Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

      A.     Latar Belakang


Wanita identik dengan berhias. Ia ingin selalu terlihat cantik. Oleh sebab
itu, banyak kita dapati salon-salon kecantikan yang siap memanjakan mereka.
Karena mereka selalu menganggap kurang apa yang telah mereka miliki. Namun,
dengan berdirinya salon kecantikan, hal itu banyak membuat wanita melakukan
perawatan yang terkadang menyimpang dari hal-hal yang berkaitan dengan
hukum Islam.
Apalagi dengan zaman yang modern ini, semua mudah didapati dan serba
ada. Banyak orang-orang yang mengubah ciptaan Allah Swt dengan cara operasi
plastik, menyambung  rambut, memasang behel dan lain sebagainya. Memang
semua itu adalah untuk memperbaiki adanya yang mengganggu dalam diri kita.
Akan tetapi ada hal-hal yang membuat hukumnya tidak diperbolehkan dalam
Islam karena semata-mata untuk kecantikan bukan untuk yang lainnya. Dari
situlah adanya hukum-hukum Islam dalam mengubah ciptaan Allah Swt dan
kecantikan dalam persektif Islam. Dengan adanya hukum Allah Swt agar manusia
lebih bersyukur apa yang telah Allah berikan kepada kita semua.

  B.   Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Orthodonsi (merapikan gigi)?
2. Bagaimana hukum Orthodonsi dalam Islam?

C.   Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Orthodonsi (merapikan gigi).
2. Untuk mengetahui Bagaimana hukum Orthodonsi dalam Islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Orthodonsi (merapikan gigi)

Keahlian medis dalam masalah merapikan gigi yang dikenal dengan istilah
orthodonsi (orthodontics) merupakan nikmat Allah SWT kepada umat manusia
untuk mengembalikan kepada fitrah penciptaannya yang paling indah (fi ahsani
taqwim) yang patut disyukuri dengan menggunakannya pada tempatnya dan tidak
disalahgunakan untuk memenuhi nafsu insani yang kurang bersyukur. Oleh
karena itu Islam sangat memuliakan ilmu kesehatan dan kedokteran sebagai alat
merawat kehidupan dengan izin Allah swt. Ia bahkan memerintahkan kita semua
sebagai fardhu ‘ain (kewajiban personal) untuk mempelajarinya secara global dan
mengenali diri secara fisik biologis sebagai media peningkatan iman dan
memenuhi kebutuhan setiap individu dalam menyelamatkan, memperbaiki dan
menjaga hidupnya. Firman Allah swt. yang artinya:

ِ ‫م اَفَالَ تُ ْب‬Eْ ‫س ُك‬


21َ ‫ص ُر ْون‬ ِ ‫َو فِي األَر‬
ِ ُ‫ َوفِي اَ ْنف‬20 َ‫ض أيتُ لِل ُموقِنِين‬

Artinya:“Dan di bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang


yang yakin. Dan juga pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan.?” QS. Ad-Dzariyat (51) : (20-21)

Sabda Nabi SAW :

Dalam hal pemasangan gigi emas, secara spesifik Imam Ibnu Sa’ad dalam
Thabaqatnya (III/58) telah meriwayatkan dari Waqid bin Abi Yaser bahwa
sahabat dan menantu Nabi saw ‘Utsman bin ‘Affan ra. pernah memasang mahkota
gigi dari emas, supaya giginya lebih kuat dan tahan lama. Pemakaian gigi emas
tidak dilarang sebagaimana dilarangnya laki-laki oleh Nabi saw untuk memakai
perhiasan emas atau pemakaian bejana emas sebagai asesoris (HR. Muslim dan
Abu Dawud).

2
Sebab disini yang harus menjadi penekanan adalah fungsi kekuatan dan
kesehatan gigi palsu dengan bahan emas dan bukan untuk fungsi perhiasan dan
pamer kemewahan sebagaimana alasan yang dipakai oleh ‘Utsman dalam
menggunakan gigi palsu emas. Di samping itu penggunaan bahan emas pada gigi
palsu adalah untuk pemakaian yang tergolong dalam bukan pemakaian luar.
Kawat gigi dalam bahasa kedokteran disebut dental braces atau
orthodontic braces yaitu alat yang digunakan pada bidang kedokteran gigi untuk
memperbaiki susunan gigi yang tidak teratur. Semula, kawat gigi digunakan untuk
mengencangkan gigi karena gigi terlalu maju (tonggos) serta susunan gigi tak
merata. Kawat gigi juga berfungsi untuk meratakan susunan gigi yang tumbuh tak
beraturan.

