Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

Islam datang membawa kemaslahatan bagi umat manusia. Semua yang diperintahkan dan
dibolehkan dalam Islam, pasti karena membawa maslahat untuk umat manusia, baik 100%
maslahat atau maslahatnya lebih besar. Dan semua yang dilarang dalam Islam, pasti karena
memudaratkan manusia, baik karena 100% mudarat atau mudaratnya lebih besar. Diantara
sempurnanya syariat Islam, kita diperintahkan untuk menjauhkan diri dari najis dan
membersihkan diri kita dari najis. Agar kita menjadi manusia yang bersih dan sempurna. Ini
demi kemaslahatan kita.

Najis adalah sesuatu yang dianggap kotor oleh orang yang memiliki tabi’at yang selamat
(baik) dan selalu menjaga diri darinya.

Ath Thabari menjelaskan makna rijsun dalam ayat ini:

&‫& النجس والنتن‬: ‫الرجس‬

“Ar rijsu artinya najis dan kotor” (Jami’ul Bayan, 8/53).

An-najasah (najis) adalah lawan dari thaharah (suci). Najis itu ada dua macam yaitu:
1. Najis hakikiyyah atau 'ainiyyah, yaitu segala sesuatu yang kotor yang menghalangi
dari shalat seperti darah dan kencing. Najis jenis ini selamanya tidak bisa berubah jadi
suci.
2. Najis hukmiyyah atau ma'nawiyyah yaitu keadaan seseorang yang tidak suci yang
menghalangi shalat, termasuk pembatal wudhu, dan mewajibkan untuk mandi. Najis
hukmiyyah ini suci dengan wudhu atau mandi.
Benda yang najis ada yang bentuknya jamad (benda mati), ada yang bentuknya hewan, dan
ada yang cairan. Asalnya semua benda jamad itu suci, di mana jamad itu bukan hewan, bukan
yang menjadi hewan, bukan bagian dari hewan, dan bukan dihasilkan dari hewan. Hewan dan
cairan sebagiannya najis, dan asalnya suci.

Perlu dibedakan antara najis dan hadats. Najis kadang kita temukan pada badan, pakaian dan
tempat. Sedangkan hadats terkhusus kita temukan pada badan. Najis bentuknya konkrit,
sedangkan hadats itu abstrak dan menunjukkan keadaan seseorang. Ketika seseorang selesai
berhubungan badan dengan istri (baca: jima’), ia dalam keadaan hadats besar. Ketika ia
kentut, ia dalam keadaan hadats kecil. Sedangkan apabila pakaiannya terkena air kencing,
maka ia berarti terkena najis. Hadats kecil dihilangkan dengan berwudhu dan hadats besar
dengan mandi. Sedangkan najis, asalkan najis tersebut hilang, maka sudah membuat benda
tersebut suci. Mudah-mudahan kita bisa membedakan antara Hadats dan najis ini.

Macam-Macam Najis
1,2 – Kencing dan kotoran (tinja) manusia
Mengenai najisnya kotoran manusia ditunjukkan dalam hadits Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫إِ َذا َو ِط َئ أَ َح ُد ُك ْم بِنَ ْعلَ ْي ِه األَ َذى فَإ ِ َّن التُّ َر‬
َ ُ‫اب لَه‬
‫طهُو ٌر‬
“Jika salah seorang di antara kalian menginjak kotoran (al adza) dengan alas kakinya, maka
tanahlah yang nanti akan menyucikannya.”
Al adza (kotoran) adalah segala sesuatu yang mengganggu yaitu benda najis, kotoran, batu,
duri, dsb. Yang dimaksud al adza dalam hadits ini adalah benda najis, termasuk pula kotoran
manusia. Selain dalil di atas terdapat juga beberapa dalil tentang perintah untuk istinja’ yang
menunjukkan najisnya kotoran manusia.
Sedangkan najisnya kencing manusia dapat dilihat pada hadits Anas,

َ َ‫ْج ِد فَقَا َم إِلَ ْي ِه بَعْضُ ْالقَوْ ِم فَق‬


َ َ‫ ق‬.» ُ‫ « َدعُوهُ َوالَ تُ ْز ِر ُموه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
‫ال فَلَ َّما فَ َر َغ‬ ِ ‫&ًّا بَا َل فِى ْال َمس‬v‫أَ َّن أَ ْع َرابًِي‬
َ َ‫َدعَا بِد َْل ٍو ِم ْن َما ٍء ف‬
.‫صبَّهُ َعلَ ْي ِه‬

