Anda di halaman 1dari 2

PEMAKAIAN BEHEL DALAM ISLAM

Lahir dengan hidung pesek, gigi meluber keluar, menciptakan definisi tersendiri dari
sebuah penampilan menarik. “Meski hidung sedikit pesek, yang penting gigi tidak offside”.
Mungkin inilah yang menginspirasi Celcus pada tahun 25 SM mengemukakan teori, bahwa
gigi dapat digerakkan dengan memberikan tekanan dengan tangan, sehingga diciptakan
peralatan sederhana yang didesain untuk mengatur gigi geligi oleh para arkeolog bangsa
Mesir, Yunani, dan Suku Maya di Meksiko kala itu.

Trobosan baru muncul pada abad ke-20 dengan ditemukannya Rubber Appliance oleh
Calvin S. Case dan H. A. Baker, dan berkembang menjadi Braces (Bracket), dan selanjutnya
dikenal dengan istilah behel. Sebuah temuan, pasti ada manfaatnya. Sebuah manfaat pasti
berefek pada perbaikan, dan hal itu disarankan agama. Namun, bagaiman hukum memakai
behel menurut padangan Islam.

Tak satupun dari ciptaan Allah yang dinamakan manusia, tidak sempurna.
Kesempurnaan dalam definisi Tuhan sebagai yang Maha Pencipta. Gigi nongol adalah
kesempurnaan, karena Omas tidak mungkin setenar sekarang kalau bukan karena pesona
giginya yang nongol.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya.” (QS. at-Tin, ayat 4). Dengan logika sederhana, sesuatu yang sempurna kemudian
dirubah, maka perubahan yang terjadi meniscayakan ketidaksempurnaan. Itulah sebabnya
Rasulullah saw melarang orang mencukur alis, mengkikir gigi, menyambung rambut, dan
mentato, kecuali karena penyakit. (HR. Ahmad).

Tak satupun teks baik dalam al-Quran maupun hadis menyebutkan kata “behel” atau
larangan menekan gigi agar tidak kelihatan tonggos. Namun, beberapa hadis bisa dijadikan
perumpamaan akan hal itu. seperti hadis Nabi saw yang mengatkan “Dilaknat perempuan-
perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang mengubah ciptaan
Allah.”(HR Bukhari dan Muslim).

Beberapa ulama hadis menganggap larangan memakai behel itu dilarang karena dua
hal. Pertama; karena merubah ciptaan Allah, sebagaimana yang sudah disebutkan
sebelumnya; dan kedua, bahwa perbuatan ini dianggap mengelabui orang lain.

Beda masa beda trend. Pada masa Jahiliyah, trend yang berkembang adalah
menjarangkan gigi, agar wanita inging dianggap cantik. Beda dengan hari ini,
kebanyakkannya sudah menukar ‘style’ mereka kepada merapatkan gigi menggunakan
“braces” yang yang bertujuan mencantikkan susunan gigi. Maka, saat menjarangkan gigi
diharamkan oleh Nabi saw, maka hukum memakai behel juga haram.

Perlu juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan, bahwa beberapa ulama


menghukumi pemakaian behel sebagai “mubah”, atau boleh, dengan syarat, pemakaian behel
agar terhindar dari ejekan, yang mana ejekan tersebut sudah menimbulkan kemudharatan
yang besar; kedua, apabila pemakaian behel, bukan untuk merubah ciptaan Allah,
mempercantik diri, dan mengelabui, tapi semata-mata memperbaiki susunan gigi akibat
perubahan yang terjadi karena kecelakaan, dan sejenisnya. “semua kembali kepada niat.

Perlu didingat, Allah Maha Adil. Keadilan Tuhan terhadap semua hal, termasuk
ciptaannya. Jika manusia diciptakan sebaik-baik bentuk, maka bentuk yang baik itu, tidak
perlu didefinisikan ulang dengan membandingkan apa yang dimiliki oleh bentuk fisik orang
lain. Pemakaian behel, secara umum dilarang oleh Nabi dengan meng-qiyas-kan pada trend
wanita Jahiliyah yang suka menjarangkan gigi mereka.

Dapat dipahami bahwa hukum memakai behel dalam Islam dibolehkan jika tujuannya
untuk proses perbaikan atau pengobatan. Adapun jika tujuannya untuk merubah bentuk
ciptaan Allah atau ingin terlihat menarik sehingga memicu diri untuk tampil sombong maka
hal tersebut tidak dibolehkan. Saat ini kecenderungan orang memakai behel lebih banyak
kepada tujuan fashion semata, mengikuti trend pergaulan yang berkembang. Sementara jika
dikaji lebih dalam, penggunaan dari gigi kawat tersebut sebenarnya sangat rentan dengan
resiko. Diantara terjadinya pengumpulan bakteri karena sterilisasi yang kurang baik dari
bahan maupun pihak yang memasang kawat gigi tersebut.

Jika ini terjadi maka tujuan untuk merapikan gigi akan sangat memberikan dampak
yang buruk bagi gigi itu sendiri. Bukan hasil cantik yang didapat malahan gigi akan
berpenyakit. Kualitas behel yang dipakai juga sangat penting untuk diperhatikan. Logam bagi
sebagian orang akan memberikan dampak alergi. Jika ini terjadi pada seseorang namun orang
tersebut tetap memaksakan karena alasan fashion, artinya ia sudah menganiaya dirinya
sendiri dan itu tidak dibolehkan. Oleh karena itu sebenarnya memang pemasangan kawat gigi
ini memiliki resiko sehingga yang dianjurkan untuk menggunakannya adalah mereka yang
memang membutuhkannya untuk proses pengobatan. Belum lagi soal biaya. Jika itu
dilakukan sekedar mengikuti trend, maka sama artinya dengan kita membuang-buang uang
alias mubazir.

Islam sebagai agama amat lah mencintai keindahan dan kerapihan. Oleh karena itu,
Islam memberikan ruang kepada mereka yang ingin tampil rapi dan lebih cantik. Namun
perlu diperhatikan bagaimana cara untuk tampil rapi tersebut. Yakni dengan tidak merubah
bentuk dari apa yang sudah diciptakan Allah pada diri manusia.

Anda mungkin juga menyukai