Namun, perubahan fungsi kawat gigi kini semakin terlihat. Kawat gigi
tidak hanya digunakan sebagai alat kesehatan, namun menjadi trend yang sedang
digandrungi. Orang-orang bergigi normal, ikut meramaikan behel agar terlihat
percaya diri. Tak ketinggalan, karet kawat gigi juga menjadi sesuatu yang dapat
dipamerkan. Penahan kawat gigi ini didesain untuk bongkar pasang layakya
mainan. Adapun arti secara harfiah orthodonti sendiri berasal dari bahasa Yunani
yaitu orthos yang berarti lurus dan dons yang berarti gigi.

Istilah orthodonti sendiri digunakan pertama kali oleh Le Foulon pada


tahun 1839. Ilmu orthodonti sebagai suatu ilmu pengetahuan seperti yang kita
kenal dewasa ini barulah kira-kira 50 tahun yang lalu dan lambat laun
berkembang terus sehingga seolah-olah menjadi bidang spesialisasi dalam
kedokteran gigi. Pada zaman dahulu yaitu 60 hingga 70 tahun yang lalu ilmu
orthodonti memang sudah dikenal seperti halnya dengan ilmu penambalan gigi
dan pembuatan gigi tiruan, tetapi konsepnya berbeda dengan konsep ilmu
orthodonti yang sekarang. Jika dulu yang dipentingkan hanyalah masalah mekanis
saja, dalam arti penggunaan alat-alat untuk meratakan susunan gigi yang tidak
rata, sekarang masalah biologis juga turut menjadi perhatian.

3
Maksud dan tujuan dari perawatan orthodonti sendiri ada beberapa macam
yaitu:

1. Menciptakan dan mempertahankan kondisi rongga mulut yang sehat


2. Memperbaiki cacat muka, susunan gigi geligi yang tidak rata, dan fungsi
alat-alat pengunyah agar diperoleh bentuk wajah yang seimbang dan
penelanan yang baik
3. Memperbaiki cacat waktu bicara, waktu bernafas, pendengaran, dan
mengembalikan rasa percaya diri seseorang
4. Menghilangkan rasa sakit pada sendi rahang akibat gigitan yang tidak
normal
5. Menghilangkan kebiasaan buruk, seperti: menghisap ibu jari, menggigit-
gigit bibir, menonjolkan lidah, bernafas melalui mulut

2. Hukum Orthodonsi (merapikan gigi atau memasang behel)

a.  Hukum Mengikir Gigi

Perbuatan ini diharamkan, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa


sallam:

ِ ‫صلَ ِة وال َوا‬


‫ش َم ِة إال ِمن دَا ٍء‬ ِ ‫والوا‬
َ ‫اش َر ِة‬
ِ ‫والو‬
َ َ ‫نَ َهى عَن النَا ِم‬
‫ص ِة‬

Artinya : “Rasulullah SAW melarang orang yang mencukur alis, mengikir gigi,
menyambung rambut, dan mentato, kecuali dikarenakan adanya penyakit.”1

As-syaukani menerangkan bahwasanya makna lahiriah dari Nabi


Muhammad SAW, “dikarenakan adanya penyakit”. Yaitu keharaman yang
dimaksud adalah jika dilakukan untuk tujuan memperindah penampilan, bukan
berujuan menghilangkan penyakit atau cacat. Karena dengan alasan semacam ini
perbuatan tersebut tidak diharamkan.2

1
HR. Ahmad no. 3945
2
Dikutip dari buku dr. Raehanul Bahraen Fikih kontemporer kesehatan wanita hal.265

4
Mengikir gigi merupakan perbuatan yang merubah ciptaan Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan menyibukkan diri dengan perbuatan sia-sia yang tidak ada
manfaatnya, dan hanya membuang-buang waktu yang seharusnya dipergunakan
untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat bagi manusia. Perbuatan tersebut juga
merupakan penipuan dan penggelapan serta menunjukkan kerdilnya manusia.

b. Hukum Mengikir Gigi Untuk Keindahan

Diharamkan bagi wanita muslim untuk mengikir gigi-giginya dengan tujuan


memperindah diri, dengan cara mendinginkan gigi-giginya dengan pendingin
sehingga tampak merenggang jarak antara gigi-giginya supaya kelihatan cantik.
Namun apabila terdapat kotoran pada gigi-giginya yang mengharuskannya
mengubahnya, dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran tersebut, atau karena
terdapat ketidaknyamanan yang mengharuskannya untuk memperbaikinya dengan
tujuan untuk menghilangkan ketidaknyamanan tersebut, maka perbuatan tersebut
tidak mengapa, karena hal itu termasuk dalam berobat dan membuang kotoran,
yang hanya bisa dilakukan oleh dokter spesialis.

