SKENARIO B BLOK 5
04121401021
(Sekretaris
Meja)
Tiara Putri R.
04121401026
(Sekretaris Papan)
Kms. M. Temidtya K. R.
04121401017
M. Alniroman Yukendri
04121401025
Al Amirah Zainab
04121401035
04121401040
04121401041
M. Tata Suharta
04121401053
04121401059
E. Jethro Solaiman
04121401087
04121401088
04121401096
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
3
KEGIATAN TUTORIAL
4
SKENARIO ...
5
KLARIFIKASI ISTILAH .
5
IDENTIFIKASI MASALAH ..
6
PRIORITAS MASALAH .
7
HIPOTESIS ..
7
ANALISIS MASALAH .
8
RESTRUKTURISASI / KERANGKA KONSEP 41
TOPIK PEMBELAJARAN .
42
SINTESIS ..
44
KESIMPULAN
84
DAFTAR PUSTAKA
85
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial
Skenario B Blok 5 sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu
tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Wardiansyah selaku tutor kelompok B8,
3. teman-teman sejawat FK Unsri,
4. semua pihak yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat
bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.
Kelompok B8
KEGIATAN TUTORIAL
Tutor
: dr. Wardiansyah
Moderator
Sekretaris Meja
: Evita Yolanda
Sekretaris Papan
Pelaksanaan
1. SKENARIO
Zulfikar, laki-laki 32 tahun, berprofesi sebagai supir angkot, mengalami kecelakaan lalu
lintas di mana angkotnya menabrak bis yang tengah parkir di ujung tikungan jalan. Akibat
benturan yang keras, Zulfikar mengalami luka robek di kepalanya dan berdarah, memarmemar di dada dan sendi bahu, serta tampak tulang selangkanya menonjol.
Ia segera dibawa ke Rumah Sakit dan dari hasil pemeriksaan, terdapat luka di kulit kepala
sepanjang 3 cm, tepi luka rata dengan dasar luka tampak sedikit jaringan yang berwarna
kekuningan. Sedang pada tulang selangkanya terdapat patah tulang. Setelah mendapat
pertolongan di RS, Zulfikar diizinkan pulang untuk selanjutnya di rawat jalan.
Selang dua setengah jam kemudian, pada daerah tulang selangkanya terasa nyeri dan
baru hilang setelah minum obat dari RS. Seminggu setelah kejadian, luka di kepala
Zulfikar telah sembuh dan beberapa bulan kemudian patah tulang selangkanya telah
menyatu kembali.
2. KLARIFIKASI ISTILAH
2.1Luka robek
3. IDENTIFIKASI MASALAH
MASALAH
KONSEN
VVV
VV
4. PRIORITAS MASALAH
4.1Zulfikar, laki-laki 32 tahun, berprofesi sebagai supir angkot, mengalami
kecelakaan lalu lintas di mana angkotnya menabrak bis yang tengah parkir di
ujung tikungan jalan. Akibat benturan yang keras, Zulfikar mengalami luka
robek di kepalanya dan berdarah, memar-memar di dada dan sendi bahu, serta
tampak tulang selangkanya menonjol.
4.2Ia segera dibawa ke Rumah Sakit dan dari hasil pemeriksaan, terdapat luka di
kulit kepala sepanjang 3 cm, tepi luka rata dengan dasar luka tampak sedikit
jaringan yang berwarna kekuningan. Sedang pada tulang selangkanya terdapat
patah tulang. Setelah mendapat pertolongan di RS, Zulfikar diizinkan pulang
untuk selanjutnya di rawat jalan.
4.3Selang dua setengah jam kemudian, pada daerah tulang selangkanya terasa
nyeri dan baru hilang setelah minum obat dari RS. Seminggu setelah kejadian,
luka di kepala Zulfikar telah sembuh dan beberapa bulan kemudian patah
tulang selangkanya telah menyatu kembali.
5. HIPOTESIS
5.1Memar disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di area bawah permukaan
kulit
5.2Jaringan kekuningan yang ditemukan tersebut adalah jaringan adiposa
6. ANALISIS MASALAH
6.1
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau
kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea
aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar
dan pericranium
6.1.2 Apa saja struktur dan jaringan yang rusak akibat luka robek
tersebut?
Luka robek didapatkan pada kulit kepala pasien. Kulit kepala terdiri atas
epidermis, dermis, dan hypodermis (subcutaneous) yang meliputi jaringan
epithel dan jaringan pengikat.
Pada lapisan epidermis terdapat empat jenis sel, yaitu sel keratinosit, sel
melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Sel keratinosit adalah sel yang
paling dominan. Keratinosit membelah, tumbuh bergerka ke atas, dan
10
11
Dalam plasma darah, terdapat zat anorganik yang mencapai 1%, seperti
karbonat, klorida, dan fosfat yang berkaitan dengan logam kalsium, sodium,
magnesium, dan potasium. Plasma darah juga mengandung sari makanan
dalam bentuk asam amino, glukosa, asam lemak, dan gliserol.
b) Komponen padat
Komponen padat atau sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
- Sel darah merah (eritrosit) adalah sel tidak berinti dan jumlahnya
paling banyak. Selama proses pematangan, eritrosit mengeluarkan
intinya, dan sel darah matang masuk ke pembuluh darah tanpa inti
sel. Eritrosit tetap berada di dalam darah dan melakukan fungsi
-
Mengangkut sari makanan dari jonjot usus ke jaringan tubuh yang memerlukannya
Sebagai alat pengedar hormon dari alat tubuh penghasil hormon ke seluruh tubuh
Mengatur stabilitas temperatur tubuh
Mencegah masuknya kuman-kuman dan kotoran ke dalam tubuh melalui luka,
media pada pembuluh darah tersebut tersusun dari sel yang disebut perisit.
Mantel yang paling luar adalah tunika adventisia.
Tunika adventisia terdiri dari kolagen dan elastin. Berbeda dari kolagen pada
tunika media yang merupakan kolagen tipe III, kolagen pada tunika adventisia
merupakan kolagen tipe I. Tunika adventisia kemudian akan bersatu dengan
jaringan ikat yang membungkus organ yang dilalui oleh pembuluh darah
tersebut.
