Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam perspektif Islam, setiap penyakit merupakan cobaan yang diberikan oleh ALLAH
SWT kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Sakit juga dapat dipandang
sebagai peringatan dari ALLAH SWT untuk mengingatkan segala dosa-dosa akibat
perbuatan jahat yang dilakukannya selama hidupnya. Pada kondisi sakit, kebanyakan
manusia baru mengingat dosa-dosa dari perbuatan jahatnya dimasa lalu. Dalam kondisi
sakit itulah, kebanyakan manusia baru melakukan taubat dengan cara memohon
ampunan kepada ALLAH SWT dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan jahatnya di
kemudian hari.
Jadi, sudah selayaknya bagi setiap mu`min untuk kemudian bertambah imannya saat
ujian itu datang, termasuk di dalamnya adalah ujian sakit yang merupakan bagian dari
ujian yang menimpa jiwa. Dalam perspektif Islam orang yang sakit tetap berkewajiban
menjalankan agamanya, selama akalnya masih berfungsi dengan baik yakni tidak gila,
baik kewajiban kepada ALLAH seperti melaksanakan salat, puasa, membayar zakat,
ataupun yang berkaitan dengan hak-hak manusia seperti wajibnya hukuman qhisas atau
wajib memberikan nafkah kepada istri dan orang yang menjadi tanggungannya.
Demikian juga semua aktivitasnya berlaku seperti orang sehat, seperti ucapan talaq,
jual beli dan pemberiannya. Kemudahan merupakan salah satu prinsip penting dalam
Islam. Ia merupakan anugerah ALLAH SWT, diberikan agar manusia tetap bersemangat
dan tekun dalam menjalankan ajaran agama, terutama dalam situasi sulit. Misalnya
salat yang dilakukan oleh orang yang sehat tentu berbeda dengan posisi salat orang
yang sedang sakit, syariah Islam memberikan kemudahan bagi mereka yang sedang
mengalami sakit dengan diperbolehkannya melakukan salat dengan posisi duduk apabila
tidak mampu berdiri, kemudian boleh berbaring ketika tidak mampu untuk duduk.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Sholat Bagi Orang Yang Sakit
2. Syarat-Syarat Sholat Bagi Orang Yang Sakit
3. Dasar Hukum Shalat Bagi Orang Yang Sakit
4. Orang-Orang Sakit Yang Dianjurkan Untuk Sholat
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Sholat Bagi Orang Yang Sakit
2. Mengetahui Syarat-Syarat Sholat Bagi Orang Yang Sakit
3. Mengetahui Dasar Hukum Shalat Bagi Orang Yang Sakit
4. Mengetahui Orang-Orang Sakit Yang Dianjurian Untuk Sholat

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Shalat Bagi Orang Yang Sakit

Shalat wajib hukumnya atas setiap muslim yang berakal dan sudah mencapai akhir
baligh, baik itu laki-laki maupun perempuan, kaya atau miskin, orang yang berdomisili
atau dalam keadaan musafir, dalam keadaan sehat atau sakit, dan kewajiban shalat yang
lima waktu sehari semalam. Kewajiban shalat tidak akan pernah lepas dari seorang
Muslim.
Shalat tidak dapat gugur hanya karena alasan bepergian atau sakit. Kewajiban shalat
yang lima waktu sehari semalam tidak boleh ditinggalkan walaupun dia dalam keadaan
sakit, selama akalnya masih sehat sampai kematian datang menjemputnya,
sebagaimana Allah firman dalam Surat An_Nisaa (103) :

ْ ‫ض ْيتُ ُم الص َّٰلوةَ فَ ْاذ ُكرُوا هّٰللا َ قِيَا ًما َّوقُعُوْ دًا َّوع َٰلى ُجنُوْ بِ ُك ْم ۚ فَا ِ َذا‬
َ‫اط َمْأنَ ْنتُ ْم فَاَقِ ْي ُموا الص َّٰلوة‬ َ َ‫فَا ِ َذا ق‬
ْ ‫ۚ اِ َّن الص َّٰلوةَ َكان‬
‫َت َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ ِك ٰتبًا َّموْ قُوْ تًا‬

