Anda di halaman 1dari 7

‫‪Khutbah Jumat 3 Jumadil Akhir‬‬

‫‪“Golongan Orang-Orang Yang Mengalami Kebangkrutan‬‬


‫”‪Menurut Rasulullah‬‬

‫‪Oleh : Muh. Hanafi, SS, M.Sy‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫َاْلَح ْم ُد ِهلل‪َ .‬اْلَح ْم ُد ِهلل اَّلِذى َهَداَن ا ِلهَذ ا َو َم ا ُكَّن ا ِلَن ْه َت ِد َي َلْو َال َأْن َهَداَن ا ُهللا‪َ .‬أْش َه ُد أْن َال ِإلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َد ُه َال‬
‫َش ِر يَك َلُه ‪َ .‬و َأْش َه ُد َأَّن َس ِّي َد َن ا َو َس َن َد َن ا َو َمْو َالَن ا ُمَح َّم ًدا َع ْب ُد ُه و َح ِبْيُبُه َو َر ُس وُلُه ‪َ .‬الَّس اِبُق ِإَلى اَألَن اِم ُنوُرُه‪َ .‬و‬
‫َر ْح َم ٌة ِلْلَع اَلِميَن ُظ ُهوُرُه‪َ .‬ص َّلى ُهللا َت َع اَلى َع َلْي ِه َو َع َلى آِلِه َو َأْو َالِدِه َو َأْز َو اِجِه َو َأْص َح اِبِه َو َأْت َب اِعِه َو َأْح َف اِدِه‬
‫‪َ.‬أْج َم ِعيَن‬

‫َأَّم ا َبْع ُد َفَي ا ِع َب اَد ِهللا؛‬

‫َأ‬
‫‪ِ:‬اَّت ُقوا َهللا َت َع اَلى َو ِط يُع وُه‪ِ .‬إَّن َهللا َمَع اَّلِذيَن اَّت َق ْو ا َو اَّلِذيَن ُه ْم ُمْح ِس ُنوَن ‪َ .‬فَق ْد َقاَل ُهللا َت َع اَلى ِفي ِك َت اِبِه اْلَك ِر يِم‬

‫‪َ.‬أُع وُذ ِباِهلل ِمَن الَّش ْي َط اِن الَّر ِجيِم ‪ِ .‬بْس ــِم ِهللا الَّر ْح مِن الَّر ِحيم‬

‫َي اَأّيَه ا اّلِذ ْي َن آَم ُنْو ا اّت ُقوا َهللا َو ُقْو ُلْو ا َقْو ًال َس ِد ْي ًدا ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َي ْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنْو َب ُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع َهللا َو َر ُسْو َلُه‬
‫‪َ.‬فَق ْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ ْيًم ا‬

‫‪َ..‬ص َد َق ُهللا الَع ِظ ْي ُم‬

‫‪Ma’asyiral hadirin jamaah Jumah hafidhakumullah,‬‬

‫‪Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan oleh Allah Subhaanhu wa‬‬


‫‪Ta’ala untuk hadir di majlis yang berbahagia ini dan bersimpuh di hadapan-‬‬
‫‪Nya sebagai bentuk ketaatan kita kepada-Nya . Semoga shalawat dan‬‬
‫‪salam tetap terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu‬‬
‘alaihi wassalam , nabi akhir zaman yang menuntun kita ke jalan yang
diridloi-Nya , sehingga kita tetap istiqomah dan memiliki kesadaran dalam
melaksanakan ajaran Islam.

Selanjutnya Pada hari Jumat yang mulia ini, di tempat yang mulia ini, kami
berwasiat kepada pribadi kami sendiri, juga kepada para hadirin sekalian,
marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ
dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya.

Hadirin jamaah jumah hafidhakumullah,

Pada suatu kesempatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya


kepada para sahabat apakah kalian tahu yang disebut orang bangkrut. Hal
ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari
Abu Hurairah radliyallahu ‘anh sebagai berikut:

‫ َأَت ْد ُرْو َن َم ا اْلُم ْف ِلُس ؟‬:‫َأَّن َر ُسْو َل ِهللا صلى هللا عليه وسلم َقاَل‬
Sesungguhnya Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Tahukah
kalian siapakah yang dinamakan orang bangkrut?”

‫ َاْلُم ْف ِلُس ِفْي َن ا َم ْن َال ِد ْر َه َم َلُه َو َال َم َت اَع‬:‫َقاُلْو ا‬


Mereka (para sahabat) menjawab: “Orang bangkrut menurut pendapat
kami ialah mereka yang tidak mempunyai uang dan tidak pula mempunyai
harta benda.”

