Anda di halaman 1dari 166

MODUL

Topik 1
Asuhan kebidanan pada
persalinan

Topik 2
Asuhan kebidanan
pada mekanisme
persalinan

Topik 3
Adaptasi fisiologi dan
psikologi pada ibu
bersalin kala I dan II

Topik 4
Adaptasi fisiologi dan
psikologi pada ibu
bersalin kala III dan
IV

Topik 5
Asuhan kebidanan
ADINDA MUTIARA
pada ibu bersalin kala
(P07524419002)
I
Kelas DIV 3A
Topik 6
Asuhan kebidanan
pada ibu bersalin kala
II

Topik 7
Asuhan kebidanan
pada ibu bersalin kala
II (Amniotomi dan POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
Episiotomi)
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
MEDAN
Dosen Pengampu :
Julietta Hutabarat,
SST,M.Keb
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya modul ini.Ucapan terimakasih tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak
maupun elemen yang mendukung baik dari moril maupun materi isi modul sehingga modul ini
dapat terselesaikan.

Penulis sangat berharap semoga dengan adanya modul ini penulis dapat memberikan
sedikit gambaran dan memperluas wawasan ilmu yang kita miliki. Penulis juga berusaha
menyajikan dengan bahasa yang sederhana agar mudah dimengerti.

Walaupun demikian penulis sebagai manusia biasa tidak lepas dari kesalahan dan
kehkhilafan. Untuk itu bila ada kutipan yang salah, kritik dan saran untuk penyempurnaan
modul ini sangat kami harapkan. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terimakasih, dan
semoga modul ini memberi manfaat dan menambah pengetahuan.

Medan, Januari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

K a t a P e n g a n t a r ............................................................................................................i
D a f t a r I s i .......................................................................................................................i i
Topik 1
Asuhan kebidanan pada persalinan …………………………………………..5
Ringkasan…………………………………………………………………………5
Rangkuman ………………………………………………………………………17

Topik 2
Asuhan kebidanan pada mekanisme persalinan………………………..18
Ringkasan …………………………………………………………………………18
Rangkuman………………………………………………………………………..

Topik 3
Adaptasi fisiologi dan psikologi pada ibu bersalin kala I dan II…53
Ringkasan ……………………………………………………………………….53
Rangkuman………………………………………………………………………69

Topik 4
Adaptasi fisiologi dan psikologi pada ibu bersalin kala III dan IV.. 70
Ringkasan …………………………………………………………………………. 70
Rangkuman…………………………………………………………………………76

Topik 5
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala I…………………………… 77
Ringkasan ………………………………………………………………………...77
Rangkuman………………………………………………………………………..99

Topik 6
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala II………………………….. 101
Ringkasan …………………………………………………………………………101
Rangkuman………………………………………………………………………..122
Topik 7
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala II
(Amniotomi dan Episiotomi)………………………………………………… 124
Ringkasan ……………………………………………………………………………..124
Rangkuman…………………………………………………………………………….141

Soal Latihan …………………………………………………………………….142


Jawaban…………………………………………………………………………..148
Daftar Pustaka ………………………………………………………………….149

4
Topik 1
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN

A. PENGERTIAN PERSALINAN

Persalinan diartikan sebagai proses pengeluaran hasil konsepsi atau yang biasa kita sebut
sebagai janin atau kandungan. Umumnya, seorang ibu akan merasa bahagia dan senang sebelum
proses persalinan setelah penantian panjang. Sebagian akan merasa takut dan gelisah, baik
senang maupun gelisah hal tersebut merupakan hal yang normal setelah seorang ibu
mengandung 9 bulan.

Menurut Depkes RI (2008) persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput


ketuban keluar dari uterus ibu persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Proses persalinan juga menjadi proses yang melelahkan, baik bagi sang ibu maupun sang
ayah karena diperlukan kesabaran dalam menjalani prosesnya. Ada banyak hal yang harus
diketahui dan dilakukan untuk memastikan bahwa sang ibu dan si kecil berada dalam kondisi
sehat sebelum dan setelah persalinan. Tak hanya itu saja, metode persalinan juga harus diketahui
agar ibu bisa mempersiapkan segala hal dengan baik nantinya.

 
a. Metode Persalinan

Terdapat beberapa metode atau model persalinan yang bisa dilakukan ketika seorang ibu sudah
siap untuk menjalani proses persalinan. Umumnya, metode persalinan yang biasa dilakukan
adalah lotus birth, water birth, vaginal birth, gentle birth, dan juga caesar.  

b. Tahapan Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 sm. Kala I
dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga kala pengeluaran, oleh karena kekuatan
his dan kekuatan mengedan, janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga
kala urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya
plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan
post partum.

