Anda di halaman 1dari 11

The 2nd University Research Coloquium 2015

ISSN 2407-9189

KAJIAN YURIDIS OPERASI PLASTIK SEBAGAI IJTIHAD


DALAM HUKUM ISLAM
Nurul Maghfiroh dan Heniyatun
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang
Jalan Tidar No. 21 Magelang 56126

ABSTRAK
Operasi merupakan salah satu istilah di dalam ilmu kedokteran, tetapi belum tentu setiap orang
mengetahui istilah operasi, terutama mengenai operasi plastik. Operasi plastik adalah operasi
khusus yang dilakukan oleh ahli bedah dengan jalan untuk memperbaiki organ tubuh yang cacat
(tidak normal) agar dapat berfungsi secara normal. Pelaksanaan operasi plastik dilakukan
terhadap orang yang mempunyai organ tubuh yang yang cacat, tetapi sejalan dengan
perkembangan ilmu kedokteran yang semakin maju, operasi plastik juga dilakukan terhadap orang
yang organ tubuhnya sempurna (normal) agar kelihatan lebih menarik. Di dalam ilmu kedokteran
dikenal ada tiga macam operasi plastik, yaitu pertama, operasi plastik yang bertujuan untuk
memperbaiki tulang atau sel-sel yang rusak (cacat) agar dapat berfungsi kembali; kedua, operasi
plastik yang bertujuan untuk memperindah bentuk organ tubuh yang sempuma agar kelihatan lebih
menarik; dan yang ketiga adalah operasi plastik yang bertujuan untuk menggantikan salah satu
anggota organ tubuh yang rusak akibat dari kecelakaan atau suatu penyakit. Operasi plastik
menurut hukum Islam dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu, pertama; operasi plastik yang
diperbolehkan di dalam Islam, adalah operasi plastik yang bertujuan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan bentuk organ tubuh yang cacat, baik cacat bawaan sejak lahir maupun cacat
yang disebabkan kecelakaan atau karena suatu penyakit; dan yang kedua adalah yang dilarang
(diharamkan) dalam Islam, yaitu operasi plastik yang bertujuan untuk memperindah bentuk organ
tubuh yang sempuma agar kelihatan lebih menarik. Adapun faktor penyebab dilakukannya operasi
plastik adalah adanya kelainan-kelainan (cacat) yang terdapat pada organ tubuh manusia.
Kata kunci: Operasi plastik, Ijtihad, Hukum Islam

A. Pendahuluan
Islam sebagai agama yang memberikan
pedoman hidup kepada manusia yang bersifat
menyeluruh, yang meliputi segala aspek untuk
menuju tercapainya kebahagiaan hidup
jasmani, rohani, individu, sosial, dan akherat.
Dengan kata lain agama Islam untuk
menjayakan umat sebagai penganutnya dan
untuk meluaskan sayapnya di sekitar bumi
Allah
SWT
dengan
semboyan
rahmatanlilalamin. Untuk mewujudkan hal
tersebut, maka diturunkanlah Al-quran oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Al-quran merupakan sumber bagi semua
hukum Islam yang telah dijelaskan dasardasar hukumnya secara rinci dalam lapangan

ibadah. Akan tetapi untuk lapangan aqidah


dan muamalah hanya diberikan dalam garis
besarnya saja, karena penjelasan-penjelasan
secara terperinci dalam lapangan hukum akan
mengesampingkan tujuan-tujuan Al-quran
yang lain.
Kemudian untuk menjelaskan persoalanpersoalan yang masih global yang terdapat di
dalam Al-quran, maka akan diterangkan
melalui sunnah Nabi Muhammad SAW agar
dapat dipahami batas-batasnya serta dapat
diimplementasikan sesuai dengan kualitas
peristiwa yang terjadi. Itulah sebabnya di
dalam
memberikan
penjelasan
telah
diterangkan di dalam Al-quran surat Al-nasyr
(59) ayat 7 yang artinya: Apa yang diberikan
Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa

119

The 2nd University Research Coloquium 2015

yang
dilarang-Nya
bagimu
maka
tinggalkanlah.
Hukum Islam adalah hukum yang suci,
sempurna dan tidak membutuhkan suatu
perubahan.
Hukum
Islam
merupakan
pedoman hidup umat Islam, yaitu bahwa
segala ibadah dalam Islam dijadikan sarana
bukan tujuan. Oleh sebab itu Islam bukanlah
agama
yang
berlebih-lebihan
dalam
mengerjakan ibadah.
Intisari dari hukum Islam adalah
memelihara manusia, memberi perhatian yang
penuh kepada manusia dan kemuliaannya,
serta menjauhkan segala yang menyebabkan
terganggunya kemuliaan manusia tanpa
membeda-bedakan. Oleh karena itu yang
menjadi asas hukum Islam adalah bahwa
Islam tidak mendasarkan perintah kepada
pemaksaan,
tidak
menghilangkan
kemerdekaan manusia, dan tidak membatasi
dirinya.
Al-quran dan Asunnah merupakan
sumber hukum Islam yang bersifat fleksibel
dan dapat mengikuti perkembangan jaman.
Akan tetapi dalam Al-quran dan Asunnah
banyak menguraikan masalah-masalah pokok
secara garis besar dan tidak mencakup
masalah-masalah yang timbul kemudian.
Salah satu permasalahan yang muncul di
masyarakat adalah adanya operasi plastik.
Permasalahan operasi plastik tersebut muncul
sejalan dengan keberadaan dan perkembangan
ilmu kedokteran dan juga perkembangan jiwa
manusia di alam semesta ini.
Operasi plastik sebenarnya sudah dikenal
sejak jaman dahulu di daerah-daerah tertentu,
hanya istilahnya saja yang berbeda, misalnya
di Kalimantan pada suku Dayak, yang
dilakukan secara ritual dalam suatu upacara
adat. Mereka memasang anting-anting di
telinga, sehingga lubang pada telinganya
menjadi lebih panjang dan kelihatan lebih
menarik. Bukti yang lainnya seperti di pulau
Bali, mereka memangur gigi, sehingga gigi
mereka kelihatan lebih bagus lagi dan rata.
Operasi plastik dalam istilah ilmu
kedokteran artinya berubah bentuk dengan
cara pembedahan. Adapun pembahasan
hukum operasi plastik belum di jumpai dalam
kitab-kitab
fiqih
klasik.
Pembahasan
mengenai operasi plastik baru di jumpai
dalam kitab fiqih jaman modern, yaitu sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

