Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Radiasi

Radiasi adalah pemancaran atau pengeluaran dan perambatan energi

menembus ruang atau sebuah substansi dalam bentuk gelombang atau partikel.

Partikel radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana mempunyai massa dan

bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan energi kinetik.

Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah elektron, beta, alpha, photon dan

neutron (Anies, 2009). Sedangkan menurut Syahria (2012) radiasi merupakan

pemancaran energi dalam bentuk gelombang atau partikel yang dipancarkan

oleh sumber radiasi atau zat radioaktif.

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk

partikel atau gelombang. Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi

atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang

elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Radiasi adalah gelombang

atau partikel berenergi tinggi berasal dari sumber alami atau sumber yang

sengaja dibuat oleh manusia (buatan). Radiasi merupakan setiap proses dimana

energi bergerak melalui media atau melalu ruang dan akhirnya diserap oleh

benda lain (Asriwati, 2017).

Radiasi pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber

energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Gelombang radio,

sinyal televisi, sinar radar, cahaya tak terlihat, sinar-x dan sinar gamma

merupakan contoh-contoh gelombang elektromagnetik. Tingkat paparan


gelombang elektromagnetik dari berbagai frekuensi berubah secara signifikan

sejalan dengan perkembangan teknologi yang menimbulkan kekhawatiran

bahwa paparan dari gelombang elektromagnetik ini dapat berpengaruh buruk

terhadap kesehatan fisik manusia. Banyak kalangan mengklaim bahwa

gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh alat-alat listrik dapat

mengganggu kesehatan pengguna dan orang-orang yang berdiri di sekitarnya.

Anggapan ini dibenarkan oleh para ahli bidang telekomunikasi, namun tidak

sedikit pula bantahan-bantahan oleh beberapa pihak yang menyangkal

sebaliknya (Swamardika, 2009).

B. Jenis-Jenis Radiasi

Adapun jenis-jenis radiasi berdasarkan massanya menurut Badunggawa

(2009) dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu :

1. Radiasi elektromagnetik adalah pancaran gelombang yang mempunyai

medan listrik dan magnet yang dapat menyebabkan perubahan struktur

dalam atom dari bahan yang dilaluinya. Jadi radiasi elektromagnetik adalah

radiasi yang tidak memiliki massa, terdiri dari gelombang radio, gelombang

mikro, inframerah, gelombang tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar

kosmik.

2. Radiasi korpuskuler (radiasi partikel) adalah radiasi yang memiliki massa,

di antaranya partikel alfa, beta dan netron. Partikel alfa dan beta ini

dihasilkan dari peluruhan sat radioaktif yang terurai menjadi satu atau

beberapa partikel lain.


Menurut Rachman (2015), jika ditinjau dari muatan listriknya, radiasi

dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Radiasi Pengion, adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak

sesuatu, akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion (radiasi

yang dapat menimbulkan ionisasi). Atau dengan kata lain, radiasi pengion

adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya

ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Jenis radiasi

pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan

neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk

radiasi pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ),

sinar-X dan partikel neutron.

a. Radiasi Alfa

Peluruhan alfa adalah jenis peluruhan radioaktif di mana inti atom

memancarkan partikel alfa dan dengan demikian mengubah menjadi

atom dengan nomor massa 4 kurang dan nomor atom 2 kurang.

b. Radiasi Beta

Peluruhan beta adalah jenis peluruhan radioaktif di mana partikel

beta (elektron atau positron) dipancarkan. Radiasi beta-minus (β⁻)

terdiri dari sebuah elektron yang penuh energi. Radiasi ini kurang

terionisasi daripada alfa, tetapi lebih daripada sinar gamma. Elektron

seringkali dapat dihentikan dengan beberapa sentimeter logam. Radiasi

ini terjadi ketika peluruhan neutron menjadi proton dalam nukleus,

melepaskan partikel beta dan sebuah antineutrino.


