagian membasuh wajah
dalam tata cara berwudu. Doa wudu atau niat tersebut berbunyi:

‫َنَو ْيُت ا ْل ُو ُض ْو َء ِلَر ْف ِع ا ْل َح َد ِث ْاَال ْص َغ ِر َفْر ًض ِالل ِه َتَع ا َلى‬


Nawaitul wudua lirof'il hadatsii ashghori fardhon lillaahi ta'alaa.

Artinya: "Aku niat berwudu untuk menghilangkan hadas kecil, fardu karena Allah
Taala".

2. Membasuh tangan
Mencuci tangan hingga siku termasuk rukun wudhu yang kedua. Yang dimaksud tangan
adalah ujung jari hingga siku.

Yang lebih lengkap membicarakan membasuh tangan hingga siku adalah hadits dari
Nu’aim bin ‘Abdillah Al-Mujmir, ia berkata,

‫َر َأْيُت َأَبا ُهَر ْيَر َة َيَتَو َّض ُأ َفَغَس َل َو ْج َهُه َفَأْسَبَغ اْلُو ُض وَء ُثَّم َغ َس َل َيَدُه اْلُيْم َنى َح َّتى َأْش َر َع ِفى اْلَعُضِد ُثَّم َيَدُه اْلُيْسَر ى َح َّتى‬
‫َأْش َر َع ِفى اْلَعُضِد ُثَّم َم َسَح َر ْأَسُه ُثَّم َغ َس َل ِر ْج َلُه اْلُيْم َنى َح َّتى َأْش َر َع ِفى الَّس اِق ُثَّم َغ َس َل ِر ْج َلُه اْلُيْسَر ى َح َّتى َأْش َر َع ِفى‬
‫ َيَتَو َّض ُأ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫الَّس اِق ُثَّم َقاَل َهَك َذ ا َر َأْيُت َر ُس وَل ِهَّللا‬.

“Aku melihat Abu Hurairah berwudhu lantas ia membasuh wajahnya, kemudian ia


menyempurnakan wudhunya. Lalu ia mencuci tangan kanannya hingga awal lengan
atasnya (siku ikut terbasuh), lalu mencuci tangan kirinya hingga awal lengan atasnya.
Kemudian ia mengusap kepalanya. Lalu ia mencuci kaki kanannya hingga awal betisnya,
lalu kaki kirinya demikian pula sampai awal betisnya. Kemudian ia berkata, “Demikian
aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu.” (HR. Muslim, no. 246)

3. Kumur-kumur
penerapan berkumur yang dianggap paling sempurna adalah menggerak-gerakkan air
dalam mulut. Kemudian, air tersebut dikeluarkan saat berwudhu.
Dari Laqith bin Shabrah RA bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda,

‫ِإَذ ا َتَو َّض ْأَت َفَم ْض ِمْض‬

Artinya: "Jika engkau berwudhu, maka berkumur-kumurlah," (HR Baihaqi, Abu Dawud
dishahihkan oleh Albani).

4. Membasuh hidung
Berwudhu tidak hanya upaya untuk membasahi anggota tubuh saja, namun hakikat dari
berwudhu ialah membuat diri seseorang suci dan bersih dari segala noda baik noda fisik
maupun batin. Cuci hidung atau menurut Islam dikenal dengan istilah istinsyaq dan
istintsar, merupakan bagian dari proses wudhu yang dilakukan oleh umat Islam.

‫َأْخ َبَر َنا ُم َح َّم ُد ْبُن ُز ْنُبوٍر اْلَم ِّك ُّي َقاَل َح َّد َثَنا اْبُن َأِبي َح اِزٍم َعْن َيِز يَد ْبِن َع ْبِد ِهَّللا َأَّن ُم َح َّم َد ْبَن ِإْبَر اِه يَم َح َّد َثُه َعْن ِع يَس ى ْبِن‬
‫َطْلَح َة َعْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َعْن َر ُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ِإَذ ا اْس َتْيَقَظ َأَح ُد ُك ْم ِم ْن َم َناِمِه َفَتَو َّض َأ َفْلَيْس َتْنِثْر َثاَل َث‬
‫َم َّر اٍت َفِإَّن الَّش ْيَطاَن َيِبيُت َع َلى َخ ْيُشوِم ِه‬

“Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Zunbur Al Makki dia berkata telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hazim dari Yazid bin Abdullah bahwasanya
Muhammad bin Ibrahim bercerita dari Isa bin Thalhah dari Abu Hurairah dari Rasulullah
beliau bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya, lalu berwudhu,
hendaklah ia menghirup air ke hidung lalu mengeluarkannya kembali sebanyak tiga kali,
karena setan tinggal (bermalam) dalam batang hidungnya,"

5. Membasuh wajah
Hukumnya adalah wajib. Definisi wajah secara syar’i tidak dijelaskan oleh syari’at, maka
kita kembalikan kepada maknanya secara bahasa.

Berkata Imam al-Qurthubi:

‫ َفَح ُّد ُه ِفي الُّطوِل ِم ْن ُم ْبَتَد ِأ‬، ‫ َو ُهَو ُعْض ٌو ُم ْشَتِم ٌل َع َلى َأْع َض اٍء َو َلُه ُطوٌل َو َعْر ٌض‬،‫َو اْلَو ْج ُه ِفي الُّلَغِة َم ْأُخ وٌذ ِم َن اْلُمَو اَج َهِة‬
‫ َو ِم َن اُأْلُذ ِن ِإَلى اُأْلُذ ِن ِفي اْلَعْر ِض‬، ‫َس ْطِح اْلَج ْبَهِة ِإَلى ُم ْنَتَهى الَّلْح َيْيِن‬
“Wajah secara Bahasa diambil dari kata muwajahah (saling berhadapan). Dan dia adalah
anggota tubuh yang mencakup anggota-anggota tubuh (lainnya) dan dia memiliki panjang
dan lebar. Batasan panjangnya dimulai dari awal kening hingga penghabisan jenggot,
adapun lebarnya dari telinga ke telinga”

6. Membasuh tangan sampai siku


Mencuci tangan hingga siku termasuk rukun wudhu. Yang dimaksud tangan adalah ujung
jari hingga siku. Siku juga turut dibasuh. Siku adalah batas antara dzira’ (dari siku sampai
ke ujung jari) dan ‘adhud (lengan atas).
Yang lebih lengkap membicarakan membasuh tangan hingga siku adalah hadits dari
Nu’aim bin ‘Abdillah Al-Mujmir, ia berkata,

‫َر َأْيُت َأَبا ُهَر ْيَر َة َيَتَو َّض ُأ َفَغَس َل َو ْج َهُه َفَأْسَبَغ اْلُو ُض وَء ُثَّم َغ َس َل َيَدُه اْلُيْم َنى َح َّتى َأْش َر َع ِفى اْلَعُضِد ُثَّم َيَدُه اْلُيْسَر ى َح َّتى‬
‫َأْش َر َع ِفى اْلَعُضِد ُثَّم َم َسَح َر ْأَسُه ُثَّم َغ َس َل ِر ْج َلُه اْلُيْم َنى َح َّتى َأْش َر َع ِفى الَّس اِق ُثَّم َغ َس َل ِر ْج َلُه اْلُيْسَر ى َح َّتى َأْش َر َع ِفى‬
‫ َيَتَو َّض ُأ‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫الَّس اِق ُثَّم َقاَل َهَك َذ ا َر َأْيُت َر ُس وَل ِهَّللا‬.