“(Suatu saat) seorang Arab Badui kencing di masjid. Lalu sebagian orang (yakni sahabat)
berdiri. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Biarkan dan jangan
hentikan (kencingnya)”. Setelah orang badui tersebut menyelesaikan hajatnya, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas meminta satu ember air lalu menyiram kencing
tersebut.”
Shidiq Hasan Khon rahimahullah mengatakan, “Kotoran dan kencing manusia sudah tidak
samar lagi mengenai kenajisannya, lebih-lebih lagi pada orang yang sering menelaah
berbagai dalil syari’ah.”

3,4 –  Madzi dan Wadi


Wadi adalah sesuatu yang keluar sesudah kencing pada umumnya, berwarna putih, tebal
mirip mani, namun berbeda kekeruhannya dengan mani. Wadi tidak memiliki bau yang khas.
Sedangkan madzi adalah cairan berwarna putih, tipis, lengket, keluar ketika bercumbu rayu
atau ketika membayangkan jima’ (bersetubuh) atau ketika berkeinginan untuk jima’. Madzi
tidak menyebabkan lemas dan terkadang keluar tanpa terasa yaitu keluar ketika muqoddimah
syahwat. Laki-laki dan perempuan sama-sama bisa memiliki madzi.

Hukum madzi adalah najis sebagaimana terdapat perintah untuk membersihkan kemaluan
ketika madzi tersebut keluar. Dari ‘Ali bin Abi Thalib, beliau radhiyallahu ‘anhu berkata,

« ‫&ال‬َ َ‫ت ْال ِم ْق&دَا َد ْبنَ األَ ْس& َو ِد فَ َس&أَلَهُ فَق‬


ُ ْ‫ لِ َم َكا ِن ا ْبنَتِ& ِه فَ&أ َ َمر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬
َّ ِ‫ت أَ ْستَحْ يِى أَ ْن أَسْأ َ َل النَّب‬
ُ ‫ت َر ُجالً َم َّذا ًء َو ُك ْن‬
ُ ‫ُك ْن‬
ُ ‫» يَ ْغ ِس ُل َذ َك َرهُ َويَت ََوضَّأ‬.

“Aku termasuk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu menanyakan hal ini kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallm dikarenakan kedudukan anaknya (Fatimah) di sisiku. Lalu
aku pun memerintahkan pada Al Miqdad bin Al Aswad untuk bertanya pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau memberikan jawaban pada Al Miqdad,
“Perintahkan dia untuk mencuci kemaluannya kemudian suruh dia berwudhu”.”
Hukum wadi juga najis. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

ْ‫ض&أ‬ َ ‫ ا ْغ ِس&لْ َذ َك& َركَ أَوْ َم& َذا ِك‬: ‫&ال‬


َّ ‫يركَ َوت ََو‬ َ &َ‫ى فَق‬ ْ &‫ى َو ْال َم‬
ُ ‫&ذ‬ ُ ‫ َوأَ َّما ْال& َو ْد‬، ‫ أَ َّما ْال َمنِ ُّى فَهُ& َو الَّ ِذى ِم ْن&هُ ْال ُغ ْس& ُل‬، ‫ى‬
ُ ‫ى َو ْال َو ْد‬ ُ ‫ْال َمنِ ُّى َو ْال َم ْذ‬
.‫صالَ ِة‬
َّ ‫ك لِل‬ َ ‫ُوضُو َء‬
“Mengenai mani, madzi dan wadi; adapun mani, maka diharuskan untuk mandi. Sedangkan
wadi dan madzi, Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Cucilah kemaluanmu, lantas berwudhulah
sebagaimana wudhumu untuk shalat.”

