Anda di halaman 1dari 13

AYU HARDIANTI PRATIWI (196090300111008)

FISIKA RADIASI

A. SUMBER RADIASI
Radiasi merupakan suatu pancaran atau perambatan energi dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) melalui suatu media atau
ruang yang berasal dari sumber radiasi (Aryawijayanti, Susilo, & Sutikno, 2015).
Sumber radiasi sendiri sangat erat hubungannya dengan gelombang
elektromagnetik terutama gelombang elektromagnetik yang berenergi tinggi.
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat tanpa medium
rambatan atau dapat merambat di dalam ruang hampa udara dimana gelombang
elektrommagnetik ini sendiri dapat dibagi berdasarkan frekuensi atau panjang
gelombangnya:
Diurutkan berdasarkan frekuensi yang paling tinggi ke frekuensi paling rendah yaitu
sinar gamma, sinar X, sinar UV, cahaya tampak, inframerah, gelombang mikro
(microwave), gelombang radio.
Spektrum Gelombang Elektromagnetik. Sumber gambar: Serway, Jewet

Adanya frekuensi yang berbeda-beda untuk masing-masing spektrum gelombang akan


mengakibatkan karakteristik serta perilaku gelombang yang berbeda-beda pula.
Gelombang elektromagnetik yang berenergi rendah yaitu microwave hanya
memberikan radiasi dalam bentuk radiasi thermal yang efeknya tidak berbahaya bagi
manusia atau disebut juga sebagai radiasi non-pengion. Sedangkan gelombang
elektromagnetik yang berenergi lebih tinggi dari Ultraviolet, sinar-X dan sinar Gamma
akan menghasilkan bukan hanya radiasi thermal tetapi juga menyebakan terjadinya
ionisasi sehingga disebut sebagai radiasi pengion yang dapat memberi substansi
bermuatan listrik bagi materi yang dilaluinya. Hal tersebut akan memberikan pengaruh
terlebih jika materi yang dilaluinya adalah tubuh manusia yang terdiri atas sel-sel yang
akan menyerap energi radiasi dan mengakibatkan perubahan kimiawi pada DNA sel
dan memicu kelainan genetic atau kanker(Aryawijayanti et al., 2015). Selain itu,
sumber radiasi pengion juga dapat berasal dari radionuklida (zat radioaktif) alami
maupun buatan.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa radiasi terbagi menjadi dua, yaitu radiasi non-
pengion dan radiasi pengion. Sedangkan sumber radiasi sendiri terbagi menjadi dua
yaitu:
1) Radiasi bersumber dari alam
a. Radiasi kosmik
Radiasi kosmik berasal dari angkasa luar, yang bisa saja sampai ke bumi. Radiasi
ini merupakan pecahan atom yag menghujani bumi yang terdiri atas partikel dan
sinar yang berenergi tinggi dan berinteraksi dengan inti atom stabil yang ada di
atmosfir. Mengapa radiasi ini tidak atau hanya sebagian sampai di permukaan
bumi karena telah melalui atmosfir bumi yang berfungsi mengurangi radasi
kosmik tersebut.
Radiasi kosmik (dosis) yang sampai pada orang atau manusia bisa dikatakan
dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu kondisi atmosfer, medan magnet Bumi dan
perbedaan ketinggian suatu tempat. Dimana semakin kita berada pada tempat
yang tinggi maka semakin besar pula paparan radiasi yang mengenai kita.