“Aku melihat Abu Hurairah berwudhu lantas ia membasuh wajahnya, kemudian ia


menyempurnakan wudhunya. Lalu ia mencuci tangan kanannya hingga awal lengan
atasnya (siku ikut terbasuh, pen.), lalu mencuci tangan kirinya hingga awal lengan atasnya.
Kemudian ia mengusap kepalanya. Lalu ia mencuci kaki kanannya hingga awal betisnya,
lalu kaki kirinya demikian pula sampai awal betisnya. Kemudian ia berkata, “Demikian
aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu.” (HR. Muslim, no. 246)

7. Membasuh kepala
Hukum membasuh kepala saat berwudhu adalah wajib.
Adapun caranya yaitu mengusap semua kepalanya akan tetapi sesuai dengan arah rambut,
yaitu ketika mengusap tidak mengubah rambut dari posisinya. Hal ini berdasarkan hadits
Ar-Rubai’ binti Mu’awwidz:

« ‫ اَل‬، ‫ ِلُم ْنَصِّب الَّش ْع ِر‬،‫ ِم ْن َقْر ِن الَّش ْع ِر ُك ِّل َناِح َيٍة‬،‫َأَّن َر ُس وَل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َتَو َّض َأ ِع ْنَدَها َفَم َسَح الَّر ْأَس ُك َّلُه‬
ِ‫»ُيَح ِّر ُك الَّش ْعَر َعْن َهْيَئِته‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berwudhu di sisinya, beliau mengusap


semua kepalanya, dari ubun-ubunnya (kepala bagian atas) ke setiap sisi sampai kepala
bagian bawah rambut, tanpa membuat rambutnya berubah dari keadaan yang semula.”

8. Membasuh kedua telinga


Hukum mengusap kedua telinga adalah adalah sunnah Ketika mengusap kepala langsung
disertai mengusap kedua telinga, tanpa dipisah. Sesuai dengan hadits Ibnu Abbas:

‫َأَّن الَّنِبَّي َم َسَح ِبَر ْأِس ِه َو ُأُذ َنْيِه َظاِهَر هَم ا َو َباِط َنُهَم ا‬
“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap kepala dan kedua telinga,
bagian luar dan bagian dalam”.

9. Membasuh kaki
Yang diwajibkan dalam masalah wudhu adalah membasuh kedua kaki dan tidak cukup
mengusapnya. Dalil yang menunjukkan bahwa yang wajib adalah membasuh kaki adalah
riwayat Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma, dia berkata:

‫ َفَأْد َر َكَنا َو َقْد َأْر َهْقَنا اْلَعْص َر (أي أخرنا العصر) َفَج َعْلَنا‬،‫َتَخ َّلَف الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع َّنا ِفي َس ْفَرٍة َس اَفْر َناَها‬
‫ َو ْيٌل ِلَألْع َقاِب ِم ْن الَّناِر َم َّر َتْيِن َأْو َثالًثا‬:‫ َفَناَدى ِبَأْع َلى َصْو ِتِه‬،‫َنَتَو َّض ُأ َو َنْم َسُح َع َلى َأْر ُج ِلَنا‬

” Rasulullah SAW tertinggal oleh kami dalam sebuah perjalanan yang kami lakukan. Lalu
beliau menyusul kami dan kami menunda Shalat Asar. Maka kami berwudhu dan
mengusap kaki-kaki kami. Maka beliau berseru dengan suara keras: Celakalah tumit-tumit
itu dari neraka. Beliau mengucapkannya dua atau tiga kali.”

10. Berdoa setelah berwudhu


Setelah menerapkan tata cara wudu, sunah hukumnya untuk membaca lantunan doa
setelahnya. Doa setelah berwudu tersebut berbunyi:

‫ َو اْج َعْلِني ِم ْن‬، ‫ الَّلُهَّم اْج َعْلِني ِم ْن الَّتَّو اِبيَن‬،‫ َو َرُس وُلُه‬،‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه‬،‫َأْش َهُد َأْن اَل إَلَه إاَّل ُهَّللا َو ْح َدُه اَل َش ِر يَك َلُه‬
َ‫ َو َأُتوُب إَلْيك‬، ‫ ُسْبَح اَنَك الَّلُهَّم َو ِبَح ْم ِد َك َأْش َهُد َأْن اَل إَلَه إاَّل َأْنَت َأْس َتْغ ِفُر َك‬، ‫اْلُم َتَطِّهِر يَن‬

Asyhadu an lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lahū, wa asyhadu anna Muhammadan


abduhū wa rasūluhū.

