Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

DOSEN PEMBIMBING:
Suharyono, S.Pd., S.SiT., M.Kes

DISUSUN OLEH:
Anis Naimmul Faizah (P07125218014)

SARJANA TERAPAN THERAPIST GIGI


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makala Etika Profesi
dan Hukum Kesehtan.
Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai
pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 25 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman sampul ...............................................................................................................1


Kata Pengantar ..................................................................................................................2
Daftar isi............................................................................................................................3
Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4


1.2 Tujuan dan Manfaat ...........................................................................................5
Bab 2. Pembahasan
2.1 Kewajiban Umum................................................................................................6
2.2 Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Masyarakat..................................................8
2.3 Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Teman Sejawatnya......................................10
2.4 Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Diri Sendiri.................................................10
Bab 3. Penutup
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................12
3.2 Saran...................................................................................................................12
Daftar Pustaka..................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat gigi merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan dalam kelompok
keperawatan yang dalam menjalankan tugas profesinya harus berdasarkan Standar
Profesi (SK Menkes Nomor 1035 Tahun 1998). Pengertian dari profesi sendiri
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian tertentu (ketrampilan,kejujuran,dan sebagainya).
Setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi harus memenuhi beberapa
persyaratan, salah satunya adalah memiliki kode etik sebagai acuan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Kode etik merupakan sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak
baik bagi profesional. Kode etik juga menyatakan perbuatan apa yang benar atau
salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Kode etik
suatu profesi merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap mereka
yang menjalankan profesi seperti dokter, perawat, perawat gigi dan profesi lainnya.
Begitu halnya dengan perawat gigi yang merupakan suatu profesi bidang
keperawatan gigi juga memiliki kode etik. Dengan adanya kode etik ini diharapkan
dapat memberikan pedoman bagi tiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas, dimana pelaksana profesi (perawat gigi) mampu mengetahui suatu
hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Disamping itu kode etik
juga merupakan sarana kontrol bagi masyarakat maupun profesi yang bersangkutan,
serta mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi.
Kode etik disusun oleh organisasi profesi. Organisasi profesi merupakan suatu
wadah/tempat para anggota profesi tersebut menggabungkan diri dan mendapat
perlindungan. Di Indonesia, organisasi profesi bidang keperawatan gigi adalah
Persatuan Perawat Gigi Indonesia(PPGI). Sebagai seorang perawat gigi kita wajib
menghayati, mentaati dan mengamalkan apa yang sudah tertera didalam kode etik
diwilayah hukum Indonesia. Kewajiban-kewajiban sebagai seorang perawat gigi

4
senantiasa harus dilakukan dengan semaksimal mungkin, baik itu kewajiban umum
dalam memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, agama, hukum,
kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban terhadap diri sendiri, bahkan kewajiban
terhadap rekan sejawat.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari penyusunan makalah ini adalah :


1. Mengetahui kode etik perawat gigi Indonesia serta kekurangan dan
kelebihannya.
2. Melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang tidak sesuai dengan
standar profesi.
3. Melindungi tenaga kesehatan dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar.
4. Sebagai pedoman dalam pengawasan pelaksanaan pelayanan kesehatan dan
pembinaan serta peningkatan mutu pelayanan.
5. Sebagai pedoman menjalankan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kewajiban Umum
Pasal 1
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus senantiasa menjalankan profesinya secara
optimal.
Perawat gigi melakukan pekerjaannya sesuai dengan pelayanan asuhan kesehatan
gigi dan mulut, etika umum, etika kesehatan gigi, hukum dan agama. Pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut perlu dipelihara dan ditingkatkan
sesuai dengan kompetensi perawat gigi, etika umum dan etika kesehatan gigi dan mulut
dilakukan dalam rangka member pelayanan terbaik pada pasien.

Sebagai contoh seorang perawat gigi dalam memberikan pelayanan kesehatannya


perlu memperhatikan prinsip etika dan pengetahuan yang didapat supaya mendapat hasil
yang maksimal.

