Anda di halaman 1dari 11

RESUME PANDANGAN AGAMA ISLAM

TERHADAP TINDAKAN MEDIS KEBIDANAN

DISUSUN OLEH :

AJENG DIAN LESTARI

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

TAHUN AJARAN 2018/2019


A. Pengertian Keluarga Berencana (KB).

Keluarga berencana (KB) merupakan gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran seperti perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan jumlah keluarga yang bisa di lakukan dengan pembatasan yang bisa di lakukan
dengan penggunaan alat kontrasepsi contohnya dengan menggunakan kondom , spiral , IUD ,
dan sebagainya .

Berikut Pandangan Menurut Agama Tentang Penggunaan KB :

1. Pandangan Al-Qur`an Tentang KB

Dalam al-qur`an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan
dalam kaitannya dengan KB ialah :

Surat An-Nisa` ayat 9 :

‫سديد واليقولوا فليتقوهللاا عليهم خافوا ضعافا ذرية خلفهم من تركوا لو الذين وليخششش‬

“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah .Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka.Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar”.

Dari ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam
KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,
memperhitungkan biaya hidup rumah tangga.

2. Hukum KB Menurut al-Qur’an dan Hadits

Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada yang melarang atau memerintahkan KB
secara jelas, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam, yaitu:

‫اال صل فى األشياء االباحة حتى يدل على الدليل على تحريمها‬

Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti
program KB, yakni karena hal-hal berikut:

• Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

)195 : ‫وال تلقوا بأيديكم إلى التهلكة (البقرة‬


“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.
• Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai dengan
hadits Nabi:

‫كادا الفقر أن تكون كفرا‬

“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.


 Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak terlalu
dekat sebagai mana hadits Nabi:

‫وال ضرر وال ضرار‬

“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.


3. Menurut Pandangan Ulama.
a.Ulama yang memperbolehkan : Diantara ulama yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali,
Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama yang membolehkan ini berpendapat bahwa
diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan
si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa
perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku
ketika janin mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada
surat al-Mu’minun ayat: 12, 13, 14.

b. Ulama yang melarang : diantaranya ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka
melarang mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti firman
Allah:

‫وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan
memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.

Adapun Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam


1) Cara yang diperbolehkan

Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh hukum islam antara
lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini
diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu.
2) Cara yang dilarang

Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh hukum islam, yaitu dengan cara
merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan.seperti : vasektomi, tubektomi, aborsi.

B. Bedah Plastik
1. Pengertian Bedah Plastik.
Operasi plastik adalah sebuah tindakan kedokteran yang menitikberatkan pada
rekonstruksi atau perbaikan cacat dan kekurangan fungsional pada fisik pasien yang
dikarenakan oleh penyakit, cedera, penyakit bawaan dan pembedahan yang pernah
dijalani. Bedah plastik juga meliputi rekonstruksi estetika dan tindakan bedah yang
bertujuan untuk memperbaiki kualitas fisik yang tidak diinginkan dari struktur tubuh
normal.

Adapun jenis-jenis operasi plastik terbagi menjadi 2 yaitu :


1. Operasi tanpa ada unsur kesengajaan.
Seperti operasi yang dilakukan hanya untuk pengobatan dari aib (cacat) yang ada dibadan, baik
karena cacat dari lahir (bawaan) seperti bibir sumbing, jari tangan atau kaki yang berlebih, dan
yang kedua bisa disebabkan oleh penyakit yang akhirnya merubah sebagian anggota badan,
seperti akibat dari penyakit lepra/kusta, TBC, atau karena luka bakar pada wajah akibat siraman
air panas.
2. Operasi yang dilakukan dengan sengajaan.
Maksudnya adalah operasi yang tidak dikarenakan penyakit bawaan (turunan) atau karena
kecelakaan, akan tetapi atas keinginannya sendiri untuk menambah keindahan dan
mempercantik diri.
2. Hukum Operasi Plastik
Adapun hukum mengenai operasi plastik oleh beberapa ulama dalam referensi kitab salaf yang
memperbolehkan, tapi berdasarkan hujjah atau dasar hukum yang dipakai berikut
petimbangan-pertimbangannya mengharamkan, kecuali untuk urusan kesehatan,” dikatakan
pula bahwa jika perubahan bentuk itu berkaitan dengan cacat wajah yang menyulitkan
seseorang dalam menjalani hidupnya, mengembalikan bagian yang hilang atau rusak karena
kecelakaan, atau untuk memfungsikan organ penting, maka itu diperbolehkan.
Al-Thabari berkata: “Bagi seorang waniita tidak diperbolehkan merubah sedikitpun dari asal
kejadian yang telah diciptakan oleh Allah baginya. Baik dengan cara menambahi atau
menguranginya untuk mempercantik diri.” Jadi menuut Al-Thabari bahwa operasi plastik tidak
diperbolehkan.
Apabila seorang anak dilahirkan dalam keadaan cacat pada telapak kakinya, sehingga
menyebabkan ia tidak dapat berjalan, sedangkan para dokter mampu mengembalikan keposisi
semula yang normal dengan izin Allah maka hendaklah mereka melakukannya. Kasus seperti
ini masuk didalam cakupan firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Maidah ayat 32 :
َ َّ‫َو َم ْن أَحْ َياهَا فَ َكأَنَّ َما أَحْ َيا الن‬
‫اس َج ِمي ًعا‬
“ Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seseorang manusia, maka seolah-olah Dia
memelihara kehidupan manusia semuanya.”
Quraish Shihab dalam bukunya pada bab operasi plastik menyebutkan bahwa Allah
memerintahkan seseorang mengubah sifat buruk yang di warisinya/sifat bawaanya,
mengubahnya menjadi baik,maka semestinya memperbaiki kondisi fisik yang burukpun tidak
perlu di larang, tetapi dalam konteks kecantikan semata, banyak ulama yang melarangnya,
alasan mereka antara lain, adalah karena itu mengubah ciptaan Allah yang melarang itu
menunjuk pada firman allah dalam Q.S. An-nisa ayat 119 :
‫ّللاِ فَقَ ْد‬ َ ‫ش ْي‬
ِ ‫طانَ َو ِليًّا ِم ْن د‬
َّ ‫ُون‬ ِ َّ َ‫ألضلَّنَّ ُه ْم َوأل َم ِِّنيَ َّن ُه ْم َوآل ُم َر َّن ُه ْم فَلَيُبَ ِتِّ ُك َّن آذَانَ األ ْنعَ ِام َوآل ُم َر َّن ُه ْم فَلَيُغَيِ ُِّر َّن خ َْلق‬
َّ ‫ّللا َو َم ْن يَت َّ ِخ ِذ ال‬ ِ ‫َو‬
‫َخس َِر ُخس َْرا ًنا ُم ِبي ًنا‬
“Dan pasti akan kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada
mereka, dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, lalu mereka
benar-benar memotongnya, dan akan kusuruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka
benar-benar mengubahnya. Barang siapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah,
maka sungguh dia menderita kerugian yang nyata.”
Ulama mayoritas membolehkannya jika hal tersebut dalam konteks pengobatan/memperbaiki
apa yang cedera. pada masa Nabi saw. ada seorang yang bernama Arfajah, yang putus
hidungnya.dia menggantinya dengan bahan perak,tetapi gagal dan berbau, maka Nabi saw.
menganjurkanya menggunakan emas (H.R. At-Tirmidzi). Ini membuktikan bolehnya
melakukan pengobatan dan perbaikan anggota badan, walaupun dengan menggunakan emas
buat lelaki.
Hadist Abdullah bin Mas’ud r.a., bahwasanya dia berkata, “aku mendengar Rasulullah saw
melaknat wanita-wanita yang meminta dicabut bulu alisnya dan para wanita yang
merenggangkan giginya, yakni mereka yang mengubah ciptaan Allah “. Diriwayatkan oleh Al-
Bukhari dan Muslim.
Dalam ushul fikih, cacat atau akibat kecelakaan dapat dikategorikan sebagai mudharat atau
disebut kemudaratan. Kemudaratan mengakibatkan ketidakbaikan yang akhirnya membuat
orang yang mengalami kemudaratan ini tidak merasa nyaman beragama. Oleh karena itu, Islam
memang bukan agama yang memudah-mudahkan sesuatu, tetapi bukan pula agama yang
mempersulit. Kemudaratan mesti dihilangkan atau setidaknya menguranginya melalui operasi
plastik.
Bolehnya menghilangkan kemudaratan berupa cacat sejak lahir atau cacat akibat kecelakaan
adalah berdasarkan kaidah fikih yang berbunyi ‫“ الضرر يزال‬kemudaratan itu mesti dihilangkan”,
sehingga operasi plastik pun legal dilakukan dengan ketentuan sesuai dengan tujuan yang
disebutkan.
Adapun jika ada sebab-sebab yang mengharuskan seseorang menjalani operasi, walaupun jika
tidak dilakukan maka tidak menyebabkan dia meninggal dunia, misalnya bibir sumbing yang
menyebabkan orang terganggu saat minum dan saat berbicara. Maka kaidahnya adalah
terhadap semua yang cacat tubuh yang menganggu itu boleh dilakukan tindakan operasi untuk
menghilangkannya. Karena islam adalah syariat kasih sayang, sehingga tindakan ini dianggap
sebagai usaha mengembalikan kepada bentuk fisik yang normal bukan mengubah ciptaan.