Allāhummaj’alnī minat tawwābīna, waj’alnī minal mutathahhirīna. Subhānakallāhumma


wa bi hamdika asyhadu an lā ilāha illā anta, astaghfiruka, wa atūbu Ilayka.

Artinya: “Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar kecuali Allah semata,
tidak ada sekutu bagi-Nya,

Dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah,
jadikanlah aku hamba yang bertaubat dan jadikanlah aku sebagai orang yang bersuci."

Hadits pertama diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad.


‫َأَح ٍد َيَتَو َّض َأ َفَيْس ِبُغ ْالُوُضْو َء ُثَّم َقاَل َأْش َهُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َو ْح َدُه َال َش ِر يَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه‬ ‫َم ا ِم ْنُك ْم ِم ْن‬
َ‫ُفِتَح ْت َلُه َأْبَو اِب اْلَج َّنِة الَّثَم اِنَيَة َيْد ُخ ُل ِم ْن َأِّيَها َشاء‬ ‫َو َر ُس وُلُه ِإاَّل‬

Artinya: “Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu dengan menyempurnakan


wudhunya kemudian ia membaca doa (yang artinya) ‘Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya’ kecuali dibukalah delapan pintu surga untuknya yang
dapat ia masuki dari mana saja ia mau.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ahmad).

B. Hadist tentang Tayamum


Allah Ta’ala memberi kemudahan bagi umat Islam yang tak dapat berwudhu
lantaran menghadapi pelbagai kondisi. Pasalnya, bagi setiap muslim yang tak dapat
berwudhu, maka dapat diganti dengan melaksanakan tayamum. Tayamum terdapat
dalam AlQuran maupun hadits, sehingga menjalankannya memiliki rujukan yang
kuat. Tayamum bisa dilakukan oleh setiap umat Islam bila menghadapi kondisi
darurat, seperti tidak ada air, luka yang tak boleh terkena air dan lainnya.
Adapun tata cara tayamum sesuai dengan dalil hadits riwayat Bukhari nomor
3338, ‘Ammar bin Yasir menuturkan:

‫ َفَقاَل َع َّم اُر ْبُن َياِس ٍر ِلُعَم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب َأَم ا‬. ‫َج اَء َر ُج ٌل ِإَلى ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب َفَقاَل ِإِّنى َأْج َنْبُت َفَلْم ُأِص ِب اْلَم اَء‬
‫ َفَذ َك ْر ُت ِللَّنِبِّى – صلى هللا عليه‬، ‫ َو َأَّم ا َأَنا َفَتَم َّعْك ُت َفَص َّلْيُت‬، ‫َتْذ ُك ُر َأَّنا ُكَّنا ِفى َس َفٍر َأَنا َو َأْنَت َفَأَّم ا َأْنَت َفَلْم ُتَص ِّل‬
‫ َفَضَر َب الَّنِبُّى – صلى هللا عليه وسلم‬. » ‫وسلم – َفَقاَل الَّنِبُّى – صلى هللا عليه وسلم – « ِإَّنَم ا َك اَن َيْك ِفيَك َهَك َذ ا‬
‫ َو َنَفَخ ِفيِهَم ا ُثَّم َم َسَح ِبِهَم ا َو ْج َهُه َو َك َّفْيِه‬، ‫– ِبَك َّفْيِه اَألْر َض‬
Artinya: Ada seseorang mendatangi ‘Umar bin Al-Khatthab, ia berkata, “Aku junub dan
tidak bisa menggunakan air.” ‘Ammar bin Yasir lalu berkata pada ‘Umar bin Al-Khatthab
mengenai kejadian ia dahulu, “Aku dahulu berada dalam safar. Aku dan engkau sama-
sama tidak boleh shalat. Adapun aku kala itu mengguling-gulingkan badanku ke tanah,
lalu aku shalat. Aku pun menyebutkan tindakanku tadi pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lantas beliau bersabda, “Cukup bagimu melakukan seperti ini.” Lantas beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dengan menepuk kedua telapak tangannya ke
tanah, lalu beliau tiup kedua telapak tersebut, kemudian beliau mengusap wajah, dan
kedua telapak tangannya.

