Anda di halaman 1dari 11

HUKUM PROTESA

DALAM ISLAM
Drg. Rahmat Hidayat
Definisi Protesa
Protesa (=prosthesis) dimaksudkan suatu penggantian buatan atau tiruan
yang dibuat untuk menggantikan salah satu bagian tubuh yang hilang atau
memang lahir tidak ada; misalnya tangan, kaki, mata, gigi, dsb.
Prostetik (=prosthetics) adalah seni dan ilmu yang bersangkutan dengan
pembuatan, pemasangan dan perawatarn dengan suatu protesa.
Urfujah bin Asad:
Hidungnya terpotong terkena senjata
pada peristiwa perang Al-Kulab di
zaman jahiliyah. Kemudian beliau
tambal dengan perak, namun
hidungnya malah membusuk.
Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa
sallam memerintahkannya untuk
menggunakan tambal hidung dari
emas. Dan ternyata cocok (HR An
Nasai 5161 dan Abu Dawud 4232)

(Sesuai Kadarnya)
Jalan satu-satunya
PATOKAN:
CACAT DAN TIDAK NORMAL
BUKAN VARIASI PENCIPTAAN
Boleh karena sebab penyakit atau kecacatan

Sahabat Ibnu Masud radhiallahu anhu berkata,



Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang orang mencukur alis, mengkikir gigi, menyambung
rambut, dan mentato, kecuali karena penyakit. [2]

As-Syaukani menjelaskan,
( )
Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kecuali karena penyakit dzahir maksudnya bahwa keharaman yang
disebutkan,yaitu jika dilakukan untuk tujuan memperindah penampilan, bukan untuk menghilangkan
penyakit atau cacat, karena semacam ini tidak haram.[3]
Kecantikan Bukan Darurat







Semoga Allah melaknat orang yang mentato, yang minta ditato, yang mencabut
alis, yang minta dikerok alis, yang merenggangkan gigi, untuk
memperindah penampilan, yang mengubah ciptaan Allah.
[HR. Bukhari 4886]
Fatwa Lajnah Daimah (Komisi Fatwa Arab
Saudi)
Mencabut gigi kemudian mengganti dengan gigi palsu, apakah termasuk merubah ciptaan Allah?

. :


.} { :
Jawaban:
Tidak mengapa mengobati gigi yang copot atau rusak dengan menghilangkan bahaya atau
mecabutnya. Kemudian menggantikannya dengan gigi palsu jika diperlukan. Karena ini termasuk
pengobatan yang mubah untuk menghilangkan bahaya. Ini tidak termasuk dalam mengubah
ciptaan Allah sebagaimana pemahaman penanya. Karena yang dimaksud dengan fitrah dalam
firman Allah Taala,Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah[fatwa no.21104]
GIGI PALSU PADA MAYIT, DIAMBIL
ATAU DIBIARKAN?
Jenazah muslim wajib disikapi sebagaimana orang hidup. Artinya tidak boleh dikerasi, tidak boleh
dilukai, atau diambil bagian tubuhnya, apalagi dipatahkan tulangnya.
Dari Aisyah radhiyallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Mematahkan tulang mayit, statusnya sama dengan mematahkan tulangnya ketika masih hidup.
(HR. Abu Daud 3207, Ibnu Majah 1616, dan yang lainnya).

Bagian prinsip penting dalam syariat, kehormatan seorang muslim ketika sudah mati statusnya sama
dengan kehormatannya ketika masih hidup. Karena itu, tidak boleh dilanggar kehormatannya.
(FatawaSyabakahislamiyah,no.12511)
GIGI PALSU PADA MAYIT, DIAMBIL
ATAU DIBIARKAN?
Dalam kitab al-Fushul dinyatakan, jika ada orang yang butuh untuk
mengikat giginya dengan emas, kemudian giginya diberi kawat emas. Atau dia
butuh hidung emas, kemudian dia diberi hidung emas lalu diikat, kemudian
dia mati, maka tidak wajib dilepas dan dikembalikan kepada pemiliknya.
Karena melepasnya menyebabkan menyayat mayat. (al-Inshaf, 2/555).

jika benda itu bernilai, maka boleh diambil, kecuali jika dikhawatirkan akan
merusak badan mayit
GIGI PALSU PADA MAYIT, DIAMBIL
ATAU DIBIARKAN?
Para ulama menegaskan bahwa tidak wajib mengambil benda asing yang ada pada tubuh mayit.
Makna tidak wajib, artinya keberadaan barang itu di tubuh mayit, tidak memberikan dampak
apapun bagi mayit. Keberadaan benda itu, tidaklah menyebabkan si mayit menjadi tertahan
amalnya atau dia tidak tenang, atau keyakinan semacamnya.

Pada prinsipnya melepas benda yang ada di jasad mayit tidak diperbolehkan, kecuali jika ada 2
pertimbangan, misalnya karena nilainya yang mahal atau karena benda yang ada di tubuh mayit
itu najis.

Jika dikhawatirkan akan merusak badan mayit, misalnya ketika gigi itu diambil akan merusak
rahang, maka gigi itu dibiarkan untuk dikubur bersama mayit. (as-Syarh al-Mumthi, 5/283).

Anda mungkin juga menyukai