Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SULAM BEDAK PADA


KAUM WANITA DI KECAMATAN WATANG SAWITTO
KABUPATEN PINRANG

Oleh :

HERIANI HERMAN
NIM. 16.2200.043

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE

2022
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SULAM BEDAK PADA KAUM

WANITA DI KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna diantara

makhluk ciptaan Allah yang lain. Kesempurnaanfisik menjadi yang paling utama
untuk diperhitungkan.Karena cantik adalah impian semua wanita,wanita akan lebih

percaya diri apabila memiliki kecantikan wajah danbentuk tubuh yang ideal seperti

orang korea yang memiliki tubuh langsing, hidung mancung, gigi rata dan putih, kulit

putih, dan rambut panjang dan lurus.

Mereka tidak tanggung-tanggung untuk mengeluarkan biayamahal hanya

untuk menuruti kepuasan mereka dengan mempercantik fisik mereka terutama

perawatan pada wajah kepada dokter kecantikan atau pergi ke salon kecantikan untuk

mempercantik diri.Pepatah mengatakan bahwa wanita adalah perhiasan dunia, dalam

hal ini memang benar bahwa wanita diciptakan dalam bentuk yang sedemikian rupa

dan dikaruniai keindahan pada parasnya juga pada sifatnya.Kecantikan fisik

merupakan kecantikan yang nampak dari luar, bisa mencakup kecantikan parasnya,

perhiasan atau pakaian yang menutupi tubuhnya.

Tidak hanya ingin mendapatkan wajah yang cerahbersinar, bebas jerawat,

bibir merah merona, namun setiap wanita pasti juga ingin menyempurnakan

tampilanmereka.Untuk itulah sekarang ini salon kecantikan juga menawarkan

berbagaiperawatan untuk wajah seperti sulam bedaksupaya bisa terlihat lebih cantik

dan indah.

1
2

Metode baru seperti sulam bedak pada wanita lebih disukai karena sangat

praktis, cepat dan hasilnya memuaskan.Yang menjadi problematika saat ini adalah

praktik jasa sulam bedakdi salon kecantikan masih sangat mudah dijumpai di wilayah

Indonesia.Memang pada dasarnya penampilan merupakan kebutuhan primer

perempuan, sehingga jasa salon kecantikan akan terus meningkat seiring

perkembangan populasi dunia.

Di wilayah kecamatan watang sawitto ada beberapa nama-nama salon yang

rata-ratacustumernya lumayan banyak. Harga terjangkau dan hasil yang memuaskan

membuat masyarakat khususnya muslimah tertarik untuk menggunakan jasa sulam

bedak . Adapun nama-nama salon kecantikan yang ada di kecamatan watang sawitto,

diantaranya salon Arta, salon JJ, Salon Js, Salon Anna, Salon Lay-Lah, Celly Salon

dan Salon Gayatri. Diantara nama-nama salon tersebut ada sebagian salon yang

memakai jasa sulam bedak.

Salon yang tidak membuka jasa sulam bedak, mereka hanya membuka jasa

tata rias saja. Semua salon pelanggannya rata-rata ada sekitar 20 orang

perharinya.Walaupun di Desa tetapi pengguna sulam bedak ini sudah

ssbanyak.Konsumennya sendiri perempuan dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan

pekerja yang beragama Islam.Karena setiap salon menawarakan harga

yangbervariasi.

Hukum Islam Allah menjelaskan tidak boleh wanita mempercantik dirinya

dengan merubah ciptaannya karena itu merupakan dosa-dosa besar.Sebagian dosa-

dosa besar adalah menyambung rambut wanita, ingin menyambung adalah dosa
3

besar, membuat tahi lalat dan ingin dibuatkan tahi lalat, memperindah gigi, ingin

memperindah gigi, mencabuti bulu.1

Islam mensyari’atkan berhias kepada laki-laki dan wanita secara keseluruhan,

berarti Islam memelihara fitrah wanita dan kewanitaannya.Dengan demikian,

diperbolehkan mereka berhias dengan sesuatu yang diharamkan bagi laki-laki, seperti

memakai sutera dan perhiasan emas. Tetapi Islam mengharamkan sebagian bentuk

perhiasan yang sudah menyimpang dari fitrah dan mengubah ciptaan Allah, yakni

perhiasan yang menjadi sarana setan untuk menyesatkan manusia

Q.s An-Nisa: 119









Terjemahnya:
“......dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-
benar mereka mengubahnya....” (An-Nisa’:119)2
Hukum Islam sejauh mana larangan terhadap penggunaan sulam bedak yang

dilakukansemata-mata untuk mencari perhatian seseorang atau kekaguman seseorang

1
Ibnu Qayyim Al-Jauzziyah, Panduan Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000),hlm.
909.
2
Departemen Agama RI, Mushaf dan Terjemah, (Sukoharjo: Madina Qur’an , 2016), hlm. 97.
4

dengan menampilkankecantikannya memakai sulam bedak agar bisa terlihat lebih

indah dan cantik.

Dapat disimpulkan bahwa hukum Islam tidakmemperbolehkan merubah

bentuk dengan menggunakan jasa sulam bedak karena menyerupai,namun hingga saat

ini mengapa masih banyak muslimah yang membuka jasa dan memakai jasa tanam

bulu mata tersebut. Karena terdapat perbedaan hukum antara konsep yang diteorikan

dalam Islam dengan kenyataan yang ada di lapangan, permasalahan ini tentu harus

dikaji secara mendalam terhadap bagaimana sebenarnya hukum Islam dapat

diterapkan secara baik dan benar.

Dari latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang hasilnya nanti akan dijadikan sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi

yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sulam Bedak Pada Kaum

Wanita di Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok masalah dalam penelitian adalah

bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sulam Bedak Pada Kaum Wanita di

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Pokok Masalah itu akan dirinci

menjadi sub-sub masalah yang maksud adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pemahaman Wanita terhadap Hukum sulam bedak di Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang?

2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadapat penggunaan jasa sulam bedakdi

Watang Sawitto?

C. Tujuan Penelitian
5

Pada dasarnya segala hal yang dilakukan mempunyai tujuan tersendiri yang ingin

dicapai, begitupun dengan penelitian ini. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka

penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Sulam bedak di Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang.

2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam terhadap pemahaman wanita

tentang penggunaan jasa sulam bedak.

D. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

a. Dengan adanya penelitian ini penulis berharap semoga dapat memberikan

informasi bagi masyarakat tentang Tinjauan Hukum Islam terhadap

pemahaman wanita tentang penggunaan jasa sulam bedak.

b. Memberi wawasan dan khazanah keilmuwan serta referensi yang berguna

bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Tinjauan Hukum Islam

terhadap pemahaman wanita tentang penggunaan jasa sulam bedak.

2. Praktis

a. Manfaat praktis bagi peneliti yaitu untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan pengetahuan terhadap

masalah yang dihadapi secara nyata.

b. Manfaat praktis bagi masyarakat yaitu diharapkan bisa memberikan

informasi tentang tinjauan Hukum Islam terhadap pemahaman wanita

tentang penggunaan jasa sulam bedak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Relevan

Dalam melakukan penelitian ini maka perlu kiranya untuk melakukan kajian

terhadap penelitian sebelumnya, dengan tujuan agar menghindar plagasi penelitian

yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam penelitian ini, penulisan
mendapatkan beberapa penelitian sebagai berikut:

Skripsi karya Nur anisa Muslikhah dengan judulnya “Pemahaman Muslimah

Terhadap Jasa Tanam Bulu Mata Perspektif Sosiologi Hukum Islam( Studi Kasus di

Salon Polanharjo Klaten Tahun 2020), dalam skripsinya tersebut dinyatakan bahwa

pada pelaksanaanya belum cukup efektif, karena masih ditemukan adanya bahwa

faktor pemahaman muslimah terhadap tanam bulu mata di salon Polanharjo yaitu:

faktor pengetahuan, faktor ekonomi, faktor sosial atau lingkungan dan faktor

informasi. Sedangkandalam sosiologi hukum Islam kebiasaan menggunakan tanam

bulu mata dapat mempengaruhi efektivitas hukum. Faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas hukum yaitu faktor sarana atau fasilitaspendukung, faktor masyarakat, dan

faktor kebudayaan.Di lihat dari hukum Islam praktik jasa tanam bulu mata tidak

diperbolehkan karena menyerupai hukum menyambung rambut dan

menimbulkanbanyak kerugian yang bisa merusak kelopak mata dan merontokkan

bulu mata asli, maka dari itu jasa tanam bulu mata sebaiknya dihindari oleh

muslimah. Skripsi ini mempunyai kesamaan dalam penelitian penulis yakni sama-

samamengkaji tentang melakukan perubahan bentuk wajah. Namun Perbedaanya

yaitu dimana penelitian oleh penulis berfokus pada penegakan hukum islam

sedangkan penelitian diatas berfokus pada sosiologi hukum.

6
7

Skripsi karya Sindi Yuliana Yuliana dengan judulnya “Praktik Jasa Sulam

Alis Menurut Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Salon Kecantikan Evi Beauty

Galery Bandar Lampung) dalam skripsinya tersebut tata cara sulam alis yang

dilakukan di Salon Kecantikan Evi Beauty Galery Bandar Lampung tidak sejalan

dengan aturan dalam Islam karena dapat dikategorikan merubah ciptaan Allah

berdasarkan qiyas (menyamakan) antara mengubah/menyulam alis itu disamakan

dengan tato. Dasar qiyas tato, cabangnya adalah sulam alis, dan illatnya mencari

kecantikan dengan mengubah ciptaan Allah. Apabila pekerjaan yang dilakukan

bertentangan dengan aturan agama Islam maka status upah yang diterima itupun

haram sesuai dengan kaidah fikih "apa yang haram menggunakannya, maka haram

pula mengambilnya”. Skripsi ini mempunyai kesamaan dalam penelitian penulis

yakni sama-sama mengkaji tentang merubah bentuk asli wajah dan dilarang

mengubah ciptaan Allah. Namun Perbedaanya yaitu dimana penelitian yang

dilakukan calon penelitian yang berfokus pada sulam alis dan penelitian satunya

berfokus pada sulam bedak.

Skripsi Moh. Sholehuddin dengan judulnya “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Upah Sulam Bibir dan Alis (Tela’ah atas Temuan Penelitian Siti Nur Kholilah) dalam

skripsinya tersebut menympulkan bahwa sulam bibir dengan alis hukumnya haram

karna kedua alasan. Pertama, sulam bibir dan alis merupakan perbuatan berhias

secara brlebihan sehingga perbuatan ini dibenci ALLAH. Sebagai firman ALLAH

SWT dalam surah al-araf ayat 31:




8





Terjemahnya:
“Hai anak adam pakailah pakaianmu dengan indah disetiap (memasuki)
mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya
ALLAH tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”3.
Skiripsi ini mempunyai kesamaan dala penelitian penulis yakni sama-sama

meneliti tentang tinjauan hukum islam. Perbedaan penelitian yang dilakukan calon

peneliti yakni dilakukan disemua salon kecantikan di kec. Watang sawitto, sedangkan

penelitian diatas yaitu di satu salon.

B. Tinjauan Teori

1. Teori Maslah

1. Pengertian Mashlahah

Mashlahah berasal dari bahasa Arab dari kata al-Salah yang berarti kebaikan

dan manfaat (guna). Kata al-maslahah adalah berbentuk mufrad (tunggal) dari kata

al-mashalih. Pengarang Kamus Lisan Al-‘Arab menjelaskan dua arti, yaitu al-

maslahah yang berarti al-shalah dan al-mashlahah yang berarti bentuk tunggal dari

al-mashalih. Semuanya mengandung arti adanya manfaat baik secara asal maupun

melalui suatu proses, seperti menghasilkan kenikmatan dan faedah, atau menjauhi

kemudharatan. 4Kata mashlahah telah menjadi kosa kata bahasa Indonesia, dimana

kata mashlahah menjadi maslahat yang diartikan dengan sesuatu yang mendatangkan

kebaikan (keselamatan dan sebagainya), faedah, dan guna. Sehingga kemaslahatan

3
4
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih(Cet. I, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 117.
9

berarti kegunaan, kebaikan, manfaat, dan kepentingan. 5

Menurut imam al-Gazâlî, maslahah ialah memelihara tujuan-tujuan syara’. Al-

Maslahah dalam pengertian syar’i ialah meraih manfaat dan menolak kemudaratan

dalam rangka memelihara tujuan syara’. Sedangkan menurut al-Khawârizmî

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-mashlahah adalah memelihara tujuan

syara’ dengan cara menghindarkan ke-mafsadah-an (keburukan) dari manusia.

Mashlahah telah disebutkan secara tak langsung di dalam Al-Qur’an, Q.S Az-

Zumar/39 : 18 :

ِ َ‫ٱللُ َوأ ُ ْولَئِكَ هُ ْم أ ُ ْولُواْاأل َ ْلب‬


١٨ ‫ب‬ ‫سنَ ۚٓۥهُ أ ُ ْولَئِكَ الَّذِينَ َهدَي ُه ُم َّ ه‬
َ ْ‫ٱلَّذِينَ يَ ْستَمِ عُونَ ْالقَو َل فَيَتَّبِعُونَ أَح‬
Terjemahnya :
Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan
mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.6
2. Macam-Macam Mashlahah

Para ahli ushul fiqh mengemukakan beberapa macammashlahah dilihat dari

beberapa segi7, yaitu:

1. Dilihat dari segi kualitas dan kepentingan kemaslahatan

Imam Al-Syâthibî menjelaskan, seluruh ulama sepakat menyimpulkan Allah

SWT menetapkan berbagai ketentuan syari’at dengan tujuan memelihara lima unsur

pokok manusia (al-dururiyyat al-khams). Kelima unsur itu ialah, memelihara agama,

memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan dan memelihara harta

mereka. Kelima unsur pokok tersebut disebut juga dengan tujuan-tujuan syara’ (al-

5
Muhammad Ali Rusdi, Maslahat Sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan Utama Hukum Islam,
Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Vol. 15, No. 2, 2017, h. 152.
6
Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Dharma Art, 2015), h. 458.
7
Muksana Pasaribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan Hukum Islam,
Jurnal Justitia, Vol. I, No. 04, 2014, h. 353.
10

mawasid al-syar’i). Sedangkan al-Gazâlî mengistilahkan dengan al-usul al-khamsah

(lima dasar).8

Upaya mewujudkan pemeliharaan kelima unsur pokok tersebut, ulama

membaginya menjadi tiga kategori dan tingkat kekuatan, yaitu: Al-mashlahah al-

dharuriyyah (kemaslahatan primer), Al-mashlahah al-hajiyyah (kemaslahatan

sekunder), dan maslahah tahsiniyyah (kemaslahatan tersier).9 Adapun penjelasannya

yaitu:

a. Al-mashlahah al-dharuriyyah adalah kemaslahatan yang keberadaannya

sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia;artinya, kehidupan manusia

tidak punya arti apa-apa apabila satu saja dan prinsip yang lima itu tidak

ada.

b. Al-mashlahah al-hajiyyah adalah kemaslahatan yang tingkat kebutuhan

hidup manusia kepadanya tidak berada pada tingkat dharûri. Bentuk

kemaslahatannya tidak secara langsung bagi pemenuhan kebutuhan pokok

yang lima (dharuri), tetapi secara tidak langsung menuju ke arah sana

seperti dalam hal yang memberi kemudahan bagi pemenuhan kebutuhan

hidup manusia.10

c. Al-mashlahah al-tahsîniyyah adalah memelihara kelima unsur pokok

dengan cara meraih dan menetapkan hal-hal yang pantas dan layak dari

kebiasan-kebiasan hidup yang baik, serta menghindarkan sesuatu yang

dipandang sebaliknya oleh akal yang sehat. Kemaslahatan ini sifatnya

pelengkap, berupa keleluasaan yang dapat melengkapi kemaslahatan

8
Amany Lubis, Ketahanan Keluarga Dalam Perspektif Islam (Cet. II, Jakarta: Pustaka
Cendikiawan Muda, 2018), h. 9.
9
Amany Lubis, Ketahanan Keluarga Dalam Perspektif Islam, h. 10.
10
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2 (Cet. VI, Jakarta: Kencana, 2011), h. 349.
11

sebelumnya. Apabila kemaslahatan tersier tidak tercapai, manusia tidak

sampai mengalami kesulitan dalam memelihara kelima unsur pokoknya,

tetapi mereka dipandang menyalahi aturan-aturan kepatutan dan tidak

mencapai taraf “hidup bermartabat”.11

1. Dilihat dari segi kandungan mashlahah

a. Al-mashlahah al-‘âmmah atau almashlahah al-kulliyyah, yaitu

kemaslahatan umum yang menyangkut kepentingan orang banyak.

Kemaslahatan umum itu tidak berarti untuk kepentingan semua orang tapi

bisa saja untuk kepentingan mayoritas umat.

b. Al-mashlahah al-khâshshah atau almashlahah al-juz‘iyyah, yaitu

kemaslahatan pribadi. Dan ini sangat jarang sekali seperti kemaslahatan

yang berkaitan dengan pemutusan hubungan perkawinan seseorang yang

dinyatakan hilang (maqfud).

2. Dilihat dari segi berubah atau tidaknya maslahah, Mushtafa al-Syalabi,

membaginya kepada dua bagian, yaitu:

a. Al-mashlahah al-tsâbitah, yaitu kemaslahatan yang bersifat tetap, tidak

berbah sampai akhir zaman.

b. Al-mashlahah al-mutagayyirah, yaitu kemaslahatan yang berbubah-ubah

sesuai dengan perubahan tempat, waktu, dan subyek hukum. Kemaslahatan

ini berkaitan dengan permasalahan mu’amalah dan adat kebiasaan.

3. Dilihat dari segi keberadaan maslahah, menurut syara’ terbagi menjadi12:

a. Al-mashlahah al-mu‘tabarah, yaitu kemaslahatan yang didukung oleh

11
Amany Lubis, Ketahanan Keluarga Dalam Perspektif Islam, h. 12.
12
Muksana Pasaribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan Hukum Islam,
Jurnal Justitia, Vol. I, No. 04, 2014, h. 356.
12

syara’. Maksudnya ada dalil khusus yang menjadikan dasar bentuk dan

jenis kemaslahatan tersebut.

b. Al-mashlahah al-mulgah, yaitu kemaslahatan yang ditolak oleh syara’,

karena bertentangan dengan ketentuan syara’.

c. Al-mashlahah al-mursalah, yaitu kemaslahatan yang keberadaannya tidak

didukung syara’, dan tidak pula dibatalkan/ditolak syara’ melalui dalil yang

rinci.

Mashlahat merupakan salah satu metode penetapan hukum syara’ yang

dilakukan dalam proses ijtihad yang lebih banyak menekankan pada aspek

mendahulukan kemaslahatan dan meniadakan madarat dalam pengambilan keputusan

hukum. Namun setiap mashlahat yang bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah, atau

Ijmâ‘ bisa menjadi batal dan harus dibuang jauh-jauh. Alasannya adalah untuk

menjadikan mashlahat sebagi metode penetapan hukum syara’, setiap kemaslahatan

tersebut hendaknya tidak bertentangan dengan ketentuan yang lebih kuat, dapat

diterima oleh akal sehat, berlaku umum dalam urusan muamalah, dan disepakati oleh

kebanyakan. Dengan kata lain, jika tidak memenuhi empat ketentuan tadi maka

dengan sendirinya mashlahat itu menjadigugur/tertolak. 13

3. Kaidah Tentang Maslahat dan Mudharat

a. Kaidahkemaslahatan dan pemimpin

ْ ‫الر ِعيَّ ِة َمنُ ْوطُ بِ ْال َم‬


‫صلَ َح ِة‬ َ ‫ف اْ ِإلما َ ِم‬
ِ ‫علَى‬ َ َ‫ت‬
ُ ‫ص ُّر‬
Artinya:

Keputusan pemimpin pada rakyat atau bawahannya harus mengandung maslahat.

13
Abdul Hamid, Aplikasi Teori Mashlahah (Maslahat) Najm Al-Dîn Al-Thûfî Dalam
Penyelesaian Sengketa Perjanjian Bisnis Di Bank Syariah, Al-‘Adalah, Vol. XII, No. 4, Desember
2015, h. 730.
13

Ra’i atau imam yang dimaksud di sini adalah setiap person yang mendapatkan

tanggung jawab terhadap urusan orang banyak.Baik seorang pemimpin negara,

daerah, atau wilayah kecil, atau seorang pemimpin perusahaan dalam

membawahivperusahaan.Sementara kata ra’iyab sepadan dengan makna rakyat atau

bawahan.

Al-Maslahah, setiap hal kebaikan yang berkaitan dengan keduniaan dan

agama.Tidak mengharamkan yang haram atau mengharamkan yang halal.

Pengertian kaidah tersebut di atas adalah segala aktifitas dan keputusan

pemimpin pada rakyat atau bawahannya dalam paralel maslahat.

Para pemimpin melakukan tugasnya dalam menjaga rakyat dan memberikan

rasa aman bagi mereka, serta keadilan dan kejujuran. Hal ini menggambarkan batas-

batas hukum Islam bagi para pemimpin, semua yang keputusannya dibatasi oleh

maslahat, sehingga apa yang termasuk keuntungan dan maslahat harus dilakukan, dan

apa yang membawa kerugian dan korupsi harus dicegah.