b. Radiasi terestrial
Radiasi terrestrial secara alami berasal dari radionuklida atau mineral (bahan)
yang terkubur di dalam kerak bumi yang disebut primordial (terutama deret
Uranium yang memiliki waktu paruh yang panjang) yang ada sejak terbentuknya
bumi. Radiasi ini juga bisa berasal dari material yang waktu paruhnya pendek
seperti Radium-226 dan Radon-226 (Anjos et al., 2008) . Selain itu, bahan
bangunan saat ini, juga telah banyak menyumbangkan radiasi berupa gas radon
yang merupakan hasil peluruhan radium di dalam bahan bangunan. Dimana gas
radon memberikan kontribusi dosis radiasi alam yang terbesar, yaitu sekitar
53% dari dosis total per tahun (1300 𝜇Sv/tahun) (Sonkawade, Kant, Muralithar,
Kumar, & Ramola, 2008).
Berdasarkan informasi dari jurnal yang ditulis oleh (Abdullah, Yusof, Muhammad,
Samsu, & Abdullah, 2010), menyatakan bahwa bahan bangunan seperti semen
ketika telah dicampur dengan air dapat menyerap neutron dan menimbulkan
radiasi sehingga dibuatlah tambahan agregat pada semen agar mengurangi resiko
radiasi yaitu penambahan agregat Boron Karbida (boron carbide).

c. Radiasi internal tubuh


Radiasi ini bisa berasal dari tubuh manusia sendiri yang sudah ada sejak lahir,
seperti panas tubuh dari proses metabolisme ataupun berasal dari luar tubuh.
Radiasi internal tubuh manusia yang berasal dari luar tubuh manusia
kebanyakan diserap dari radiasi alam yang kemudian akan menetap dalam
tubuh manusia, selain itu juga bisa berasal dari makanan dan minuman yang
dikonsumsi, terutama dari makanan yang menggunakan pupuk serta yang
berasal dari ikan dan kerang-kerangan.

2) Radiasi buatan
a. Zat radioaktif
Zat radioaktif merupakan suatu zat yang mengalami peluruhan karena inti yang
dimiliki zat tersebut tidak stabil. Peluruhan ini sendiri terjadi agar unsur atau zat
tersebut mencapai kestabilan inti. Ketika mengalami peluruhan dari inti yang
tidak stabil menjadi inti yang stabil akan disertai dengan terpancarnya sinar
radiotif dan partikel-partikel kecil dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Ada tiga jenis sinar atau partikel yang dihasilkan akibat proses peluruhan zat
radioaktif yaitu sebagai berikut:
 Sinar 𝛼
Sinar alfa memiliki muatan yaitu bermuatan positif yang disebut juga inti
Helium. Sinar alfa timbul karena inti melepaskan neutronnya agar stabil
sehingga menghasilkan radiasi neutron (𝛼, 𝑛) yang terdiri atas dua proton
dan dua neutron.
Salah satu reaksi inti untuk menghasilkan sinar alfa:
27
13𝐴𝑙 + 10𝑛 ⟶ 24
11𝑁𝑎 +𝛼
238 234
92𝑈 ⟶ 90𝑇ℎ + 42𝐻𝑒
 Sinar 𝛽
Sinar beta juga memiliki muatan yaitu bermuatan negatif yang merupakan
elektron. Sebagian besar radiasi sinar beta dihasilkan melalui penembakan
partikel neutron pada nuklida yang stabil. Sinar beta dapat dimanfaatkan
untuk mengukur ketebalan suatu materi. Sinar beta banyak dimanfaatkan
dalam bidang kedokteran maupun industri.
Salah satu reaksi inti untuk menghasilkan sinar beta:
234
90𝑇ℎ ⟶ 𝐴𝑍𝑌 + −10𝛽
234 234
90𝑇ℎ ⟶ 91𝑃𝑎 + −10𝛽

 Sinar 𝛾
Berbeda dari sinar alfa dan beta, sinar gamma tidak bermuatan yang
merupakan radiasi elektromagnetik berenergi tinggi. Karena sifatnya yang
memiliki energi yang besar dan daya tembus yang jauh lebih besar dari yang
lain, maka sinar gamma memiliki sifat yang dapat merusak tetapi dapat
dimanfaatkan melalui pengaturan dosis penyinaran, seperti peluruhan Co-60
yang digunakan dalam teleterapi (radioterapi) untuk membunnuh sel-sel
kanker.
Salah satu reaksi inti untuk menghasilkan sinar alfa:
60 60
27𝐶𝑜 ⟶ 27𝐶𝑜 + 00𝛾