C. Hadist tentang mandi jinabat


berdasarkan ulama-ulama dari kalangan empat madzhab, para ulama sepakat
bahwa tafsir dan penjelasan atas tata cara mandi janabah sebagaimana yang
diperintahkan di dalam Alquran terdapat pula sunah-sunah Rasulullah SAW.
Baik sunah tersebut berupa perkataan, perbuatan, atau ketetapannya.
Dalam madzhab Syafii, Imam Abu Syuja’ Al-Ashfahani menetapkan bahwa
praktik mandi janabah dari sisi rukun dan sunahnya dijelaskan dalam beberapa
cara. Pertama, mandi junub menurut beliau ada tiga; yaitu niat, membersihkan
badan dari najis, dan mengalirkan air ke seluruh rambut dan permukaan kulit.
Adapun sunah-sunahnya ada lima yaitu; tasmiyyah, berwudhu sebelum mandi,
menggosokkan tangan di atas badan (dalk), muwalah, dan mendahulukan
anggota tubuh yang kanan atas yang kiri.

‫َح َّد َثَنا َعْبَداُن َقاَل َأْخ َبَر َنا َعْبُد ِهَّللا َقاَل َأْخ َبَر َنا ُس ْفَياُن َعْن اَأْلْع َمِش َعْن َس اِلِم ْبِن َأِبي اْلَج ْعِد َعْن ُك َر ْيٍب َعْن اْبِن َعَّباٍس َعْن‬
‫َم ْيُم وَنَة َقاَلْت‬
‫َس َتْر ُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو ُهَو َيْغ َتِس ُل ِم ْن اْلَج َناَبِة َفَغَس َل َيَد ْيِه ُثَّم َصَّب ِبَيِم يِنِه َع َلى ِش َم اِلِه َفَغَس َل َفْر َج ُه َو َم ا‬
‫َأَص اَبُه ُثَّم َم َسَح ِبَيِدِه َع َلى اْلَح اِئِط َأْو اَأْلْر ِض ُثَّم َتَو َّض َأ ُو ُض وَءُه ِللَّص اَل ِة َغ ْيَر ِر ْج َلْيِه ُثَّم َأَفاَض َع َلى َج َسِدِه اْلَم اَء ُثَّم َتَنَّح ى‬
‫َفَغَس َل َقَد َم ْيِه‬
‫َتاَبَعُه َأُبو َع َو اَنَة َو اْبُن ُفَضْيٍل ِفي الَّس ْتِر‬

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdan berkata, telah mengabarkan kepada kami
‘Abdullah berkata, telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A’masy dari Salim bin
Abu Al Ja’d dari Kuraib dari Ibnu ‘Abbas dari Maimunah ia berkata, “Aku menutupi Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam saat beliau sedang mandi junub. Beliau mencuci kedua
tangannya, lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada tangan kirinya, lalu
mencuci kemaluannya dan apa yang terkena (mani). Beliau kemudian menggosokkan
tangannya ke dinding atau tanah. Kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat
kecuali kedua kakinya. Kemudian beliau mengguyurkan air ke seluruh badannya. Kemudian
menyudahi dengan mencuci kedua kakinya.” Hadits ini dikuatkan oleh Abu ‘Awanah dan
Ibnu Fudlail dalam masalah tabir (penutup).” (BUKHARI – 272)

Anda mungkin juga menyukai