Izzuddin bin Abdissalam mengatakan, “para pemimpin dan wakil-wakil

mereka jauh lebih baik ketika mengoptimalkan seluruh opsi yang paling bermanfaat

bagi warganya, dan senantiasa menjauhi hal-hal yang membawa kemudharatan bagi

mereka. 14

b.Kaidah Tentang Mudharat

Batasan darurat. Dalam masalah ini ada dua masalah:

Pertama,batasan darurat yang memperbolehkan sesuatu yang

diharamkan.Sesungguhnya darurat itu hanya yang berkait dengan kekhawatiran

terhadap kematian saja. Demikian menurut pendapat yang sahih., disebut dalam

14
Muhammad Ali Rusdi Bedong, Maslahat dan Kaidahnya (Parepare: IAIN Parepare
Nusantara Press, 2020), h. 70.
14

keadaan darurat kalau seseorang yakin bahwa nyawanya nyaris terancam melayang

kalau sampai ia tidak mau memakan sesuatu yang haram. Ada yang berpendapat,

tidak harus. Seseorang yang takut akan terjadi resiko pada dirinya saja sudah bisa

dikatakan ia dalam keadaan darurat.

Kedua,ukuran yang boleh dikonsumsi orang yang sedang dalam keadaan

darurat. Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama, bahwa jika seseorang

mengalami rasa lapar yang cukup lama dan terus menerus ia boleh memakan bangkai

sampai kenyang. Hukum ini berlaku bagi makanan-makanan lainnya yang dilarang.

Maksudnya ia memakan sekedarnya saja, tidak boleh memakannya melebihi dari

kenyang. 15

a) Darurat tidak boleh dihilangkan dengan mendatangkan darurat baru

‫الض ََّر ُر ال يَزَ ا ُل ِبالض ََّرر‬

Artinya:

Kemudharatan tidak dapat dihilangkan dengan kemudharatan lain.

Maksud dari kaidah ini adalah kemudharatan, bahaya, atau kerusakan tidak

bisa dihilangkan dengan melakukan bahaya, kerusakan yang sepadan, misalnya ada

seseorang yang meminjam uang, ketika dilakukan penagihan dia tidak ingin melunasi

utangnya, maka tidak dibolehkan mencuri barangnya untuk melunasi utangnya,

karena sama hal menghilangkan kerusakan dengan kerusakan.

b) Maslahat Umum didahulukan

َ ‫َاص ِلدَ ْف ِع ض ََّر ٍر‬


‫عاٍم‬ ُّ ‫يَحْ ت َ ِم ُل الض ََّر ُر الخ‬
Artinya:

15
Muhammad Ali Rusdi Bedong, Maslahat dan Kaidahnya (Parepare: IAIN Parepare
Nusantara Press, 2020), h. 77.
15

Mudharat yang bersifat teerbatas harus ditangguhkan demi mencegah mudharat

yang bersifat umum.

Maksud kaidah ini, mencegah kemudaratan bersifat umum itu harus

didahulukan untuk dicegah dari kemudaratan yang bersifat khusus, contohnya bila

ada wabah penyakit yang melanda sebuah daerah, maka semua aktivitas sehari-hari

harus dihentikan demi menekan angka penularan yang lebih besar, meskipun ada

orang dikorbankan karena tidak dapat mencari nafkah.

c) Menolak Kerusakan didahulukan

‫صالِح َراَ َج ٍة‬ ْ ‫صا لِحِ اال اِذًا كَان‬


َ ‫َت ال ِم‬ ِ ‫دَ ْر ُء ال ِمفَا ِس ِد ا َ ْولَى م ِْن َج ْل‬
َ ‫ب ال ِم‬
Artinya:

Menolak kerusakan harus didahulukan daripada menarik kemaslahatan, kecuali

maslahat itu lebih rajah (kuat).

Maksud kaidah tersebut mendahulukan menolak kerusakan itu lebih baik,

karena bila kerusakan hilang maka yang akan muncul adalah kemaslahatan, sehingga

bila seseorang dihadapkan pada pilihan apakah masuk sekolah ketika sakit untuk

memperoleh ilmu, tetapi dapat berbahaya bagi kesehatan atau jiwanya, maka mangkir

masuk sekolah harus didahulukan sampai keadaannya sehat. Tetapi ada pengecualian

bila kemaslahatan itu lebih kuat, maka mendatangkan kemaslahatan didahulukan

seperti pemberlakuan hukum qishash.

d) Darurat memperbolehkan yang haram

ِ ‫وراتُ تَبِ ْي ُح ال ِم ْحظُ ْو َرا‬


‫ت‬ َ ‫الض َُّر‬
Artinya:

Kemudharatan itu bisa memperbolehkan sesuatu yang dilarang.


16

Kaidah ini adalah sesungguhnya yang terlarang secara syariat dibolehkan

dalam keadaan darurat, contohnya: dalam kelaparan apabila tidak menemukan

makanan selain bangkai maka dibolehkan untuk memakan seadanya apabila ia tidak

memakannya maka ia celaka.

Memakan bangkai adalah dilarang tapi kepentingan manusia dalam hal ini

lebih besar pelarangannya, maka dibolehkan demi keselamatan. 16

e) Darurat ala kadarnya

‫الض َُّر ْو َراتُ ت َ ْق ِد ُر بِقَدَدَ ِرهَا‬

Artinya:

Sesuatu yang diperbolehkan karena darurat ditetapkan hanya sebatas

kedaruratannya.

Maksud dari kaidah ini, tidak bolehnya mengambil kesempatan terhadap hal-

hal yang dianggap darurat, pembolehan makan sesuatu yang diharamkan karena

darurat secukupnya saja untuk dapat bertahan hidup, tidak boleh menggunakan

prinsip bahwa terlanjur makan, kemudian dihadapanya sampai habis.

f) Bila darurat bertentangan

‫ب أ َ ْخ ِف ِه َما‬
ِ ‫ارتِكَا‬
ْ ِ‫ض َر ًرا ب‬ َ ‫ِى أ َ ْع‬
َ ‫ظ َم ُه َما‬ َ ‫َان ُر ْوع‬
ِ ‫سدَت‬ َ ‫إِذَا تَعَا َر‬
ْ ‫ض‬
َ َ‫ت َمف‬
Artinya:

Apabila bertemu dua mafsadat maka perhatikan mana yang lebih besar

mafsadatnya dengan dikerjakan yang lebih ringan mudharatnya.

Adapun maksud dari kaidah ini yaitu apabila suatu perbuatan secara bersamaan

mengandung dua mafsadat atau lebih, maka harus diseleksi mana di antara mafsadat

tersebut yang lebih kecil atau lebih ringan.Setelah diketahui, maka mudharatnya yang

16
Muhammad Ali Rusdi Bedong, Maslahat dan Kaidahnya (Parepare: IAIN Parepare
Nusantara Press, 2020), h. 80.
17

lebih besar atau lebih berat harus ditinggalkan kemudian mengerjakan yang lebih

ringan mudharatnya.

g) Hajat sama dengan darurat


ً‫صة‬ ْ ‫عا َّمةً َكاَن‬
َّ ‫َت ْاو خَا‬ َ ‫الحا َجةُ ت َ ْن ِز ُل َم ْن ِزلَةَ ال‬
َ ِ‫ض ُر ْو َرة‬ َ
Terjemahnya:

Kebutuhan itu menduduki kedudukan darurat, baik hajat umum (semua orang)

ataupun hajat khusus (satu golongan atau perorangan).

h) Meninggalkan darurat

‫ترك القياس في موضع الحرج و الضرورة جائز‬

Terjemahnya:

Diperbolehkan meninggalkan kias pada saat ada darurat

Kehujjaan kias sudah tidak diperdebatkan lagi akan tetapi kias boleh ditinggalkan bila

dalam keadaan darurat sebagaimana kaidah yang menjelaskan ‫ترك القياس في موضع الحرج‬

‫و الضرورة جائز‬agar lebih mudah memahaminya

2. Teori Perlindungan Hukum

a. Pengertian Perlindungan Hukum

Dengan hadirnya hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berguna untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa

bertentangan antara satu sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa

mengintegrasikannya sehinggabenturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan

seminimal mungkin. Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut

KBBI adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang

dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah, undang-undang, peraturan, dan

sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan atau kaidah tentang
18

peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim

dalam pengadilan, atau vonis3.

Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum yang dinyatakan

oleh Dr. O. Notohamidjojo, SH Hukum ialah keseluruhan peraturan yang tertulis dan

tidak tertulis yang biasanya beersifat memaksa untuk kelakuan manusia dalam

masyarakat negara serta antara negara yang berorientasi pada dua asas, yaitu keadilan

dan daya guna, demi tata dan damai dalam masyrakat.4

Menurut Prof. Mahadi, SH pengertian hukum seperangkat norma yang

mengatur laku manusia dalam masyarakat.Menurut Soedjono Dirdjosisworo bahwa

pengertian hukum dapat dilihat dari delapan arti, yaitu hukum dalam arti penguasa,

hukum dalam arti parapetugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti

sistem kaidah, hukum dalam arti jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum

dalam arti ilmu hukum, hukum dalam arti disiplin hukum.

Berbagai definisi yang telah di kemukakan dan di tulis oleh para ahli hukum,

yang pada dasarnya memberikan suatu batasan yang hampir bersamaan, yaitu bahwa

hukum itu memuat peraturan tingkah laku manusia5. Dalam kamus besar Bahasa

Indonesia Perlindungan berasal dari kata lindung yang memiliki arti mengayomi,

mencegah, mempertahankan, dan membentengi. Sedangkan Perlindungan berarti

konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker. Secara umum, perlindungan

berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa

kepentingan maupun benda atau barang. Selain itu perlindungan juga mengandung

makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih

lemah.Dengan demikian, perlindungan hukum dapat diartikan Perlidungan oleh

hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum.


19

Namun dalam hukum Pengertian perlindungan hukum adalah Segala daya

upaya yang di lakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah,

swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan dan pemenuhan

kesehjahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada sebagaimana di atur

dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi

hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,

ketertiban,kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. Adapun pendapat yang dikutip

dari beberapa ahli mengenai perlindungan hukum sebagai berikut:

1. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu Hak

Asasi Manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut.

2. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

Melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan

ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmat

martabatnya sebagai manusia.

3. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk melindungi

individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah

yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya

ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama manusia.

4. Menurut Philipus M. Hadjon Selalu berkaitan dengan kekuasaan. Ada dua

kekuasaan pemerintah dan kekuasaan ekonomi. Dalam hubungan dengan


20

kekuasaan pemerintah, permasalahan perlindungan hukum bagi rakyat

(yang diperintah), terhadap pemerintah (yang memerintah). Dalam

hubungan dengan kekuasaan ekonomi, permasalahan perlindungan hukum

adalah perlindungan bagi si lemah (ekonomi) terhadap si kuat (ekonomi),

misalnya perlindungan bagi pekerja terhadap pengusaha.

Pada dasarnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria

maupun wanita. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan pancasila haruslah

memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya karena itu

perlindungan hukum tersebut akan melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi

manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam wadah

negara kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai

kesejahteraan bersama.

b. Bentuk & Sarana Perlindungan Hukum

Menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial Economics, bentuk

perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu

bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).8 Bentuk

perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak

hukum seperti pengadilan, kejaksaan, kepolisian, dan lembaga-lembaga penyelesaian

sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Perlindungan yang di maksud

dengan bersifat pencegahan (prohibited) yaitu membuat peraturan , Sedangkan

Perlindungan yang di maksud bersifat hukuman (sanction) yaitu menegakkan

peraturan.

Adapun tujuan serta cara pelaksanananya antara lain sebagai berikut :

1. Membuat peraturan ,yang bertujuan untuk :


21

a. Memberikan hak dan kewajiban

b. Menjamin hak-hak pra subyek hokum

2. Menegakkan peraturan Melalui :

a. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah terjadinya

pelanggaran hak-hak dengan perizinan dan pengawasan.

b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi setiap pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan, dengan cara mengenakan sanksi

hukum berupa sansksi pidana dan hukuman.

c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak dengan membayar

kompensasi atau ganti kerugian.

Pada perlindungan hukum di butuhkan suatu wadah atau tempat dalam

pelaksanaanya yang sering di sebut dengan sarana perlindungan hukum. Sarana

perlindungan hukum di bagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:

1) Sarana Perlindungan Hukum Preventif, Pada perlindungan hukum preventif

ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau

pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang

definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa.Perlindungan

hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan yang

didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan

hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam

mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada

pengaturan khusus mengenai perlindungan hukum preventif.

2) Sarana Perlindungan Hukum Represif, Perlindungan hukum yang

represifbertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan


22

hukum oleh Pengadilan Umum dan Peradilan Administrasi di Indonesia

termasuk kategori perlindungan hukum ini.Prinsip perlindungan hukum

terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut

sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-

pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.Prinsip

kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan

adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan

terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-

hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan

dari negara hukum.10

c. Uraian Teori Hukum Ketenagakerjaan

Telah dijelaskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan “Ketenagakerjaan adalah hal

yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah

masa kerja.” Sehingga pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum

peburuhan yang dirumuskan sebagai hubungan hukum antara buruh dengan majikan

dalam hubungan kerja saja.

Abdul Khakim merumuskan pengertian Hukum Ketenagakerjaan dari unsur-

unsur yang di miliki yaitu :

1. Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis.

2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan

pengusaha/majikan.
23

3. Adanya orang bekerja pada dan di bawah orang lain, dengan mendapat

upah sebagai balas jasa.

4. Mengatur perlidungan pekerja/buruh meliputi masalah keadaan sakit, haid,

hamil, melahirkan keberadaan organisasi pekerja/buruh dan sebagainya.12

Maka menurutnya Hukum Ketenagakerjaan adalah peraturan hukum yang

mengtur hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha/majikan dengan segalaa

konsekuensinya.

Menurut G. Kartasapoetra, yang dimaksud dengan Buruh adalah buruh adalah

para tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan dimana tenaga kerja tersebut harus

tunduk pada perintah-perintah kerja yang diadakan oleh pengusaha (majikan) yang

bertanggung jawab atas lingkungan perusahaannya yang mana tenaga kerja itu akan

memperoleh upaya dan jaminan hidup lainnya yang wajar.13 Dalam Pasal 1 angka 2

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, “tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.”

Sebelumnya peraturan perundang-undangan Hukum Ketenagakerjaan mengalami

perombakan dari istilah Hukum Perburuhan menjadi Hukum Ketenagakerjaan.

Perbedaan istilah tersebut terkesan bahwa buruh merupakan pihak yang

terintimidasi oleh majikan dan seolah-olah sebutan bagi pekerja kasar, adanya

perubahan istilah ini dpat merubah persepsi yang bertujuan adanya kesetaraan atau

posisi yang seimbang antara pengusaha dan buruh dalam memperoleh hak dan

kewajibannya karena selama ini tenaga kerja berada di posisi yang jauh di bawah

pengusaha. Menurut Soepomo bahwa perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi 3

(tiga) macam, yaitu :


24

a) Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan

dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja suatu penghasilan

yang cukup untuk memenuhi keperluan sehari-hari baginya berserta

keluarganya, termasuk dalam hal pekerja tersebut tidak mampu bekerja

karena sesuatu di luar kehendaknya.

b) Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha

kemasyarakatan, yang tujuannya memungkinkan pekerja itu mengenyam

dan mengembangkan kehidupannya sebagai manusia pada umumnya.

c) Perlindungan teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan

dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang

dapat di timbulkan oleh pesawat-pesawat atau alat kerja lainnya atau oleh

bahan yang di olah atau dikerjakan perusahaan.14

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah “Setiap orang yang

bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.” Sehingga dari

pengertian inidapat diketahui adanya pihak yang memberikan upah atau imbalan

terhadap pekerja yakni pengusaha atau pemberi kerja.

Dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentangKetenagakerjaan menjelaskan pengertian “pengusaha, yaitu:

1. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan

suatu perusahaan milik sendiri.

2. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri

sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.


25

3. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di

Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud huruf (1) dan (2)

yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.”

Adapun tujuan perburuhan Indonesia adalah meningkatkan taraf hidup layak,

syarat-syarat kerja, upah yang memuaskan serta kesempatan kerja kerja yang cukup

memadai bagi tenaga kerja pada umumnya.16 Ketenagakerjaan sangat erat dengan

unsur campur tangan pemerintah dalam memberikan hak-hak dan kewajiban bagi

pekerja dalam perlindungi keselamatan, kesehatan, upah yang layak dan sebagainya.

Mencapai keadilan dalam hubungan ketenagakerjaan akan sulit tercapai,

karena telah kita ketahui bahwa pihak yang kuat akan selalu ingin menguasai pihak

yang lemah Tanpa melupakan kewajiban dan hak pengusaha dalam kelangsungan

perusahaan. Penjelasan tersebut memberikan pengertian bahwa hukum

ketenagakerjaan bersifat privat dan publik.

Adanya campur tangan pemerintah dalam perundang-undangan yang

mengatur tentang ketenagakerjaan dan adanya pemberian sanksi tegas bagi pelanggar.

Sedangkan bersifat privat karena diperbolehkannya adanya peraturan perundangan

yang mengatur mengenai hubungan kerja antara orang perorangan (Perjanjian Kerja,

Peraturan Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama) yang tetap memperhatikan

aturan-aturan yang berlaku.

C. Tinjauan Konseptual

1. Konsep Maslahah

a. Pengertian Mashlahah

Kata mashlahah telah menjadi kosa kata bahasa Indonesia, dimana kata

mashlahah menjadi maslahat yang diartikan dengan sesuatu yang mendatangkan


26

kebaikan (keselamatan dan sebagainya), faedah, dan guna. Sehingga kemaslahatan

berarti kegunaan, kebaikan, manfaat, dan kepentingan. 17

Menurut imam al-Gazâlî, maslahah ialah memelihara tujuan-tujuan syara’. Al-

Maslahah dalam pengertian syar’i ialah meraih manfaat dan menolak kemudaratan

dalam rangka memelihara tujuan syara’. Sedangkan menurut al-Khawârizmî

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-mashlahah adalah memelihara tujuan

syara’ dengan cara menghindarkan ke-mafsadah-an (keburukan) dari manusia.

Macam-Macam Mashlahah

Para ahli ushul fiqh mengemukakan beberapa macammashlahah dilihat dari

beberapa segi18, yaitu:

2. Dilihat dari segi kualitas dan kepentingan kemaslahatan

Imam Al-Syâthibî menjelaskan, seluruh ulama sepakat menyimpulkan Allah

SWT menetapkan berbagai ketentuan syari’at dengan tujuan memelihara lima unsur

pokok manusia (al-dururiyyat al-khams). Kelima unsur itu ialah, memelihara agama,

memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan dan memelihara harta

mereka. Kelima unsur pokok tersebut disebut juga dengan tujuan-tujuan syara’ (al-

mawasid al-syar’i). Sedangkan al-Gazâlî mengistilahkan dengan al-usul al-khamsah

(lima dasar).19

Mashlahat merupakan salah satu metode penetapan hukum syara’ yang

dilakukan dalam proses ijtihad yang lebih banyak menekankan pada aspek

mendahulukan kemaslahatan dan meniadakan madarat dalam pengambilan keputusan

17
Muhammad Ali Rusdi, Maslahat Sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan Utama Hukum Islam,
Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Vol. 15, No. 2, 2017, h. 152.
18
Muksana Pasaribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan Hukum
Islam, Jurnal Justitia, Vol. I, No. 04, 2014, h. 353.
19
Amany Lubis, Ketahanan Keluarga Dalam Perspektif Islam (Cet. II, Jakarta: Pustaka
Cendikiawan Muda, 2018), h. 9.
27

hukum. Namun setiap mashlahat yang bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah, atau

Ijmâ‘ bisa menjadi batal dan harus dibuang jauh-jauh. Alasannya adalah untuk

menjadikan mashlahat sebagi metode penetapan hukum syara’, setiap kemaslahatan

tersebut hendaknya tidak bertentangan dengan ketentuan yang lebih kuat, dapat

diterima oleh akal sehat, berlaku umum dalam urusan muamalah, dan disepakati oleh

kebanyakan. Dengan kata lain, jika tidak memenuhi empat ketentuan tadi maka

dengan sendirinya mashlahat itu menjadigugur/tertolak. 20

2. Konsep Perlindungan Hukum

a. Pengertian Perlindungan Hukum

Dengan hadirnya hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berguna untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa

bertentangan antara satu sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa

mengintegrasikannya sehinggabenturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan

seminimal mungkin. Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut

KBBI adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang

dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah, undang-undang, peraturan, dan

sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan atau kaidah tentang

peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan oleh hakim

dalam pengadilan, atau vonis3.

Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi

hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan,

20
Abdul Hamid, Aplikasi Teori Mashlahah (Maslahat) Najm Al-Dîn Al-Thûfî Dalam
Penyelesaian Sengketa Perjanjian Bisnis Di Bank Syariah, Al-‘Adalah, Vol. XII, No. 4, Desember
2015, h. 730.
28

ketertiban,kepastian, kemanfaatan dan kedamaian. Adapun pendapat yang dikutip

dari beberapa ahli mengenai perlindungan hukum sebagai berikut:

1. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu Hak

Asasi Manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut.

2. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

Melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan

ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmat

martabatnya sebagai manusia.

3. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk melindungi

individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah

yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya

ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama manusia.

4. Menurut Philipus M. Hadjon Selalu berkaitan dengan kekuasaan. Ada dua

kekuasaan pemerintah dan kekuasaan ekonomi. Dalam hubungan dengan

kekuasaan pemerintah, permasalahan perlindungan hukum bagi rakyat

(yang diperintah), terhadap pemerintah (yang memerintah). Dalam

hubungan dengan kekuasaan ekonomi, permasalahan perlindungan hukum

adalah perlindungan bagi si lemah (ekonomi) terhadap si kuat (ekonomi),

misalnya perlindungan bagi pekerja terhadap pengusaha.

Pada dasarnya perlindungan hukum tidak membedakan terhadap kaum pria

maupun wanita. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan pancasila haruslah


29

memberikan perlindungan hukum terhadap warga masyarakatnya karena itu

perlindungan hukum tersebut akan melahirkan pengakuan dan perlindungan hak asasi

manusia dalam wujudnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam wadah

negara kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan demi mencapai

kesejahteraan bersama.

b. Bentuk & Sarana Perlindungan Hukum

Menurut R. La Porta dalam Jurnal of Financial Economics, bentuk

perlindungan hukum yang diberikan oleh suatu negara memiliki dua sifat, yaitu

bersifat pencegahan (prohibited) dan bersifat hukuman (sanction).8 Bentuk

perlindungan hukum yang paling nyata adalah adanya institusi-institusi penegak

hukum seperti pengadilan, kejaksaan, kepolisian, dan lembaga-lembaga penyelesaian

sengketa diluar pengadilan (non-litigasi) lainnya. Perlindungan yang di maksud

dengan bersifat pencegahan (prohibited) yaitu membuat peraturan , Sedangkan

Perlindungan yang di maksud bersifat hukuman (sanction) yaitu menegakkan

peraturan.

Adapun tujuan serta cara pelaksanananya antara lain sebagai berikut :

1. Membuat peraturan ,yang bertujuan untuk :

a. Memberikan hak dan kewajiban

b. Menjamin hak-hak pra subyek hokum

2. Menegakkan peraturan Melalui :

a. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah terjadinya

pelanggaran hak-hak dengan perizinan dan pengawasan.


30

b. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi setiap pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan, dengan cara mengenakan sanksi

hukum berupa sansksi pidana dan hukuman.

c. Hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak dengan membayar

kompensasi atau ganti kerugian.

c. Uraian Teori Hukum

Telah dijelaskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan “Ketenagakerjaan adalah hal

yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah

masa kerja.” Sehingga pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum

peburuhan yang dirumuskan sebagai hubungan hukum antara buruh dengan majikan

dalam hubungan kerja saja. 21

Menurut G. Kartasapoetra, yang dimaksud dengan Buruh adalah buruh adalah

para tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan dimana tenaga kerja tersebut harus

tunduk pada perintah-perintah kerja yang diadakan oleh pengusaha (majikan) yang

bertanggung jawab atas lingkungan perusahaannya yang mana tenaga kerja itu akan

memperoleh upaya dan jaminan hidup lainnya yang wajar.13 Dalam Pasal 1 angka 2

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, “tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.”

Sebelumnya peraturan perundang-undangan Hukum Ketenagakerjaan mengalami

perombakan dari istilah Hukum Perburuhan menjadi Hukum Ketenagakerjaan.

21
Soehatman Ramli, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan, Kerja, (Jakarta : Dian
Rakyat, 2010), h. 14
31

Perbedaan istilah tersebut terkesan bahwa buruh merupakan pihak yang

terintimidasi oleh majikan dan seolah-olah sebutan bagi pekerja kasar, adanya

perubahan istilah ini dpat merubah persepsi yang bertujuan adanya kesetaraan atau

posisi yang seimbang antara pengusaha dan buruh dalam memperoleh hak dan

kewajibannya karena selama ini tenaga kerja berada di posisi yang jauh di bawah

pengusaha.

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan sembuhan gambaran atau model berupa konsep

yang didalamnya menjelaskan tentang hubungan antara variabel yang satu dengan

variabel yang lain.


32

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP


SULAM BEDAK PADA KAUM WANITA

Teori maslahah Teori fiqh muamalah

Al- Dharuriyyah

Al-Hajiyyah Kaidah Fiqh tentang


muamalah
Al-Tahsiniyyah

Hukum islam
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian lapangan yaitu

penelitian yang langsung berhubungan dengan objek peneleitian yang diteliti yaitu

jual beli kosmetik tanpa nomor register dalam perspektif hukum islam. Penelitian
kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,persepsi, motivasi, tindakan dan

lainnya. Penelitian kualitatif menggunakan metode observasi, wawancara (interview),

analisis isi, dan pengumpulan data lainnya untuk menyajikan respon-respon dan

perilaku subjek.22

Penelitian ini meneliti tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sulam

Bedak Pada Kaum Wanita di Kecamatan Watang sawitto Kabupaten Pinrang” .

Disamping itu tidak terlepas dengan mengadakan penelitian kepustakaan dengan

melakukan penelitian melalui buku-buku.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian ini akan dilaksanakan di Salon watang sawitto.

2. Kegiatan Penelitian ini dilakukan dalam waktu kurang lebih 1 bulan

lamanya disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

22
Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik
(Yogyakarta : Calpulis, 2015 ), h. 9.

33
34

C. Fokus Penelitian

Pada skripsi yang akan diteliti oleh penulis, akan berfokus pada Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Sulam Bedak Pada Kaum Wanita di Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang.

D. Jenis dan Sumber Data

Data adalah bentuk-bentuk ungkapan, kata-kata, angka, simbol, dan apa


saja memberikan makna, yang memerlukan proses lebih lanjut. Oleh sebab itu, perlu

disampaikan wujud data apa yang akan diperlukan. 23 Data yang digunakan adalah

data yang meliputi bahan-bahan yang bersifat primer dan sekunder.

a. Bahan – bahan yang bersifat primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari narasumber yang ada

dilapangan dengan tujuan agar penelitian ini memperoleh informasi yang lebih jelas.

Teknik yang digunakan dalam menentukan narasumber yaitu menentukan jumlah

narasmber yang akan diwawancarai untuk memperoleh informasi, narasumber

tersebut terdiri dari Salon di Kecamatan Watang Sawitto.

b. Bahan-bahan yang bersifat sekunder

Data sekunder adalah data yang telah tersedia dalam berbagai bentuk.

Biasanya data ini lebih banyak sebagai data statistik atau data yang sudah diolah

sedemikian rupa sehingga siap digunakan.24Dalam penelitia ini penulisan

mendapatkan data dari pemilik wisata dan wisatawan, buku-buku literatur, internet,

jurnal, skripsi yang terkait serta data lainnya yang dapat membuat ketersediaan data

23
Nur Asnawi dan Mansyhuri, Metodologi Riset Manajemen Pemasaran (Malang : UIN
Malang, 2009), h. 15
24
Mochar Daniel, Metodologi Penelitian Sosaial Ekonomi, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2002), h,
113
35

yang relevan dengan tema penelitian ini. Data sekunder adalah sumber data penelitian

yang diperoleh secara tidak langsung serta melalui media perantara.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu langkah yang paling utama dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara. Bila
dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada suatu

seminar diskusi dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan skunder. Selanjutnya bila

dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

observasi, interview, dokumentasi dan gabungan. Penulisan pengelompokan jenis

dari pengumpulan data yaitu :

1. Observasi ( Pengamatan )

Sutrisno Hasi mengemukakan bahwa, observasi merupakan bahwa,

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagi proses biologis dan psikologis. Dua diantarany yang terpenting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam proses pelaksanaan pengumpulan data,

obsevasi dapat dapat dibedakan menjadi, participant observastion ( observasi

berperan serta ) dan participant observastion .

Participant observastion, peneliti terlihat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sedangkan

non participant observaton peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang


36

yang sedang diamati maka dalam observasenonparticipant peneliti tidak terlibat dan

hanya sebagai pengamat independen25.

Asumsinya bahwa informasi yang diperoleh peneliti melalui pengamatan

akan lebih akurat apabila juga digunakan wawancara atau juga menggunakan

bahandokumentasi untuk mengoreksi keabsahan infomarmasi yang telah diperoleh

dnegan kedua metode tersebut.26

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti

dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondenya sedikit.

Wawancara dapat dilakukan secara teskruktur dan tidak terstruktur.

Wawancara terstruktur digunakan digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila

peneliti atau pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa

yang akan diperoleh. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara untuk menggali data yang data bersumber dari

dokumen-dokumen, catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti, sehingga penliti dapat memperoleh data yang lengkap dalam pengumpulan

25
Burhan Bungi, Analisis Data Penelitian Kualitatif ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2012), h.203
26
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulitatif, dan R&D
Cetakan 14 (Bandung : alfabeta, 2012), h. 204
37

data mak penulisan menggunakan data dari sumber-sumber yang memberikan

informasi terkait permasalahannya yang diteliti.

4. Studi Keputusan

Studi keputusan merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dan

informasi dari sumber dari berbagai sumber, seperti buku yang memuat berbagai

ragam kajian teori yang sangat dibutuhkan peneliti, majalah, naskah, kisah sejarah

dan dokumen. Termasuk didalamnya adalah rekamanan berita dari radio, televisi dan

media elektronik lainnya.

F. Uji Keabsahan Data

Ada beberapa uji keabsahan data dalam penelitian kulitatif yaitu sebagai

berikut:

1. Uji Kredibilitas

Uji Kredibilitas bagimana mencocokan atntara temuan dengan apa yang

sedang diobservasi. 27Dala mencapai kredibilitas ada beberapa teknik yang

diperpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi,

diskusi dengan teman, analisis kasus negative, narasumber check. 28

2. Pengujian Transferabiility

Transferbiility ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketetapan atau dapat diterapkan

hasil penelitian ke populasi dimana sempel tersebut diambil. 29

27
Muslim Salam, Metodologi Penelitian Sosial Kualitatif Menggugat Doktrin Kualitatif
(Makassar : Masagena Press, 2011), h. 115
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
Cetakan 14, h. 368
29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
Cetakan 14, h..378
38

3. Pengujian Depandibility

Depandibility berkaitan dengan konsistensi anatara hasil-hasil penelitian

dengan data-data yang dikumpulkan. 30

4. Pengujian Konfirmability

Dalam penelitian kualitatif, uji Konfirmability mirip dengan uji depanbilit,

sehingga pengujiaanya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji Konfirmability

berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Dalam mengelolah data, penulis menggunakan metode kulitatif dengan

melihat aspek-aspek objek penelitian. Data yang diperoleh dari hasil pengimpulan

data kemudian dianalisa, yakni dengan menggambarkan dengan kata-kata dari hasil

yang telah diperoleh.

Analisis data pada penelitian kualitatif pada dasarnya dilakukannya sejak

memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan. “Analisis data

adalah pengangan bagi peneliti “, dalam kenyataanya Analisis datakulitatif

berlangsung selama proses pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan

data.31

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya diembangkan pola hubungan tertentu

atau menjadi hipotesis. 32

30
Muslim Salam, Metodologi Penelitia Sosial Kualitatif Menggugat Doktrin Kualitatif, h.
117
31
Sugiyono , Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Cet.
25 , Bandung : Alfabeta, 2017),h.336
32
Sugiyono , Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D . h.
335
39

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deduktif, artinya data yang

diperoleh dilapangan secara uum kemudian diuraian dalam kata-kata yang penarikan

kesimpulannya bersifat khusus. Menurut Miles dan Huberman ada tiga metode dalam

analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan/verifikasi

kesimpulan.

1. Reduksi Data ( Data Reduction )

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Makin lama peneliti kelapangan, maka jumlah

data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan data

melalui redaksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.

Data mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan

dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu

kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang

dipandang asing, tidak dikenal, belum meliki pola, justru itulah yang harus dijadikan

perhatian penliti dalam mereduksi data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasrkan apa yang telah dipahami tersebut.

Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang
40

naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, network (jejaring kerja), dan chart. Dalam

prakteknya tidak semudah ilustrasi yang diberikan, karena fenomena sosial bersifat

kempleks, dan dinamis, sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan

dan setelah berlangsung agak lama dilapangan akan mengalami perkembangan data.

Untuk itu peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki

lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak.

3. Kesimpulan / Verifikasi ( Conclusion/ Verification )

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yan dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi Kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang vailid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak,

karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masi bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian

berada dilapangan.
41

Kerangka Isi Tulisan(Outline)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Relevan

B. Tinjauan Teori

1. Teori Maslahah

2. Teori Perlindungan Hukum

C. Kerangka Konseptual

1. Konsep Maslaha

2. Konsep Perlindungan Hukum

D. Kerangka Pikir

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

B. Lokasi dan Waktu

C. Fokus Penelitian

D. Jenis dan Sumber Data

E. Teknik pengumpulan Data

F. Uji Keabsahan Data

G. Teknik Analisis Data


42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemahaman Wanita terhadap Hukum islam tentangsulam bedak di

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

B. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pemahamanwanitatentang penggunaan

jasa sulam bedak

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

INSTRUMEN WAWANCARA

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Buku:
Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih(Cet. I, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h.
117.

Muhammad Ali Rusdi, Maslahat Sebagai Metode Ijtihad Dan Tujuan Utama Hukum
Islam, Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Vol. 15, No. 2, 2017, h. 152.

Kementrian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Dharma Art, 2015), h.


458.

Muksana Pasaribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan


Hukum Islam, Jurnal Justitia, Vol. I, No. 04, 2014, h. 353.

Amany Lubis, Ketahanan Keluarga Dalam Perspektif Islam (Cet. II, Jakarta: Pustaka
Cendikiawan Muda, 2018), h. 9.

Amany Lubis, Ketahanan Keluarga Dalam Perspektif Islam, h. 10.

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2 (Cet. VI, Jakarta: Kencana, 2011), h. 349.
Amany Lubis, Ketahanan Keluarga Dalam Perspektif Islam, h. 12. Abdul Hamid,
Aplikasi
Teori Mashlahah (Maslahat) Najm Al-Dîn Al-Thûfî Dalam Penyelesaian Sengketa
Perjanjian Bisnis Di Bank Syariah, Al-‘Adalah, Vol. XII, No. 4, Desember
2015, h. 730.

Muksana Pasaribu, Maslahat Dan Perkembangannya Sebagai Dasar Penetapan


Hukum Islam, Jurnal Justitia, Vol. I, No. 04, 2014, h. 356.

Muhammad Ali Rusdi Bedong, Maslahat dan Kaidahnya (Parepare: IAIN Parepare
Nusantara Press, 2020), h. 70.

Soehatman Ramli, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan, Kerja, (Jakarta :


Dian Rakyat, 2010), h. 14

Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik
(Yogyakarta : Calpulis, 2015 ), h. 9.

I
Nur Asnawi dan Mansyhuri, Metodologi Riset Manajemen Pemasaran (Malang :
UIN Malang, 2009), h. 15

Mochar Daniel, Metodologi Penelitian Sosaial Ekonomi, ( Jakarta : Bumi Aksara,


2002), h, 113

Burhan Bungi, Analisis Data Penelitian Kualitatif ( Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada, 2012), h.203

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulitatif, dan R&D


Cetakan 14 (Bandung : alfabeta, 2012), h. 204

II

Anda mungkin juga menyukai