5 – Kotoran hewan yang dagingnya tidak halal dimakan


Contohnya adalah kotoran keledai[14], kotoran anjing[15] dan kotoran babi[16]. Abdullah 
bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
ٍ ‫ت لَ&هُ َحجْ& َر ْي ِن َو َروْ ثَ& ِة ِح َم‬
َ َ‫&ار فَأ ْم َس&ك‬
َ‫الحجْ& َر ْين‬ ٍ &‫ إِ ْئتِنِي بِثَالَثَ& ِة أَحْ َج‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ ْن يَتَبَ َّر َز فَقَا َل‬
ُ ‫ار فَ َو َج& ْد‬ َ ‫أَ َرا َد النَّبِ ُّي‬
ٌ‫ ِه َي ِرجْ س‬: ‫َوطَ َر َح الرَّوْ ثَةَ َوقَا َل‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermaksud bersuci setelah buang hajat. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,  “Carikanlah tiga buah batu
untukku.” Kemudian aku mendapatkan  dua batu dan kotoran keledai. Lalu beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil dua batu dan membuang kotoran tadi. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Kotoran ini termasuk najis”.” 
Hal ini menunjukkan bahwa kotoran hewan yang tidak dimakan dagingnya semacam kotoran
keledai adalah najis.

6 – Darah haidh
Dalil yang menunjukkan hal ini, dari Asma’ binti Abi Bakr, beliau berkata, “Seorang wanita
pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata,

‫ض ِة َك ْيفَ تَصْ نَ ُع بِ ِه‬ َ ‫صيبُ ثَوْ بَهَا ِم ْن د َِم ْال َح ْي‬ ِ ُ‫إِحْ دَانَا ي‬
“Di antara kami ada yang bajunya terkena darah haidh. Apa yang harus kami perbuat?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
َ ُ‫ض ُحهُ ثُ َّم ت‬
‫صلِّى فِي ِه‬ َ ‫صهُ بِ ْال َما ِء ثُ َّم تَ ْن‬
ُ ‫تَ ُحتُّهُ ثُ َّم تَ ْق ُر‬
“Gosok dan keriklah pakaian tersebut dengan air, lalu percikilah. Kemudian shalatlah
dengannya.” 
Shidiq Hasan Khon rahimahullah mengatakan, “Perintah untuk menggosok dan mengerik
darah haidh tersebut menunjukkan akan kenajisannya.”

7 – Jilatan anjing
Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ‫ت أُوالَه َُّن بِالتُّ َرا‬
‫ب‬ ٍ ‫طُهُو ُر إِنَا ِء أَ َح ِد ُك ْم إِ َذا َولَ َغ فِي ِه ْال َك ْلبُ أَ ْن يَ ْغ ِسلَهُ َس ْب َع َمرَّا‬
“Cara menyucikan bejana di antara kalian apabila dijilat anjing adalah dicuci sebanyak
tujuh kali dan awalnya dengan tanah.” Yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
bagian anjing yang termasuk najis adalah jilatannya saja. Sedangkan bulu dan anggota tubuh
lainnya tetap dianggap suci sebagaimana hukum asalnya.