Sahabat Ibnu Mas’ud RA berkata:

ُ ِ‫ ل‬،‫صات وال ُمتَفَلجات‬


ِ‫لحس ِن ال ُم َغيرات خلق هللا‬ َ ‫ وال ُمتَنَ ِم‬،‫شمات‬ ِ ‫لَ َعنَ هللا ال َوا‬
ِ َ ‫شما‬
ِ ‫ت والموت‬

Artinya:“Semoga Allah melaknat orang yang mentato, orang yang minta ditato,
orang yang mencabut alis, orang yang minta dikerok alis, dan orang yang
merenggangkan gigi untuk memperindah penampilan serta mengubah ciptaan
Allah.”3

c. Hukum Mengikir Gigi Untuk Tujuan Pengobatan

Mengubah gigi untuk tujuan memperindahnya dan untuk menampakkan


ketajamannya adalah perbuatan haram. Namun apabila untuk tujuan pengobatan,
maka tidak mengapa. Jika tumbuh gigi pada wanita yang menyusahkannya, maka
diperbolehkan untuk mencabutnya karena gigi tersebut merusak pemandangan
3
HR. Bukhori no 4886

5
dan menyulitkannya dalam makan, sedangkan membuang aib (kekurangan)
diperbolehkan menurut syari’at. Demikian pula apabila terdapat kelainan yang
memerlukan pengobatan, maka diperbolehkan. berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ِ ‫صلَ ِة وال َوا‬


‫ش َم ِة إال ِمن دَا ٍء‬ ِ ‫والوا‬
َ ‫اش َر ِة‬
ِ ‫والو‬
َ َ ‫نَ َهى عَن النَا ِم‬
‫ص ِة‬

Artinya : “Rasulullah SAW melarang orang yang mencukur alis, mengikir gigi,
menyambung rambut, dan mentato, kecuali dikarenakan adanya penyakit.”(HR.
Ahmad no. 3945)

d. Meluruskan Gigi dan Mendekatkan antara Gigi-Gigi

Bila memang diperlukan, misalnya ada kelainan yang harus diperbaiki, maka
hukumnya diperbolehkan. Namun apabila tidak diperlukan, maka hukumnya tidak
boleh. Bahkan terdapat larangan untuk mengubah gigi dan mengikirnya untuk
keindahan, beserta ancaman bagi pelakunya, karena perbuatan tersebut termasuk
sia-sia dan mengubah ciptaan Allah.

Jika hal itu untuk pengobatan atau untuk membuang kelainan,atau untuk
kebutuhan, misalnya seseorang tidak bisa makan dengan baik kecuali dengan
mngubah gigi-giginya, maka hal tersebut diperbolehkan.4

Islam juga menetapkan fardhu kifayah (kewajiban kolektif) dan


menggalakkan adanya ahli-ahli di bidang kedokteran dan memandang kedokteran
sebagai ilmu yang sangat mulia. Imam Syafi’i berkata: “Aku tidak tahu suatu ilmu
setelah masalah halal dan haram (Fiqih) yang lebih mulia dari ilmu kedokteran.”
(Al-Baghdadi dalam Atthib Minal Kitab was Sunnah:187).
Pemasangan gigi pada hakikatnya termasuk bagian dari praktek transplantasi
(pencangkokan) organ. Tatkala Islam muncul pada abad ke-7 Masehi, ilmu bedah
sudah dikenal di berbagai negara dunia, khususnya negara-negara maju saat itu,
seperti dua negara adi daya Romawi dan Persi. Namun pencangkokan jaringan