Hadirin jamaah jumah hafidhakumullah,

Jawaban seperti itu ternyata bukan sebagaimana yang dimaksudkan dari


pertanyaan Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam. Beliau tidak bertanya
tentang ekonomi. Beliau ingin mengajak para sahabat mengetahui bahwa
kebangkrutan bisa terjadi tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga
dalam bidang agama. Jadi di dalam agama juga ada perhitungan
matematis terkait pahala dan dosa, seperti penambahan dan pengurangan
di antara sesama manusia. Hal ini terjadi pada saat semua manusia
berada di Padang Makhsyar untuk menjalani hisab yang akan menentukan
apakah seseorang akan masuk surga atau neraka.

Jamaah Jumát hafidhakumullâh,

Dengan perhitungan seperti itu, dapat diketahui apakah seseorang akan


termasuk orang yang beruntung atau justru orang yang bangkrut di akherat
kelak. Adapaun yang dimaksud bangkrut dalam agama adalah
sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam lanjutan hadits berikut:

،‫ َو َي ْأِتي َقْد َشَت َم ٰه َذ ا‬،‫ َي ْأِتي َيْو َم اْلِقَي اَم ِة ِبَص َالٍة َو ِص َي اٍم َو َز َك اٍة‬،‫َفَقاَل “ِإَّن اْلُم ْف ِلَس ِمْن ُأَّم ِتي‬
‫ َفُيْع ِط ى ٰه َذ ا ِمْن َح َس َن اِتِه َو ٰه َذ ا ِم ٰن‬.‫ َو َضَر َب ٰه َذ ا‬،‫ َو َس َفَك َد َم ٰه َذ ا‬،‫ َو َأَك َل َم اَل ٰه َذ ا‬،‫َو َقَذ َف ٰه َذ ا‬
‫ ُثَّم ُط ِر َح‬.‫ ُأِخَذ ِمْن َخ َط اَي اُه ْم َفُط ِر َح ْت َع َلْي ِه‬،‫ َقْب َل َأْن َي ْق َض ى َم ا َع َلْي ِه‬، ‫ َفِإْن َفِنَي ْت َح َس َن اُتُه‬.‫َح َس َن اِتِه‬
‫”ِفي الَّن اِر‬
Nabi menjelaskan: “Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah
mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal kebaikan
dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki
orang lain, menuduh atau menfitnah orang lain, memakan harta orang lain,
menumpahkan darah orang lain atau menganiaya orang lain. Maka kepada
orang yang mereka sakiti itu diberikan pahala amal baik mereka; dan
kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal
baik mereka telah habis sebelum hutangnya lunas, maka diambillah dosa
dan kesalahan orang yang disakitii dan dianiaya itu dan diberikan kepada
mereka; Sesudah itu, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.”

Jadi setiap orang dari umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam


mendapatkan pahala dari ibadah-ibadah yang mereka lakukan semasa
hidupnya seperti shalat, puasa, dan zakat. Namun pahala-pahala yang
didapat dari ibadah-ibadah wajib itu akan dikonfrontir dengan dosa-dosa
sosialnya akibat berbuat zalim kepada sesama manusia seperti mencaci
maki, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain seperti mencuri
atau korupsi, membunuh secara tidak sah, melukai atau menyakiti orang
lain baik secara fisik maupun non-fisik, dan sebagainya.

Apabila besarnya dosa-dosa sosial akibat kezaliman tidak sebanding


dengan kesalehan-kekesalehan yang dilakukannya karena banyaknya
orang yang dizalimi atau tingginya tingkat kezaliman kepada orang
tertentu, maka dosa-dosa dari orang-orang yang dizalimi akan diberikan
kepada orang yang menzalimi hingga mencapai titik impas. Apabila titik
impas tidak tercapai, maka Allah subhanahu wata'ala akan melemparkan
orang yang menzalimi itu ke neraka. Orang seperti inilah yang disebut
orang bangkrut dalam agama sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam
hadits di atas.

Jamaah Jumát hafidhakumullâh,

Kezaliman manusia terhadap manusia lainnya pada dasarnya merupakan


urusan manusia karena termasuk wilayah muamalah. Namun demikian,
Allah tidak membiarkannya hingga pihak yang melakukan kezaliman
menyelesaikan masalahnya, misalnya dengan konpensasi tertentu
dan/atau meminta maaf kepada pihak yang dizalimi semasa hidupnya.
Apabila hal ini tidak dilakukan hingga masing-masing meninggal dunia,
maka Allah akan memperhitungkannya di akherat kelak.

Jadi melakukan kezaliman terhadap sesama manusia bukanlah persoalan


sepele karena urusannya bisa sampai ke akhirat. Allah memang
memperhatikan dan memperhitungkan setiap kezaliman seperti itu
sebagaimana juga disebutkan dalam sebuah hadits marfu’ yang
diriwayatkan dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anh sebagai berikut:

‫َو َأَّم ا الُّظ ْلُم اَّلِذي ال َي ْت ُر ُك ُه هللا َفُظ ْلُم اْلِع َب اِد َبْع ِض ِهْم َبْع ًض ا َح َّت ى ُيَد ِّبُر ِلَبْع ِض ِهْم ِمْن َبْع ٍض‬
“Adapun kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman
manusia atas manusia lainnya hingga mereka menyelesaikan urusannya.”

Oleh karena itu siapa pun hendaknya bersikap hati-hati kepada orang lain
dengan menjaga lisan, tangan dan anggota badan lainnya agar terhindar
dari dosa-dosa sosial akibat berbuat kezaliman kepada mereka. Allamah
Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Sabîlul
Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr
(Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal.100), juga menjelaskan bahwa di antara
hal-hal yang amat diperhitungkan oleh Allah pada hari kiamat adalah
perbuatan zalim manusia terhadap manusia lainnya sebagaimana kutipan
berikut ini:

‫ َفِإَّن ُه َالُّظ ْلُم اَّلِذ ْي اَل َي ْت ُر ُك ُه ُهللا‬،‫ ُظ ْلُم ْالِع َب اِد‬:‫َو اْع َلْم َأَّن ِمْن َأَش ِّد اَأْلْش َياِء َو َأَش ِّقَه ا ِفْي َمْو ِقِف ْالِقَي اَم ِة‬
“Ketahuilah bahwa di antara hal-hal berat dan sangat diperhitungkan pada
hari kiamat adalah perbuatan zalim terhadap sesama manusia sebab hal
ini merupakan kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah.”

Jamaah Jumát hafidhakumullâh,

Oleh karena itu apabila kita benar-benar sayang pada diri sendiri, maka
hal-hal yang harus kita lakukan dalam rangka mencegah kebangkrutan
amal adalah menjaga agar pahala dari ibadah-ibadah yang kita lakukan
tidak ludes oleh dosa-dosa sosial akibat kezaliman-kezaliman kita kepada
orang lain. Jadi memang pahala-pahala dari berbagai ibadah saja seperti
shalat, puasa, haji dan bahkan zakat sekalipun belum cukup menjadi bekal
kita di akherat hingga ada kepastian bahwa orang-orang lain selamat dari
lisan dan tangan kita melakukan kezaliman-kezaliman kepada mereka.

Hilangnya pahala amalan mulia tersebut disebabkan karena tidak


mempunyai seseorang menjaga lisan dan tangan dalam berbagai hal.
Maka dari itu, dalam riwayat yang lain, Nabi SAW mengingatkan bahwa,

‫اْلُمْس ِلُم َم ْن َس ِلَم اْلُمْس ِلُم وَن ِمْن ِلَس اِنِه َو َي ِدِه‬

Seorang muslim (yang sempurna) adalah dia yang mampu memberikan


keselamatan bagi muslim lainnya dari gangguan lisan dan tangannya (HR.
Muslim).

Mudah-mudahan kita semua senantiasa diberi kekuatan oleh Allah


subhanahu wata’ala untuk mampu menjaga lisan, tangan dan anggota
tubuh lainnya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang menzalimi
sesama manusia seperti: menyakiti hati orang lain, mencaci maki,
memfitnah dan menuduh tanpa bukti, mengambil hak orang lain seperti
mencuri dan korupsi, membunuh secara tidak sah, menyakiti secara fisik,
‫‪dan sebagainya. Dengan cara ini semoga kita semua selamat dari predikat‬‬
‫‪orang-orang bangkrut di akherat. Amin… amin ya rabbal ‘alamin.‬‬

‫َج َع َلنا ُهللا َو إَّي اكم ِمَن الَفاِئِز ين اآلِمِنين‪َ ،‬و أْد َخ َلَن ا وِإَّي اكم ِفي ُز ْم َر ِة ِع َب اِدِه الُم ْؤ ِمِنْي َن ‪ :‬أُع وُذ ِباِهلل‬
‫ِمَن الَّش ْي طاِن الَّر ِجيْم ‪ِ ،‬بْس ِم ِهللا الَّر ْح ماِن الَّر ِحيْم ‪َ :‬ي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا اَّت ُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو اًل‬
‫َس ِديًدا بَاَر َك ُهللا ِلْي َو لكْم ِفي الُقْر آِن الَع ِظ ْي ِم ‪َ ،‬و َن َفَع ِنْي َو ِإّي اُك ْم ِباآلياِت وِذ ْك ِر الَح ِك ْي ِم ‪ .‬إّن ُه َت عَاَلى‬
‫َج ّو اٌد َك ِر ْي ٌم َم ِلٌك َبٌّر َر ُؤ ْو ٌف َر ِحْي ٌم‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫الحمد ِهلل َعلَى ِإْح َس اِنِه َو الُّش ْك ُر َلُه َعلَى َتْو ِفْيِقِه َو ِاْم ِتَناِنِه‪َ .‬و َأْش َهُد َأْن َال ِاَلَه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َو ْح َدُه َال َش ِرْيَك َلُه‬
‫َو َأْش َهُد أَّن َس ِّيَد َنا ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه الَّداِع ي إلَى ِرْض َو اِنِه‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد ِو َع َلى َاِلِه‬
‫َو َأْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْسِلْيًم ا ِكثْيًر ا َأَّم ا َبْعُد َفيَا َاُّيَها الَّناُس ِاَّتُقوا َهللا ِفْيَم ا َأَم َر َو اْنَتُهْو ا َع َّم ا َنَهى َو اْع َلُم ْو ا َأَّن َهللا‬
‫َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َبَد َأ ِفْيِه ِبَنْفِسِه َو َثـَنى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِسِه َو َقاَل َتعَاَلى ِإَّن َهللا َو َم آلِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنِبى يآ َاُّيَها‬
‫اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْسِلْيًم ا‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َسِّيِد َنا ُم َح َّم ٍد َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َسِّيِد نَا‬
‫ُم َح َّم ٍد َو َع َلى َاْنِبيآِئَك َو ُرُسِلَك َو َم آلِئَك ِة اْلُم َقَّر ِبْيَن َو اْر َض الَّلُهَّم َع ِن ْالُخ َلَفاِء الَّر اِش ِد ْيَن َأِبى َبْك ٍر َو ُع َم ر َو ُع ْثَم ان‬
‫َو َع ِلى َو َعْن َبِقَّيِة الَّصَح اَبِة َو الَّتاِبِع ْيَن َو َتاِبِع ي الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلى َيْو ِم الِّدْيِن َو اْر َض َع َّنا َم َعُهْم ِبَرْح َم ِتَك‬
‫َيا َأْر َح َم الَّر اِح ِم ْيَن َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت َو اْلُم ْسِلِم ْيَن َو اْلُم ْسِلَم اِت َاَالْح يآِء ِم ْنُهْم َو ْاَالْمَو اِت اللُهَّم‬
‫َأِع ِّز ْاِإل ْس َالَم َو اْلُم ْسِلِم ْيَن َو َأِذ َّل الِّش ْر َك َو اْلُم ْش ِرِكْيَن َو اْنُصْر ِع َباَدَك اْلُم َو ِّح ِدَّيَة َو اْنُصْر َم ْن َنَص َر الِّدْيَن َو اْخ ُذ ْل َم ْن‬
‫َخ َذ َل ْالُم ْسِلِم ْيَن َو َد ِّم ْر َأْعَداَئَك َأْعَداَء الِّدْيِن َو َأْع ِل َك ِلَم اِتَك ِإَلى َيْو َم الِّدْيِن ‪ .‬اللُهَّم اْد َفْع َع َّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء‬
‫َو الَّزَالِزَل َو ْالِمَح َن َوُسْو َء ْالِفَتِن َو ْالِمَح ِن ‪َ ،‬م ا َظَهَر ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن ‪َ ،‬عْن َبَلِد َنا ِاْنُدوِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُبْلَداِن‬
‫ْالُم ْسِلِم ْيَن عآَّم ًة َيا َرَّب ْالَعاَلِم ْيَن ‪َ .‬رَّبَنا آِتنَا ِفى الُّد ْنَيا َح َس َنًة َو ِفى ْاآلِخ َرِة َح َس َنًة َو ِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‪َ .‬رَّبَنا َظَلْم َنا‬
‫َاْنُفَس َنا َوِإْن َلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن ْالَخ اِس ِرْيَن ‪ِ .‬ع َباَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َيْأُم ُر ِبْالَعْد ِل َو ْاِإل ْح َس اِن َوِإْيتآِء ِذ ي‬
‫ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن ْالَفْح شآِء َو اْلُم ْنَك ِر َو ْالَبْغ ِي َيِع ُظُك ْم َلَعَّلُك ْم َتَذ َّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُر وا َهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو اْش ُك ُرْو ُه َعلَى‬
‫ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َبْر‬

Anda mungkin juga menyukai