8 – Bangkai
Bangkai adalah hewan yang mati begitu saja tanpa melalui penyembelihan yang
syar’i. Najisnya bangkai adalah berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
Abdullah bin ‘Abbas,
‫إِ َذا ُدبِ َغ ا ِإلهَابُ فَقَ ْد طَهُ َر‬
“Apabila kulit bangkai tersebut disamak, maka dia telah suci.”
Bangkai yang dikecualikan adalah :
a – Bangkai ikan dan belalang
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam  bersabda,
‫ان فَ ْال َكبِ ُ&د َوالطِّ َحا ُل‬
ِ ‫ُوت َو ْال َج َرا ُد َوأَ َّما ال َّد َم‬
ُ ‫َان فَ ْالح‬ ِ ‫َان َو َد َما ِن فَأ َ َّما ْال َم ْيتَت‬
ِ ‫ت لَنَا َم ْيتَت‬ ْ َّ‫أُ ِحل‬
“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan
belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” 
b – Bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir
Contohnya adalah bangkai lalat, semut, lebah, dan kutu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َاح ْي ِه ِشفَا ًء َوفِى اآل َخ ِر دَا ًء‬ َ ‫ فَإ ِ َّن فِى أَ َح ِد َجن‬، ُ‫ط َرحْ ه‬ ْ َ‫ ثُ َّم ْلي‬، ُ‫ فَ ْليَ ْغ ِم ْسهُ ُكلَّه‬، ‫إِ َذا َوقَ َع ال ُّذبَابُ فِى إِنَا ِء أَ َح ِد ُك ْم‬
“Apabila seekor lalat jatuh di salah satu bejana di antara kalian, maka celupkanlah lalat
tersebut seluruhnya, kemudian buanglah. Sebab di salah satu sayap lalat ini terdapat racun
(penyakit) dan sayap lainnya terdapat penawarnya.”
c – Tulang, tanduk, kuku, rambut dan bulu dari bangkai
Semua ini termasuk bagian dari bangkai yang suci karena kita kembalikan kepada hukum
asal segala sesuatu adalah suci. Mengenai hal ini telah diriwayatkan oleh Bukhari
secara mu’allaq (tanpa sanad), beliau rahimahullah berkata,
َ‫ف ْال ُعلَ َما ِء يَ ْمت َِشطُون‬
ِ َ‫ت نَاسًا ِم ْن َسل‬ ُ ‫الز ْه ِرىُّ فِى ِعظَ ِام ْال َموْ تَى نَحْ َو ْالفِي ِل َو َغي ِْر ِه أَ ْد َر ْك‬ ُّ ‫ َوقَا َل‬. ‫يش ْال َم ْيتَ ِة‬ ِ ‫س بِ ِر‬ َ ْ‫َوقَا َل َح َّما ٌد الَ بَأ‬
‫ الَ يَ َروْ نَ بِ ِه بَأْسًا‬، ‫ َويَ َّد ِهنُونَ فِيهَا‬، ‫بِهَا‬
“Hammad mengatakan bahwa bulu bangkai tidaklah mengapa (yaitu tidak najis). Az Zuhri
mengatakan tentang tulang bangkai dari gajah dan semacamnya, ‘Aku menemukan beberapa
ulama salaf menyisir rambut dan berminyak dengan menggunakan tulang tersebut. Mereka
tidaklah menganggapnya najis hal ini’.” 
Semoga Allah selalu memberikan pada kita ilmu yang bermanfaat. Segala puji bagi Allah
yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam kepada
Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya.

Menurut buku 'Akhlaqul Karimah' oleh Hamka, Fardhu kifayah ( ‫)ف&رض كفاية‬ adalah tugas
kewajiban bersama. Sebelum ada yang memulai mengambil inisiatif semuanya bertanggung
jawab. Tegasnya, masyarakat berdosa jika tidak seorang juga pun yang memulai mengambil
inisiatif untuk mengerjakan amalan tersebut. Contoh aktivitas yang tergolong fardu kifayah:

 Menyalatkan jenazah muslim
 Belajar ilmu tertentu (misalnya kedokteran, ekonomi)
 Melakukan hal yang diperintahkan dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh
Tuhan
 Jihad ibtida'i

Fardhu kifayah mengurus jenazah. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah


SAW bersabda,
,ِ‫ إِ َذا َلقِي َت ُه َف َس لِّ ْم َعلَ ْي ه‬:‫ت‬ ٌّ ِ‫ َح ُّق اَ ْلمُسْ ل ِِم َعلَى اَ ْلمُسْ ل ِِم س‬- - ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ َقا َل َرسُو ُل هَّللَا‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة‬
‫فات َبعْ ُه‬ْ َ َ‫ات‬ َ
‫ َوإِذا َم‬,ُ‫ض َف ُع ده‬
ْ َ ‫س َف َح ِم دَ هَّللَا َ َف َس ِّم ْت ُه َوإِ َذا َم ِر‬
َ ‫ َوإِ َذا َع َط‬,ُ‫ص حْ ه‬
َ ‫ك َفا ْن‬ َ ‫ َوإِ َذا اِسْ َت ْن‬,ُ‫ك َفأ َ ِج ْب ه‬
َ ‫ص َح‬ َ ‫َوإِ َذا دَ َع ا‬

"Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam." Beliau bersabda, "(1) Apabila engkau
bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; (2) Apabila engkau diundang, penuhilah
undangannya; (3) Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4)
Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan 'alhamdulillah'), doakanlah dia
(dengan mengucapkan 'yarhamukallah'); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6)
Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman)." (HR
Muslim).

Sumber https://rumaysho.com/926-mengenal-macam-macam-najis.html
Sumber https://rumaysho.com/20770-safinatun-najah-mengenal-macam-macam-najis.html

Anda mungkin juga menyukai