4
Dikutip dari web http://asep250277.blogspot.com/2014/02/masailul-fiqhiyyah-fiqih-
kontemporer.html.

6
belum mengalami perkembangan yang berarti, meskipun sudah ditempuh
berbagai upaya untuk mengembangkannya. Selama ribuan tahun setelah melewati
berbagai eksperimen barulah berhasil pada akhir abad ke-19 M, untuk
pencangkokan jaringan, dan pada pertengahan abad ke-20 M untuk pencangkokan
organ manusia. Di masa Nabi saw. peradaban Islam telah menunjukkan perhatian
terhadap masalah kesehatan sehingga muncul beberapa dokter ahli bedah di masa
Nabi yang cukup terkenal seperti al Harth bin Kildah dan Abu Ramtah Rafa’ah,.
Pembuatan dan pemasangan gigi sepanjang untuk alasan syar’i yakni karena
pertimbangan kebutuhan (haajah) medis untuk menormalkan atau memperbaiki
kelainan serta penggantian yang lepas untuk dapat mengunyah dan menggigit
kembali merupakan perbuatan dan profesi yang terpuji karena membawa kepada
kemaslahatan, bahkan sekalipun menggunakan bahan logam emas bagi pria
maupun wanita bila hal itu lebih maslahat, kuat, sehat dan bukan untuk tujuan
pamer kemewahan, sekadar asesoris perhiasan dan gaya berlebihan. Hal ini dapat
dianalogikan dengan bolehnya bedah plastik dengan alasan syar’i tersebut baik
dengan organ asli maupun buatan. Operasi plastik yang menggunakan organ
buatan atau palsu sudah dikenal di masa Nabi saw., sebagaimana diriwayatkan
Imam Abu Daud dan Tirmidzi dari Abdurrahman bin Tharfah yang mengisahkan
bahwa kakeknya ‘Arfajah bin As’ad pernah terpotong hidungnya pada perang
Kulab, lalu ia memasang hidung (palsu) dari logam perak, namun hidung tersebut
justru mulai membusuk, maka Nabi saw. menyuruhnya untuk memasang hidung
palsu dari bahan logam emas.

Adapun masalah pemasangan kawat gigi atau behel memang sebenarnya


diperuntukkan bagi orang-orang yang bermasalah dengan penampilan giginya,
atau dalam bahasa medis disebut sebagai memiliki persoalan ortodontik seperti
posisi gigi yang tonggos, tidak rata, jarang-jarang dan sebagainya yang
diakibatkan oleh berbagai faktor penyebab. Di antaranya karena faktor keturunan
dari orangtua, seperti cameh atau cakil, tonggos gigi berjejal, gigi jarang dan
sebagainya. Kelainan bawaan seperti sumbing juga bisa menyebabkan kelainan
ortodontik apalagi jika pada daerah sumbing itu tak ditumbuhi gigi. Faktor

7
penyebab lainnya adalah penyakit kronis, misalnya amandel, pilek-pilek (rhinitis
alergika), bernafas melalui mulut dan sebagainya. Beberapa kebiasaan buruk
seperti menopang dagu dan menjulurkan, kebiasaan menghisap jari terutama
dalam jangka waktu lama sampai lebih dari lima tahun atau kebiasaan ngempeng
anak balita terutama jika dotnya tak ortodontik (tak sesuai dengan anatomi rongga
mulut dan geligi) bisa pula menyebabkan penampilan gigi buruk.

Melihat berbagai faktor penyebab kelainan dan penanganan orthodontik


karena alasan medis tersebut di atas diperbolehkan dalam Islam baik sebagai
pasien maupun dokter gigi yang menanganinya, bahkan dianjurkan dan dapat
bernilai ibadah. Sebab Islam menganjurkan untuk berobat bila terjadi kelainan dan
ketidaknormalan pada fisik dan psikis. Bukankah Islam sangat memperhatikan
kesehatan sebagaimana pesan dalil-dalil yang telah di kemukakan di atas.
Belakangan ini ada kecenderungan dan fenomena penggunaan kawat gigi
menjadi semacam tren aksesoris yang merata khususnya yang lebih banyak kaum
perempuan, mulai dari siswa SD, anak ABG, para remaja, gadis belia dan dewasa
sampai kalangan ibu-ibu yang suka menggunakan kawat gigi dengan hiasan mata
cincin berwarna warni dan bahkan tidak jarang berlian serta permata yang tidak
jarang hanya sekadar ingin ikut-ikutan, sekadar ingin bergaya dan tampil trendi
atau biar kelihatan berkelas dan keren meskipun sebenarnya tidak perlu
memakainya dengan kondisi gigi yang normal.

