FISIKA RADIASI
A. SUMBER RADIASI
Radiasi merupakan suatu pancaran atau perambatan energi dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) melalui suatu media atau
ruang yang berasal dari sumber radiasi (Aryawijayanti, Susilo, & Sutikno, 2015).
Sumber radiasi sendiri sangat erat hubungannya dengan gelombang
elektromagnetik terutama gelombang elektromagnetik yang berenergi tinggi.
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat tanpa medium
rambatan atau dapat merambat di dalam ruang hampa udara dimana gelombang
elektrommagnetik ini sendiri dapat dibagi berdasarkan frekuensi atau panjang
gelombangnya:
Diurutkan berdasarkan frekuensi yang paling tinggi ke frekuensi paling rendah yaitu
sinar gamma, sinar X, sinar UV, cahaya tampak, inframerah, gelombang mikro
(microwave), gelombang radio.
Spektrum Gelombang Elektromagnetik. Sumber gambar: Serway, Jewet
b. Radiasi terestrial
Radiasi terrestrial secara alami berasal dari radionuklida atau mineral (bahan)
yang terkubur di dalam kerak bumi yang disebut primordial (terutama deret
Uranium yang memiliki waktu paruh yang panjang) yang ada sejak terbentuknya
bumi. Radiasi ini juga bisa berasal dari material yang waktu paruhnya pendek
seperti Radium-226 dan Radon-226 (Anjos et al., 2008) . Selain itu, bahan
bangunan saat ini, juga telah banyak menyumbangkan radiasi berupa gas radon
yang merupakan hasil peluruhan radium di dalam bahan bangunan. Dimana gas
radon memberikan kontribusi dosis radiasi alam yang terbesar, yaitu sekitar
53% dari dosis total per tahun (1300 𝜇Sv/tahun) (Sonkawade, Kant, Muralithar,
Kumar, & Ramola, 2008).
Berdasarkan informasi dari jurnal yang ditulis oleh (Abdullah, Yusof, Muhammad,
Samsu, & Abdullah, 2010), menyatakan bahwa bahan bangunan seperti semen
ketika telah dicampur dengan air dapat menyerap neutron dan menimbulkan
radiasi sehingga dibuatlah tambahan agregat pada semen agar mengurangi resiko
radiasi yaitu penambahan agregat Boron Karbida (boron carbide).
2) Radiasi buatan
a. Zat radioaktif
Zat radioaktif merupakan suatu zat yang mengalami peluruhan karena inti yang
dimiliki zat tersebut tidak stabil. Peluruhan ini sendiri terjadi agar unsur atau zat
tersebut mencapai kestabilan inti. Ketika mengalami peluruhan dari inti yang
tidak stabil menjadi inti yang stabil akan disertai dengan terpancarnya sinar
radiotif dan partikel-partikel kecil dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Ada tiga jenis sinar atau partikel yang dihasilkan akibat proses peluruhan zat
radioaktif yaitu sebagai berikut:
Sinar 𝛼
Sinar alfa memiliki muatan yaitu bermuatan positif yang disebut juga inti
Helium. Sinar alfa timbul karena inti melepaskan neutronnya agar stabil
sehingga menghasilkan radiasi neutron (𝛼, 𝑛) yang terdiri atas dua proton
dan dua neutron.
Salah satu reaksi inti untuk menghasilkan sinar alfa:
27
13𝐴𝑙 + 10𝑛 ⟶ 24
11𝑁𝑎 +𝛼
238 234
92𝑈 ⟶ 90𝑇ℎ + 42𝐻𝑒
Sinar 𝛽
Sinar beta juga memiliki muatan yaitu bermuatan negatif yang merupakan
elektron. Sebagian besar radiasi sinar beta dihasilkan melalui penembakan
partikel neutron pada nuklida yang stabil. Sinar beta dapat dimanfaatkan
untuk mengukur ketebalan suatu materi. Sinar beta banyak dimanfaatkan
dalam bidang kedokteran maupun industri.
Salah satu reaksi inti untuk menghasilkan sinar beta:
234
90𝑇ℎ ⟶ 𝐴𝑍𝑌 + −10𝛽
234 234
90𝑇ℎ ⟶ 91𝑃𝑎 + −10𝛽
Sinar 𝛾
Berbeda dari sinar alfa dan beta, sinar gamma tidak bermuatan yang
merupakan radiasi elektromagnetik berenergi tinggi. Karena sifatnya yang
memiliki energi yang besar dan daya tembus yang jauh lebih besar dari yang
lain, maka sinar gamma memiliki sifat yang dapat merusak tetapi dapat
dimanfaatkan melalui pengaturan dosis penyinaran, seperti peluruhan Co-60
yang digunakan dalam teleterapi (radioterapi) untuk membunnuh sel-sel
kanker.
Salah satu reaksi inti untuk menghasilkan sinar alfa:
60 60
27𝐶𝑜 ⟶ 27𝐶𝑜 + 00𝛾
Ketiga sinar tersebut yang dihasilkan dari peluruhan zat radioaktif, memiliki
daya tembus yang berbeda-beda, seperti gambar berikut:
Daya tembus sinar radioaktif , source img: google img
b. Sinar-X
- Pengertian
Sinar-X adalah salah satu contoh radiasi gelombang elektromagnetik yang memiliki
energi yang tinggi dan daya tembus yang kuat. Sinar-X juga merupakan salah satu
jenis radiasi peng-ion karena mampu bereaksi dengan materi yang dikenainya. Energi
sinar-X diyatakan dalam satuan elektron Volt (eV) yaitu mulai dari 120 eV sampai
dengan 120 KeV. Karena daya tembus yang kuat maka sinar-X banyak digunakan
dalam dunia medis khusunya dalam diagnostik dan radioterapi (dengan energi yang
lebih besar yaitu megavolt).