Pada arteri, terdapat lamina elastika interna di antara tunika intima dan media.
Lamina elastika interna tersusun dari elastin yang berfenestra (berjendela)
sehingga memungkinkan senyawa senyawa untuk berdifusi dan memberi
makan sel yang letaknya lebih dalam pada pembuluh darah. Pada arteri yang
lebih besar, selain terdapat lamina elastika interna juga terdapat lamina
elastika eksterna di antara tunika media dan tunika adventisia. Lamina elastika
eksterna lebih tipis bila dibandingkan dengan lamina elastika interna.
Pada pembuluh darah yang besar terdapat struktur yang dinamakan vasa
vasorum (pembuluh dari pembuluh). Vasa vasorum ini banyak terdapat pada
tunika adventisia dan tunika media bagian luar karena lapisan pada kedua
begian tersebut lebih tebal sehingga difusi saja tidak cukup untuk menyalurkan
metabolit dan nutrien ke dalamnya. Vasa vasorum lebih banyak ditemukan
pada vena dibandingkan pada arteri. Hal ini terkait dengan kurangnya oksigen
dan nutrien pada darah yang mengalir dalam pembuluh darah vena.
6.1.7 Bagaimana struktur anatomi otot, tulang, dan kulit dada?
14
15
16
17
18
19
20
the front of the thorax the most important vertical lines are the midsternal, the
middle line of the sternum; and the mammary, or, better midclavicular, which
runs vertically downward from a point midway between the center of the
jugular notch and the tip of the acromion. This latter line, if prolonged, is
practically continuous with the lateral line on the front of the abdomen. Other
vertical lines on the front of the thorax are the lateral sternal along the sternal
margin, and the parasternal midway between the lateral sternal and the
mammary.
On either side of the thorax the anterior and posterior axillary lines are drawn
vertically from the corresponding axillary folds; the midaxillary line runs
downward from the apex of the axilla.
On the posterior surface of the thorax the scapular line is drawn vertically
through the inferior angle of the scapula.
FIG. 1216 Front of thorax, showing surface relations of bones, lungs (purple),
pleura (blue), and heart (red outline). P. Pulmonary valve. A. Aortic valve. B.
Bicuspid valve. T. Tricuspid valve.
22
23
FIG. 1217 Side of thorax, showing surface markings for bones, lungs (purple),
pleura (blue), and spleen (green).
In order to mark out the anterior borders of the lungs a line is drawn from each
apex point2.5 cm. above the clavicle and rather nearer the anterior than the
posterior border of Sternocleidomastoideusdownward and medialward across
the sternoclavicular articulation and manubrium sterni until it meets, or almost
meets, its fellow of the other side at the midpoint of the junction between the
manubrium and body of the sternum. From this point the two lines run
downward, practically along the midsternal line, as far as the level of the fourth
costal cartilages. The continuation of the anterior border of the right lung is
marked by a prolongation of its line vertically downward to the level of the
sixth costal cartilage, and then it turns lateralward and downward. The line on
the left side curves lateralward and downward across the fourth sternocostal
articulation to reach the parasternal line at the fifth costal cartilage, and then
turns medialward and downward to the sixth sternocostal articulation.
24
In the position of expiration the lower border of the lung may be marked by a
slightly curved line with its convexity downward, from the sixth sternocostal
junction to the tenth thoracic spinous process. This line crosses the midclavicular line at the sixth, and the midaxillary line at the eighth rib.
The posterior borders of the lungs are indicated by lines drawn from the level
of the spinous process of the seventh cervical vertebra, down either side of the
vertebral column, across the costovertebral joints, as low as the spinous
process of the tenth thoracic vertebra.
The position of the oblique fissure in either lung can be shown by a line drawn
from the spinous process of the second thoracic vertebra around the side of the
thorax to the sixth rib in the mid-clavicular line; this line corresponds roughly to
the line of the vertebral border of the scapula when the hand is placed on the
top of the head. The horizontal fissure in the right lung is indicated by a line
drawn from the midpoint of the preceding, or from the point where it cuts the
midaxillary line, to the midsternal line at the level of the fourth costal cartilage.
Trachea.This may be marked out on the back by a line from the spinous
process of the sixth cervical to that of the fourth thoracic vertebra where it
bifurcates; from its bifurcation the two bronchi are directed downward and
lateralward. In front, the point of bifurcation corresponds to the sternal angle.
Esophagus.The extent of the esophagus may be indicated on the back by a
line from the sixth cervical to the level of the ninth thoracic spinous process,
2.5 cm. to the left of the middle line.
Heart.The outline of the heart in relation to the front of the thorax (Figs 1216,
1218) can be represented by a quadrangular figure. The apex of the heart is
first determined, either by its pulsation or as a point in the fifth interspace, 9
cm. to the left of the midsternal line. The other three points are: (a) the
seventh right sternocostal articulation; (b) a point on the upper border of the
third right costal cartilage 1 cm. from the right lateral sternal line; (c) a point on
the lower border of the second left costal cartilage 2.5 cm. from the left lateral
sternal line. A line joining the apex to point (a) and traversing the junction of
the body of the sternum with the xiphoid process represents the lowest limit of
25
the heartits acute margin. The right and left borders are represented
respectively by lines joining (a) to (b) and the apex to (c); both lines are convex
lateralward, but the convexity is more marked on the right where its summit is
4 cm. distant from the midsternal line opposite the fourth costal cartilage.
A portion of the area of the heart thus mapped out is uncovered by lung, and
therefore gives a dull note on percussion; the remainder being overlapped by
lung gives a more or less resonant note. The former is known as the area of
superficial cardiac dulness, the latter as the area of deep cardiac dulness. The
area of superficial cardiac dulness is somewhat triangular; from the apex of the
heart two lines are drawn to the midsternal line, one to the level of the fourth
costal cartilage, the other to the junction between the body and xiphoid
process; the portion of the midsternal line between these points is the base of
the triangle. Latham lays down the following rule as a sufficient practical guide
for the definition of the area of superficial dulness. Make a circle of two inches
in diameter around a point midway between the nipple and the end of the
sternum.