C. Pengertian Euthanasia

Euthanasia berasal dari kata Yunani "euthanatos", yang terbentuk dari kata "eu" dan
"thanatos" yang masing-masing berarti "baik" dan "mati". Jadi euthanasia artinya membiarkan
seseorang mati dengan mudah dan baik. Kata ini. Juga didefinisikan sebagai "pembunuhan
dengan belas kasian" terhadap orang sakit, luka-luka atau lumpuh yang tidak memiliki harapan
sembuh dan didefinisikan pula sebagai pencabut nyawa sebisa mungkin dengan tidak
menimbulkan rasa sakit.
Secara umum euthanasia dapat dikelompokkan menjadi dua katagori:
1. Euthanasia Pasif/Negatif
Yaitu tindakan membiarkan pasien yang berada dalam keadaan tidak sadar (koma). Karena
berdasarkan usulan medis sudah tidak ada harapan hidup (tidak ada tanda-tanda kehidupan)
yang disebabkan karena rusaknya salah satu organ, tidak berfungsinya jantung dan lain-lain.
Dengan kata lain tenaga medis tidak lagi melanjutkan bantuan atau menghentikan proses
pengobatan.
Contohnya : Seseorang penderita kanker ganas dengan rasa sakit yang luar biasa. Hingga
penderita pingsan, menurut pengetahuan medis orang yang sakit ini tidak ada harapan untuk
bisa hidup normal lagi (tidak ada harapan hidup). Sehingga penderita tersebut dibiarkan mati
secara alamiah, karena walaupun peralatan medis digunakan sudah tidak berfungsi lagi bagi
pasien.
Firman Allah dalam surat Ali Imran 156:

ِ َ‫ّللاُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬


‫صير‬ َّ ‫ّللاُ يُحْ يِي َوي ُِميتُ ۗ َو‬
َّ ‫و‬.....
َ

“....Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS.
Ali Imran:156)

2. Euthanasia Aktif
Yaitu tindakan mempercepat proses kematian, baik dengan memberikan suntikan atau
polesan alat-alat bantu pengobatan. Seperti: saluran oksigen, alat pembantu jantung dan lain-
lainnya. Sementara pasien sebenarnya masih menunjukkan adanya harapan hidup berdasarkan
usulan medis.
Firman Allah dalam surat An-Nisaa ayat 29:

‫ّللاَ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬ َ ُ‫و ََل ت َ ْقتُلُوا أَ ْنف‬.....


َّ ‫س ُك ْم ۚ إِ َّن‬ َ

".....Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
Kepadamu". (QS. An Nisaa:29)