Radiasi beta plus (β+) adalah emisi positron. Jadi tidak seperti β⁻,

peluruhan β+ tidak dapat terjadi dalam isolasi karena memerlukan

energi, massa neutron lebih besar daripada massa proton. Peluruhan β+

hanya dapat terjadi di dalam nukleus ketika nilai energi yang mengikat

dari nukleus induk lebih kecil dari nukleus. Perbedaan antara energi ini

masuk ke dalam reaksi konversi proton menjadi neutron.

c. Radiasi Gamma

Radiasi gamma atau sinar gamma merupakan sebuah bentuk

berenergi dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh

radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik lainnya seperti

penghancuran elektron-positron. Radiasi gamma bukan elektron atau

neutron sehingga tidak dapat dihentikan hanya dengan kertas atau

udara, penyerapan sinar gamma lebih efektif pada materi dengan nomor

atom dan kepadatan yang tinggi.

2. Radiasi Non-Pengion, adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan

efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion

tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Jenis radiasi non-pengion

antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan

melalui radio dan televisi), gelombang mikro (yang digunakan dalam

microwave oven dan transmisi seluler handphone), sinar inframerah (yang

memberikan energi dalam bentuk panas), cahaya tampak (yang bisa kita

lihat), dan sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari)


C. Sumber - Sumber Radiasi

Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam

bentuk panas, partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu

sumber energi. Disadari atau tidak bahwa penduduk di dunia selalu mendapat

radiasi yang berasal dari berbagai sumber radiasi, baik yang berasal dari alam

maupun sumber radiasi buatan. Sumber radiasi alam dapat berasal dari dalam

bumi dan ruang angkasa (kosmik), radiasi buatan berasal dari kegiatan

manusia dalam bidang medik, industri, dan percobaan-percobaan nuklir

(Ritongga, 2008 dalam Kasmawan 2016).

1. Radiasi Alam

Radiasi alam berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari kulit

bumi, peluruhan radom dan thrium di udara, serta radionuklida yang ada

dalam bahan makanan.

2. Radiasi Buatan

Radiasi buatan adalah sumber radiasi yang proses terbentuknya

melibatkan intervensi manusia, baik sumber radiasi tersebut sengaja dibuat

untuk maksud-maksud tertentu atau merupakan hasil samping dari

pemanfaatan teknologi nuklir oleh umat manusia. Dalam hal ini sumber

radiasi tersebut tidak sengaja dibuat oleh manusia. Radiasi buatan timbul

karena atau berhubungan dengan aktivitas manusia, seperti penyinaran

dengan sinar-X dibidang medis yaitu Radiodiagnostik Dan Radioterapi,

radiasi diperoleh dipembangkit tenaga nuklir, radiasi yang diperoleh di

bidang industri pertanian, kedokteran dan lain-lain.


Berdasarkan sumbernya, radiasi alam dikelompokkan ke dalam tiga  jenis,

yaitu radiasi kosmik radiasi yang berasal dari bahan radioaktif yang  berada

dalam kerak bumi dan radiasi Internal. Radiasi kosmik terdiri dari radiasi

kosmik primer yang berasal dari luar angkasa dan masuk ke atmosfir  bumi,

dan radiasi kosmik sekunder yang terjadi akibat interaksi antara radiasi kosmik

primer dengan-unsur-unsur di angkasa. Bahan-bahan radioaktif alam dapat

berperan sebagai sumber radiasi alam. Jadi radiasi pada prinsipnya sudah ada

sejak alam ini terbentuk.

Secara garis besar, radiasi alam atau sering kali juga disebut sebagai

radiasi latar dapat dikelompokkan menjadi dua bergantung pada asal

sumbernya, yaitu radiasi teresterial (berasal dari  permukaan bumi) dan radiasi

ekstra teresterial (berasal dari angkasa luar). Radiasi yang terpancar dari inti

atom akibat interaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom yang ada di

atmosfir bumi (radionuklida kosmogenik) adalah radiasi yang paling umum.

D. Nilai Ambang Batas Radiasi

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 05

Tahun 2018, NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai

kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat

diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan,

dalam pekerjaan untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu. Berikut ini merupakan NAB Radiasi:


Tabel 2.1

Nilai Ambang Batas Radiasi Frekuesi Radio Dan Gelombang Mikro

Kekuatan Kekuatan
Power Waktu
Medan Medan
Frekuensi Density Pemaparan
Listrik Magnit
(mW/cm2) ( menit )
( V/m ) ( A/m )
30 kHz – 100 kHz 1842 163 6
100 kHz – 1 MHz 1842 16,3/f 6
1 MHz – 30 MHz 1842/f 16,3/f 6
30 MHz – 100
61,4 16,3/f 6
MHz
100 MHz – 300
10 6
MHz
300 MHz – 3 GHz f/30 6
3 GHz – 30 GHz 100 34000/f1,079
30 GHz – 300 GHz 100 68/f 0,476
Sumber: Permenaker, No. 05, 2018

Keterangan: kHz : Kilo Hertz

MHz : Mega Hertz

GHz : Giga Hert

f : Frekuensi dalam MHz

mW/cm2 : Mili Watt per senti meter persegi

V/m : Volt per Meter

A/m : Amper per Meter


Tabel 2.2

Waktu Pemaparan Radiasi Sinar Ultra Ungu

Yang Diperkenankan

Iradiasi Efektif ( IEff )


Masa pemaparan per hari
mW / cm2
8 jam 0,0001
4 jam 0,0002
2 jam 0,0004
1 jam 0,0008

30 menit 0,0017
15 menit 0,0033
10 menit 0,005
5 menit 0,01
1 menit 0,05

30 detik 0,1
10 detik 0,3
1 detik 3
0,5 detik 6
0,1 detik 30
Sumber: Permenaker, No. 05, 2018

Tabel 2.3

Niliai Ambang Batas Pemaparan Medan Magnit Statis Yang Diperkenankan

Kadar Tertinggi
No Bagian Tubuh Diperkenankan
(Ceiling)
1. Seluruh Tubuh (tempat kerja umum) 2T
Seluruh Tubuh (pekerja khusus dan
2. 8T
lingkungankerja yang terkendali)
3. Anggota gerak (Limbs) 20 T
4. Pengguna peralatan medis elektronik 0,5 T
Keterangan: mT (mili Tesla)
Sumber: Permenaker, No. 05, 2018

Tabel 2.4
Nilai Ambang Batas Medan Magnit untuk Frekuensi 1-30 Kilo Hertz

No Bagian Tubuh NAB Rentang


(TWA) Frekuensi
1. Seluruh tubuh 60/f mT 1 – 300 Hz
2. Lengan dan paha 300/f mT 1 – 300 Hz
3. Tangan dan kaki 600/f mT 1 – 300 Hz
4. Anggota tubuh dan seluruh tubuh 0,2 mT 300 Hz – 30 KHz
Keterangan: f adalah frekuensi dalam Hz
Sumber: Permenaker, No. 05, 2018

E. Dampak Radiasi Bagi Kesehatan

Selama sekitar 60 tahun belakangan ini, berbagai studi telah dilaksanakan di

berbagai negara untuk mencari tahu pengaruh radiasi radio (juga dari ponsel)

terhadap kesehatan terutama pada sistem reproduksi. Beberapa penelitian yang

telah dilakukan dibeberapa negara, seperti yang telah dilakukan pada University

of Arizona, menyatakan bahwa ponsel sering dianggap bisa menyebabkan tumor

otak karena diyakini bisa mengantarkan gelombang elektromagnetik, walaupun

sejujurnya hingga sekarang belum ada bukti yang pasti. Tetapi berdasarkan

penelitian terbaru menyebutkan bahwa ponsel yang kita gunakan sehari-hari

ternyata memiliki radiasi yang cukup mematikan dalam jangka panjang jika kita

tidak berhati-hati dalam menggunakannya.

Hal yang paling mengejutkan adalah radiasi ponsel ternyata juga bisa

digunakan untuk mematangkan sebutir telur seperti Microwave. Jika radiasi

gelombang mikro yang dipancarkan oleh ponsel tersebut mampu

memodifikasikan protein dalam telur itu, maka dapat kita bayangkan apa yang

terjadi dengan protein dalam otak kita dan bagian-bagian vital lainnya, ketika

kita bicara melalui ponsel. Suatu penelitian yang pada saat ini sedang dilakukan
di Universitas Lund (Swedia) menunjukkan bahwa radiasi yang dipancarkan

oleh ponsel dapat mempengaruhi fungsi enzim dan protein.

Professor Leif Salford, seorang peneliti masalah dampak pemakaian

ponsel terhadap kesehatan, mengatakan bahwa gelombang mikro yang keluar

dari ponsel dapat memicu timbulnya penyakit Alzheimer atau kepikunan lebih

awal dari usia semestinya. Alzheimer adalah salah satu penyakit yang

menyebabkan menurunnya kemampuan berfikir serta kemampuan mengingat-

ingat atau memori, sehingga gejala penyakit alzheimer mirip dengan orang tua

yang pikun.