The coronary sulcus can be indicated by a line from the third left, to the sixth
right, sternocostal joint. The anterior longitudinal sulcus is a fingers breadth to
the right of the left margin of the heart.
The position of the various orifices is as follows: The pulmonary orifice is
situated in the upper angle of the third left sternocostal articulation; the aortic
orifice is a little below and medial to this, close to the articulation. The left
atrioventricular opening is opposite the fourth costal cartilage, and rather to
the left of the midsternal line; the right atrioventricular opening is a little lower,
opposite the fourth interspace of the right side. The lines indicating the
atrioventricular openings are slightly below and parallel to the line of the
coronary sulcus.
Arteries.The line of the ascending aorta begins slightly to the left of the
midsternal line opposite the third costal cartilage and extends upward and to
the right to the upper border of the second right costal cartilage. The beginning
of the aortic arch is indicated by a line from this latter point to the midsternal
line about 2.5 cm. below the jugular notch. The point on the midsternal line is
26
opposite the summit of the arch, and a line from it to the right sternoclavicular
articulation represents the site of the innominate artery, while another line
from a point slightly to the left of it and passing through the left
sternoclavicular articulation indicates the position of the left common carotid
artery in the thorax.
FIG. 1218 Diagram showing relations of opened heart to front of thoracic wall.
Ant. Anterior segment of tricuspid valve. A O. Aorta. A.P. Anterior papillary
muscle. In. Innominate artery. L.C.C. Left common carotid artery. L.S. Left
subclavian artery. L.V. Left ventricle. P.A. Pulmonary artery. R.A. Right atrium.
R.V. Right ventricle. V.S. Ventricular septum.
The internal mammary artery descends behind the first six costal cartilages
about 1 cm. from the lateral sternal line.
Veins.The line of the right innominate vein crosses the right sternoclavicular
joint and the upper border of the first right costal cartilage about 1 cm. from
the lateral sternal line; that of the left innominate vein extends from the left
27
sternoclavicular articulation to meet the right at the upper border of the first
right costal cartilage. The junction of the two lines indicates the origin of the
superior vena cava, the line of which is continued vertically down to the level of
the third right costal cartilage. The end of the inferior vena cava is situated
opposite the upper margin of the sixth right costal cartilage about 2 cm. from
the midsternal line.
28
29
30
31
6.1.10
6.1.11
32
6.1.12
Neer secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu :
Tipe I : Fraktur pada bagian tengah clavicula. Lokasi yang paling sering terjadi
fraktur.
Tipe II : Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua mengalami
fraktur setelah midclavicula.
33
Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling jarang terjadi
dari semua jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar 5%.
6.1.13
menonjol?
Dapat dilakukan palpasi untuk menentukan fraktur. Bila fraktur terjadi pada Os
clavicula seperti yang terjadi pada kasus ini maka dapat dilakukan palpasi pada
bagian yang dberi lingkaran merah:
34
Permukaan superior:
Otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus
Otot trapezius
Permukaan inferior:
Otot subclavius pada sulcus musculi subclavii
Ligamentum conoideum (bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare) pada
tuberculum conoideum
Ligamentum trapzoideum (bagian lateral dari ligamentum coracoclaviculare pada
linea trapezoidea
Batas anterior:
Otot pectoralis mayor
Otot deltoideus
Otot sternocleidomastoid
Otot sternohyoideus
Otot trapezius
Cedera umum
Dislokasi acromioclavicularis
Dislokasi sternoclavicular
Fraktur (patah) clavicula
Osteolisis
Degenerasi clavicula
6.2
terdapat luka di kulit kepala sepanjang 3 cm, tepi luka rata dengan
dasar luka tampak sedikit jaringan yang berwarna kekuningan.
Sedang pada tulang selangkanya terdapat patah tulang. Setelah
mendapat pertolongan di RS, Zulfikar diizinkan pulang untuk
selanjutnya di rawat jalan.
6.2.1
Apa interpretasi dari jaringan yang berwarna kekuningan?
Luka robek menyampai lapisan subkutan hingga jaringan adiposa kelihatan.
36
Interpretasi dari
jaringan yang berwarna
kekuningan adalah
jaringan lemak
(adipose). Adiposa
adalah
yang
lemak.
Jaringan lemak
berfungsi sebagai
bentalan untuk
melindungi organ-
organ
6.2.2
Bagaimana anatomi tulang selangka yang mengalami fraktur?
Dapat dilakukan palpasi untuk menentukan fraktur. Bila fraktur terjadi pada Os
clavicula seperti yang terjadi pada kasus ini maka dapat dilakukan palpasi pada
bagian yang dberi lingkaran merah:
37
Akan terasa tonjolan yang tidak normal pada os clavicula yang kemungkinan
besar berada pada corpus, ekstermitas acromialis, atau akstremitas sternalis.
6.2.3
Periosteum rusak
Jaringan penyusun tulang di daerah fraktur rusak
Deformasi
6.3
selangkanya terasa nyeri dan baru hilang setelah minum obat dari
RS. Seminggu setelah kejadian, luka di kepala Zulfikar telah sembuh
38
39
6.3.2 Apa saja syaraf-syaraf pada daerah tulang selangka yang terganggu
sehingga menyebabkan terasa nyeri?
Fase proliferasi
41
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benangbenang fibrin dalam
jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi
fibroblast dan
osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel,
dan sel
periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks
kolagen pada
patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrous dan tulang rawan (osteoid).
Stadium Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang yang
immature
(woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone). Keadaan tulang ini
menjadi lebih
kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan debris pada daerah fraktur
dan diikuti
osteoblast yang akan mengisi celah di antara fragmen dengan tulang yang
baru.