a) Motivasi Euthanasia
Pasien yang melakukan euthanasia dengan memperhatikan beberapa alasan:
1. Faktor Ekonomi
Yaitu salah satu sebab bagi seseorang untuk melakukan euthanasia, dikarenakan biaya
yang dibutuhkan untuk pengobatan yang sangat mahal, sehingga pasien dibiarkan dengan
peratan medis yang seadanya, padahal pasien tersebut membutuhkan pengobatan yang
meksimal untuk mengobati penyakit itu. Faktor ekonomi ini sangat berpengaruh dalam
pengobatan pasien, apalagi pada zaman sekarang ini, semua perlatan medis sulit dijangkau oleh
masyarakat biasa (miskin).
2. Pertimbangan Sarana dan Petugas Medis
Argumen pemikiran ini didasarkan atas pengutamaan seseorang individu diatas
individu yang lain, dengan alasan apabila ada pasien yang masih muda dan diprediksikan lebih
berpeluang untuk sembuh. Dengan alasan semacam ini, petugas medis lebih mengutamakan
pasien yang lebih muda tersebut. Namun bagi seorang muslim, masalah seperti ini tidak
diindahkan, hal ini di tegaskan di dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 145:
َّ ‫َو َما َكانَ ِلنَ ْف ٍس أ َ ْن ت َ ُموتَ ِإ ََّل ِبإِذْ ِن‬
....‫ّللاِ ِكتَابًا ُم َؤ َّج ًل‬
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang
Telah ditentukan waktunya". (QS. Ali Imran:145)
Dengan demikian tidak ada jaminan bahwa pasien yang sakit ringan mampu hidup lebih
lama ketimbang pasien yang sakit parah. Padahal kematian seseorang tidak akan terjadi kecuali
atas kehendak-Nya.
3. Mati Dengan Layak
Artinya bagi pasien yang sekarat yang diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
menikmati apa yang mereka inginkan daripada terbaring ditempat tidur, yaitu dengan
memberikan obat dalam dosis yang mematikan, sehingga si pasien tidak dengan cepat
mengakhiri hidupnya, padahal tindakan semacam ini sama saja dengan bunuh diri dan
merupakan dosa besar dalam pandangan Islam.
Hadits Rasulullah dari Anas bin Malik yang artinya:
"Janganlah seseorang diantara kamu mengharapkan mati dikarenakan oleh musibah yang
menimpanya: tetapi jika ia mengharapkan mati, hendaknya ia mengatakan: "ŷₐ Allah,
panjangkanlah umurku jika itu yang terbaik bagiku dan matikanlah aku jika kematian adalah
yang terbaik untukku"
Karena itu, seseorang muslim harus selalu berserah diri (tawakal) kepada Allah dan
kesedihan tidak boleh dibiarkan melanda selama masa-masa buruk yang dialaminya, kendati
harus pasrah menerima datangnya kematian, seseorang tidak boleh kehilangan harapan akan
kasih sayang Allah. (Abdul Fadl Mohsin Ebrahim. Telaah Fiqh dan Biotika Islam, Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta. 2001, hal. 154 )
b) Perspektif Agama-Agama Terhadap Euthanasia
Sebagian besar agama-agama yang ada tidak menyetujui euthanasia, karena beberapa alasan:
 Ajaran agama pada umumnya menyatakan bahwa kematian, merupakan akhir dalam
rangkaian kehidupan di dunia. Sepenuhnya adalah hak Tuhan, tidaka ada seorangpun
di dunia ini yang berhak untuk menunda sedikitpun waktu kematian, termasuk
mempercepat waktu kematian. Orang yang melakukan euthanasia berarti dapat
dikatagorikan putus asa dan orang putus asa tidak diperbolehkan oleh setiap agama.
 Semua agama mempunyai perintah/larangan dalam kitabsuci masing-masing yaitu
larangan membunuh, baik itu diri sendiri maupun orang lain. Karena setiap ada
perintah/larangan pasti ada balasan yang diberikan.
 Kehidupan manusia adalah sesuatu yang suci, karena itu kehidupan manusia harus
dilindungi dan dipelihara sebagai hak istimewa yang diberikan kepada setiap manusia.
c) Pandangan Islam Terhadap Euthanasia
Ajaran Islam memberi petunjuk yang pasti tentang kematian. Dalam Islam ditegaskan bahwa
semua bentuk kehidupan ciptaan Allah akan mengalami kebinasaan, kecuali Allah sendiri
sebagai sang pencipta.
Firman Allah:
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya
kepada-Nyalah kamu dikembalikan”
Islam mengajarkan bahwa kematian datang tidak seorang pun yang dapat
memperlambat atau mempercepatnya. Allah menyatakan bahwa kematian hanya terjadi dengan
izin-Nya dan kapan saat kematian itu tiba telah ditentkan waktunya oleh Allah. Dalam Islam
kematian adalah sebuah gerbang menuju kehidupan abadi (akhirat) dimana setiap manusia
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup didunia dihadapan Allah SWT.
Kode etik kedokteran Islami yang disahkan oleh Konferensi Internasional Pengobatan
Islam yang pertama (The First International Conference of Islamic Medical) menyatakan:
bahwa euthanasia aktif sama halnya dengan bunuh diri (tidak dibenarkan) sesuai dengan frman
Allah:
“Dan janganlahkamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah maha penyayang
kepadamu”
Kesabaran dan ketabahan terhadap rasa sakit dan penderitaan sangat dihargai dan
mendapat pahala yang besar dalam Islam. Sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah menimpa kepada
seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit,kesedihan, kesusahan maupun penyakit,
bahkan dari yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan
musibah yang dicobakannya itu” (HR. Bukhari Muslim)
d) Beberapa Pendapat Ulama Tentang Euthanasia
Diantara masalah yang sudah terkenal dikalanga Ulama syara’ ialah bahwa mengobati atau
berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya, pendapat ini dikemukakan menurut Jumhur
Fuqaha dan Imam-Imam mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini hanya
segolongan kecil yang mewajibkannya. Sahabat-sahabat Imam syafi’i, Imam Ahmad dan
sebagian Ulama menganggap bahwa mengobati itu sunnat.
Para Ulama berbeda pendapat mengenai mana yang lebih utama. Berobat ataukah
bersabar? Diantara mereka ada yang berpendapat bahwa bersabar (tidak berobat) itu lebih
utama, berdasarkan hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan dalam kitab sahih dari seorang wanita
yang ditimpa penyakit, wanita itu meminta kepada Nabi SAW agar mendoakannya, lalu beliau
menjawab “Jika engkau mau bersabar (maka bersabarlah) engkau akan mendapat surga; jika
engkau mau, maka saya doakan kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu. Wanita itu
menjawab aku akan bersabar. Sebenarnya saya tadi ingin dihilangkan penyakit saja, oleh
karena itu doakanlah kepada Allah agar saya tidak minta dihilangkan penyakit saya. Lalu
Nabi mendoakan orang itu agar tidak meminta dihilangkan penyakitnya”.
Dalam kaitan ini Imam Abu Hamid Al-Ghazali membantah orang yang berpendapat
bahwa tidak berobat itu lebih utama dalam keadaan apapun. Pendapat fuqaha yang lebih
popular mengenai masalah berobat atau tidak bagi orang sakit adalah: sebagian besar diantara
mereka berpendapat mubah, sebagian kecil menganggapnya sunat, dan sebagian kecil lagi
(lebih sedikit) berpendapat wajib.
D. Pengertian AIDS (Acquired Immune deficiency syndrome)
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak system kekebalan tubuh
manusia. Virus tersebut dinamakan HIV (Human Immuno defiency virus). Biasanya system
kekebalan tubuh melindungi tubuh terhadap penyakit kalau system kekebalan tubuh di rusak
oleh virus AIDS, maka serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya akan menyebabkan
sakit dan meninggal.
Sebab timbulnya AIDS disebabkan oleh Virus HIV adalah akibat penyimpangan seksual, hasil
hubungan seksual. Mereka menyimpulkan bahwa penularan AIDS terutama terdapat dalam
darah, air mani dan cairan vagina.
1. AIDS Menurut Pandangan Agama Islam
AIDS di anggap sebagai kutukan dan adzab Allah jika di derita oleh pelaku kemaksiatan,
melampaui batas, mempunyai penyimpangan dalam hubungan seksual, atau melanggar
ketentuan Allah, sebagaimana tercakup dalam firman Allah “Telah Nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepadanya”.
Juga dinyatakan dalam hadist Nabi, jika perjinahan yang merupakan sebab utama terjangkitnya
Virus HIV telah merajalela di masyarakat maka Allah akan menurunkan adzabnya. “Jika
perzinahan dan riba telah melanda di suatu kampung, maka mereka telah menghalalkan untuk
diri mereka sendiri siksaan Allah (H.R al-Thabarani dan al-Hakim)” HIV/AIDS dapat di
anggap sebagai cobaan jika di derita oleh orang-orang yang beriman dan shaleh, seperti
tertulari melalui jarum suntik, donor darah, dsb. Hal ini tercakup dalam kandungan ayat al-
Quran “dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekuranagn harta, jiwa dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar (Q.s. al-Baqarah (2): 155).
Jadi, pengidap HIV AIDS dapat dianggap sebagai cobaan,bagi orang shaleh yang menderita
AIDS karena tertulari orang lain,bukan karena penyimpangan seksual yang dilakukan.karena
dampak dari adzab Allah kadang-kadang diturunkan tidak hanya mengenai orang yang dzalim
saja,tetapi berlaku umum,akan mengenai pula orang-orang yang bertakwa,sebagaimana di
tegaskan dalam al-Qur’an : “Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu.dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-nya.(Q.s. al-Anfal(8):25) Juga dinyatakan dalam hadits Nabi : “Jika manusia melihat
suatu kemungkaran dan tidak bertindak mengubahnya,maka dikhawatirkan Allah akan
menimpakan siksa kepada merka yang sifatnya menyeluruh “(HR.Ibnu Majah dan al-Tirmidzi)
Dengan demikian penderita AIDS seharusnya diperlakukan secara normal,dia berhak untuk
diperlakukan dengan baik sebagaimana kepada orang lain yang tidak sakit atau menderita
penyakit lain .
 Tuntunan Islam bagi pengidap AIDS Bagi seseorang yang sudah terlanjur tertular virus
HIV/AIDS,ajaran Islam memberikan tuntunan umum sebagaimana dianjurkan pada
mereka yang sedang menunggu saat-saat kematian,antara lain adalah sebagai berikut :
a. Bertaubat
b. Taqarrub ilallah
c. Doa
d. Tawakkal.

Anda mungkin juga menyukai