1. Kala I Persalinan

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu masih
dapat berjalan-jalan. Klinis dinyatakan mulai terjadi partus jika timbul his dan ibu mengeluarkan
lendir yang bersemu darah (bloody show).

Proses ini berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu :

- fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dan


- fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm.

Dalam fase aktif masih dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu:

 fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm;


 fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm; dan
 fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.

2. Kala II (Pengeluaran)

6
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung jam
pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan
cepat kurang lebih 2-3 menit sekali.

3. Kala III (Pelepasan Uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari
30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya.

4. Kala IV (Observasi)

Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang harus
dilakukan pada Kala IV adalah:

1. Tingkat kesadaran ibu


2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernapasan
3. Kontraksi uterus
4. Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak
melebihi 500 cc 
 
B. TUJUAN ASUHAN PERSALINAN

Salah satu bagian dari pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan ibu hamil dan persalinan yang sehat. untuk itu diperlukan pemeliharaan dan
pelayanan kesehatan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak
selama kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

Persalinan seorang ibu yang ideal adalah  persalinan normal yang merupakan cara terbaik
untuk melahirkan si buah hati ke dunia, dimana resiko dan efek yang dihasilkan sangat minim
bahkan mungkin tidak ada. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan yang cukup bulan ( 37 – 42 minggu), yang lahir secara spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam tanpa komplikasi pada ibu maupun
janinnya dan untuk menuju pada persalinan normal, seorang ibu membutuhan pengasuhan yang
baik dari orang yang memahami kesehatan ibu dan anak. Pola pengasuhan ibu hamil menuju
persalinan normal sering disebut Asuhan Persalinan Normal (APN).  Asuhan Persalinan Normal
(APN) adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala
satu sampai dengan kala empat dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca
persalinan, hipotermi serta asfiksia pada bayi baru lahir.

Tujuan daripada asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajad kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan persalinan yang adekuat sesuai
dengan tahapan persalinan sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada
tingkat yang optimal.

Tujuan Asuhan Persalinan Normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi dan
lengkap dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan tetap terjaga.

C. TEORI PENYEBAB PERSALINAN

Macam-macam teori dan penyebab terjadinya persalinan. Sebab terjadinya persalinan sampai
kini masih merupakan teori – teori yang kompleks. Faktor faktor humoral, pengaruh
prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi di sebut sebagai
faktor – faktor yang mengakibatkan persalinan mulai.

     Menurut Wiknjosastro (2006) mulai dan berlangsungnya persalinan, antara lain :

 Teoripenurunanhormon

            Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi kira – kira 1 – 2 minggu
sebelum         partus dimulai. Progesterone bekerja sebagai penenang bagi otot – otot uterus dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesterone
turun.

 Teoriplasentamenjaditua

            Villi korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga kadar estrogen dan


progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.

 Teoriberkurangnyanutrisi pada janin

8
            Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di keluarkan.

 Teoridistensirahim

            Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan
iskemia otot – otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat menggangu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta menjadi degenerasi.

 Teoriiritasimekanik

            Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di belakang


serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus akan timbul.

 Induksipartus (induction of labour)

                 Partus dapat di timbulkan dengan jalan :

o Gaganglaminaria :beberapa laminaria di masukkan dalam


kanalisservikalisdengantujuanmerangsangpleksusfrankenhauser.
o Amniotomi :pemecahanketuban.
o Oksitosindrips :pemberianoksitosinmenuruttetesan infuse.

Selain itu berikut beberapa teori yang menjadi penyebab mula persalinan, yaitu: penurunan
kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin.

Beberapa teori yang menyebabkan mulainya persalinan adalah sebagai berikut :

1. Penurunan Kadar Progesteron

Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan


kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan
estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul
his. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi
progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone
tertentu.

2. Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan estrogen
dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan
meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat
tanda-tanda persalinan.

3. Keregangan Otot-otot

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas
tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan
Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, majunya kehamilan makin teregang otot-
otot dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi
setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.

4. Pengaruh Janin

Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan karena pada
anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak terbentuk hipotalamus.
Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan induksi (mulainya )
persalinan.

5. Teori Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh
desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan
persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air
ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.

D. TANDA-TANDA PERSALINAN

Tanda-tanda persalinan yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :

10
a. Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan
yang mempunyai sifat sebagai berikut :

1. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.


2. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin besar
4. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan
serviks.

b. Penipisan dan pembukaan servix

Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai
tanda pemula.

c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit
darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah
segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.

d. Premature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi
akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan
lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat
sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang
selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai
dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.

e. Rasa sakit atau nyeri

Ini juga merupakan tanda-tanda melahirkan sudah dekat. Sebelum melahirkan, ibu hamil
mungkin akan merasakan nyeri atau kram pada punggung, perut, atau kram layaknya nyeri yang
dirasakan saat mendekati masa menstruasi, tetapi lebih sakit.
f. Kontraksi palsu

Kontraksi ini biasa disebut kontraksi Braxton-Hicks atau pengencangan perut yang datang dan
pergi. Umumnya kontraksi ini berlangsung 30–120 detik, tidak terjadi dengan beraturan, dan
dapat hilang ketika ibu hamil berpindah posisi atau rileks.

Selain itu, kontraksi palsu biasanya hanya terasa di daerah perut atau panggul, sementara
kontraksi sungguhan biasanya terasa di bagian bawah punggung kemudian berpindah ke bagian
depan perut.

Sebenarnya kontraksi Braxton-Hicks sudah bisa dirasakan sejak usia kehamilan 16 minggu, tapi


kontraksi ini akan terasa lebih kuat dan lebih sering ketika mendekati masa melahirkan.

Hal yang Perlu Dipersiapkan Saat Mendekati Masa Persalinan

Ketika memasuki bulan ke-9 kehamilan, sebaiknya Bumil sudah menyiapkan


segala perlengkapan yang dibutuhkan selama persalinan. Jadi, saat air ketuban pecah atau terjadi
kontraksi, Bumil bisa langsung bergegas ke rumah sakit sambal membawa perlengkapan
tersebut.

Perlengkapan yang perlu Bumil bawa meliputi:

 Tas berisi pakaian dan peralatan mandi


 Perlengkapan bayi
 Makanan ringan
 Bantal dan selimut yang nyaman
 Buku, majalah, atau barang lain yang bisa menemani Bumil menunggu persalinan
 Kamera video dengan baterai yang telah terisi penuh beserta charger, jika Bumil ingin
mengabadikan momen melahirkan

Selain perlengkapan melahirkan, Bumil juga sudah harus memastikan siapa yang akan
mendampingi Bumil selama persalinan. Bumil bisa memilih suami, orang tua, saudara, atau
teman. Pastikan mereka siap menemani Bumil saat persalinan dimulai.

Mengetahui tanda-tanda melahirkan sangat penting bagi para calon ibu, terutama yang
berencana melahirkan secara normal, karena waktu melahirkan tidak dapat diatur dan tidak

12
selalu sesuai dengan prediksi. Dengan begitu, Bumil bisa lebih siap dalam menghadapi
persalinan.

Namun, jika Bumil tidak merasakan tanda-tanda melahirkan meskipun sudah melewati tanggal
prediksi, segera periksakan diri ke dokter agar dapat ditentukan apakah persalinan perlu segera
dilakukan atau tidak.

E. 5 BENANG MERAH

Bidan merupakan tenaga kesehatan bertugas di kamar bersalin, Pelatihan Asuhan


Persalinan Normal (APN) merupakan pelatihan pertolongan persalinan bersih dan aman
dengan memperhatikan lima aspek (yang dikenal dengan istilah 5 Benang Merah),
membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu, Praktek pencegahan infeksi, Manfaat dan
cara pencacatan medik asuhan persalinan, Membuat rujukan .

Lima Benang Merah dalam Persalinan


1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan meerupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah
dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan ini harus akurat,
komprehensif dan aman baik pasien dan keluarganya maupun petusa yang memberi
pertolongan. Membuat keputusan klinik merupakan serangkaian proses dan metode yang
sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta di padukan
dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti (evidence based), ketrampilan yang
di kembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan dinperlukan dalam upaya untuk
menyelesaikan masalah yang berfokus pada pasien (Varney, 2002).

Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :


a. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan Semua pihak yang
terlibat mempunyai peranan penting dalam setiap langkah pembuatan keputusan klinik.
Validitas dan akurasi data akan sangat membantu pemberi layanan untuk melakukan
analisis dan pada akhirnya, membuat keputusan klinik yan tepat. Data subyektif adalah
infomasi yang di ceritakan ibu tentang apa yang di rasakanya apa yang sedang di alami dan
telah di alaminya ditambahi informasi dari pihak keluarga. Data Obyektif adalah informasi
yang di kumpulkan berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengamatan terhadap ibu.
b. Menginterpresetasikan data dan mengidentifikasi masalah
Setelah data di kumpulkan penolong persalinan melakukan analisis untuk membuat alur
algoritma suatu dignosa.Diagnosis di buat sesuai dengan istilah atau nomenklatur spesifik
kebidanan yang mengacu pada data utama, analisis data subyektif dan obyektif yang di
peroleh. Diagnosa menunjukan variasi kondisi yang berkisar di antara normal dan
patologis. Diagnosa di kaji secara langsung berdasarkan waktu, pengamatan, dan
pengumpulan data secara terus menerus

c. Menetapkan diagnosa kerja atau merumuskan masalah


Proses membuat pilihan definitif setelah pertimbangkan berbagai pilihan lain dengan
kondisi yang hampir sama. Membuat satu diagnosis kerja diantara berbagai dignosis
banding. Rumusan masalah mungkin saja terkait langsung maupun tidak langsung terhadap
dignosis kerja tapi dapat juga masalah utama yang saling terkait dengan berbagai masalah
penyerta atau berbagai faktor lain yang konstribusi dalam terjadinya masalah utama.

d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah


Bidan tidak hanya terampil membuat diagnosa bagi pasien yang di layani tetapi juga harus
mampu mendeteksi setiap situasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan
bayinya. Untuk mengenali situasi tersebut, para bidan harus pandai membaca situasi klinik
dan budaya masyarakat setempat sehingga mereka tanggap dalam mengenali kebutuhan
terhadap tindakan segera sebagai langkah penyelamatan bagi ibu dan bayinya jiak suatu
gawat darurat terjadi selama atau setelah menolong persalinan.
e. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah
Upaya ini di kenal sebagi kesiapan menghadapi persalinan dan tanggap terhadap
komplikasi yang mungkin terjadi (birth preparations and complacation readines), sehingga
bidan mampu melakukan deteksi dini jika ada gangguan atau penyulit dalam persalinan.

f. Melaksanakan asuhan / intervensi terpilih


Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin di buat kajian data obyektif dan
subyektif, identifikasi kebutuhan dan kesiapan asuhan atau intervensi efekstif dan
mengukur sumber daya atau kemampuan yang di miliki. Semua di lakukan agar ibu
bersalin dapat di tangani secara baik, terlindungi dari masalah atau penyulit yang dapat
menganngu upaya untuk menolong pasien, hasil pelayanan, kenyamanan dan keselamatan
ibu dan bayinya.

14
g. Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intrevensi
Rencana kerja yang telah di kerjakan, akan di evaluasi untuk menilai tingkat
efektivitasnya. Proses pengumpulan data, membuat diagnosis, memilih intervensi, menilai
kemampuan diri, melaksanakan asuhan dan evaluasi. Asuhan yang efektif apabila masalah
yang di hadapi dapat diselesaikan atau membawa dampak yang menguntungkan terhadap
diagnosis yang telah di tegakan. Asuhan atau intervensi di anggap membawa dampak
menguntungkan terhadap diagnosis yang telah di tegakan. Bila asuhan atau intevensi tidak
membawa hasil atau dampak seperti yang di harapkan maka sebaiknya di lakukan kajian
ulang dan penyusunan kembali rencana asuhan sehingga pada akhirnya dapat memberi
dampak seperti yang di harapkan.