42
43
44
Os Clavicula
patah
Benturan di
dada
Kulit kepala
mengalami
robek
mencapai
lapisan
subkutan
Pembuluh
darah pecah
Terlihat
jaringan
kekuninga
n
(adiposa)
Pembulu
h darah
synoviu
m rusak
Darah
terakumulasi
di ruang
interstisial
Pendaraha
n
Darah
terakumulasi
di sendi
Sel darah
mati
Tampak
memar
sendi
bahu
Kebirubiruan
pada dada
45
N.
suprascapular
is
tergang
Periosteum
Os
clavicula
rusak
Nyeri
pada
Os
clavicul
a
SAYA
TAHU
Anatomi dan
histologi kulit
kepala
Darah
Luka robek dan
mekanisme
penyembuhann
ya
Patah tulang
dan
penyembuhann
Vaskulerisasi kulit
kulit
kepala
Jenis sel
darah
Definisi
luka
robek
redanya nyeri
YANG HARUS
BAGAIMA
DIBUKTIKAN
NA SAYA
KEMBALI
BELAJAR
Textbook
Internet
Jurnal
Mekanisme
penyembuhan luka
oleh darah
Mekanisme
penyembuhan
Proses
-
penyembuhannya,
apa saja yang
berperan
Arti
Nyeri
Mekanisme
TIDAK TAHU
Lapisan
ya
Memar
YANG SAYA
memar,
etiologi
memar
-
Klasifikasi memar,
patofisiologi
memar
Mekanisme nyeri
Mekanisme
redanya nyeri oleh
46
Kaitan memar
dengan kecelakaan
Pengertian nyeri
-
daerah tulang
selangka
dengan obat
Jenis sendi dan
pergerakannya
Struktur
obat
Jenis
sendi
anatomi otot,
Topografi
tulang, kulit,
thoraks
region thoraks
Anatomi
permukaan
dan proyeksi
organ dalam
region thoraks
Pergerakannya
Struktur yang
terdapat pada
regio thoraks
Anatomi
Topografi
permukaan,
thoraks
proyeksi organ
dalam thoraks
47
9. SINTESIS
9.1
48
HISTOLOGIS
Menurut ATLS terdiri dari 5 lapisan yaitu:
Skin atau kulit
Connective Tissue atau jaringan penyambung
Aponeurosis atau galea aponeurotika jaringan ikat berhubungan langsung
dengan tengkorak
Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar Merupakan tempat
49
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau
kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea
aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar
dan pericranium
9.2
Darah
Darah tersusun dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah meliputi
55% dari seluruh bagian darah, sedangkan 45% sisanya adalah berupa sel-sel
darah.
Plasma Darah
Plasma darah merupakan salah satu komponen darah yang memiliki jumlah
terbesar, yakni 55%. Dalam plasma terdapat protein, seperti fibrogen yang
berperan dalam pembekuan darah dan serum albumin yang berkaitan dengan
50
proses absorpsi. Dalam plasma darah, juga terdapat serum globulin yang
berperan membentuk antibodi yang diperlukan dalam reaksi imunitas. Protein
dalam serum darah berfungsi juga memelihara kekentalan (viskositas) darah
atau memlihara osmosis darah.
Dalam plasma darah, terdapat zat anorganik yang mencapai 1%, seperti
karbonat, klorida, dan fosfat yang berkaitan dengan logam kalsium, sodium,
magnesium, dan potasium. Plasma darah juga mengandung sari makanan
dalam bentuk asam amino, glukosa, asam lemak, dan gliserol.
Komponen padat
Komponen padat atau sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
- Sel darah merah (eritrosit) adalah sel tidak berinti dan jumlahnya
paling banyak. Selama proses pematangan, eritrosit mengeluarkan
intinya, dan sel darah matang masuk ke pembuluh darah tanpa inti
sel. Eritrosit tetap berada di dalam darah dan melakukan fungsi
-
51
Tunika media terdiri dari sel sel otot polos yang berpilin dan tersusun
konsentris, serta elastin dan lamela juga retikular dan prostaglandin yang
tersebar di antaranya. Khusus pada venula paska kapiler dan kapiler,
tunika media pada pembuluh darah tersebut tersusun dari sel yang
disebut perisit. Mantel yang paling luar adalah tunika adventisia.
Tunika adventisia terdiri dari kolagen dan elastin. Berbeda dari kolagen
pada tunika media yang merupakan kolagen tipe III, kolagen pada tunika
adventisia merupakan kolagen tipe I. Tunika adventisia kemudian akan
bersatu dengan jaringan ikat yang membungkus organ yang dilalui oleh
pembuluh darah tersebut.
Pada arteri, terdapat lamina elastika interna di antara tunika intima dan
media. Lamina elastika interna tersusun dari elastin yang berfenestra
(berjendela) sehingga memungkinkan senyawa senyawa untuk berdifusi
dan memberi makan sel yang letaknya lebih dalam pada pembuluh darah.
Pada arteri yang lebih besar, selain terdapat lamina elastika interna juga
terdapat lamina elastika eksterna di antara tunika media dan tunika
adventisia. Lamina elastika eksterna lebih tipis bila dibandingkan dengan
lamina elastika interna.
Pada pembuluh darah yang besar terdapat struktur yang dinamakan vasa
vasorum (pembuluh dari pembuluh). Vasa vasorum ini banyak terdapat
pada tunika adventisia dan tunika media bagian luar karena lapisan pada
kedua begian tersebut lebih tebal sehingga difusi saja tidak cukup untuk
menyalurkan metabolit dan nutrien ke dalamnya. Vasa vasorum lebih
53
banyak ditemukan pada vena dibandingkan pada arteri. Hal ini terkait
dengan kurangnya oksigen dan nutrien pada darah yang mengalir dalam
pembuluh darah vena.