- Produksi sinar-X
Sinar-X terbentuk karena filamen sebagai katoda yang dipanaskan akan menghasilkan
awan-awan elektron yang kemudian dipercepat dengan energi dari elektron Volt dan
akan bergerak menuju anoda yang terbuat dari bahan tertentu, ketika elektron yang
dipercepat bergerak dengan energi kinetik akan menumbuk inti atom anoda sehingga
mengalami hilangnya energi berubah menjadi sinar-sinar X, energi deeksitasi
menghasilkan sinar-X terkarakteristik yang sifatnya diskrit atau mengalami energi
yang dibelokkan karena gaya pengereman sehingga menghasilkan sinar-X
Bremstrahlung yang bersifat kontinu (Sri Jumini, 2018).
c. Akselerator
Akselerator merupakan suatu alat untuk menghasilkan sinar-X dengan energi lebih tinggi
mencapai megavolt jika dibandingkan sinar-X yang dihasilkan pada kebutuhan Rontgen
atau diagnose dengan mempercepat atau dengan meningkatkan kecepatan partikel
sehingga akan menghasilkan energi kinetik yang juga sangat besar untuk menyinari target
dengan memanfaatkan medan magnet untuk mengrahkan elektron-elektron yang
dipercepat.
Contoh akselerator adalah LINAC (linier accelerator) yang lintasan berupa garis lurus
dan cyclotron yang lintasannya berbentuk lingkaran.
d. Reactor Nuklir
Reactor nuklir merupakan tempat atau perangkat yang digunakan untuk membuat,
mengatur dan menjaga keseimbangan reaksi nuklir berantai pada laju yang tetap dan
terkendali dengan memanfaatkan reaksi fisi atau pembelahan inti menjadi atom yang
lebih ringan dan menghasilkan energi panas yang kemudian banyak dimanfaatkan untuk
keperluan militer dan perang serta saat ini di negara-negara maju dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik.
Reaksi inti yang terjadi adalah sebagai berikut:
𝑋 + 𝑛𝑡 ⟶ 𝛾1 + 𝛾2 + 𝑛𝑐 + 𝑄
e. Kedokteran nuklir
Satu teknik pengobatan yang cukup baru khususnya di Indonesia sendiri yang
memanfaatkan radionuklida buatan sebagai obat, sering disebut juga sebagai
radiofarmaka yang akan dimasukkan ke dalam tubuh pasien baik untuk tujuan pencitraan
atau imaging maupun dengan tujuan pengobatan atau terapi kanker. Radiofarmaka ini
bisa diminum, diinjeksi atau dihirup oleh pasien guna Pemeriksaan dengan
memanfaatkan kedokteran nuklir memiliki kelebihan dibandingkan pemeriksaan lain
yaitu mampu mendeteksi lebih awal atau mendeteksi secara dini 3 sampai 6 bulan
sebelum terjadi, semisal penyebaran kanker pada tulang.
Abdullah, Y., Yusof, M. R., Muhammad, A., Samsu, Z., & Abdullah, N. E. (2010). Cement-Boron
Carbide Concrete As Radiation Shielding Material. Journal of Nuclear and Related
Technologies, 7(2), 74–79.
Anjos, R. M., Veiga, R., Carvalho, C., Sanches, N., Estellita, L., Zanuto, P., … MacArio, K. (2008).
Natural sources of radiation exposure and the teaching of radioecology. Physics
Education, 43(4), 423–428. https://doi.org/10.1088/0031-9120/43/4/012
Aryawijayanti, R., Susilo, S., & Sutikno, S. (2015). Analisis Dampak Radiasi Sinar-X Pada
Mencit Melalui Pemetaan Dosis Radiasi Di Laboratorium Fisika Medik. Jurnal MIPA,
38(1), 25–30.
Biswas, R., Sahadath, H., Mollah, A. S., & Huq, M. F. (2016). Calculation of gamma-ray
attenuation parameters for locally developed shielding material: Polyboron. Journal of
Radiation Research and Applied Sciences, 9(1), 26–34.
https://doi.org/10.1016/j.jrras.2015.08.005
Sonkawade, R. G., Kant, K., Muralithar, S., Kumar, R., & Ramola, R. C. (2008). Natural
radioactivity in common building construction and radiation shielding materials.
Atmospheric Environment, 42(9), 2254–2259.
https://doi.org/10.1016/j.atmosenv.2007.11.037
PERTANYAAN:
1. Kehidupan saat ini tidak lepas dari berbagai macam radiasi, bagaimana mendeteksi
jika kita telah terpapar dosis radiasi yang berlebih dari yang seharusnya atau tidak?
2. Bagaimana syarat dikatakan radiasi pengion bersifat sangat berbahaya, berbahaya,
dan tidak berbahaya?
3. Seberapa besar kemungkinan partikel radiasi menabrak/menumbuk elektron suatu
atom bukannya ruang kosong pada atom?
4. Apa perbedaan energi ekstitasi dengan energi deeksitasi?
5. Mengapa ada dua sinar-X yang terbentuk ketika elektron dipercepat berhasil
menubruk salah satu elektron di kulit tertentu dan berhail melepaskan elektron
tersebut dari kulitnya maka elektron dari kulit berenergi lebih tinggi akan mengisi
tempat yang kosong dan akan memanarkan energi yairu sinar X atau 𝐾𝛼1 dan 𝐾𝛼2 ?