120

ISSN 2407-9189

teknologi.
Operasi plastik yang baru di jumpai di
dalam kitab fiqh jaman modern tersebut,
apabila ditinjau dari tujuan pelaksanaannya
ada dua jenis, yaitu:
1. Operasi plastik yang bertujuan untuk
memperbaiki tulang atau sel-sel yang
rusak agar dapat berfungsi seperti
sediakala. Operasi ini dilakukan terhadap
orang yang mempunyai cacat fisik baik
cacat sejak lahir maupun cacat yang
disebabkan oleh hal-hal tertentu.
Misalnya; bibir sumbing, luka bakar,
maupun cacat-cacat akibat kecelakaan.
2. Operasi plastik yang bertujuan untuk
memperindah bentuk tubuh, misalnya,
hidung yang pesek dioperasi agar
menjadi mancung.
Seseorang yang mempunyai cacat sejak
lahir maupun cacat yang disebabkan oleh hal
tertentu, untuk memperbaiki keadaan fisiknya
tersebut, ia diperbolehkan melakukan operasi,
karena orang yang mempunyai cacat biasanya
tersisih dari kehidupan masyarakat yang
normal. Oleh karena itu untuk menghindari
hal tersebut, operasi untuk memperbaiki tubuh
yang cacat agar menjadi lebih sempurna
sangat dianjurkan karena menolak bahaya dan
lebih diutamakan mengupayakan manfaat. Hal
tersebut dapat diphami jika seseorang telah
mempunyai organ tubuh yang sempurna,
maka ia tidak diperbolehkan melakukuan
operasi plastik, karena hal tersebut termasuk
dalam kategori merubah ciptaan Allah SWT.
Operasi tersebut dilarang karena bertentangan
dengan firman Allah SWT dalam surat AlBaqarah (2) ayat 195, yang artinya: dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri
ke dalam kebinasaan
Firman Allah SWT tersebut maksudnya
adalah bahwa orang yang telah normal organ
tubuhnya dilarang untuk merubah bentuknya
karena termasuk merubah ciptaan Allah SWT.
Hal ini dapat dipahami bahwa seorang lakilaki dan perempuan yang normal bentuk organ
tubuhnya dilarang oleh Islam merubah bentuk
yang ada tanpa alasan yang hak yang
dibenarkan oleh Islam. Ulama fiqih
memberikan alasan tidak diperbolehkanya
melakukan operasi plastik karena berdasarkan
firman Allah dalam surat An-nisa (4) ayat
119, yang artinya: Dan saya benar-benar

The 2nd University Research Coloquium 2015

akan menyesatkan mereka, dan akan


membangkitkan angan-angan kosong pada
mereka dan akan saya suruh mereka (merubah
ciptaan Allah SWT), lalu benar-benar mereka
merubahnya. Barang siapa yang menjadikan
syaitan menjadi pelindung selain Allah SWT,
maka sesungguhnya ia menderita kerugian
yang nyata.
Orang yang melakukan operasi plastik
dengan tidak memperhatikan akibatnya,
karena kurangnya pemahaman terhadap
pengetahuan Hukum Islam. Hal tersebut
dilakukannya
operasi
plastik
karena
dipengaruhi oleh faktor psikologi, misalnya
orang yang tadinya merasa rendah diri dengan
keadaan organ yang kurang sempurna (jelek)
dalam bentuk jasmani, sehingga orang
tersebut merasa minder. Namun ada juga
orang yang sudah sempurna bentuk organ
tubuhnya, karena merasa bahwa dirinya
kurang menarik, maka orang tersebut akan
berusaha untuk memperindah dirinya dengan
melakukan operasi plastik.
Pandangan Islam terhadap orang yang
melakukan operasi plastik maupun yang tidak
melakukannya itu sama derajatnya, jadi
kedudukan manusia itu sama di hadapan Allah
SWT bahkan tidak ada keistimewaanya
kecuali dengan ketaqwaan. Hal ini karena
Hukum Islam mengatur segala aspek
kehidupan, sehingga tidak dibenarkan jika
hanya memperhatikan salah satu diantara
mereka. Allah SWT telah menjadikan
kekuatan berpikir pada manusia dengan kadar
yang sama, karena Allah hanya menciptakan
akal yang tunggal untuk manusia. Allah SWT
adalah dzat yang menciptakan manusia, Dia
yang maha mengetahui apa yang tepat bagi
makhluk ciptaan-Nya.
Salahnya persepsi terhadap kedudukan
manusia, menyebabkan banyak orang
melakukan berbagai bentuk usaha yang
merupakan tindakan melampaui batas-batas
hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT. Di
samping itu tersebarnya bidah dan
terpendamnya panji-panji sunnah serta
berhentinya kegiatan berpikir menyebabkan
terjadainya kesalahan masyarakat dalam
melaksanakan hukum Islam. Salah satu
kesalahan tersebut dalam hal pelaksanaan
operasi plastik. Sebenarnya operasi plastik ini
semata-mata bertujuan untuk mengatasi
kesulitan seseorang dalam keadaan dharurat.

ISSN 2407-9189

Hukum Islam selain bersumber dari


Kitabullah (Al-quran), juga bersumber dari
Assunah dan jika perlu dapat menggunakan
Ijtihad. Masalah Ijtihad inipun harus sesuai
Al-quran
dan
Asunnah.
Kebolehan
mengambil sumber Ijtihad seperti telah
dijelaskan di dalam Al-quran dalam surat An
nisa (4) ayat 105, yang artinya:
Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab
kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu mengadili antara manusia
dengan apa yang telah Allah SWT wahyukan
kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat.
Ijtihad adalah menetapkan sesuatu
hukum berdasarkan kaidah-kaidah syara yang
umum dan illah-illah hukum. Sebagaimana
dasar atau sumber pemecahan suatu masalah
harus kembali kepada Al-quran dan Asunnah.
Masalah operasi plastik
ini merupakan
masalah yang baru, karena belum pernah
dibahas ketetapan hukumnya baik pada masa
Rasulullah SAW maupun pada masa sahabat,
maka masalah ini termasuk dalam masalah
Ijtihadiyah yang harus dipelajari dengan teliti
dan seksama demi untuk menentukan dan
menetapkan
hukumnya.
Sesungguhnya
pelaksanaan operasi plastik hanya boleh
dilakukan dalam keadaan dharurat saja,
namun kenyataannya dalam prakteknya
operasi plastik banyak dilakukan oleh orang
dengan tujuan untuk pamer saja agar kelihatan
lebih menarik.

B. Review Literatur
1. Pengertian Operasi Plastik
Operasi plastik berasal dari dua kata,
yaitu
Operasi
yang
artinya
pembedahan dan Plastik yang berasal
dari empat bahasa yaitu, plasein (Bahasa
Kunonya), plastiec (Bahasa Belanda),
plasticos (Bahasa Latin), plastics (Bahasa
Inggris), yang kesemuanya itu berarti
berubah bentuk, di dalam Ilmu
Kedokteran dikenal dengan plastics of
surgery yang artinya pembedahan
plastik.
Pengertian operasi plastik secara
umum adalah berubah bentuk dengan cara
pembedahan,
sedangkan
pengertian
operasi plastik menurut ilmu kedokteran

121

The 2nd University Research Coloquium 2015

adalah pembedahan jaringan atau organ


yang akan dioperasi dengan memindahkan
jaringan atau organ dari tempat yang satu
ke tempat lain sebagai bahan untuk
menambah jaringan yang dioperasi.
Jaringan adalah kumpulan sel-sel (bagian
terkecil dari individu) yang sama dan
mempunyai fungsi tertentu, sedangkan
organ adalah kumpulan jaringan yang
mempunyai fungsi berbeda sehingga
merupakan satu kesatuan yang mempunyai
fungsi tertentu.
2. Fenomena Operasi Plastik
Di dalam Ilmu bedah plastik terdapat
tiga macam operasi plastik yaitu:
a. Operasi plastik yang bertujuan untuk
memperbaiki tulang atau sel-sel yang
kurang sempurna agar dapat berfungsi
seperti sediakala. Operasi ini dilakukan
terhadap orang yang mempunyai cacat
fisik, baik cacat sejak lahir maupun
cacat yang disebabkan oleh hal-hal
tertentu. Pelaksanaan operasi plastik ini
meliputi:

1) Operasi plastik pada cacat bawaan,


misalnya bibir sumbing, dan mata
buta.
2) Operasi plastik pada luka bakar,
misalnya wajah yang terkena air aki
atau organ tubuh yang tersiram air
panas, dan cacat yang lain yang
diakibatkan kecelakaan.
b. Operasi plastik yang bertujuan untuk
memperindah bentuk tubuh. Operasi ini
dilakukan terhadap orang yang ingin
memperindah bentuk tubuhnya agar
kelihatan lebih menarik. Operasi
semacam ini disebut operasi plastik
cosmetika atau operasi plastik pada
tulang-tulang muka.
c. Operasi plastik yang bertujuan untuk
menggantikan anggota organ tubuh
yang rusak akibat dari suatu penyakit.
Pelaksanaan
operasi plastik ini
meliputi:

1) Auto Transpalasi, yaitu transpalasi


dimana donor dan resipiennya satu
individu. Seperti orang yang pipinya
dioperasi karena membusuk, maka
untuk memulihkan bentuk tersebut

122

ISSN 2407-9189

diambilkan daging dari bagian


tubuhnya yang lain.
2) Homo Transpalasi, yaitu transpalasi
dimana donor dan resipiennya
individu yang sama jenisnya. Jenis
di sini maksudnya adalah manusia
dengan manusia.
3) Hetero
Transpalasi,
yaitu
transpalasi dimana donor dan
resipiennya
individu
yang
berlainaan
jenisnya,
seperti
transpalasi yang donornya adalah
hewan,
sedangkan
resipiennya
adalah manusia.
3. Tujuan Operasi Plastik
Berdasarkan fenomena dilakukannya
operasi plastik tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan operasi plastik
adalah:
a. Perbaikan Fungsi, maksudnya adalah
bahwa fungsi organ yang tadinya
kurang sempurna, dengan dilakukan
operasi pastik, maka fungsi organ
tersebut dapat berfungsi lagi dengan
sempurna. Misalnya, mata yang tadinya
buta setelah diganti korneanya menjadi
dapat melihat kembali.
b. Perbaikan Bentuk, maksudnya adalah
bahwa organ yang bentuknya kurang
menarik, setelah dilakukan operasi
bentuk tersebut akan kelihatan lebih
menarik. Misalnya, hidung yang
tadinya pesek setelah dioperasi menjadi
mancung, sehingga orang tersebut
tampak menarik dalam penampilan
jasmani.
c. Pengobatan, yaitu anggota organ tubuh
yang tadinya rusak akibat dari suatu
penyakit, dengan dilakukan operasi
anggota organ tersebut akan kembali
normal.
Misalnya,
orang
yang
mempunyai penyakit ginjal, yaitu salah
satu ginjalnya tidak dapat berfungsi
lagi,
dengan
dilakukan
operasi
pencangkokan, ginjal tersebut akan
dapat berfungsi kembali.
4 Dasar Hukum Pelaksanaan Operasi
Plastik
Pelaksanaan operasi plastik di dalam
Islam belum ada ketetapan hukumnya baik
di dalam Al-quran maupun As-sunnah.

The 2nd University Research Coloquium 2015

Untuk menetapkan hukum pelaksanaan


operasi plastik dari segi Hukum Islam
diperlukan adanya istimbath hukum, yaitu
bahwa di dalam beristimbath diperlukan
ijtihad.
a. Ijtihad hukum pelaksanaan operasi
plastik
Oprasi plastik merupakan masalah
ijtihadiyah, karena hukum pelaksanaan
operasi plastik belum ditetapkan di
dalam nash maupun di dalam sunah,
karena operasi plastik belum ada pada
masa rasul maupun pada masa sahabat,
sehingga untuk menetapkan dan
menentukan hukumnya harus dipelajari
dengan teliti dan seksama melalui
ijtihad. Ijtihad adalah menentukan
suatu hukum berdasarkan kaidahkaidah syara yang umum dan illahillah hukum sebagaimana dasar atau
sumber pemecahan suatu masalah harus
kembali padaAl-quran dan Assunah.
Kebolehan mengambil sumber hukum
ijtihad telah diterangkan dalam Alquran surat Al Maidah ayat 48. Selain
diterangkan di dalam Al-quran,
kebolehan mengambil sumber ijtihad
juga
diterangkan
dalam
hadist
Rasulullah SAW yang diriwayatkan
dari Amr bin Ash, yang artinya:
Apabila seorang hakim menetapkan
hukum dengan ijtihad didalam hal itu,
kemudian
ia
benar
maka
ia
mendapatkan dua pahala, tetapi kalau ia
menetapkan hukum, berijtihad dan ia
salah maka ia mendapatkan satu pahala
saja.
Pelaksanaan
operasi plastik itu
hukumnya haram, akan tetapi setelah
melihat situasi dan keadaan yang ada,
pelaksanaan
operasi
plastik
diperbolehkan dalam keadaan dlarurot,
seperti telah ditegaskan dalam kaidah
ushul fiqih yaitu: Jika berkumpul dua
bahaya, maka wajib kalian mengambil
bahaya yang paling ringan.
Berdasarkan kaidah ushul fiqih ini bahwa
prinsip di dalam Islam segala sesuatu yang
menimbulkan
kemadlorotan
harus
dihilangkan,
tetapi
apabila
kita
menghadapi
dua
masalah
yang
mendatangkan
kemadlorotan,
maka

ISSN 2407-9189

kemadlorotan yang lebih besar diusahakan


agar dihilangkan dengan menggantikan
menjadi kemadlorotan yang lebih ringan,
sehingga untuk menentukan hukum
pelaksanaan operasi plastik diperlukan
kaidah-kaidah ushul fiqih yang bertujuan
untuk memelihara roh Islam dalam
memelihara
hukum
dan
untuk
mewujudkan ide-ide yang tinggi baik
mengenai hak keadilan, persaudaraan
maupun dalam memelihara maslahat,
menolak mafsadah serta memperhatikan
keadaan dan suasana, karena banyaknya
kaidah ushul yang ada, maka penulis
mengambil salah satu kaidah ushul fiqih di
dalam menetapkan hukum pelaksanaan
operasi plastik yaitu ihtihsan. Berdasarkan
hal tersebut di atas maka dapat dipahami
bahwa pelaksanaan operasi plastik, dalam
Islam itu diperbolehkan dalam bahasan
ihtihsan sebagai tindakan dlorurot, seperti
pelaksanaan operasi plastik terhadap cacat
bawaan maupun cacat akibat kecelakaan,
karena dengan pelaksanaan operasi plastik
tersebut si penderita dapat terlepas dari
beban yang dideritanya, karena Allah tidak
akan merubah nasib seseorang, kecuali
dengan usahanya sendiri. Berdasarkan
firman Allah SWT dalam surat An-najm
ayat 39-41 yang artinya: Dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya dan
bahwasannya usahanya itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya).
Pendekatan melalui ihtihsan ini sebagai
jalan bahwa masalah yang belum ada
ketetatapan hukumnya baik di dalam nash
atau hadist dapat dilakukan apabila
masalah tersebut dalam keadaan dlorurot,
sedangkan dalam Islam sendiri ada yang
dinamakan Rukhsoh (keringanan) di mana
ketentuan ini untuk memberikan jalan bagi
umat
Islam
khususnya
didalam
menetapkan suatu hukum terhadap suatu
masalah yang belum ada ketetapan
hukumnya. Pelaksanaan operasi plastik
diperbolehkan apabila dirasa banyak
maslahah yang didapat, tetapi apabila
mafsadah yang dibawa lebih banyak maka
Islam melarang.