Ketiga sinar tersebut yang dihasilkan dari peluruhan zat radioaktif, memiliki
daya tembus yang berbeda-beda, seperti gambar berikut:
Daya tembus sinar radioaktif , source img: google img

b. Sinar-X
- Pengertian
Sinar-X adalah salah satu contoh radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki
energi yang tinggi dan daya tembus yang kuat. Sinar-X juga merupakan salah satu
jenis radiasi peng-ion karena mampu bereaksi dengan materi yang dikenainya. Energi
sinar-X diyatakan dalam satuan elektron Volt (eV) yaitu mulai dari 120 eV sampai
dengan 120 KeV. Karena daya tembus yang kuat maka sinar-X banyak digunakan
dalam dunia medis khusunya dalam diagnostik dan radioterapi (dengan energi yang
lebih besar yaitu megavolt).
- Produksi sinar-X
Sinar-X terbentuk karena filamen sebagai katoda yang dipanaskan akan menghasilkan
awan-awan elektron yang kemudian dipercepat dengan energi dari elektron Volt dan
akan bergerak menuju anoda yang terbuat dari bahan tertentu, ketika elektron yang
dipercepat bergerak dengan energi kinetik akan menumbuk inti atom anoda sehingga
mengalami hilangnya energi berubah menjadi sinar-sinar X, energi deeksitasi
menghasilkan sinar-X terkarakteristik yang sifatnya diskrit atau mengalami energi
yang dibelokkan karena gaya pengereman sehingga menghasilkan sinar-X
Bremstrahlung yang bersifat kontinu (Sri Jumini, 2018).

c. Akselerator
Akselerator merupakan suatu alat untuk menghasilkan sinar-X dengan energi lebih tinggi
mencapai megavolt jika dibandingkan sinar-X yang dihasilkan pada kebutuhan Rontgen
atau diagnose dengan mempercepat atau dengan meningkatkan kecepatan partikel
sehingga akan menghasilkan energi kinetik yang juga sangat besar untuk menyinari target
dengan memanfaatkan medan magnet untuk mengrahkan elektron-elektron yang
dipercepat.
Contoh akselerator adalah LINAC (linier accelerator) yang lintasan berupa garis lurus
dan cyclotron yang lintasannya berbentuk lingkaran.

d. Reactor Nuklir
Reactor nuklir merupakan tempat atau perangkat yang digunakan untuk membuat,
mengatur dan menjaga keseimbangan reaksi nuklir berantai pada laju yang tetap dan
terkendali dengan memanfaatkan reaksi fisi atau pembelahan inti menjadi atom yang
lebih ringan dan menghasilkan energi panas yang kemudian banyak dimanfaatkan untuk
keperluan militer dan perang serta saat ini di negara-negara maju dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik.
Reaksi inti yang terjadi adalah sebagai berikut:
𝑋 + 𝑛𝑡 ⟶ 𝛾1 + 𝛾2 + 𝑛𝑐 + 𝑄

e. Kedokteran nuklir
Satu teknik pengobatan yang cukup baru khususnya di Indonesia sendiri yang
memanfaatkan radionuklida buatan sebagai obat, sering disebut juga sebagai
radiofarmaka yang akan dimasukkan ke dalam tubuh pasien baik untuk tujuan pencitraan
atau imaging maupun dengan tujuan pengobatan atau terapi kanker. Radiofarmaka ini
bisa diminum, diinjeksi atau dihirup oleh pasien guna Pemeriksaan dengan
memanfaatkan kedokteran nuklir memiliki kelebihan dibandingkan pemeriksaan lain
yaitu mampu mendeteksi lebih awal atau mendeteksi secara dini 3 sampai 6 bulan
sebelum terjadi, semisal penyebaran kanker pada tulang.

B. INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI


Berdasarkan pembagiannya di atas radiasi ada dua yaitu radiasi pengion dan non-
pengion. Namun yang dapat menimbulkan efek akibat interaksi dengan materi yang
dilaluinya adalah radiasi peng-ion karena sifatnya yang dapat menyebakan proses
ionisasi dan atau proses eksitasi atom materi yang ditumbuknya yang dibedakan
kedalam tiga jenis radiasi berdasarkan interaksi yang ditimbulkannya yaitu radiasi
partikel bermuatan (partikel 𝛼 dan 𝛽), radiasi partikel tidak bermuatan (radiasi
neutron) dan radiasi gelombang elektromagnetik (sinar-X dan sinar Gamma).
1) Interaksi partikel Alfa
Radiasi partikel alfa atau radiasi partikel ion positif dari isotope nuklida helium
(𝐻𝑒 + ). Interaksi yang dapat terjadi jika radiasi dari partikel alfa mengenai suatu
bahan atau sasaran radiasinya adalah hilangnya sebagian atau seluruh energi
radiasinya. Hal ini dikarenakan molekul-molekul sasaran telah menyerap energi
dari partikel alfa atau dengan kata lain telah terjadi transfer energi anatara partikel
alfa kepada objek sasaran yang dilaluinya sehingga energi partikel alfa berkurang
tetapi energi molekul bahan sasaran menjadi bertambah sehingga memungkinkan
tereksitasi.
Dampaknya pada partikel alfa akibat kekurangan energi adalah berkurangnya
kemampuan menerobos molekul-molekul dari bahan lain pada tahapan berikutnya.

2) Interaksi partikel Beta


Interaksi yang ditimbulkan oleh radiasi partikel beta terhadap materi atau sasaran
yang dikenainya hampir sama dengan interaksi yang ditimbulkan oleh partikel alfa
yaitu proses ionisasi dan atau proses eksitasi, hanya saja terdapat perbedaan karena
energi yang dimiliki oleh radiasi partikel beta sedikit lebih besar serta bermuatan
negatif sehingga menimbulkan ionisasi langsung dan dapat bergerak lebih jauh
mendekati inti atom di dalam bahan penyerap sehingga akan mengalami
perlambatan (pengereman) karena dibelokkan atau diperlambat oleh inti atom
yang bermuatan positif dari bahan yang dikenai sinar. Energi pengereman yang
tercipta dari energi kinetic partikel beta tersebut akan muncul sebagai sinar-X
Bremsstrahlung yang banyak dimanfaatkan dalam dunia diagnostik.

3) Interaksi radiasi Neutron


Radiasi Neutron berbeda dari dua partikel sebelumnya karena neutron tidak
bermuatan listrik tetapi memiliki massa sehingga interaksi yang terjadi ketika
radiasi neutron menumbuk suatu bahan adalah lebih banyak bersifat mekanik, yaitu
tumbukan baik secara elastik maupun tak elastik. Setiap tumbukan dengan materi,
energi dari radiasi neutron akan berkurang karena diserap oleh materi dan setelah
berkali-kali tumbukan maka energi neutron akan habis. Interaksi lain yang mungkin
terjadi, jika energi neutron sudah sangat rendah, adalah reaksi inti atau
penangkapan neutron oleh inti atom bahan penyerap.
Adapun penjelasan tentang tumbukan elastic dan tak elastic dari interaksi atom
yang terjadi adalah sebagai berikut:
 Tumbukan elastis
Dalam tumbukan elastisnya, energi neutron sebagian akan diberikan ke inti
atom bahan yang ditumbuknya sehingga atom tersebut terpental dan neutron
akan berbelok dan dihamburkan. Walaupun terjadi serah terima energi antara
neutron dan atom bahan penyerap, tetapi energi kinetic total dan momentum
totalnya tetap atau konstan, dalam hal ini tidak terjadi kehilangan energi dengan
pelepasan radiasi elektromagnetik.
 Tumbukan tak elastis
Proses tumbukan tak elastis memiliki energi kinetic sebelum dan sesudah
tumbukan berbeda karena massa atom yang ditumbuk jauh lebih besar dari
massa neutron yang datang. Setelah tumbukan, atom tersebut tidak terpental
tetapi hanya bergetar karena energi neutron saat tumbukan tidak terlalu besar
(Karenna yang terjadi adalah tumbukan tak elastis) dan neutronya terhambur.
Oleh karena itu, energi neutron tidak berkurang banyak.
 Reaksi Inti (Penangkapan Neutron)
Reaksi inti atau disebut juga penangkapan neutron oleh atom bahan yang
dikenainya terjadi saat energi radiasi neutron sudah sangat rendah sehingga
akan membentuk inti atom baru. Dimana inti atom yang baru ini biasanya
berasal dari inti atom yang tidak stabill, peristiwa ini disebut sebagai proses
aktivasi neutron, yaitu mengubah bahan menjadi bahan radioaktif dan menjadi
stabil. Reaksi ini mengelompokkan 4 jenis neutron berdasarkan energinya, yaitu:
neutron thermal (lambat), neutron intermediate, neutron cepat, dan neutron
relativitas. Neutron thermal dicirikan dengan nilai energi inti hanya sampai 8
MeV dan tidak cukup untuk mengeluarkan suatu partikel dimana reaksi
umumnya ialah jenis reaksi (𝑛, 𝛾) yang dikenal dengan reaksi pengaktifan.
Neutron intermediate memiliki energi yang cukup untuk melepaskan suatu
partikel. Neutron cepat memiliki energi kinetic sampai 10 MeVdan memberikan
sumbangan samapai sekitar 18 MeV kepada inti sehingga neutron ini mampu
melepaskan hingga dua partikel. Terakhir yaitu neutron relativitas yang
memiliki energi lebih besar lagi.
4) Interaksi sinar Gamma dan sinar X
a. Koefisien atenuasi
Jika radiasi Gamma atau radiasi sinar-X menembus sebuah materi, maka akan
terjadi interaksi materi dan mengalami pengurangan energi. Atenuasi adalah
proses pengurangan energi foton atau perubahan arah foton. Rasio atenuasi
foton dalam materi yang tebalnya 1 cm disebut koefisien atenuasi (𝜇). Semakin
besar energi foton, semakin besar pula nilai 𝜇-nya. Oleh karena itu, daya tembus
foton dalam materi semakin besar bila panjang gelombangnya semakin pendek.
Pada materi tertentu, koefisien atenuasi dapat berubah berdasarkan rapat jenis
materi tersebutt, yang disebut sebagai koefisien atenuasi massa (𝜇𝑚 ). Untuk
materi tertentu, koefisien atenuasi massa yang hanya berhubungan dengan
panjang gelombang foton, dan merupakan rasio atenuasi foton dengan luasan
1 cm2 dan massa 1 g (Biswas, Sahadath, Mollah, & Huq, 2016).
b. Efek fotolistrik
Peristiwa terlepasnya elektron orbital suatu atom karena interaksi dengan
radiasi gamma dinamakan efek fotolistrik. Elektron yang dilepaskan pada
peristiwa tersebut disebut fotoelektron, dan energi kinetiknya adalah selisih
antara energi ionisasi elektron orbital dan energi radiasi gamma. Saat energi
radiasi gamma kecil maka kebanyakan fotoelektron akan terlepas dengan arah
tegak lurus dengan arah radiasi, tetapi jika energi radiasi gamma besar maka
fotoelektronnya terpancar kea rah depan dalam jumlah yang banyak. Secara
teori, semakin besar ikatan anatara elektron dan inti atom maka semakin besar
persentase terjadinya efek fotolistrik, dimana untuk elektron di kulit K akan
terjadi efek fotolistrik sebesar kira-kira 80%.
c. Hamburan Compton
Peristiwa terjadinya tumbukan antara foton dan elektron dalam suatu atom
yang mengakibatkan sebagian energi foton menjadi energi gerak/kinetic
elektron dan sebagian energi hamburan foton yang disebut sebaai efek Compton.
Bila energi foton cukup besar, maka efek Compton dapat terjadi pada elektron
orbital yang energi ikatnya dapat diabaikan. Saat foton menumbuk elektron
maka akan terjadi tumbukan elastis sempurna dimana energi dan
momentumnya akan sama sebelum dan sesudah tumbukan. Koefisien atenuasi
pada efek Compton ialah jumlah dari perbandingan energi kinetic elektron dan
perbandingan energi hamburan foton. Koefisien atenuasi pada efek Compton
sebanding dengan nomor atom materi.

d. Produksi pasangan (pair production)


Foton dengan energi lebih dari 1,02 MeV yang menembus materi dan mendekati
inti atom, karena pengaruh medan listrik yang kuat dari inti atom, maka foton
akan berubah dan membentuk satu pasangan yaitu positron dan elektron yang
masing-masing berenergi sebesar 0,51 MeV. Peristiwa ini disebut produksi
pasangan, dimana energi sebesar 1,02 MeV ini disebut nilai batas ambang
produksi pasangan. Jumlah koefisien atenuasi radiasi gamma berbanding lurus
dengan energi foton dimana semakin bertambah energi foton yang datang maka
semakin bertambah pulah koefisien atenuasi radiasinya, di sisi lain juga
sebanding dengan Z (Z+1) dari materi. Jumlah koefisien atenuasi linear.
Saat tercipta pasangan baru maka akan diikuti oleh hilangnya kedua partikel
gabungan (yaitu hilang massa) dan berubah menjadi sepasang foton kembar
yang disebut radiasi annihilasi yang sifatnya memiliki masing-masing arah 180o
saling berlawanan dan berenergi masing-masing 0,51 MeV.
REFERENSI:

Abdullah, Y., Yusof, M. R., Muhammad, A., Samsu, Z., & Abdullah, N. E. (2010). Cement-Boron
Carbide Concrete As Radiation Shielding Material. Journal of Nuclear and Related
Technologies, 7(2), 74–79.

Anjos, R. M., Veiga, R., Carvalho, C., Sanches, N., Estellita, L., Zanuto, P., … MacArio, K. (2008).
Natural sources of radiation exposure and the teaching of radioecology. Physics
Education, 43(4), 423–428. https://doi.org/10.1088/0031-9120/43/4/012

Aryawijayanti, R., Susilo, S., & Sutikno, S. (2015). Analisis Dampak Radiasi Sinar-X Pada
Mencit Melalui Pemetaan Dosis Radiasi Di Laboratorium Fisika Medik. Jurnal MIPA,
38(1), 25–30.

Biswas, R., Sahadath, H., Mollah, A. S., & Huq, M. F. (2016). Calculation of gamma-ray
attenuation parameters for locally developed shielding material: Polyboron. Journal of
Radiation Research and Applied Sciences, 9(1), 26–34.
https://doi.org/10.1016/j.jrras.2015.08.005

Sonkawade, R. G., Kant, K., Muralithar, S., Kumar, R., & Ramola, R. C. (2008). Natural
radioactivity in common building construction and radiation shielding materials.
Atmospheric Environment, 42(9), 2254–2259.
https://doi.org/10.1016/j.atmosenv.2007.11.037

Jumini, Sri. 2018. Fisika Kedokteran. JawaTengah: Mangku Bumi.

PERTANYAAN:

1. Kehidupan saat ini tidak lepas dari berbagai macam radiasi, bagaimana mendeteksi
jika kita telah terpapar dosis radiasi yang berlebih dari yang seharusnya atau tidak?
2. Bagaimana syarat dikatakan radiasi pengion bersifat sangat berbahaya, berbahaya,
dan tidak berbahaya?
3. Seberapa besar kemungkinan partikel radiasi menabrak/menumbuk elektron suatu
atom bukannya ruang kosong pada atom?
4. Apa perbedaan energi ekstitasi dengan energi deeksitasi?
5. Mengapa ada dua sinar-X yang terbentuk ketika elektron dipercepat berhasil
menubruk salah satu elektron di kulit tertentu dan berhail melepaskan elektron
tersebut dari kulitnya maka elektron dari kulit berenergi lebih tinggi akan mengisi
tempat yang kosong dan akan memanarkan energi yairu sinar X atau 𝐾𝛼1 dan 𝐾𝛼2 ?

Anda mungkin juga menyukai