"Sesungguhnya Shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman”.
Ada beberapa kelompok yang masuk dalam golongan yang mendapatkan udzur, di
antaranya adalah; orang yang sakit, musafir, wanita yang sedang haid, dan orang yang
takut. Sehingga mereka tidak bisa melaksanakan shalat dengan tata cara yang sempurna
atau terhalang darinya secara keseluruhan, contohnya wanita yang haid. Adapun orang
yang sakit sedangkan dia mukallaf, maka selama kesadarannya terjaga wajib baginya
melaksanakan shalat wajib.
Ada beberapa perbedaan tata cara shalat antara orang yang sakit dengan orang yang
sehat, karena orang yang sakit mendapat keringanan (rukhsah) Prinsip rukhsah dalam
ibadah bertujuan merespon berbagai realitas kondusif yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Prinsip pendirian shalat bagi orang sakit berbeda dengan orang yang sehat.
Orang yang sakit diperbolehkan untuk mendirikan shalat sebatas kemampuan yang dia
miliki. Ajaran Islam dibangun berlandasan kemudahan dan keringanan, maka dari itulah
Allah memberikan keringanan bagi orang-orang yang mempunyai udzur di dalam
peribadatan sesuai dengan udzurnya, sehingga mereka dapat beribadah kepada-Nya
tanpa kesulitan.

A. Keringanan Bagi Orang Yang Sakit


Dalil-dalil secara umum bahwa syariat Islam adalah mudah:
Allah Ta’āla berfirman:
۟ ُ‫فَٱتَّق‬
‫وا ٱهَّلل َ َما ٱ ْستَطَ ْعتُم‬

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu”.


Dalam ayat yang lain:

ٍ ‫َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِي الدِّي ِن ِم ْن َح َر‬


‫ج‬

“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama ini suatu kesulitan
(keberatan)”.
Dalam ayat yang lain:
‫اَل يُ َكلِّفُ هَّللا ُ نَ ْفسًا ِإاَّل ُو ْس َعهَا‬

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.

Juga dijelaskan dalam hadits Abu Huroiroh bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam
bersabda:

ُ‫َوِإ َذا َأ َمرْ تُ ُك ْم بَِأ ْم ٍر فَْأتُوا ِم ْنه‬


‫َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬

“Dan apabila aku perintahkan kalian sebuah perkara maka kerjakanlah semampu
kalian”.
Juga dalam riwayat lain:

‫فَِإ َذا َأ َمرْ تُ ُك ْم بِ َش ْي ٍء فَْأتُوا ِم ْنهُ َما‬


‫ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬

“Dan apabila aku perintahkan kalian sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian”.
Keringan shalat yang diberikan ALLAH untuk orang yang sakit, ialah sebagai berikut :
a) Diperbolehkan tidak shalat berjamaah di masjid.
b) Diperbolehkan menjamak shalat.
c) Dibolehkan melakukan shalat dengan cara sesuai dengan kondisinya.
d) Dibolehkan tidak menghadap kiblat jika tidak mampu dan tidak ada yang
membantunya
1. Syarat-syarat Shalat Bagi Orang Yang Sakit
Adapun syarat syarat shalat bagi orang yang sakit ialah sebagai berikut:
1. Sakit tidak menggugurkan kewajiban sholat
Ini adalah prinsip yang paling dasar dan sangat penting. Sebab banyak sekali orang yang
keliru dalam memahami bentuk-bentuk keringanan. Sehingga terlalu memudah-
mudahkan sampai keluar batas. Artinya tidak mentang-mentang seseorang menderita
suatu penyakit, lantas boleh meninggalkan sholat seenaknya.
Kalau pun terpaksa harus meninggalkan sholat, karena alasan sakit yang tidak mungkin
bisa mengerjakan sholat. Tetap saja sholat itu menjadi hutang yang harus dibayarkan di
kemudian hari.

2. Lakukan yang bisa dilakukan


Seseorang yang sakit tetap diwajibkan untuk mendirikan sholat. Caranya dengan
melakukan gerakan dan posisi-posisi sholat semampu yang bisa dilakukan, meskipun
tidak sampai sempurna. Hal ini ditegaskan dalam Alquran dan hadits.
۟ ُ‫فَٱتَّق‬
‫وا ٱهَّلل َ َما ٱ ْستَطَ ْعتُ ْم‬

"Dan bertaqwalah kepada Allah semampu yang kamu bisa."(At-Taghabun:6)

‫َو َما َأ َمرْ تُ ُك ْم بِ ِه فَْأتُوا ِم ْنهُ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬


"Dan apa yang aku perintahkan kepada kalian, maka kerjakannya semampu yang bisa
kamu lakukan". (HR. Bukhari)
Prinsipnya, apapun gerakan dan bacaan sholat yang masih bisa dikerjakan, maka tetap
wajib untuk dikerjakan. Apa yang sudah mustahil untuk dilakukan, barulah boleh untuk
ditinggalkan. Prinsipnya, apa yang tidak bisa didapat secara keseluruhannya, bukan
berarti harus ditinggalkan semuanya.

3. Keringanan sholat tidak boleh mengarang sendiri


Tidak mentang-mentang mendapatkan keringanan sholat, lantas seseorang boleh
mengarang-ngarang sendiri bentuk keringanan sholat seenak seleranya. Keringanan
yang Allah SWT berikan kepada orang sakit bukanlah cek kosong yang boleh diisi
seenaknya. Karena tetap ada banyak batasan syariah yang mengiringinya.
Misalnya, orang sakit tetap wajib sholat sejumlah rakaat yang telah ditetapkan dan tidak
boleh mengurangi jumlah rakaat. Maka yang tadinya sholat Zhuhur empat rakaat, tidak
boleh tiba-tiba dikurangi jadi tinggal satu rakaat dengan alasan sedang sakit.
Begitu juga yang seharusnya sholat lima waktu dalam sehari semalam, tidak boleh
diubah jadi cuma tiga waktu saja. Maka keringanan sholat yang dijalankan harus bentuk-
bentuk keringanan yang ada dalilnya dan tidak boleh keringanan yang seenaknya
sendiri.

Keringanan yang ada dalilnya di antaranya, wudhu atau mandi janabah boleh diganti
dengan tayamum, dan bila tidak bisa berdiri maka boleh sholat sambil duduk atau
berbaring. Kemudian keringanan sholat lainnya bisa tidak menghadap ke kiblat, gugur
kewajiban sholat berjamahnya dan gugur kewajiban sholat Jumat.
1. Dasar Hukum Bagi Orang Yang Sakit
Hukum melaksanakan sholat fardhu bagi orang yg sakit adalah Wajib. Shalat merupakan
hal yang wajib dilakukan bagi seluruh umat Muslim. Salat merupakan tiang agama yang
harus dilakukan sebagai bentuk tunduk kepada Sang Pencipta, yakni Allah SWT.
Saat seseorang mengalami sakit hingga kehilangan kesadaran seperti koma dan gila,
maka kewajiban salat gugur, karena salah satu syarat dalam salat adalah memiliki akal
sehat. Namun jika mengalami sakit kecil seperti pusing maupun pilek, usahakan tetap
melakukan salat wajib. Karena ALLAH SWT berfirman lewat surat Thaha ayat 132
menyatakan:
َ ۗ ُ‫ك ِر ْزقً ۗا نَحْ نُ نَرْ ُزق‬
‫ك َو ْال َعاقِبَةُ لِلتَّ ْق ٰوى‬ َ َ‫َوْأ ُمرْ اَ ْهل‬
َ ُ‫ك بِالص َّٰلو ِة َواصْ طَبِرْ َعلَ ْيهَ ۗا اَل نَ ْسـَٔل‬

Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah


kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa".
Dalil lain juga diungkap lewat QS. An-Nissa' ayat 77, yang menyatakan bahwa:
‫اس‬َ َّ‫ق ِّم ْنهُ ْم يَ ْخ َشوْ نَ الن‬ ٌ ‫ب َعلَ ْي ِه ُم ْالقِتَا ُل اِ َذا فَ ِر ْي‬َ ِ‫اَلَ ْم ت ََر اِلَى الَّ ِذ ْينَ قِي َْل لَهُ ْم ُكفُّ ْٓوا اَ ْي ِديَ ُك ْم َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكو ۚةَ فَلَ َّما ُكت‬
ٓ
‫ع ال ُّد ْنيَا قَلِ ْي ۚ ٌل َوااْل ٰ ِخ َرةُ خَ ْي ٌر‬
ُ ‫ب قُلْ َمتَا‬ ٍ ۗ ‫كَخَ ْشيَ ِة هّٰللا ِ اَوْ اَ َش َّد َخ ْشيَةً ۚ َوقَالُوْ ا َربَّنَا لِ َم َكتَبْتَ َعلَ ْينَا ْالقِتَا ۚ َل لَوْ ٓاَل اَ َّخرْ تَنَٓا اِ ٰلى اَ َج ٍل قَ ِر ْي‬
ْ ُ‫لِّ َم ِن اتَّ ٰقىۗ َواَل ت‬
‫ظلَ ُموْ نَ فَتِ ْياًل‬
Artinya: "Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka:
“Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!”
Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka
(golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah,
bahkan lebih sangat dari itu takutnya." Mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa
Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan
(kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?” Katakanlah:
“Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang
yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”(An Nisa:77).
2. Orang Sakit Yang tetap Shalat
pada prinsipnya orang sakit tidak dicabut kewajiban sholatnya. Namun mendapatkan
beberapa keringanan berupa boleh tayamum dan bisa melakukan sholat dengan posisi
duduk maupun berbaring bagi yang sakitnya parah.
a) Shalat bagi orang yang sakit tapi mampu berdiri
Ada beberapa kondisi:
Pertama: Orang yang sakit apabila shalat dengan posisi berdiri tidak khawatir sakitnya
akan bertambah, maka wajib baginya untuk berdiri dan shalat seperti biasanya.
Kedua: Apabila tidak mampu berdiri kecuali dengan bantuan tongkat, maka tetap wajib
baginya shalat berdiri menggunakan tongkat atau berdiri sambil bersandar.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Ummu Qois binti Mihshon:

َ ‫ اتَّ َخ َذ َع ُمودًا فِي ُم‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَ َّما َأ َس َّن َو َح َم َل اللَّحْ َم‬
‫صاَّل هُ يَ ْعتَ ِم ُـد َعلَ ْي ِه‬ َ ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sudah berusia lanjut dan
lemah beliau memasang tiang di tempat shalat untuk dijadikan sandaran”.

Ketiga: Ketika mampu berdiri tapi dengan membungkuk, maka wajib baginya berdiri
dengan keadaan tersebut. Berdasarkan hadits ‘Imron bin Hushain radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ٍ ‫ فَِإ ْن لَ ْم تَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَى َج ْن‬،‫ فَِإ ْن لَ ْم تَ ْست َِط ْع فَقَا ِعدًا‬،‫صلِّ قَاِئ ًما‬
«‫ب‬ َ »

“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka duduk, jika tidak mampu maka
dengan berbaring”.

Keempat: Orang yang sakit mampu berdiri akan tetapi tidak mampu untuk melakukan
ruku’ dan sujud, maka wajib baginya untuk shalat dengan posisi berdiri.

b. Shalat bagi orang yang tidak mampu berdiri


Ibnu Qudamah mengatakan bahwasanya para ulama sepakat bahwa orang yang tidak
mampu shalat dengan posisi berdiri boleh baginya dengan posisi duduk. Disunnahkan
duduk dengan posisi tarobbu’ (bersila), berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ي‬


‫ُصلِّي ُمتَ َربِّعًا‬ ُ ‫َرَأي‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬
َ ‫ي‬
“Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat dengan duduk
bersila”.
c. Shalat orang yang tidak mampu berdiri ataupun duduk
Ada beberapa kondisi:
Pertama: Orang yang tidak mampu shalat dengan posisi berdiri maupun duduk maka
boleh baginya untuk shalat dengan posisi berbaring dengan menghadapkan wajahnya ke
arah kiblat, dan lebih utama dengan posisi berbaring menyamping dengan bagian
kanan.

Kedua: Apabila tidak mampu shalat dengan posisi berbaring maka diperbolehkan untuk
shalat dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya menghadap ke arah kiblat, jika
mampu posisi kepalanya sedikit diangkat dengan cara diganjal sesuatu agar wajahnya
bisa menghadap ke arah kiblat maka ia melakukannya, dengan meletakkan kedua
tangannya di dada ketika bersedekap dan meletakkan keduanya di lutut ketika ruku’,
dan apabila tidak bisa menghadap ke kiblat maka shalat semampunya.
d. Pingsan atau koma
Salah satu pengaruh rasa sakit bisa menyebabkan seseorang kehilangan kesadarannya,
entah itu pingsan atau bahkan bisa menyebabkan koma. Maka dalam keadaan seperti
ini ia hanya cukup mengerjakan shalat pada waktunya yang ia sadar, adapun shalat-
shalat sebelumnya yang telah berlalu waktunya maka tidak wajib baginya untuk
mengqodhonya. Dalilnya perbuatan sahabat Ibnu Umar ketika ia pingsan ia tidak
mengqodho shalat yang telah luput,

‫ق‬ َ ‫َب َوَأ َّما َم ْن َأفَا‬


َ ‫ك َأ َّن ْال َو ْقتَ قَ ْد َذه‬
َ ِ‫ َو َذل‬:‫ك‬ٌ ِ‫ َوقَا َل َمال‬:‫صاَل ةَ ” قَا َل‬ َّ ‫ض ال‬ َ ‫َأ َّن َع ْب َد هللاِ ْبنَ ُع َم َر ُأ ْغ ِم َي َعلَ ْي ِه فَ َذه‬
ِ ‫َب َع ْقلُهُ فَلَ ْم يَ ْق‬
‫ يَوْ ٌم َولَ ْيلَةٌ َوفِي ِر َوايَ ِة‬:‫ ع َْن نَافِ ٍع‬،‫صلِّي هَ َك َذا فِي ِر َوايَ ِة َج َما َع ٍة ع َْن نَافِ ٍع َوفِي ِر َوايَ ِة ُعبَ ْي ِد هللاِ ْب ِن ُع َم َر‬ ٍ ‫َوه َُو فِي َو ْق‬
َ ُ‫ت فَِإنَّهُ ي‬
‫ ثَاَل ثَةُ َأي ٍَّام‬:‫ ع َْن نَافِ ٍع‬،‫ُّوب‬
َ ‫َأي‬

“sesungguhnya Abdullah bin Umar pingsan dan hilang kesadarannya, lalu ia tidak
mengqodho shalatnya, dan berkata Malik: dan hal tersebut karena waktu telah berlalu,
dan adapun orang yang tersadar dan dia berada di waktu shalat maka ia melaksanakan
shalat tersebut, begitu juga dalam riwayat dari jama’ah dari Nafi’ dan dalam riwayat
Ubaidillah bin Umar dari Nafi’: satu hari satu malam, dan dalam riwayat Ayyub dari
Nafi’: tiga hari”.
Orang yang sakit selama kesadarannya masih terjaga maka shalat tetap wajib baginya
untuk melaksanakan shalat. Tidak boleh baginya meninggalkan shalat, karena ancaman
orang yang meninggalkan shalat sangat besar.

BAB lll

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Shalat wajib hukumnya atas setiap muslim yang berakal dan sudah mencapai akhir
baligh, baik itu laki-laki maupun perempuan, kaya atau miskin, orang yang berdomisili
atau dalam keadaan musafir, dalam keadaan sehat atau sakit, dan kewajiban shalat
yang lima waktu sehari semalam. Kewajiban shalat tidak akan pernah lepas dari
seorang Muslim. Shalat tidak dapat gugur hanya karena alasan bepergian atau sakit.
Keringan shalat yang diberikan ALLAH untuk orang yang sakit, ialah sebagai berikut :
a) Diperbolehkan tidak shalat berjamaah di masjid.
b) Diperbolehkan menjamak shalat.
c) Dibolehkan melakukan shalat dengan cara sesuai dengan kondisinya.
d) Dibolehkan tidak menghadap kiblat jika tidak mampu dan tidak ada yang
membantunya

Adapun syarat syarat shalat bagi orang yang sakit ialah sebagai berikut:
a) Sakit tidak menggugurkan kewajiban sholat
b) Lakukan yang bisa dilakukan
c) Keringanan sholat tidak boleh mengarang sendiri
Hukum melaksanakan sholat fardhu bagi orang yg sakit adalah Wajib. Shalat
merupakan hal yang wajib dilakukan bagi seluruh umat Muslim. Salat merupakan
tiang agama yang harus dilakukan sebagai bentuk tunduk kepada saat seseorang
mengalami sakit hingga kehilangan kesadaran seperti koma dan gila, maka
kewajiban salat gugur, karena salah satu syarat dalam salat adalah memiliki akal
sehat. Namun jika mengalami sakit kecil seperti pusing maupun pilek, usahakan
tetap melakukan salat wajib. Sang Pencipta, yakni Allah SWT.

B. KRITIK DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai