Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
a. Pengertian Operasi Plastik
Operasi Plastik merupakan operasi yang dilakukan untuk memperbaiki
bagian badan yang rusak atau cacat atau untuk mempercantik diri. Operasi
ini lebih umum dilakukan pada bagian kulit. Dalam fiqh modern, operasi
plastik disebut al-Jirahah (‘amaliyyah attajmiliyyah). Al-Jirahah diartikan
sebagai operasi bedah yang dilakukan untuk memperbaiki penampilan
suatu anggota badan yang tampak atau untuk memperbaiki fungsi dari
anggota tersebut ketika anggota tubuh itu berkurang, lepas atau rusak.
Operasi plastik berasal dari dua kata, yaitu “Operasi” yang artinya
pembedahan dan “Plastik” yang berasal dari empat bahasa yaitu, plasein,
plastiec (Bahasa Belanda), plasticos (Bahasa Latin), plastics (Bahasa
Inggris), yang kesemuanya itu berarti berubah bentuk, di dalam Ilmu
Kedokteran dikenal dengan plasticos of surgery yang artinya pembedahan
plastik. Pengertian operasi plastik secara umum adalah merubah bentuk
dengan cara pembedahan, sedangkan pengertian operasi plastik menurut
ilmu kedokteran ialah pembedahan jaringan atau organ yang akan
dioperasi dengan memindahkan jaringan atau organ dari tempat yang satu
ke tempat lain sebagai untuk menambah jaringan yang dioperasi. Jaringan
merupakan kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang sama
dan mempunyai fungsi tertentu, sedangkan organ merupakan kumpulan
jaringan yang mempunyai fungsi berbeda sehingga merupakan satu
kesatuan yang mempunyai fungsi tertentu.
Plastik berasal dari kata Plastique, Plasticos, Plasty yang berarti
perbaikan, pengolahan, atau pembentukan. Dalam hal ini yang menjadi
obyek dari perbaikan tersebut adalah jaringan tubuh. Istilah bedah plastik
ini mulai digunakan dan pertama kali di populerkan dari dalam buku teks
kedokteran oleh John Staige Davis melalui bukunya yang berjudul Plastic
Surgery (Its Principles and Practice) pada tahun 1919. Arti asal bedah
plastik menurut M. Makagiansar adalah ilmu bedah yang mengusahakan
perubahan bentuk permukaan tubuh. Operasi plastic dalam bahasa Arab
disebut Jirahah al-Tajmil yaitu operasi bedah yang dilakukan untuk
memperbaiki penampilan satu anggota tubuh yang tampak atau untuk
memperbaiki fungsi dari anggota tersebut ketika anggota tubuh itu
berkurang, lepas atau rusak.
Secara garis besar, jika dilihat dari segi fungsinya operasi plastik dapat
dibedakan menjadi dua macam. Jensi yang Pertama yaitu Operasi Hajiah.
Operasi Hajiah adalah operasi plastik yang bertujuan untuk
menghilangkan atau menutupi cacat bagian atau organ tubuh. Cacat tubuh
yang biasa dioperasi semacam ini ada dua macam, yaitu:

1. Cacat yang tumbuh dan berasal dari dalam tubuh, cacat semacam ini
terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Cacat bawaan dari lahir, seperti jari-jari yang saling menempel
b. Cacat yang timbul karena sakit.
2. Cacat yang muncul dari luar dan disebabkan karena kejadian yang
menimpa seseorang, seperti kecelakaan atau terbakar, seperti luka dan
sayatan diwajah, kulit melepuh karena terbakar.

Cacat atau luka seperti diatas memerlukan operasi untuk mengembalikan fungsi
atau kondisi organ-organ tersebut. Meskipun tidak sampai derajat darurat, namun
operasi semacam ini sifatnya hajiah, perlu dilakukan dan mempunyai efek
Tajmiliyah atau (memperindah). Selain memperindah dan mengembalikan fungsi
organ tubuh secara normal, dengan operasi plastik tersebut sangatlah membantu
untuk membangkitkan semangat dan percaya diri terhadap orang yang
bersangkutan, karena dengan operasi plastik maka ia akan merasa seperti manusia
pada umumnya, dan tidak akan minder dan malu atas apa yang ia miliki terhadap
orang yang ada disekelilingnya karna cacatnya tersebut.

Operasi plastic yang Kedua merupakan operasi tahsiniyah. Operasi Tashiniyah


merupakan operasi plastic yang dilakukan dengan tujuan untuk memperindah
organ tubuh.
Berbeda dengan operasi yang pertama, operasi kedua ini bukan untuk menutupi
cacat, akan tetapi bertujuan untuk memperindah organ tubuh atau anggota badan,
seperi memancungkan hidung, memperindah bibir, kening, pipi, dan sebagainya.
Operasi semacam ini ada dua macam, yaitu operasi untuk membentuk dan operasi
untuk meremajaka organ.

Menurut Abdul Aziz Dahlan, dkk Ulama fiqh modern meninjau persoalan operasi
plastik dari sisi tujuan dilakukannya operasi tersebut. Misalnya, Abdul Salam
Abdurrahim as-Sakari, ahli fiqh modern dari Mesir, dalam bukunya al-A’da al-
Adamiyyah min Manzur al-Islam (Anggota Tubuh Manusia dalam Pandangan
Islam), membagi operasi plastik menjadi dua, yaitu operasi plastik dengan tujuan
pengobatan dan operasi plastik dengan tujuan mempercantik diri. Selanjutnya
Abdul Salam Abdurrahim as-Sakari juga membagi operasi plastik dengan tujuan
pengobatan menjadi dua bagian, operasi plastik yang bersifat daruri (vital atau
penting) dan operasi plastik yang bersifat dibutuhkan.

Sama seperti tinjauan di atas, Syauqi Abduh As-Sahi dalam karyanya al-Fiqh
Islami wa al-Qhadaya at-Thibbiyah al-Mu’ashirah menyatakan bahwa yang
dimaksud operasi plastik hanya ada dua; yakni : untuk mengobati aib yang ada di
badan, karena kejadian yang menimpahnya seperti kebakaran, kecelakaan,
kebakaran atau yang lainnya, dan untuk mempercantik diri, dengan mencari
bagian badan yang dianggap mengganggu atau tidak nyaman untuk dilihat orang.

Salah satu tujuan operasi plastik adalah untuk memperindah bagian tubuh, baik
dari bentuk yang jelek menjadi bagus atau dari bentuk yang sudah bagus menjadi
lebih bagus. Namun praktik ini diharamkan dalam prespektif ilmu fikih, karena
hal ini tidak sejalan dengan pesan Qs. At-Tin (95): 4 dimana Allah swt.
menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna. Sehingga orang-
orang yang melakukan operasi plastik ini dinilai tidak amanah dengan apa yang
Allah swt. berikan atas dirinya sebagai seorang hamba. Bahkan dalam kutipan
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah meriwayatkan
bahwa Allah swt. akan melaknat bagi perempuan yang menyambung rambutnya,
mentato, dan mencukur alisnya, baik pelaku yang meminta atau yang
membantunya.

Allah melaknat perempuan yang menyambung rambutnya dengan rambut orang


lain, dan orang yang membuat tato dan yang ditatonya, orang yang mengerik alis
dan orang yang meminta dikerik alisnya. [HR. Bukhori : 5481]

Allah swt. berfirman Qs. An-Nisa (4):119:

َّ‫ان ااْل َ ْن َع ِام َواَل ٰ م َُر َّن ُه ْم َف َل ُي َغ ِّيرُن‬


َ ‫َّواَل ُضِ لَّ َّن ُه ْم َواَل ُ َم ِّن َي َّن ُه ْم َواَل ٰ م َُر َّن ُه ْم َف َل ُي َب ِّت ُكنَّ ٰا َذ‬
‫َخ ْل َق هّٰللا ِ ۚ َو َمنْ َّي َّت ِخ ِذ ال َّشي ْٰط َن َولِ ًّيا مِّنْ ُد ْو ِن هّٰللا ِ َف َق ْد َخسِ َر ُخسْ َرا ًنا م ُِّب ْي ًنا‬
Dan aku sesatkan mereka dan akan aku timbulkan keinginannya yang salah dan
aku perintahkan mereka memotong telinga-telinga ternak dan akan aku
perintahkan mereka mengubah ciptaan Allah, siapa pun yang menjadikan setan
sebagai pelindung selain Allah, dia betul-betul telah rugi yang nyata.

Operasi plastik untuk tujuan pengobatan secara hukum dibolehkan, baik yang
bersifat daruri maupun dibutuhkan. Operasi plastik dalam kasus daruri, seperti
terjadi penyumbatan pada saluran air seni, dibolehkan secara hukum, sebab jika
tidak dilakukan pembedahan, bisa menyebabkan air seni akan merembes ke
tempat-tempat lain, sehingga yang mengidap penyakit ini sulit untuk melakukan
ibadah dengan tenang karena pakaian dan badannya sering bernajis. Selain itu,
penyumbatan air seni juga dapat menimbulkan penyakit lain bagi yang
bersangkutan. Demikian halnya dengan operasi plastik untuk memperbaiki
kecacatan atau kerusakan yang bersifat dibutuhkan (tidak sampai tingkat darurat),
seperti bibir sumbing atau kulit rusak karena terbakar, dibolehkan secara hukum
berdasarkan pertimbangan kecacatan pada seseorang itu dapat menghalanginya
untuk menjalani kehidupan sosialnya. Apalagi yang menyandang cacat itu adalah
pejabat atau pemuka masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai