Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

STUDI KASUS DIABETES

MATA KULIAH KOMUNIKASI KESEHATAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

ITA SAJEK PRAYEKTI (K021171001)

SALWA FIQHYARDINI (K021171004)

FANIA PASALI RUNTUK (K021171305)

SALWA INAYAH PAREWASI (K021171511)

PARADILLAH NURUL UTAMI (K021171703)

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN 2018
STUDI KASUS

Seorang anak perempuan berusia 3 tahun didiagnosis menderita diabetes melitus (tipe
2) dan menjadi pasien termuda di dunia untuk penyakit ini. Gejala yang dialami oleh bocah
tersebut adalah sering buang air kecil dan sering merasa haus. Bocah yang memiliki bobot
badan 34kg memiliki orangtua yang obesitas, tetapi tidak punya riwayat diabetes.

Kasus pasien termuda penderita diabetes ini dipresentasikan dalam pertemuan


tahunan European Association for the Study of Diabetes di Stockholm, Swedia.

Bocah yang tidak disebutkan namanya ini memiliki indeks massa tubuh yang lebih
tinggi 5 persen dibanding anak seusianya. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar gula darah
puasa yang tinggi, tetapi hasil pemeriksaan antibodi untuk diabetes tipe 1 ternyata negatif.
Keluarga bocah tersebut memang memiliki pola makan yang buruk, banyak mengasup kalori
dan juga lemak. Keluarga bocah tersebut memang memiliki pola makan yang buruk, banyak
mengasup kalori dan juga lemak.

Setelah hasil pemeriksaan menunjukkan ia menderita diabetes tipe 2, dokter


memberikan obat diabetes metformin dalam bentuk cair. Kedua orangtuanya juga diberi
edukasi mengenai penyakit diabetes dan pentingnya mengubah pola makan. Bocah tersebut
juga disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisiknya. Sekitar 6 bulan setelah diagnosis,
anak perempuan itu berhasil menurunkan 25 persen berat badannya, memiliki kadar gula
darah normal, dan berhenti mengonsumsi metformin.

"Perubahan penyakit diabetes tipe 2 pada anak-anak sangat mungkin jika deteksi dini
dilakukan terhadap anak yang menderita obesitas. Selain itu, diagnosis dini juga dibutuhkan,
demikian halnya dengan terapi yang tepat, dan mengubah gaya hidup," kata dr Michael Yafi,
Ketua Departemen Endokrin Pediatrik di Universitas Texas, Houston, AS.

URAIAN PENYELESAIAN STUDI KASUS

1. Identifikasi unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam informasi kasus!


Jawaban:
Unsur-Unsur Komunikasi dalam Kasus

a. Komunikator
Berdasarkan kasus tersebut, komunikator terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) European Association for the Study of Diabetes di Stockholm, Swedia.
2) dr. Michael Yafi, Ketua Departemen Endokrin Pediatrik di Universitas Texas
Houston, AS.
3) Orangtua dari anak perempuan penderita diabetes.
b. Komunikan
Berdasarkan kasus tersebut, komunikan juga terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Audiens yang hadir dalam presentasi tahunan European Association for the Study
of Diabetes.
2) Orangtua dari anak perempuan penderita diabetes.
3) dr. Michael Yafi, Ketua Departemen Endokrin Pediatrik di Universitas Texas
Houston, AS.
c. Pesan
Berdasarkan kasus tersebut, pesan yang disampaikan terbagi menjadi tiga
berdasarkan masing-masing komunikator:
1) European Association for the Study of Diabetes di Stockholm, Swedia
Sebagai komunikator, European Association for the Study of Diabetes dalam
presentasinya menyampaikan pesan kepada audiens yang hadir di presentasinya
bahwa terdapat seorang anak perempuan berusia 3 tahun yang menderita diabetes
melitus tipe 2. Gejala yang dialami oleh bocah tersebut adalah sering buang air
kecil dan sering merasa haus. Bocah yang memiliki bobot badan 34 kg itu
memiliki orangtua yang obesitas, namun tidak punya riwayat diabetes.
2) dr. Michael Yafi, Ketua Departemen Endokrin Pediatrik di Universitas
Texas Houston, AS
Sebagai komunikator, dr. Michael Yafi menyampaikan pesan kepada orangtua
anak perempuan penderita diabetes tersebut dengan memberikan edukasi
mengenai penyakit diabetes dan pentingnya mengubah pola makan. Beliau juga
berpesan bahwa perubahan penyakit diabetes tipe 2 pada anak-anak sangat
mungkin jika deteksi dini dilakukan terhadap anak yang menderita obesitas.
Selain itu, diagnosis dini juga dibutuhkan, demikian halnya dengan terapi yang
tepat, dan mengubah gaya hidup.
3) Orangtua dari anak perempuan penderita diabetes
Sebagai komunikator, orangtua dari anak perempuan penderita diabetes tersebut
menyampaikan pesan kepada dokter bahwa keluarga mereka memang memiliki
pola makan yang buruk, mereka banyak mengasup makanan berkalori dan
berlemak.
d. Media
Berdasarkan kasus tersebut, tidak ada media yang secara jelas digunakan
dalam proses komunikasi pada kasus, karena di dalam kasus tersebut komunikasi
berlangsung secara langsung sehingga tidak membutuhkan media dalam
penyampaiannya.
e. Umpan Balik
Berdasarkan kasus tersebut, umpan balik yang diberikan oleh ketiga
komunikan merupakan umpan balik positif, dimana umpan balik positif ini
merupakan umpan balik yang diberikan oleh komunikan yang menandakan bahwa ia
memahami, membantu dan mau bekerja sama dengan komunikator untuk mencapai
sasaran komunikasi tertentu. Berikut rincian umpan balik berdasarkan masing-masing
komunikan:
1) Audiens pada presentasi tahunan European Association for the Study of
Diabetes
Umpan balik yang diberikan oleh para audiens yang hadir pada presentasi tahunan
European Association for the Study of Diabetes berupa umpan balik positif, yang
salah satunya dapat berupa komunikan memperhatikan dengan serius apa yang
disampaikan oleh komunikator. Dalam hal ini, umpan balik dari para audiens
dalam kasus memang tidak nampak, namun secara tersirat para audiens dapat
dikatakan memberikan umpan balik positif karena pesan yang disampaikan oleh
komunikator kemudian disebarluaskan sehingga diketahui oleh masyarakat luas.
2) Orangtua dari anak perempuan penderita diabetes
Umpan balik yang diberikan oleh orangtua dari anak perempuan penderita
diabetes tersebut kepada dokter berupa umpan balik positif yang salah satunya
dapat berupa komunikan memperhatikan dan memahami apa yang disampaikan
oleh komunikator. Dalam hal ini, umpan balik dari orangtua anak tersebut juga
memang tidak nampak pada kasus, namun secara tersirat orangtua anak tersebut
dapat dikatakan memberikan umpan balik positif kepada dokter karena pada
akhirnya pesan yang disampaikan dokter dilakukan oleh orangtua anak perempuan
penderita diabetes tersebut.
3) dr. Michael Yafi, Ketua Departemen Endokrin Pediatrik di Universitas
Texas, Houston, AS
Umpan balik yang diberikan oleh dr. Michael Yafi kepada orangtua anak
perempuan penderita diabetes dalam kasus tersebut berupa umpan balik positif
yang salah satunya juga dapat berupa komunikan memperhatikan dan memahami
apa yang disampaikan oleh komunikator. Dalam hal ini, umpan balik dari dr.
Michael Yafi juga memang tidak nampak langsung pada kasus, namun secara
tersirat dr. Michael Yafi dapat dikatakan memberikan umpan balik positif karena
setelah itu dr. Michael Yafi melakukan tindakan medis berdasarkan apa yang
disampaikan oleh komunikator.
f. Efek
Berdasarkan kasus, efek yang ditimbulkan dalam proses komunikasi tersebut
terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Audiens pada presentasi tahunan European Association for the Study of
Diabetes
Efek yang ditimbulkan dari proses komunikasi antara European Association for
the Study of Diabetes dengan audiens yang hadir dalam presentasinya dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a) Efek Kognitif: Secara tersirat audiens akhirnya mengetahui bahwa penyakit
diabetes melitus tipe 2 dapat menyerang seorang anak perempuan berusia 3
tahun.
b) Efek Konatif: Kemudian beberapa atau salah seorang merangkum informasi
yang didapatnya dan menyebarluaskan informasi tersebut, sehingga diketahui
oleh masyarakat luas.
2) Orangtua dari anak perempuan penderita diabetes
a) Efek Kognitif: Secara tersirat orangtua anak tersebut akhirnya mengetahui
solusi untuk mengatasi penyakit yang diderita anaknya.
b) Efek Konatif: Sekitar 6 bulan setelah diagnosis, anak perempuan itu berhasil
menurunkan 25 persen berat badannya, memiliki kadar gula darah normal, dan
berhenti mengonsumsi metformin.
3) dr Michael Yafi, Ketua Departemen Endokrin Pediatrik di Universitas
Texas, Houston, AS
a) Efek Kognitif: Secara tersirat dr. Michael Yafi akhirnya mengetahui salah satu
penyebab penyakit yang dialami oleh anak tersebut.
b) Efek Konatif: dr. Michael Yafi melakukan pemeriksaan dan pemberian obat.