Semua itu jika di luar kebutuhan mendesak medis dikategorikan sebagai


perbuatan tabzir (kemubaziran) dan isrof (berlebihan) demi gengsi, gaya hidup
(life style) dan sekadar pamer yang tidak terpuji dalam Islam karena kawat
tersebut tidak akan membawa pengaruh apa-apa pada pertumbuhan gigi
selanjutnya tetapi justru membuang-buang uang untuk sesuatu yang tidak perlu
dan cenderung berlebih-lebihan (israf) dan bermewah-mewahan yang dibenci dan
dikutuk Allah Swt.

8
‫َح َس َن‬
ْ ‫ص َّو َر ُك ْم فَ أ‬
َ ‫اء َو‬ ِ ‫الس م‬
ً َ‫اء ب ن‬
َ َ َّ ‫ار ا َو‬
ً ‫ض َق َر‬ ُ ‫اللَّ هُ الَّ ِذ ي َج َع َل ل‬
َ ‫َك ُم ا أْل َ ْر‬

ُّ ‫ار َك اللَّ هُ َر‬ ِٰ ِ ِ


‫ب‬ َ َ‫ َف تَ ب‬Eۖ ‫ َذ ل ُك ُم اللَّ هُ َر بُّ ُك ْم‬Eۚ‫ص َو َر ُك ْم َو َر َز قَ ُك ْم م َن الطَّ يِّ بَ ات‬
ُ
ِ ِ َ ‫ال‬
65 ‫ون‬ َ ‫ إِ نَّ ُك ْم م نَّ ا اَل ُت ْن‬Eۖ ‫َر وا ال َْي ْو َم‬
َ ‫ص ُر‬ ُ ‫ اَل تَ ْج أ‬64 ‫ين‬
َ ‫ْع الَم‬

Artinya: “Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit
sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi
kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah
Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. Janganlah kamu memekik
minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat
pertolongan dari Kami.” (QS. Al-Mukminun:64-65)

‫يل َو اَل ُت بَ ِّذ ْر َت ْب ِذ ًير ا‬


ِ ِ‫الس ب‬ ِ ِ
َ ‫ْق ْر بَ ٰى َح َّق هُ َو الْم ْس ك‬
َّ ‫ين َو ابْ َن‬ ِ ‫و‬
ُ ‫آت َذ ا ال‬ َ

Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,


kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS. Al-Isra’:26).

Akan lebih baik bila kelebihan rezki tersebut digunakan untuk beramal
shalih berupa sedekah terutama kepada korban kondisi krisis ekonomi dan
bencana yang justru secara spiritual akan mempercantik kepribadian diri secara
hakiki di samping akan membawa kebahagiaan dan keberkahan dunia dan akhirat.

9
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Orthondonsi merupakan perbuatan yang merubah ciptaan Allah


Subhanahu wa Ta’ala dan menyibukkan diri dengan perbuatan sia-sia yang tidak
ada manfaatnya, dan hanya membuang-buang waktu yang seharusnya
dipergunakan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat bagi manusia. Perbuatan
tersebut juga merupakan penipuan dan penggelapan serta menunjukkan kerdilnya
manusia, kecuali ada unsur syar`i

2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan semua pembaca dapat bersyukur
atas apa yang telah Allah berikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bahraen, Raehanul. Fikih kontemporer kesehatan wanita. 2017. PT Pustaka Imam


Syafi’i
http://asep250277.blogspot.com/2014/02/masailul-fiqhiyyah-fiqih-
kontemporer.html. diakses 14 april 2019 pukul 20.30 wib

http://nurhasanahalharbi.blogspot.com/2018/03/makalah-masailu-al-
fiqhiyah tentang.htm diakses 14 april 2019 pukul 20.43 wib

11
LAMPIRAN
STUDI KASUS ORTHODONSI

1. Kasus Gigi Berjejal

Pasien wanita 16 tahun dengan keluhan gigi ‘bertumpuk’, setelah 8 bulan


perawatan ortodonti gigi-gigi yang berjejal/ bertumpuk sudah mulai berada di
posisi yang benar. Perawatan ortodonti pada foto di sisi sebelah kanan belum
selesai, saat ini pasien masih melanjutkan perawatan ortodonti/behel.