9.3
Tiga tahapan penyembuhan luka harus dilewati pada semua jenis luka dan
juga harus sesuai dengan waktu/lamanya setiap fase penyembuhan luka,
untuk fase haemostasis diperlukan waktu 3-4 hari dan ditandai dengan
kemerahan pada luka, bengkak, nyeri. Pada fase ini luka dibersihkan
secara alamiah oleh tubuh dgn bantuan pasukan2nya ( netrofil, sel
magrofag dll). Setelah proses ini berakhir maka akan didapatkan luka
yang bersih,tidak terdapat kuman. Selanjutnya luka memasuki fase
proliferative, pada fase ini akan terjadi pembelahan sel/proloferasi, pada
fase ini fibroblast sangat berperan dalam proses perbaikan yaitu
bertanggung jawab menghasilkan produk-produk struktur protein yang
digunakan selama proses rekonstruksi jaringan, fase ini berlangsung
sampai hari ke 21.
Pada jaringan lunak yang sehat fibroblast tidak aktif bergerak, namun
ketika terjadi luka maka fibroblast akan mengeluarkan substansinya
(kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglicans yg
berperan dalam membangun jaringan baru. Fungsi kolagen adalah
membentuk cikal bakal jaringan baru sehingga terbentuknya jaringan
granulasi. Pada fase ini juga berlangsung proses angiogenesis yaitu suatu
proses pembentukan pembuluh kapiler baru, kegagalan membentuk
angiogenesis akan berdampak pada lambatnya proses penyembuhan
luka. Pada fase ini fibriplasia dan angiogenesis merupakan proses yang
terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yg dikeluarkan oleh platelet
dan magrofag.
Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblast mengeluarkan
Keratinocyt Growth Factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis
sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya
menutupi seluruh luka.Fase proliferasi normal terjadi sampai hari ke 21.
54
9.4
1. Fase Reaktif
a. Fase hematom dan inflamasi
b. Pembentukan jaringan granulasi
2. Fase Reparatif
a. Fase pembentukan callus
b. Pembentukan tulang lamellar
3. Fase Remodelling
a. Remodelling ke bentuk tulang semula
Fase inflamasi
Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan
hematoma di
tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena
terputusnya pasokan darah terjadi hipoksia dan inflamasi yang
menginduksi ekpresi gen dan mempromosikan pembelahan sel dan
migrasi menuju tempat fraktur untuk memulai penyembuhan. Produksi
55
Fase proliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benangbenang fibrin dalam
jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi
fibroblast dan
osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel
endotel, dan sel
periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks
kolagen pada
patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrous dan tulang rawan
(osteoid).
Fase Pembentukan Kalus
Merupakan fase lanjutan dari fase hematom dan proliferasi mulai
terbentuk jaringan tulang
56
Stadium Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menerus, tulang
yang immature
(woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone). Keadaan tulang
ini menjadi lebih
kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan debris pada daerah
fraktur dan diikuti
osteoblast yang akan mengisi celah di antara fragmen dengan tulang
yang baru.
Proses ini berjalan perlahan-lahan selama beberapa bulan sebelum tulang
cukup kuat untuk
menerima beban yang normal.
Stadium Remodelling.
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan
bentuk yang berbeda
dengan tulang normal
9.5
Memar
Etiologi Memar
Memar muncul ketika darah keluar dari ruang intravaskular ke kulit dan
jaringan subkutis. Kecuali pada gangguan perdarahan berat yang jarang,
trauma selalu disangkutkan dengan penyebabnya. Memar tidak hilang
dengan penekanan dan memiliki karakteristik warna tertentu dapat mirip
57
dengan cat atau tanda tinta, pewarna baju, tanda lahir, dan mongolian
blue spots atau cafe au lait spots.
Patofisiologi Memar
Mekanisme memar normal
Benturan pembuluh darah pecah darah terakumulasi di ruangan
interstisial jaringan sel darah mati kebiru-biruan pada kulit
Mekanisme memar abnormal
Benturan pembuluh darah synovium robek darah terakumulasi di
sendi tekanan hidrostatik intraartikuler > tekanan arteri dalam
synovium sendi iskhemi pada synovium.
Patofisiologi perdarahan
1)
Definisi
Perdarahan adalah keluarnya darah dari sitem kardiovaskular yang
disertai penimbunan dalam jaringan atau dalam ruang tubuh atau disertai
keluarnya darah dari tubuh.
2)
Etiologi
Perdarahan disebabkan oleh hilangnya integritas pembuluh darah, yang
memungkinkan darah keluar.
3)
Efek
Efek lokal dari perdarahan yang paling ringan adalah memar
Mekanisme perubahan warna pada memar
Perubahan warna pada memar ini berkaitan dengan adanya eritrosit yang
keluar dan berkumpul dalam jaringan.
eritrosit yang keluar dipecahkan secara cepat dan difagosit oleh makrofag
makrofag memproses hemoglobin seperti resiklus normal eritosit tua namun
lebih cepat dan terpusat
sehingga terbentuk:
Hemosiderin : komplek yang mengandung besi dan bewarna coklat-karat
Hemotoidin : zat yang tidak mengandung besi dan warnanya kuning muda
Interaksi dari pigmen-pigmen ini berpengaruh pada perubahan warna
pada memar yang berkisar dari biru kehitaman kemudian memudar
menjadi coklat dan kuning dan akhirnya menghilang karena makrofag
mengembara dan pemulihan jaringan yang sempurna.
Klasifikasi Memar
Memar dapat digolongkan berdasarkan penyebab terjadinya, di antaranya
adalah sebagai berikut.
a) Memar karena benturan atau kecelakaan
Memar karena penyakit keturunan yang berkaitan dengan darah,
misalnya hemofilia atau Von Willebrand Disease
58
Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang berjudul 'First
Aid, Cara Benar Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat', gejala
memar adalah daerah yang terkena terasa sakit, kulit memerah lalu
berubah warna menjadi biru atau hijau, terkadang timbul bengkak atau
benjolan.
Memar biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Meskipun
demikian, perlu dilakukan beberapa hal agar memar dapat
sembuh lebih cepat, yaitu:
1. Sesegera mungkin kompreslah dengan menggunakan air dingin atau es
pada daerah yang memar untuk mengurangi perdarahan dan
pembengkakan.
2. Bila memar terjadi pada lengan atau kaki, angkat bagian tersebut
dengan posisi lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi aliran darah
lokal.