2. Uraikan model atau bentuk komunikasi yang Anda temukan dalam kasus!
Jawaban:
Model atau Bentuk Komunikasi pada Kasus

1) Model Tahap Arus Komunikasi Dua Arah


Model ini merupakan proses komunikasi dimana terjadi timbal balik
(feedback) atau respon saat pesan dikirimkan oleh sumber atau pemberi pesan kepada
penerima pesan. Dalam hal ini, di dalam kasus tersebut terjadi komunikasi dua arah
antara European Association for the Study of Diabetes dengan para audiens pada
presentasinya dan antara dr. Michael Yafi dengan orangtua dari anak perempuan
penderita diabetes.
2) Bentuk Komunikasi Verbal
Bentuk ini merupakan proses komunikasi yang terjadi antara komunikan dan
komunikator yang saling tatap muka dan dengan menggunakan bahasa atau kata-kata
dalam komunikasinya.dalam hal ini, komunikasi yang terjadi dalam kasus tersebut
semuanya merupakan komunikasi verbal.
3) Bentuk Komunikasi Interpersonal
Bentuk ini merupakan proses komunikasi yang terjadi dengan adanya
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau
sekelompok orang. Dalam hal ini, komunikasi antara European Association for the
Study of Diabetes dengan para audiens pada presentasinya dan antara dr. Michael
Yafi dengan orangtua dari anak perempuan penderita diabetes termasuk ke dalam
bentuk komunikasi interpersonal.
4) Bentuk Komunikasi Kelompok
Menurut Anwar Arifin bentuk komunikasi kelompok adalah komunikasi yang
berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok seperti dalam rapat,
pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Dalam hal ini,
komunikasi yang terjadi antara European Association for the Study of Diabetes
dengan para audiens pada presentasinya dapat dikatakan sebagai komunikasi
kelompok.

3. Uraikan prinsip-prinsip komunikasi yang anda temukan dalam kasus!


Jawaban:
Prinsip-Prinsip Komunikasi dalam Kasus

1) Prinsip Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi


Salah satu pesan yang dikemukakan oleh European Association for the Study
of Diabetes membahas mengenai gejala yang dialami oleh bocah penderita diabetes,
yaitu sering buang air kecil dan sering merasa haus merupakan salah satu pesan yang
menggunakan prinsip setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi, karena dalam
hal ini, perilaku yang berupa gejala penyakit dari anak tersebut menjadi sebuah pesan
yang kemudian dikomunikasikan oleh komunikator.
2) Prinsip Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Kesengajaan
Komunikasi yang terjadi antara European Association for the Study of
Diabetes dengan para audiens pada presentasinya menggunakan prinsip komunikasi
berlangsung dalam berbagai kesengajaan, karena dalam hal ini, European Association
for the Study of Diabetes sengaja melakukan presentasi tahunan untuk membahas
mengenai isu kesehatan yang penting untuk diketahui oleh masyarakat luas sebagai
informasi baru.

4. Siapa sasaran komunikasi yang lebih tepat untuk intervensi gizi yang Anda temukan
dalam kasus!
Jawaban:
Sasaran Komunikasi

Sasaran komunikasi yang tepat untuk intervensi gizi berdasarkan kasus tersebut
ialah orangtua dari anak perempuan penderita diabetes tersebut. Karena dalam hal ini,
segala bentuk aktivitas dan pola makan anak masih diatur oleh orangtuanya, terlebih lagi
anak tersebut masih berusia 3 tahun. Sehingga untuk melakukan intervensi gizi terkait
masalah kesehatan yang dialami oleh anak tersebut harus melalui orangtuanya.

5. Pada sasaran yang Anda tentukan pada poin no. 4, buat desain pesan yang disesuaikan isu
dan sasaran!
Jawaban:

6. Identifikasi hambatan komunikasi yang mungkin dapat timbul pada kasus!


Jawaban:
Hambatan Komunikasi pada Kasus

Hambatan yang mungkin terjadi dalam komunikasi pada kasus yaitu hambatan
semantik. Hambatan semantik ini merupakan hambatan yang terjadi karena berbeda
pemahaman bahasa atau kata. Dalam hal ini, ada salah satu bahasa yang disampaikan
oleh dr.Micahel Yafi pada pesannya, yaitu “Selain itu, diagnosis dini juga dibutuhkan,
demikian halnya dengan terapi yang tepat, dan mengubah gaya hidup”, pada kata gaya
hidup disini dapat menimbulkan pertanyaan bagi komunikan jika ia mengartikan gaya
hidup dalam konteks yang jauh dari kesehatan, sehingga memungkinkan komunikasi
akan terhambat.

7. Apa bentuk bentuk intervensi inovatif yang memungkinkan sesuai kasus!


Jawaban:
Intervensi Inovatif yang Sesuai Kasus

Intervensi inovatif yang dapat dilakukan sesuai kasus tersebut ialah mengajak
para orangtua yang memilki anak khususnya yang masih balita untuk melakukan
pemeriksaan berkala terhadap anaknya mengenai status kesehatannya terutama untuk
mendeteksi dini adanya gejala-gejala dari diabetes pada anak dan membuat media
kontrol pola makan pada anak yang dapat berupa aplikasi yang diberikan kepada para
orangtua, kemudian dihubungkan langsung dengan petugas kesehatan agar pola makan
anak dapat dikendalikan dengan baik sesuai dengan yang telah dianjurkan.

8. Uraikan dengan singkat gambaran epidemiologi (prevalensi dan faktor risiko) dari kasus
tersebut!
Jawaban:
Gambaran Epidemiologi
a. Prevalensi
Prevalensi diabates di Indonesia cenderung meningkat tiap tahunnya, yaitu
dari 5,7% tahun 2007, menjadi 6,9% tahun 2013. Lebih mencengangkan lagi, seperti
dirilis KEMENKES 2/3 diabetesi di Indonesia tidak mengetahui dirinya memiliki
diabetes. Pada tahun 2015 yang ditunjukkan oleh Perkumpulan Endokriologi
(PERKANI) menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia telah
mencapai 9,1 juta orang. Dan berdasarkan data International Diabetes Federation
diperkirakan jumlah penyandang diabetes di Indonesia mencapai 10,3 juta di tahun
2017. Menurut ketua PERKENI usia penderita diabetes kini semakin muda, 1 dari 5
penderita diabetes masih berumur dibawah 40 tahun dengan jumlah sebanyak
1.671.000 orang.
b. Faktor Risiko
Faktor risiko diabetes melitus bisa dikelompokkan menjadi faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi adalah ras dan etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan
diabetes, riwayat dengan bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih 4000 gram
dan riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram).
Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi erat kaitannya dengan
perilaku hidup yang kurang sehat, berat badan lebih, obesitas abdominal atau sentral,
kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ahazrina. 2017. Komunikasi dua arah. Dalam


https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-dua-arah. Diakses pada tanggal 9
Februari 2018.
2. Anna, Lusia Kus. 2015. Anak Balita jadi Pasien Diabetes Melitus Termuda di
Dunia. Dalam
http://lifestyle.kompas.com/read/2015/09/18/132200823/Anak.Balita.Ini.Jadi.Pasien
.Diabetes.Melitus.Termuda.di.Dunia. Diakses pada tanggal 10 Februari 2018.
3. Zubair, Agustina. 2006. Prinsip-Prinsip Komunikasi. Dalam
https://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/prinsip-prinsip-komunikasi/. Diakses
pada tanggal 10 Februari 2018.

Anda mungkin juga menyukai