Sumber jb-dental.com/before-and-after-foto-sebelum-dan-sesudah-perawatan-
ortodonti/

Pasien wanita 22 tahun dengan keluhan ‘gigi depan saya tumpang tindih
dan agak maju sehingga susah menutup mulut, gigi taring atas kanan saya agak
keluar’. Setelah 11 bulan perawatan, gigi yang bertumpang tindih sudah berada di
posisi yang lebih baik, gigi depan sudah lebih mundur sehingga pasien dapat

12
menutup mulut dengan lebih baik. Perawatan ortodonti pada foto di sisi sebelah
kanan belum selesai, saat ini pasien masih melanjutkan perawatan ortodonti/behel.

2. Kasus multiple diastema (celah di beberapa gigi)

Pasien laki-laki usia 19 tahun dengan keluhan “ gigi depan saya jarang-
jarang/ berjarak”. Setelah dilakukan perawatan ortodonti selama 8 bulan , gigi-
gigi yang berjarak sudah rapat, demikian juga dengan garis tengah / midline gigi
atas dan bawah sudah sejajar. Perawatan ortodonti pada foto di sisi sebelah kanan
belum selesai, saat ini pasien masih melanjutkan perawatan ortodonti/behel.

13
3. Kasus gigi depan maju (protrusive)

Pasien anak laki-laki usia 14 tahun dengan keluhan utama ‘gigi depan saya
sangat maju dan posisi kedua gigi taring atas saya sangat tinggi dbanding gigi seri
’. setelah 13 bulan perawatan ortodonti/behel, gigi depan atas telah mundur ke
posisi normal ( overjet 2mm) dan tumpang gigit (overbite) 2mm. Perawatan
ortodonti pada foto di sisi sebelah kanan belum selesai, saat ini pasien masih
melanjutkan perawatan ortodonti/behel.

Pasien wanita usia 15 tahun dengan keluhan “ gigi depan atas saya sangat
maju sehingga agak susah menutup bibir “ . Setelah melakukan perawatan
ortodonti/ behel selama 10 bulan gigi depan atas sudah mundur ( jarak /overjet
gigi depan atas terhadap bawah berkurang dari 10mm menjadi 2 mm) dan pasien
dapat menutup bibirnya dengan lebih baik. Profil pasien dari arah lateral/ samping
juga menjadi lebih baik. Perawatan ortodonti pada foto di sisi sebelah kanan
belum selesai, saat ini pasien masih melanjutkan perawatan ortodonti/behel.

14
4. Kasus openbite (gigitan terbuka)

Pasien wanita usia 23 tahun dengan keluhan utama ‘ saya tidak dapat
menggigit di gigi bagian depan. Saat gigi-gigi bagian belakang saya sudah
berkontak maksimal, gigi depan saya tidak bertemu/berkontak. Setelah 15 bulan
perawatan, jarak vertikal gigi depan atas terhadap bawah sudah berkurang dari
overbite -3mm menjadi 1mm. Sekarang pasien sudah dapat menggigit
menggunakan gigi depan bawah, dan pengucapan huruf konsonan seperti “S” atau
“Z” yang tadinya pasien mengalami kesulitan, sekarang pasien sudah dapat
mengucapkannya dengan lebih baik. Perawatan ortodonti pada foto di sisi sebelah
kanan belum selesai, saat ini pasien masih melanjutkan perawatan ortodonti/behel.

15
5. Gigi depan bawah maju (cameh)/ class III malocclusion

Pasien wanita 13 tahun dengan keluhan ‘cameh’ ( gigi depan bawah


berada di depan gigi depan atas) sehingga bibir bawah terlihat lebih maju dari
bibir atas. Setelah 15 bulan perawatan, gigi depan bawah sudah berada di
belakang gigi depan atas dan profil bibir pasien terlihat lebih baik. Perawatan
ortodonti pada foto di sisi sebelah kanan belum selesai, saat ini pasien masih
melanjutkan perawatan ortodonti/behel.

16
Jadi, Orthodonsi dalam pandangan Islam diperbolehkan apabila
membahayakan dalam segi kesehatan tetapi Haram hukumnya apabila hanya
untuk memperindah atau mempercantik diri. Pesan dari penulis, Allah
menciptakan manusia sempurna maka syukuri nikmat yang diberikan Allah untuk
kita, setiap orang punya kelebihan masing-masing. Percayalah dengan dirikita,
kita punya kelebihan tanpa harus merubah pemberian dari Allah SWT.

17

Anda mungkin juga menyukai