3. Setelah 24 jam, gunakan kompres hangat untuk membantu
penyembuhan luka. Kompresan hangat akan membuka pembulu darah
sehingga memperlancar sirkulasi darah pada area tersebut.
4. Bila memar bertambah parah atau bengkak dengan rasa sakit tak
tertahankan, segera bawa ke rumah sakit karena ada kemungkinan patah
tulang atau luka lainnya.
9.6
Nyeri
59
Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau
paska pembedahan harus dilakukan penanganan nyeri yang sempurna,
karena dampak dari nyeri itu sendiri akan menimbulkan respon stres
metabolik (MSR) yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh dan
memperberat kondisi pasiennya. Hal ini akan merugikan pasien akibat
timbulnya perubahan fisiologi dan psikologi pasien itu sendiri, seperti:
60
Mekanisme nyeri
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan
jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus
noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini
berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus
dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem
nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi
yang membantu perbaikan jaringan yang rusak.
Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat
perbaikan kerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga
stimulus non noksius atau noksius ringan yang mengenai bagian yang
61
Sensitisasi Sentral
Sama halnya dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor
di sentral juga dapat mengalami sensitisasi. Sensitisasi sentral dan perifer
bertanggung jawab terhadap munculnya hipersensitivitas nyeri setelah
cidera. Sensitisasi sentral memfasilitasi dan memperkuat transfer sipnatik
dari nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. Pada awalnya proses ini dipacu
oleh input nosiseptor ke medulla spinalis (activity dependent), kemudian
terjadi perubahan molekuler neuron (transcription dependent).
62
63
9.7
9.8
64
a. Sinartrosis
Sinartosis adalah persendian yang tidak dapat digerakkan. Ada dua tipe utama
sinartrosis, yaitu suture dan sinkondrosis. Suture atau sinostosis adalah
hubungan antartulang yang dihubungkan dengan jaringan ikat serabut padat,
contohnya pada tengkorak. Sinkondrosis adalah persendian oleh tulang rawan
(kartilago) hialin, contohnya hubungan antara epifisis dan diafisis pada tulang
dewasa.
b. Amfiartrosis atau Sinfibrosis
Amfiartrosis atau Sinfibrosis adalah persendian yang dihubungkan oleh tulang
rawan (kartilago), jaringan ikat serabut, dan ligamen sehingga memungkinkan
terjadi sedikit gerakan. Contohnya sendi antara tulang betis dan tulang kering.
c. Diartrosis
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan gerakan tulang-tulang
secara leluasa. Misalnya sendi engsel pada lutut dan siku serta sendi peluru
pada pangkal paha dan lengan atas. Ujung tulang yang membentuk persendian
(diartrosis) bersifat khas, yaitu berbentuk bonggol, sedangkan ujung yang lain
membentuk lekukan yang sesuai ukuran bonggol. Setiap permukaan sendi
dilapisi dengan tulang rawan hialin dan dibungkus dengan selaput sinovial
yang membentuk minyak sinovial. Minyak sinovial atau minyak sendi ini
berfungsi untuk melicinkan gerakan.
Diartrosis meliputi beberapa macam persendian. Berdasarkan arah gerak yang
ditimbulkannya, diartrosis dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dan macam
sendi yang dijelaskan sebagai berikut.
65
2. Sendi Pelana
Sendi pelana adalah persendian yang memungkinkan gerakan ke dua arah.
Contohnya, Persendian pada hubungan antara tulang ibu jari dan tulang
telapak tangan.
3. Sendi Putar
Sendi putar adalah persendian tulang yang satu mengitari tulang yang lain
sehingga menimbulkan gerak rotasi. Contohnya, Tengkorak dengan tulang atlas
dan radius dengan ulna.
66
4. Sendi Geser
Sendi geser adalah persendian yang gerakannya hanya menggeser, kedua
ujung agak rata dan tidak berporos. Sendi geser disebut juga sendi kepat atau
sendi avoid. Contohnya, Persendian pada hubungan antara ruas-ruas tulang
belakang.
5. Sendi Luncur
Sendi luncur adalah persendian tulang yang memungkinkan terjadinya gerakan
badan melengkung ke depan, ke belakang atau memutar. Contohnya, Skapula
dengan klavikula dan karpal dengan metakarpal.
67
9.9
thoraks
OTOT
68
69
70
TULANG
71
72
73
tulang. Ketebalan lapisan luar yang padat ini berbeda-beda pada setiap
bagian rangka, sebagai contoh tulang tengkorak dan tulang anggota
tubuh jauh lebih besar dibandingkan tulang belakang. Kekuatan rangka
terutama dihasilkan oleh tulang padat ini, namun tulang berongga juga
ikut berperan penting.
Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah mineral tulang yang
mengandung kalsium (Ca) & fosfor (P), dan protein yang disebut kolagen.
Struktur tulang mirip beton untuk bangunan atau jembatan. Komponen
kalsium dan fosfor membuat tulang keras dan kaku mirip semen, sedang
serat-serat kolagen membuat tulang mirip kawat baja pada tembok.
Tulang adalah jaringan hidup yang harus terus diperbaharui untuk
menjaga kekuatannya. Tulang yang tua selalu dirusak dan digantikan oleh
tulang yang baru dan kuat. Bila proses ini, yang terjadi di permukaan
tulang (peremajaan tulang) tidak terjadi, rangka kita akan rusak karena
keletihan ketika kita masih muda. Ada 2 jenis sel utama dalam tulang,
yakni mosteoklast (yang merusak tulang) dan osteoblast (yang
membentuk tulang baru). Kedua sel ini dibentuk dalam sumsung tulang.
Proses pertumbuhan dan pembentukan tulang terdapat dua macam
proses yaitu:
1
Sel tulang
a.
Osifikasi endokondral, pertumbuhan tulang ini ditandai dengan
pertumbuhan tulang rawan dan degenerasi dalam epifise.
b.
Osifikasi membran, proses pertama terjadi resorpsi matriksnya dan
proses kedua berlangsung pelarutan hidroksiapatik yang diikuti
terbebasnya garam kalsium fosfat. Faktor yang paling berperan adalah
osteoklast yang dikenal sebagai pembuang tulang (sel perusak tulang)
dan mempunyai kemampuan fagosit. Osteoklast menghasilkan zat yang
dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi atau dibebaskanya garamgaram dan asam fosforik pada tulang yang berakibat larutnya atau di
bebaskannya kalsium dalam tulang.
Zat lain yang mempunyai kaitan dengan metabolisme tulang adalah asam
sitrat. Kadar asam sitrat didapati lebih tinggi dikawasan korteks diafise
dari tulang panjang.
2
Matriks tulang (protein, kolagen, fibrosa)
Matrik tulang terdiri dari tulang keras dan tulang rawan :
76
a.
Tulang keras
Merupakan kumpulan sel sel yang mengeluarkan matriks yang
mengandung senyawa kapur dan fosfat. Kedua senyawa
ini menyebabkan tulan menjadi keras. Osteoblast pada lacuna menjadi
tidak aktif dan disebut esteosit ( sel tulang ).Osteosit satu dengan lainnya
dihubungkan oleh kanalikula yang mengandung sitoplasma dan
pembuluh darah yang bertugas memenuhi kebutuhan nutrisi osteosit.
Tulang keras berdasarkan strukturnya dibedakan menjadi dua, yaitu
tulang kompak dan tulang spons (tulang berongga). Pada tulang keras
atau tulang kompak, matrik tulang padat dan rapat, misalnya pada tulang
pipa. Pada tulang spons, matrik berongga. Rongga-rongga pada tulang
spons berisi jaringan sumsum tulang.apabila berwarna merah, berarti
mengandung sel-sel darah merah, misalnya pada epifisis tulang pipa.
Apabila berwarna kuning, berarti mengandung sel-sel lemak, misalnya
pada diafisis tulang pipa.
Sedangkan berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi tulang pipih,
tulang pendek, dan tulang panjang.
1.
Rongga di dalam tulang berisi sumsum tulang ada 2 macam yaitu
sumsum kering dan sumsum merah.
2.
Pertumbuhan tulang terjadi pada tulang rawan embrional dan
kemudian pada cakra epifise.
Gambar Tulang Pipih
Gambar Tulang Pendek
Tulang Panjang
b.
Tulang rawan
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan
saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat
lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk
jelly yaitu condroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen
dan elastin. Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat
dibandingkan dengan jaringan ikat biasa. Pada zat interseluler tersebut
juga terdapat rongga rongga yang disebut lacuna yang berisi sel tulang
rawan yaitu chondrosit.
Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:
1.
Tulang rawan hialin; tulang yang berwarna putih sedikit kebirubiruan, mengandung serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan
77
hialin dapat kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang
panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung dan rangka janin.
2.
elastis. Tulang rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba
eustachii (pada telinga) dan laring.
3.
78
79
Struktur Tulang
Osteoklas
81
jugular notch and the tip of the acromion. This latter line, if prolonged, is
practically continuous with the lateral line on the front of the abdomen. Other
vertical lines on the front of the thorax are the lateral sternal along the sternal
margin, and the parasternal midway between the lateral sternal and the
mammary.
On either side of the thorax the anterior and posterior axillary lines are drawn
vertically from the corresponding axillary folds; the midaxillary line runs
downward from the apex of the axilla.
On the posterior surface of the thorax the scapular line is drawn vertically
through the inferior angle of the scapula.
FIG. 1216 Front of thorax, showing surface relations of bones, lungs (purple),
pleura (blue), and heart (red outline). P. Pulmonary valve. A. Aortic valve. B.
Bicuspid valve. T. Tricuspid valve.
Pleur (Figs. 1216, 1217).The lines of reflection of the pleur can be
indicated on the surface. On the right side the line begins at the
sternoclavicular articulation and runs downward and medialward to the
midpoint of the junction between the manubrium and body of the sternum. It
83
then follows the midsternal line to the lower end of the body of the sternum or
on to the xiphoid process, where it turns lateralward and downward across the
seventh sternocostal articulation. It crosses the eighth costochondral junction
in the mammary line, the tenth rib in the midaxillary line, and is prolonged
thence to the spinous process of the twelfth thoracic vertebra.
On the left side, beginning at the sternoclavicular articulation, it reaches the
midpoint of the junction between the manubrium and body of the sternum and
extends down the midsternal line in contact with that of the opposite side to
the level of the fourth costal cartilage. It then diverges lateralward and is
continued downward slightly lateral to the sternal border, as far as the sixth
costal cartilage. Running downward and lateralward from this point it crosses
the seventh costal cartilage, and from this onward it is similar to the line on the
right side, but at a slightly lower level.
Lungs (Figs. 1216, 1217).The apex of the lung is situated in the neck above
the medial third of the clavicle. The height to which it rises above the clavicle
varies very considerably, but is generally about 2.5 cm. It may, however,
extend as high as 4 or 5 cm., or, on the other hand, may scarcely project above
the level of this bone.
84
FIG. 1217 Side of thorax, showing surface markings for bones, lungs (purple),
pleura (blue), and spleen (green).
In order to mark out the anterior borders of the lungs a line is drawn from each
apex point2.5 cm. above the clavicle and rather nearer the anterior than the
posterior border of Sternocleidomastoideusdownward and medialward across
the sternoclavicular articulation and manubrium sterni until it meets, or almost
meets, its fellow of the other side at the midpoint of the junction between the
manubrium and body of the sternum. From this point the two lines run
downward, practically along the midsternal line, as far as the level of the fourth
costal cartilages. The continuation of the anterior border of the right lung is
marked by a prolongation of its line vertically downward to the level of the
sixth costal cartilage, and then it turns lateralward and downward. The line on
the left side curves lateralward and downward across the fourth sternocostal
articulation to reach the parasternal line at the fifth costal cartilage, and then
turns medialward and downward to the sixth sternocostal articulation.
85
In the position of expiration the lower border of the lung may be marked by a
slightly curved line with its convexity downward, from the sixth sternocostal
junction to the tenth thoracic spinous process. This line crosses the midclavicular line at the sixth, and the midaxillary line at the eighth rib.
The posterior borders of the lungs are indicated by lines drawn from the level
of the spinous process of the seventh cervical vertebra, down either side of the
vertebral column, across the costovertebral joints, as low as the spinous
process of the tenth thoracic vertebra.
The position of the oblique fissure in either lung can be shown by a line drawn
from the spinous process of the second thoracic vertebra around the side of the
thorax to the sixth rib in the mid-clavicular line; this line corresponds roughly to
the line of the vertebral border of the scapula when the hand is placed on the
top of the head. The horizontal fissure in the right lung is indicated by a line
drawn from the midpoint of the preceding, or from the point where it cuts the
midaxillary line, to the midsternal line at the level of the fourth costal cartilage.
Trachea.This may be marked out on the back by a line from the spinous
process of the sixth cervical to that of the fourth thoracic vertebra where it
bifurcates; from its bifurcation the two bronchi are directed downward and
lateralward. In front, the point of bifurcation corresponds to the sternal angle.
Esophagus.The extent of the esophagus may be indicated on the back by a
line from the sixth cervical to the level of the ninth thoracic spinous process,
2.5 cm. to the left of the middle line.
Heart.The outline of the heart in relation to the front of the thorax (Figs 1216,
1218) can be represented by a quadrangular figure. The apex of the heart is
first determined, either by its pulsation or as a point in the fifth interspace, 9
cm. to the left of the midsternal line. The other three points are: (a) the
seventh right sternocostal articulation; (b) a point on the upper border of the
third right costal cartilage 1 cm. from the right lateral sternal line; (c) a point on
the lower border of the second left costal cartilage 2.5 cm. from the left lateral
sternal line. A line joining the apex to point (a) and traversing the junction of
the body of the sternum with the xiphoid process represents the lowest limit of
86
the heartits acute margin. The right and left borders are represented
respectively by lines joining (a) to (b) and the apex to (c); both lines are convex
lateralward, but the convexity is more marked on the right where its summit is
4 cm. distant from the midsternal line opposite the fourth costal cartilage.
A portion of the area of the heart thus mapped out is uncovered by lung, and
therefore gives a dull note on percussion; the remainder being overlapped by
lung gives a more or less resonant note. The former is known as the area of
superficial cardiac dulness, the latter as the area of deep cardiac dulness. The
area of superficial cardiac dulness is somewhat triangular; from the apex of the
heart two lines are drawn to the midsternal line, one to the level of the fourth
costal cartilage, the other to the junction between the body and xiphoid
process; the portion of the midsternal line between these points is the base of
the triangle. Latham lays down the following rule as a sufficient practical guide
for the definition of the area of superficial dulness. Make a circle of two inches
in diameter around a point midway between the nipple and the end of the
sternum.
The coronary sulcus can be indicated by a line from the third left, to the sixth
right, sternocostal joint. The anterior longitudinal sulcus is a fingers breadth to
the right of the left margin of the heart.
The position of the various orifices is as follows: The pulmonary orifice is
situated in the upper angle of the third left sternocostal articulation; the aortic
orifice is a little below and medial to this, close to the articulation. The left
atrioventricular opening is opposite the fourth costal cartilage, and rather to
the left of the midsternal line; the right atrioventricular opening is a little lower,
opposite the fourth interspace of the right side. The lines indicating the
atrioventricular openings are slightly below and parallel to the line of the
coronary sulcus.
Arteries.The line of the ascending aorta begins slightly to the left of the
midsternal line opposite the third costal cartilage and extends upward and to
the right to the upper border of the second right costal cartilage. The beginning
of the aortic arch is indicated by a line from this latter point to the midsternal
line about 2.5 cm. below the jugular notch. The point on the midsternal line is
87
opposite the summit of the arch, and a line from it to the right sternoclavicular
articulation represents the site of the innominate artery, while another line
from a point slightly to the left of it and passing through the left
sternoclavicular articulation indicates the position of the left common carotid
artery in the thorax.
FIG. 1218 Diagram showing relations of opened heart to front of thoracic wall.
Ant. Anterior segment of tricuspid valve. A O. Aorta. A.P. Anterior papillary
muscle. In. Innominate artery. L.C.C. Left common carotid artery. L.S. Left
subclavian artery. L.V. Left ventricle. P.A. Pulmonary artery. R.A. Right atrium.
R.V. Right ventricle. V.S. Ventricular septum.
The internal mammary artery descends behind the first six costal cartilages
about 1 cm. from the lateral sternal line.
Veins.The line of the right innominate vein crosses the right sternoclavicular
joint and the upper border of the first right costal cartilage about 1 cm. from
the lateral sternal line; that of the left innominate vein extends from the left
88
sternoclavicular articulation to meet the right at the upper border of the first
right costal cartilage. The junction of the two lines indicates the origin of the
superior vena cava, the line of which is continued vertically down to the level of
the third right costal cartilage. The end of the inferior vena cava is situated
opposite the upper margin of the sixth right costal cartilage about 2 cm. from
the midsternal line.
89
90
10. KESIMPULAN
Benturan di dada menyebabkan pecahnya pembuluh darah di regio tersebut dan tampak
memar. Patahnya os clavicula menyebabkan rusaknya periosteum dan terganggunya
nervus di sekitarnya (terutama N. supraclavicularis) sehingga terasa nyeri. Luka robek di
daerah kepala mencapai lapisan subkutan menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan
terlihatnya jaringan adiposa.
91
PUSTAKA ONLINE:
Coagulation cascade [online]. 2003 [cited 2007 Sep 9]. Available from: URL:
http://labtestsonline.org/ understanding/ analytes/ coag_cascade/
coagulation_cascade.html
Kushartanti, Wara. Patofisiologi Cedera (Online),
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PATOFISIOLOGI%20CEDERA.pdf, diakses 15
Januari 2013.
Anonim. 2006. Cedera Superfisial (Online),
http://physicalabuse.webs.com/cederasuperfisialmemar.htm, diakses 14 Januari 2013.
netterimages.com
93