Pasal 2
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma hidup yang
luhur.
Seorang perawat gigi dalam menjalankan profesinya harus membawa diri dalam
sikap yang terpuji. Baik dalam hubungannya terhadap pasien, masyarakat, teman sejawat
maupun profesinya. Dalam menjalankan tugasnya, perawat gigi harus mematuhi norma-
norma luhur yang berlaku di daerah dimana ia menjalankan tugas sebagai perawat gigi.
Oleh karena itu Perawat gigi Indonesia berkewajiban untuk menjaga tingkah laku, tutur
kata serta sikapnya agar selalu seimbang dengan martabat jabatan Perawat Gigi sebagai
salah satu tenaga kesehatan gigi. Masyarakat memandang perawat gigi yang terampil
adalah perawat gigi yang menjunjung tinggi norma hidup yang luhur baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan profesinya. Karena Masyarakat menilai
seorang perawat gigi tidak hanya berdasarkan kemampuan dalam

6
memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat, tetapi juga
berdasarkan cara dan sikap hidupnya dalam masyarakat.

Pasal 3
Dalam menjalankan profesi, setiap Perawat Gigi Indonesia tidak dibenarkan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Kode Etik.
Dalam hal ini sebagai seorang perawat yang profesional harus bekerja berdasarkan kode
etik yang telah diatur dan disepakati. Apabila ada pelanggaran yang dilakukan dalam proses
perawatan maka akan diberi sanksi yang telah dimuat dalam kode etik profesi perawat gigi.
Contoh: apabila seorang perawat gigi membuka praktik tanpa lisensi maka akan diberi
peringatan dan jika hal itu terus berlanjut maka akan dikeluarkan dari organisasi profesi.

Pasal 4
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memberikan kesan dan keterangan atau pendapat
yang dapat dipertanggung jawabkan.

Yang dimaksud dalam pasal 4 itu adalah bahwa setiap perawat gigi harus mampu
mempertanggungjawabkan tentang apa yang telah disampaikan kepada pasien. Misalnya dalam
hal melakukan tindakan scaling pada pasien, apa saja langkah-langkah yang akan dilakukan
dan dihadapi oleh pasien, seberapa besar kemungkinan perawatan akan berhasil dan bahkan
resiko seperti apa yang akan dihadapi ketika pasien melakukan tindakan scaling.

Kemudian perawat gigi juga berwenang dalam hal mempertanggung jawabkan rekam
medis pasien dan harus sesuai dengan keadaan pasien yang sebenarnya terjadi pada diri pasien
itu sendiri, bahkan ketika terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan pelayanan kesehatan
terhadap diri pasien sang perawat akan mempertanggunjawabkan nya ataupun
mempertanggunggugatkan.

Pasal 5
Setiap perawat gigi Indonesia agar menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya.

Perawat gigi harus dapat menjalin kerjasama dengan pelaksana tenaga kesehatan
menyeluruh seperti dokter gigi, dokter umum, bidan, perawat umum, ahli gizi maupun
penyuluh kesehatan masyarakat agar terjalin hubungan yang baik, harmonis dan saling
menghargai. Hubungan kerjasama yang baik dapat mendukung terjalinnya kolaborasi perawat

7
gigi dengan tenaga kesehatan yang lain sehingga dapat melakukan asuhan pelayanan kesehatan
dengan terapeutik.

Pasal 6
Setiap perawat gigi Indonesia wajib bertindak sebagai motivator dan pendidik
masyarakat.
Perawat bertindak sebagai motivator bertujuan untuk memberi suatu motivasi/semangat
dalam hal kesehatan gigi dan mulut pasien. Hal ini diterapkan karena motivasi merupakan suatu
pencegahan primer.

Pasal 7

Setiap perawat gigi Indonesia wajib berupaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat dalam bidang promotif, preventif, dan kuratif sederhana.

Perawat gigi Indonesia dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
diwajibkan untuk melakukan usaha baik secara pencegahan, promotif, maupun tindakan kuratif
sederhana. Peran perawat gigi dalam upaya promotif dan preventif dilakukan untuk mencegah
timbulnya penyakit gigi dan mulut, upaya ini dilakukan sebagai rencana berjangka guna
menekan angka terjadinya penyakit gigi dan mulut dalam masyarakat, sedangkan peran
perawat gigi dalam upaya kuratif sederhana adalah dengan memberikan tindakan yang bersifat
kuratif yakni disaat penyakit gigi dan mulut sudah menjangkiti seseorang, namun tindakan
kuratif yang diberikan adalah sederhana, tidak melebihi batas wewenang yang dimiliki oleh
seorang perawat gigi sesuai SOP.

2.2 Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Masyarakat

Pasal 8
Dalam melaksanakan profesinya, setiap Perawat Gigi Indonesia wajib memberikan
pelayanan yang sebaik mungkin kepada individu masyarakat.

Perawat gigi juga termasuk tenaga kesehatan yang di didik dan nantinya juga bekerja
untuk masyarakat luas. Jadi sudah seharusnya menjadi kewajiban untuk perawat gigi
memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada individu masyarakat.

Selain itu perawat gigi juga wajib untuk memperhatikan dan mendapat persetujuan apa
yang akan dilakukan terhadap pasien. Jika tidak, perawatan tidak mungkin bisa diteruskan. Jika
iya, harus laksanakan semaksimal mungkin. Dengan adanya prosedur seperti ini, tidak

8
mendapat kesan kalau pasien tidak tahu apa yang dilakukan perawat terhadapnya, walaupun si
perawat sudah menjelaskan tentang indikasi yang sesuai dengan keadaan penderitanya, tapi
pasien lah yang sepenuhnya menentukan akan dilakukan tindakan atau tidak.

Pasal 9
Dalam hal ini ketidakmampuan dan diluar kewenangan Perawat Gigi Indonesia
berkewajiban merujuk kasus yang ditemukan kepada tenaga yang lebih ahli.

Setuju, karena apabila seorang perawat gigi tidak dapat menangani sebuah kasus,
dikarenakan hal tersebut bukan kompetensinya, maka ia harus merujuknya ke tenaga medis
yang lebih ahli atau berkompeten dalam bidangnya misalnya ke dokter gigi atau dokter gigi
spesialis.

Pasal 10

Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang ia ketahui
tentang kliennya.
Setuju, hal tersebut merupakan hal yang sangat sensitive bagi pasien.
Ketidaknyamanan si pasien, merasa rendah diri, minder, atau lingkungan sosialisasinya akibat
rahasia medis yang tidak dijaga dapat menurunkan semangat untuk sembuh karena pasien
tersebut sudah tidak nyaman dengan lingkungannya.

Namun, jika harus dirahasiakan kepada keluarganya, nampaknya kurang setuju. Karena
keluarga adalah orang terdekat pasien sehingga diharapkan mereka bisa membantu dalam
proses penyembuhan, seperti memberikan semangat, mengupayakan pelayanan yang lebih
baik, dan sebagai wujud kasih sayang terhadap pasien.

Pasal 11
Setiap Perawat gigi indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-
batas kemampuan, sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali pada waktu itu ada orang
lain yang lebih mampu memberikan pertolongan.

Pasal tersebut menjelaskan kewajiban perawat gigi terhadap masyarakat. Dalam


keadaan darurat seorang Perawat Gigi wajib memberikan pertolongan kepada siapapun yang
membutuhkan dan apapun yang dideritanya. Pertolongan yang diberikan tentu dalam batas-
batas tindakan keterampilan, keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya. Walaupun sangat
terbatas, namun tetap harus mengerjakan segala sesuatu dalam upaya menyelamatkan
seseorang. Pertolongan harus diberikan apabila tidak ada orang lain yang mampu memberikan.

9
Kami sependapat, karena bagaimanapun juga kita sebagai tenaga kesehatan harus siap
dan sigap dalam melayani masyarakat dalam kondisi apapun dan kapanpun. Namun memang
perlu diperhatikan sejauh mana kemampuan yang kita miliki agar tidak terjadi kesalah yang
tidak diinginkan. Sebaiknya jangan menangani kasus di luar kompetensi kita sebagai perawat
gigi, lakukan pertolongan sederhana sesuai kompetensi kita, kemudian rujuk pada orang yang
lebih mampu menangani kasus tersebut, misalnya dokter gigi. Jangan sampai kita melakukan
kesalahan yang dapat berakibat fatal dan merugikan pasien, alih – alih bertujuan menolong tapi
yang terjadi malah membahayakan pasien.
2.3 Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Teman Sejawatnya.
Pasal 12
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana
ia sendiri diperlakukan.
Sesama Perawat Gigi sebaiknya tidak merasa lebih tinggi dari rekan kerjanya. Hal ini
dikarenakan untuk menciptakan proses kerja yang, adil serta tidak menimbulkan kesenjangan.
Selain itu, bertujuan untuk membentuk lingkungan kerja yang nyaman, sehingga kinerja yang
dihasilkan pun optimal.
Dalam usaha menciptakan suasanan kerja yang diinginkan, tentunya tidak terlepas dari
andil organisasi profesi yang menaungi. Pengetahuan yang dimiliki hendknya dibagikan
kepada sesama perawat gigi. Untuk memudahkan adanya sharing pengalaman antar sesama
perawat gigi, alangkah baiknya jika setiap perawat gigi menjadi anggota dari organisasi
Persatuan Perawat Gigi Indonesia. Bisa juga aktif untuk mengikuti pertemuan yang
diselenggarakan oleh PPGI, sehingga feel kerjasama dan penerimaan dalam sebuah komunitas
itu ada.
Forum antar perawat gigi juga dapat memfasilitasi dalam pencarian solusi atas
kesalahpahaman yang timbul antar sesama perawat gigi. Selain itu dapat dijadikan sebagai
sarana curah pendapat tentang isu-isu teraktual dalam dunia kedokteran gigi.

2.4 Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Diri Sendiri


Pasal 13
Setiap perawat gigi Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat
dirinya.
Meningkatkan martabat dirinya, berarti bahwa perawat gigi wajib bekerja secara teleti
dan hendaknya selalu berusaha mawas diri untuk meningkatkan citra perawat gigi di
masyarakat.

10
Pasal 14
Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan
pengetahuan dan teknologi.
Kami setuju dengan pasal 14 karena bagaimanapun ilmu pengetahuan itu terus
berkembang seimbang dengan kemajuan zaman. Oleh sebab itu, sebagai seorang perawat gigi
tentunya kita juga harus aktif mengikuti perkembangan tersebut agar dapat memenuhi
kebutuhan pasien dengan ilmu – ilmu baru yang lebih memadai. Dapat kita lihat pada realitanya
dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifat manual dan konvensional,
belum disertai dengan sistem/perangkat tekhnolgi yang memadai. Contohnya dalam hal
pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat mempunyai potensi
yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya perkembangan
teknologi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian
asuhan keperawatan yang lebih baik.

Pasal 15
Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memelihara kesehatannnya supaya dapat bekerja
dengan baik.
Dalam pasal 15 disebutkan bahwa setiap perawat gigi di Indonesia harus
memeliharanya kesehatannya, kita sebagai calon perawat gigi harusnya memberikan contoh
yang baik kepada masyarakat tentang bagaimana caranya memelihara kesehatan, terutama
kesehatan gigi dan mulut. Seperti memeriksakan gigi minimal 6 bulan sekali, menggosok gigi
minimal 2 kali sehari (setelah sarapan dan sebelum tidur). Dan menjaga kebersihan dirinya
serta lingkungan sekitarnya, dan memperhatikan syarat-syarat pencegahan antara lain dengan
imunisasi, mencuci tangan, memakai masker dan sarung tangan.
Tapi dalam realitanya di Indonesia masih sering ditemui perawat gigi yang tidak
memperhatikan syarat-syarat kesehatan.

11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan yang telah dijabarkan pada bab pembahasan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :

a. Kode Etik Perawat Gigi Indonesia dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan profesi
secara baik untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan pengembangan tenaga
kesehatan gigi di masa mendatang.
b. Dapat dijadikan evaluasi bagi seluruh perawat gigi Indonesia terhadap profesinya.

3.2 Saran

a. Dalam pelaksanaanya dibutuhkan tingkat profesionalitas yang tinggi dari seluruh


perawat gigi Indonesia dan partisipasi antar sesama teman sejawatnya.
b. Perawat gigi Indonesia harus menjaga nama baik dengan ilmu, moral dan etika agar
tidak berdampak buruk pada nama baik seluruh perawat gigi di Indonesia

12
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 378/Menkes/Sk/Iii/2007 Tentang


Standar Profesi Perawat Gigi

http://prasxo.wordpress.com/2011/02/17/definisi-perawat-gigi/ diunduh melalui Google


Chrome 10/03/2012
http://www.pdgi.or.id/assets/files/2010/Kepmenkes.pdf diunduh melalui Mozzila Firework
“Standar Profesi Perawat Gigi” tanggal 10/3/2012.
http://mohtar.staff.uns.ac.id/files/2009/03/kode-etik.pdf diunduh di unduh melalui Mozzila
Firework “Profesi,Kode Etik,dan Profesionalisme” tanggal 10/3/2012.

13

Anda mungkin juga menyukai