123

The 2nd University Research Coloquium 2015

b. Operasi Plastik yang Diperbolehkan


dalam Hukum Islam
Operasi plastik yang dilakukan dengan
tujuan untuk pengobatan, sesuai dengan
sebuah hadist yang menganjurkan agar
kamu sekalian berobat, karena Allah tidak
akan merubah nasib seseorang, kecuali dia
mau berusaha dan berdoa
Berobatlah kamu wahai hamba-hamba
Allah SWT, karena sesungguhnya Allah
tidak meletakkan suatu penyakit kecuali
Dia
juga
meletakkan
obat
penyembuhannya, selain penyakit yang
satu, yaitu penyakit tua. (Hadist riwayat
Ahmad in hanbal, Al-Tirmidzi).
a. Operasi plastik yang dilakukan dalam
keadaan dlorurot, karena jika tidak
dilakukan operasi maka akan terjadi
efek lain yang lebih besar. Sesuai
dengan kaidah fiqih yaitu; Artinya:
Keadaan dlarurat itu membolehkan
(hal- hal) yang dilarang.
b. Operasi plastik yang dilakukan akan
membawa maslahat yang lebih besar
dari pada madlorotnya, sesuai dengan
kaidah
fiqih
yang
artinya:
Menghindari kerusakan didahulukan
atas menarik kemaslahatan.
c. Operasi Plastik yang Dilarang dalam
Hukum Islam.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa
Islam juga menetapkan hukum pelaksanaan
operasi plastik yang tidak diperbolehkan.
Adapun operasi plastik yang tidak
diperbolehkan dalam Islam adalah:
a. Operasi plastik yang dilakukan
berdasarkan hawa nafsu dan pamer,
karena apabila hal ini diperbolehkan
maka akan menimbulkan rasa angkuh
dan sombong, sehingga dia akan
beranggapan bahwa hidup itu hanya
sebagai tempat bersenang-senang
tanpa peduli dengan masalah yang
akan timbul selanjutnya, karena
masalah itu akan membawa kerusakan
pada
dirinya
sendiri.
Padahal
perbuatan tersebut dilarang oleh Allah
SWT yang tersebut dalam surat AlQashas ayat 77 yang artinya: Dan
carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah SWT kepadamu
(kebahagiaan) negeri akherat, dan

124

ISSN 2407-9189

janganlah
kamu
melupakan
kebahagiaanmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah SWT
telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah
SWT tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.
b. Operasi plastik yang dilakukan pada
orang yang telah sempurna bentuk
organ tubuhnya, karena hal ini sama
saja merubah ciptaan Allah SWT,
karena merubah bentuk yang telah
sempurna termasuk berhias dengan
perhiasan palsu sedangkan Allah
melarangnya,
karena
hal
itu
berbahaya dan merupakan kebiasaan
wanita-wanita kafir, sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surat Alahzab ayat 33 yang artinya: Dan
hendaklah kamu tetap dirumahmu dan
janganlah
kamu
berhias
dan
bertingkah laku seperti orang-orang
jahiliyah yang dahulu.

C. Metode Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah yuridis sosiologis yang
bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang pelaksanaan operasi plastik yang
berlaku di masyarakat berdasarkan hukum
yang berlaku dengan menganalisa masalahmasalah yang terjadi di masyarakat. Untuk
menunjang metode pendekatan ini, peraturanperaturan hukum yang digunakan antara lain
Al-quran, Al-Hadist, dan sumber ijtihad yaitu
Istihsan. Adapun bahan penelitian yang
dipergunakan adalah:
a. Data Primer, merupakan sumber data
empiris, dan data tersebut diperoleh
langsung
dari
lapangan.
Untuk
mendapatkan
data
primer
tersebut
menggunakan cara:
1. Observasi; metode observasi dalam
penelitian ini menggunakan observasi
sistematis yaitu observasi yang sudah
ditentukan
terlebih
dahulu
kerangkanya,
dimana
kerangka
tersebut memuat fakta-fakta yang
akan diobservasi menurut kategori
peneliti.

The 2nd University Research Coloquium 2015

2.

Interview atau Wawancara; dalam


wawancara ini menggunakan teknik
wawancara terpimpin yaitu tanya
jawab
yang
terarah
untuk
mengumpulkan
data-data
yang
relevan dengan pertanyaan sistematis,
agar mudah diolah kembali.
3. Kuisioner,
merupakan
teknik
pengumpulan data dengan cara
memberi daftar pertanyaan kepada
responden yang harus diisi sesuai
dengan pendapatnya. Pertanyaan
tersebut bersifat terbuka (opended
question). Tujuan
digunakannya
pertanyaan yang bersifat terbuka
adalah
agar
responden
dapat
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
secara
bebas
sesuai
dengan
pengetahuan
responden
yang
berhubungan dengan masalah operasi
plastik baik ditinjau secara umum/
secara medis maupun ditinjau dari
segi hukum Islam.
b. Data Sekunder
Data sekunder dapat diartikan
sebagai data yang diperoleh dalam bentuk
yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan
diolah oleh pihak lain, biasanya sudah
dalam bentuk publikasi, informasi dalam
bentuk ketentuan formal maupun data
melalui naskah-naskah resmi. Di samping
itu data sekunder merupakan studi pustaka
yang bersumber pada literatur yang
berkaitan guna mendapat landasan teoritis.
Spesifikasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian diskriptif
analitis, yaitu menggambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta atau suatu kejadian. Di
samping itu penelitian diskriptif juga
dimaksudkan
untuk
menuturkan
pemecahan masalah yang ada berdasarkan
data-data dari hasil penelitian. Kemudian
setelah semua data terkumpul dilakukan
analisa.
Populasi adalah sejumlah manusia
atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau
karakteristik yang sama. Adapun sampling
adalah sejumlah manusia atau unit yang
menjadi bagian dari populasi; karena
besarnya populasi maka diperlukan
sebagian dari anggota populasi untuk
dijadikan sebagai sampel. Pengambilan

ISSN 2407-9189

sampel dalam penelitian ini menggunakan


teknik non random sampling yaitu suatu
proses
penarikan
sampel
untuk
memperoleh suatu jumlah tertentu dari
unsur-unsur yang diinginkan dengan cara
memilih unsur-unsur yang memiliki ciriciri tertentu yang sesuai dengan masalah
yang diteliti.
Penelitian sampel sering dipilih
karena dapat dilakukan lebih cepat dan
lebih murah karena sampel lebih kecil dari
populasi,
maka
pengumpulan
dan
pengolahan data dapat dilakukan lebih
cepat serta dengan biaya yang lebih
rendah,
juga
dikarenakan
dengan
penelitian sampel akan menghasilkan hasil
yang komprehensif dan akurat. Adapun
responden dalam penelitian ini adalah:
a. Tenaga Medis; maksudnya adalah
dokter,
akan
tetapi
karena
banyaknya dokter, maka yang akan
dijadikan sebagai responden adalah
dokter spesialis bedah, dan dokter
spesialis bedah plastik.
b. Ulama, dalam penelitian ini penulis
mengambil dua ulama sebagai
responden.
c. Pelaku yang dijadikan responden
maksudnya adalah orang yang
melakukan operasi plastik, yaitu tiga
orang pelaku operasi plastik dengan
harapan sudah dapat mewakili
populasi.
Setelah semua data terkumpul
kemudian diolah; dalam pengolahan data
tersebut diseleksi atas dasar realibilitas dan
validitasnya. Data yang tidak akurat
dibuang/ tidak dipakai, sedangkan data
yang kurang lengkap dapat dibuang atau
dilengkapi dengan cara editing. Fungsi
editing ini dimaksudkan agar lebih mudah
dalam penyusunan hasil data yang ada dan
dapat dibaca secara mudah dalam
penyajian.
Metode
analisis
data
yang
digunakan adalah metode kualitatif yang
bertujuan
untuk
mengungkapkan
kebenaran tingkah laku nyata dan untuk
memahami gejala-gejala yang timbul agar
nantinya dapat diambil suatu kesimpulan
dari data hasil observasi.

125

The 2nd University Research Coloquium 2015

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Kajian Hukum Islam Terhadap
Pelaksanaan OperasiPlastik
Pandangan Hukum Islam terhadap
pelaksanaan operasi plastik, para
responden mempunyai pandangan yang
berbeda. Pendapat yang pertama
mengatakan bahwa pelaksanaan operasi
plastik
yang
bertujuan
untuk
mengembalikan fungsi organ tubuh yang
rusak (cacat), baik cacat bawaan atau
sejak lahir maupun cacat yang
diakibatkan karena kecelakaan atau
karena suatu penyakit tertentu yang
didasarkan atas pengobatan dan keadaan
dlorurot
dalam
Hukum
Islam
diperbolehkan; hal ini sesuai dengan
Hadist Nabi Muhammad SAW riwayat
Ahmad in hanbal, Al-Tirmidzi. Akan
tetapi jika operasi plastik yang bertujuan
untuk memperindah bentuk organ tubuh
yang sempurna (normal) agar kelihatan
lebih bagus dan lebih menarik, dan bukan
untuk menambah syukur kepada Allah
SWT, maka Islam melarangnya bahkan
mengharamkannya. Pendapat dari para
responden tersebut sesuai dengan firman
Allah SWT surat Al-Qashas ayat 77 dan
surat Al-ahzab ayat 33.
Pendapat yang kedua, mengatakan
bahwa semua pelaksanaan operasi
plastik, baik terhadap organ tubuh yang
cacat maupun terhadap organ tubuh yang
sempurna (normal) adalah boleh, karena
bertujuan untuk memperbaiki bentuk
organ tubuh agar menjadi kelihatan lebih
bagus dan menarik dari pada keadaan
semula.
Berdasarkan pendapat dari para
responden tersebut, penulis lebih setuju
dengan pendapat yang pertama, karena
operasi plastik yang bertujuan untuk
mengembalikan fungsi organ tubuh yang
rusak (cacat) yang didasarkan pada
pengobatan dan keadaan dlorurot serta
untuk mengurangi beban mental bagi
orang
yang
menderita
cacat,
diperbolehkan di dalam Islam, sesuai
dengan Hadist Nabi Muhammad SAW
yang artinya: Berobatlah kamu wahai
hamba-hamba
Allah,
karena
sesungguhnya
Allah
SWT
tidak

126

ISSN 2407-9189

meletakkan suatu penyakit, kecuali Dia


juga meletakkan obat penyembuhanya.
Hal ini juga sesuai dengan kaidah fiqih
yang menyatakan bahwa: Keadaan
dlorurot membolehkan (hal-hal) yang
dilarang.
Adapun
pelaksanaan
operasi
plastik
yang
bertujuan
untuk
memperbaiki (memperindah) bentuk
organ tubuh yang sempurna (normal)
agar kelihatan lebih bagus dan menarik,
maka Islam melarangnya, karena hal ini
termasuk tindakan merubah ciptaan Allah
SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT dalam Al-quran Surat An-nisa
ayat 119 yang artinya adalah:
Saya
benar-benar
akan
menyesatkan
mereka,
dan
akan
membangkitkan angan-angan kosong
pada mereka dan saya suruh mereka
(merubah ciptaan Allah SWT), lalu
benar-benar mereka merubahnya.Barang
siapa menjadikan syaitan pelindung
selain Allah SWT, maka sesungguhnya ia
menderita kerugian yang nyata.
Sesungguhnya Allah SWT telah
menciptakan manusia dalam sebaik-baik
bentuk. Hal ini sesuai firman Allah SWT
dalam Al-quran surat At-tiin ayat 4,
yang artinya: Sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.
Pendapat yang kedua tersebut,
yang
mengatakan
bahwa
semua
pelaksanaan
operasi
plastik
diperbolehkan, baik untuk memperbaiki
bentuk organ tubuh yang cacat maupun
organ tubuh yang sempurna (normal)
agar menjadi lebih bagus dan menarik,
penulis menganggap hal tersebut
menyimpang dari Hukum Islam, karena
bertentangan dengan perintah Allah
SWT, yang melarang manusia untuk
merubah dan merusak ciptaan-Nya. Hal
ini telah disebutkan dalam firman Allah
SWT dalam Alquran surat Al-qashas
ayat 77 yang artinya:
Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah SWT kepadamu
(kebahagiaan) negeri akherat dan
janganlah
kamu
merupakan
kebahagiaanmu (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain)

The 2nd University Research Coloquium 2015

sebagaimana Allah SWT telah berbuat


baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya
Allah
SWT
tidak
menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.
2. Faktor-faktor Penyebab Dilakukannya
Operasi Plastik
Menurut para responden bahwa
kelainan-kelainan atau cacat yang
terdapat pada organ tubuh merupakan
faktor utama penyebab pelaksanaan
operasi
plastik,
karena
untuk
memperbaiki dan menyempurnakan
bentuk organ tubuh tersebut agar dapat
berfungsi secara normal, dan untuk
menyembuhkan suatu penyakit yang
diderita oleh si pasien agar dapat
mempertahankan hidup.
Penulis sependapat dengan para
responden
bahwa
faktor
utama
dilakukannya operasi plastik karena
adanya kelainan atau cacat yang terdapat
pada organ tubuh. Hal ini karena dengan
dilakukannya operasi plastik diharapkan
dapat menyempurnakan kembali organ
tubuh yang mengalami kelainan atau
rusak (cacat) agar dapat berfungsi secara
normal, di samping itu pelaksanaan
operasi diharapkan dapat menyembuhkan
penyakit yang diderita si pasien agar
dapat mempertahankan hidupnya dan
untuk mengurangi beban mental bagi
orang yang cacat. Ketentuan yang
mengatur hal tersebut adalah firman
Allah SWT dalam Al-quran surat Almaidah ayat 32 yang artinya: Barang
siapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah ia
memelihara
kehidupan
manusia
semuanya.
Sesungguhnya Allah SWT tidak
akan merubah nasib seseorang, kecuali
dengan usahanya sendiri. Hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Alquran surat An-najm ayat 39-41 yang
artinya: Dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa
yang
telah
diusahakannya
dan
bahwasannya usahanya itu kelak akan
diperlihatkan kepada-Nya.

ISSN 2407-9189

Menurut pendapat Anggun (pelaku


operasi plastik), bahwa faktor penyebab
pelaksanaan operasi plastik karena untuk
memperindah bentuk organ tubuh yang
sempurna (normal) agar kelihatan lebih
bagus dan lebih menarik. Responden
melakukan operasi plastik karena merasa
malu.
Penulis kurang setuju dengan yang
dilakukan Anggun, karena menurut
penulis hal tersebut merupakan tindakan
yang merubah ciptaan Allah SWT,
sedangkan Allah melarangnya. Hal ini
sesuai dengan Hadist Nabi SAW, dari
Ibnu Masud Ra, bahwa Rasulullah SAW
bersada: Allah SWT telah melaknat
wanita yang membuat tahi lalat palsu dan
yang meminta dibuatkan dan yang
memotong alisnya, memanggur giginya,
serta yang membuat-buat kecantikan
dengan merubah ciptaan Allah SWT.
(HR Bukhari Muslim)
3. Maslahah dan Madlorot Pelaksanaan
Operasi Plastik
Maslahah
dan
madlorot
pelaksanaan operasi plastik pada
prinsipnya menurut para responden
(pelaku), adalah sama yaitu bahwa
maslahah dari pelaksanaan operasi
plastik
adalah
memperbaiki
dan
menyempurnakan bentuk organ tubuh
yang rusak (cacat) agar dapat berfungsi
secara
normal,
sehingga
dapat
mengurangi beban mental yang diderita
bagi orang yang cacat. Adapun
madlorotnya
adalah
pendarahan,
meskipun terjadinya pendarahan amat
kecil, pembengkakan dan rasa nyeri
setelah dilakukan operasi, pada bekas
jahitan akan kelihatan tampak warna
hitam, dan apabila operasinya tidak
berhasil dapat mengakibatkan dampak
yang lebih serius bahkan dapat
menimbulkan kematian.
Penulis kurang setuju dengan
dilakukannya operasi plastik yang
bertujuan untuk memperindah bentuk
organ tubuh yang sudah sempurna
(normal) agar berubah bentuk menjadi
lebih indah dan menarik, meskipun ada
manfaatnya, kecuali terhadap orang yang

127

The 2nd University Research Coloquium 2015

mengalami cacat, baik cacat bawaan


sejak lahir maupun cacat akibat
kecelakaan dan akibat suatu penyakit,
karena jika tidak dilakukan operasi akan
membahayakan jiwa/ raga si penderita.
Perlu dipahami bahwa setiap
orang harus sudah merasa puas dengan
bentuk tubuh mereka, karena bentuk
tubuh manusia adalah pemberian dari
Allah
SWT.
Bagi
orang
yang
penampilanya kurang menarik tidak perlu
sedih dan khawatir, karena Allah SWT
Maha Adil, di dunia ini tidak ada orang
yang sempurna, setiap orang mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
Hasil dari penelitian ini,
setelah dicermati ternyata madlorotnya
lebih besar dari pada maslahahnya. Jadi
menurut panulis seharusnya operasi
plastik merupakan pilihan terakhir
setelah beberapa usaha lainya mengalami
kegagalan. Orang yang tidak cacat
seharusnya bersyukur kepada Allah SWT
atas nikmat yang telah diberikan-Nya.
Mereka harus selalu ingat bahwa
penampilan bukanlah yang paling
penting, karena operasi plastik tidak
selalu membuat orang menjadi lebih
cantik dan rupawan, karena banyak juga
yang mengalami kegagalan dari pada
keberhasilannya. Jika berhasil, juga tidak
akan bertahan lama. Jadi sebaiknya bagi
orang yang telah sempurna (normal)
bentuk organ tubuhnya janganlah
melakukan operasi, tetapi bagi orang
yang cacat sebaiknya cepat melakukan
operasi karena hal tersebut dapat
membahayakan dirinya, yang di dalam
kaidah
fiqih
disebutkan
bahwa:
Menghindari kerusakan, didahulukan
atas menarikkemaslahatan.

E. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:

1. Faktor penyebab dilakukannya operasi


plastik adalah adanya keinginan untuk
menghilangkan kelainan-kelainan (cacat)
pada organ tubuh tertentu agar dapat
berfungsi secara normal kembali. Selain

128

ISSN 2407-9189

itu, faktor penyebab dilakukannya


operasi plastik di dalam perkembangan
ilmu kedokteran (spesialis bedah/ bedah
plastik) yaitu adanya keinginan untuk
memperindah bentuk organ tubuh yang
sempurna (normal) agar kelihatan lebih
menarik.
2. Manfaat operasi plastik yaitu:
a. Dapat menormalkan kembali organ
tubuh yang telah rusak (cacat).
b. Dapat
memperbaiki
dan
menyempurnakan bentuk organ tubuh
agar kelihatan lebih bagus.
c. Dapat mengurangi beban mental dan
terlepas dari bahaya bagi penderita
yang cacat.
3. Efek samping operasi plastik adalah
a. Dapat mengakibatkan pendarahan.
b. Dapat menimbulkan pembengkakan
dan rasa nyeri pada bagian yang telah
dioperasi.
c. Orang yang telah melakukan operasi
plastik tidak akan pernah merasa puas,
karena selalu ingin untuk melakukan
bedah plastik kembali.
d. Operasi plastik tidak bisa bertahan
lama, karena setiap orang pasti akan
mengalami proses penuaan.
e. Pada bekas jahitan operasi plastik
akan tampak zat keloin (warna hitam).
4. Hukum
Islam
memperbolehkan
dilakukannya operasi plastik yang
bertujuan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan bentuk organ tubuh
yang (rusak) cacat agar dapat berfungsi
secara normal kembali, karena jika tidak
dilakukan operasi dapat mengakibatkan
dampak negatif yang serius. Akan tetapi
Hukum Islam secara tegas melarang
bahkan mengharamkan operasi plastik
yang bertujuan untuk memperindah
bentuk organ tubuh yang sempurna
(normal) agar kelihatan lebih menarik,
karena hal itu termasuk perbuatan
merubah ciptaan Allah SWT.

The 2nd University Research Coloquium 2015

ISSN 2407-9189

F. Daftar Pustaka
Bambang, Sunggono, Metodologi Penelitaan
hukum, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1996
Barbara, C, Long, Perawatan Medical Bedah,
Bandung : Yayasan Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, 1996
David C. Sabiston, Buku Ajar Bedah Bagian I,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 1995\
Khamal, Muchtar, Ushul Fiqh, Jakarta : Dana
Bakti Wakaf, 1995
Kartini, Kartono, Pengantar Metodologi Riset
Sosial, Bandung : Mandar Maju,
1996
Mair, M.Jenkins, Plastic Surgery Nursing,
London : Macmiland Co LTD, 1988
M. Ali, Hasan, Masail Fiqhiyah, Al-Haditsah,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2003
Muhammad, Hasbi, Ash Siddiqieay, Pokok
Pokok Pegangan Imam Madzhab,
Semarang : PT Pustaka Rizki Putra,
1997
Mustofa & abdul Wahid, Hukum Islam
Kontemporer,
Jakarta,
Sinar
Grafika, 2009
Nazar, Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada, 2003
Peter, Atlas Bedah Plastik, Jakarta : Buku
Kedokteran EGC , 1993
Z. Fuad, Hasbi Ash Siddiqeay, Filsafat
Hukum Islam, Semarang : Pustaka
Rizki, 1999

129

Anda mungkin juga menyukai