Meskipun emisi telepon seluler sangat kecil yaitu apabila diletakkan

didekat kepala selama beberapa menit dapat menaikkan suhu sel-sel otak sekitar

0,1 derajat Celcius (0C) (Anonim, 2009 dalam Idayati 2011). Penelitian lain

menunjukkan bahwa potensi gangguan kesehatan yang timbul akibat paparan

radiasi elektromagnetik dapat terjadi pada berbagai sistem tubuh, antara lain: (1)

sistem darah, (2) sistem reproduksi, (3) sistem saraf, (4) sistem kardiovaskular,

(5) sistem endokrin, (6) psikologis, dan (7) hipersensitivitas. Sebuah penelitian

yang dilakukan para ilmuwan di Cleveland, Mumbai dan New Orleans,

menemukan bahwa semakin banyak waktu penggunaan ponsel setiap harinya,

maka jumlah sperma akan semakin menurun.

Selain itu, menurut Anonim (2009) dalam Idayati (2011), pengaruh radiasi

terhadap organ reproduksi dapat menimbulkan bahaya kesehatan salah satu

diantaranya dapat menyebabkan kemandulan. Seringkali akibat radiasi pada

ponsel terjadi pada pria. Penyebabnya dikarenakan testis lebih sensitif daripada
ovum. Radiasi ponsel akan merusak sel-sel sperma, sehingga sperma tersebut

akan rusak dan tidak dapat membuahi. Jika terus-menerus mengenai tubuh maka

akan menyebabkan terjadinya kemandulan. Penyebab utamanya yaitu apabila

memakai ponsel terlalu lama ponsel pasti akan panas, dan panas tersebut

merupakan radiasi.

Menurut Anonim (2009) dalam Idayati (2011), berikut ini adalah beberapa

pengaruh lain yang ditimbulkan oleh radiasi ponsel yang telah diteliti :

1. Memanaskan otak dan kulit

2. Resiko terkena Kanker

3. Kerusakan sistem pertahanan tubuh dan DNA

4. Bayi cacat

5. Peningkatan tekanan darah

6. Penyakit Alzheimer’s, Multiple sclerosis dan Pakinson’s

7. Jantung dan batu ginjal

8. Sakit kepala, pusing-pusing, dan kehilangan konsentrasi

F. Hirarki Pengendalian Radiasi

Setiap pekerjaan atau usaha selalu mengandung potensi resiko berbahaya

dalam bentuk kecelakaan kerja atau penyakit kerja. Besarnya potensi

kecelakaan dan penyakit kerja tersebut tergantung dari jenis produksi,

teknologi yang terpakai, bahan yang di gunakan, tata ruang dan lingkungan

bangunan serta kualitas manajemen dan tenaga-tenaga pelaksana. Terdapatnya

bahaya radiasi nuklir terhadap manusia atau alam lingkungan, maka perlu

adanya proteksi untuk menyelamatkannya. Seperti halnya air, api, racun dan
lain-lain adalah berbahaya bagi organisme hidup. Pada kegiatan pengkajian

resiko (riskassesment), hirarki pengendalian (hierarchy of control) merupakan

salah satu hal yang sangat diperhatikan. Pemilihan hirarki pengendalian

memberikan manfaat secara efektifitas dan efesiensi sehingga resiko menurun

dan menjadi resiko yang biasa diterima (acceptable risk) bagi suatu organisasi

(Rawis dkk, 2016)

Adapun Hirarki Pengendalian bahaya secara umum ialah sebagai berikut:

1. Eliminasi

Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan suatu bahan/tahapan

berbahaya, dilakukan pada saat desain, tujuannya adalah untuk

menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu

sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya

merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan

prilaku pekerja dalam menghindari resiko, namun demikian, penghapusan

benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis. Contoh

pengendalian radiasi dengan cara eliminasi yaitu dengan menghilangkan alat

yang dianggap terlalu beradiasi tinggi yang melebihi nilai ambang batas.

2. Substitusi

Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses,

operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak

berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko


minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang. Beberapa contoh

aplikasi substitusi misalnya, sistem otomatisasi pada mesin untuk

mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya sebagai sumber radiasi dengan

operator, menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya.

3. Pengendalian Secara Teknik/ Enginnering Control

Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya

dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia.

Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.

Berupa pembatas fisik yang diterapkan/diintegrasikan dalam teknik proteksi

radiasi elektromagnetik, adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan system interlocks.

b. Pemakaian shielding tetap dalam disain fasilitas dan peralatan.

1) Partikel alpha: dapat dihambat dengan bahan tipis, misalnya kertas

atau lapisan luar kulit mati.

2) Partikel beta: penyekatan dengan bahan seperti aluminium dan plastik,

dengan ketebalan sp 1 cm.

3) Neutron: dihambat dengan penyekatan bahan yang mengandung

kadarhidrogen tinggi, sehingga bahan cair seperti air, poliethilen,

parafin banyak digunakan.

4) Sinar X-ray dan sinar Gamma: Intensitas sinar x dan gamma

berkurang secara exponensial dengan ketebalan bahan. Semakin tebal

dan tinggi berat jenis bahan maka semakin besar intensitas radiasi

yang diserap
c. Penggunaan remote manipulators.

d. Penggunaan preset timer dalam peralatan radiografi untuk

mengendalikan waktu pajanan.

4. Pengendalian Secara Administratif

Kontrol administratif ditujukan pengendalian dari sisi orang yang

akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan

orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk

menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian ini antara lain

seleksi karyawan, adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan,

pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan,

manajemen perubahan, jadwal istirahat, investigasi dll.

5. Alat Pelindung Diri (APD)

Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan

hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian bahaya. APD berfungsi

untuk mengurangi risiko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya

mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat

pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Namun, bukan berarti

penggunaan Alat Pelindung Diri dapat diabaikan.

Contoh alat pelindung diri (APD) dari radiasi antara lain:


Gambar 2.1 Gambar 2.2
Apron Proteksi Tubuh Sarung tangan proteksi
Sumber: Google, 2019 Sumber: Google, 2019

`
Gambar 2.3 Gambar 2.4
Masker anti radiasi Penahan Radiasi Gonad
Sumber: Google, 2019 Sumber: Google, 2019

Gambar 2.5
Protective Suit
Sumber: Google, 2019
Daftar Pustaka

Anies. (2009). Dental Radiografi. Medan: USU Press.

Aryawijayanti, R., Susilo, & Sutikno. (2015). Analisis Dampak Radiasi Sinar-X
Pada Mencit Melalui Pemetaan Dosis Radiasi Di Laboratorium Fisika
Medik. Jurnal MIPA. [Online]. 38(1). hal 25-30. [Diakses 07 April 2019].

Asriwati. (2017). Fisika Kesehatan dalam Keperawatan. Yogyakarta: CV Budi


Utama .

Badunggawa, IN, P. S., & IW, M. (2009). Bahaya Radiasi Dan Cara Proteksinya.
Medicina. [Online]. 40. hal 1-6. [Diakses 07 April 2019].

Idayati, R. (2011). Pengaruh Radiasi Handphone Terhadap Kesehatan. Jurnal


Kedokteran Syiah Kuala. [Online]. 11(2)Halaman 116-119. [Diakses 07
April 2019]

Kasmawan, G. N. (2016). Efek Induksi Mutasi Radiasi Gamma 60co Pada


Pertumbuhan Fisiologis Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum L.).
Jurnal Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. [Online]. 1(2).Halaman 6.
[Diakses 07 April 2019]

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

Rachman, T. (2015). Radiasi. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Rawis, T. D., Tjakra, J., & Arsjad, T. T. (2016). Perencanaan Biaya Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Konstruksi Bangunan (Studi Kasus:
Sekolah St.Ursula Kotamobagu). Jurnal Sipil Statik. [Online] 4(4), hal 241-
252. [Diakses 07 April 2019].
Swamardika, I.B. 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap
Kesehatan Manusia. Teknologi Elektro. Fakultas Teknik Universitas
Udayana. [Online]. 8(1). hal 106-109. [Diakses 07 April 2019]

Syahria, S., Setiawati, E. & Firdausi, K. S., 2012. Pembuatan Kurva Isodosis
Paparan Radiasi Di Ruang Pemeriksaan Instalasi Radiologi Rsud Kabupaten
Kolaka - Sulawesi Tenggara. Jurnal Fisika Teori, Eksperimen dan Fisika
Aplikasi. [Online]. 15(4), hal 123-132. [Diakses 07 April 2019]

Anda mungkin juga menyukai