2. Asuhan sayang Ibu


Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang mengahargai budaya, kepercayaan, keinginan ibu.
Prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa
jika para ibu di berikan dukungan saat proses persalinan dan mengetahui dengan baik
bagaimana proses persalinan serta asuhan yang akan di berikan, maka mereka meraskan
rasa nyaman (Enkin, Et al, 2000).
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
a. Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai dengan
martabatnya
b. Jelaskan asuhan mulai proses dan asuhan yang akan di berikan
c. Jelaskan Proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuwatirnya
e. Dengarkan dan tanggapi rasa takut dan kekawatiran ibu
f. Berikan dukungan dan besarkan hatinya dan tetramkan hati ibu beserta keluarganya
g. Anjurkan ibu di temani suami atau kelurganya
h. Ajarkan kepada suami atau keluarga mengenai cara - cara bagaimana mereka dapat
mengurangi rasa nyeri dan memberikan dukungan saat menjelang persalinanya
i. Secara konsisten lakukan praktek - praktek yang dapat mencegah infeksi
j. Hargai privaci Ibu
k. Anjurkan ibu untuk melakukan berbagai macam posisi saat persalinan
l. Anjurkan ibu untuk makan minum selama dalam proses persalinan
m. Hargai dan perbolehkan praktik tradisional yang tidak merugikan pasien
n. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segara mungkin.
o. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah persalinan
p. Siapkan rencana rujukan (jika perlu)
q. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan

3. Praktek Pencegahan infeksi


Tindakan pencegahan infeski tidak terpisahkan dari komponen komponen lain dalam
asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi, tindakan ini harus di siapkan di semua aspek
asuhan untuk melindungi ibu dan bayi, keluarga dan petugas. Sehingga dalam tatalaksana
asuhan persalinan salah satunya mengacu pada tata laksana pencegahan infeksi yang baik.
Definisi prosedur yang digunakan dalam pencegahn infeksi :
a. Asepsis atau tindakan aseptik Semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Tehnik aseptik
membuat prosedur lebih aman untuk ibu, bayi baru lahir dan petugas dengan cara
menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh mikroorganisme pada kulit, jaringan
hingga tingkat aman.
b. Antisepsis Mengacu pada pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
c. Dekontaminasi Tindakan yang di lakukan untuk memastikan petugas kesehatan dapat
secara aman menangani berbagai benda yang terkontaminasi darah/ cairan tubuh. Peralatan
medis, jaringan dan instrumen harus segara di dekontaminasi setelah terpapar darah atau
cairan tubuh.
d. Mencuci dan membilas Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan semua noda
darah, caiaran tubuh atau benda asing.
e. Desinfeksi Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab yang mencermari benda mati atau instrument.
f. Desinfeksi Tingkat Tinggi Tindakan yang di lakukan untuk menghilangkan hampir
semua dan atau instrumen.
g. Sterilisasi Tindakan yang dilkukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
termasuk endospora bakteri dari benda mati.

4. Manfaat dan cara pencacatan medik asuhan persalinan

16
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena
memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang di
berikan selama proses persalinan. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk
menganlisa data yang telah di kumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu
diagnosis dan membuat rencana asuhan.

5. Melakukan rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang
memiliki sarana lebih lengkap diharapkan dapat memberikan asuhan yang lebih tepat.

RANGKUMAN
 Persalinan diartikan sebagai proses pengeluaran hasil konsepsi atau yang biasa kita sebut
sebagai janin atau kandungan. Umumnya, seorang ibu akan merasa bahagia dan senang
sebelum proses persalinan setelah penantian panjang. Sebagian akan merasa takut dan
gelisah, baik senang maupun gelisah hal tersebut merupakan hal yang normal setelah
seorang ibu mengandung 9 bulan.
 Menurut Depkes RI (2008) persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
 Tujuan daripada asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya
yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan
persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga prinsip keamanan
dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
 Beberapateori yang menjadi penyebab mula persalinan, yaitu:
 Penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan
teori prostaglandin.

 Tanda-tanda persalinan yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :

a. Timbulnya kontraksi uterus


b. Penipisan dan pembukaan servix
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
d. Premature Rupture of Membrane
e. Rasa sakit atau nyeri
f. Kontraksi palsu
 Bidan merupakan tenaga kesehatan bertugas di kamar bersalin, Pelatihan Asuhan
Persalinan Normal (APN) merupakan pelatihan pertolongan persalinan bersih dan
aman dengan memperhatikan lima aspek (yang dikenaldengan istilah 5 Benang
Merah), membuat keputusan klinik, asuhansayang ibu, Praktek pencegahan
infeksi, Manfaat dan cara pencacatan medic asuhan persalinan, Membuat rujukan .

Topik 2
Asuha n ke bi da na n pa da m eka ni sme pe rsa li na n

Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :

1. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan


yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001).
2. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali
dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai
dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan
berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).
3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002).
4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Prawirohardjo, 2002).

A. Mekanisme Persalinan Normal

Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut.

1. Masuknya kepala janin dalam PAP


a. Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada bulan
terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan.

18
b. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintangmenyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila dalam palpasi
didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/ posisi
jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis melintang ke
kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.
c. Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka masuknya kepala
akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang terkecil dari PAP
d. Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di antara
symphysis dan promontorium, maka dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada
posisi synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.
e. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke belakang
mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi ”asynclitismus”
f. Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis dan os
parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.
g. Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang
h. Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior ringan.
Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan engagement.

Gambar A. Synclitismus

Gambar B. Asynclitismus Anterior


Gambar C. Asynclitismus Posterior

2. Majunya Kepala janin


a. Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan biasanya baru mulai pada kala II
b. Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul
terjadi bersamaan.
c. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu: fleksi,
putaran paksi dalam, dan ekstensi
d. Majunya kepala disebabkan karena:
1) Tekanan cairan intrauterin
2) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
3) Kekuatan mengejan
4) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim

3. Fleksi
a. Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil yaitu
dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan suboccipito frontalis
(11 cm)
b. Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau dasar panggul
c. Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena momement yang
menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang menimbulkan defleksi
d. Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal. Kepala turun
menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan
e. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin yang disebabkan
oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran
paksi dalam.

20
Gambar. Kepala Fleksi

4. Putaran paksi dalam


a. Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis
b. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian ini akan memutar ke depan ke bawah symphisis
c. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
d. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi setelah kepala
sampai di dasar panggul
e. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari kepala
2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah
depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan
kanan
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior
Gambar. Putaran paksi dalam

5. Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehinggankepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
b. Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul UUK
berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
c. Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin tampak.
Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
d. Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak
bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
e. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi
luar

6. Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah
ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul
b. Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya
c. Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke bawah dan satunya lagi
menolak ke atas karena adanya tahanan dasar panggul

22
d. Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka yang dapat maju
adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput

7. Putaran paksi luar


a. Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi,
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin.
b. Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
c. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang
dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada
dalam posisi depan belakang.
d. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu belakang,
kemudian bayi lahir seluruhnya.

Gambar. Gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar
Gambar. Kelahiran bahu depan kemudian bahu belakang

TAHAPAN PERSALINAN

A. Kala I

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam
dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.

a. Fase laten persalinan


- Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servix secara
bertahap
- Pembukaan servix kurang dari 4 cm
- Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
b. Fase aktif persalinan

Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi

- Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap


adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih
- Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam hingga
permbukaan lengkap (10 cm)
- Terjadi penurunan bagian terendah janin

a. Fisiologi Kala I
24
1. Uterus:
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke bawah
abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada
fundus. Selagi uterus kontraksi berkontraksi dan relaksasi memungkinkan kepala
janin masuk ke rongga pelvik.
2. Serviks

Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut:

- Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan


serviks. Panjang serviks pada akhir kehamilan normal berubah – ubah (beberapa mm
sampai 3 cm). Dengan mulainya persalinan panjangnya serviks berkurang secara teratur
sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sangat tipis ini disebut sebagai
menipis penuh
- Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks. Untuk mengukur
dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran centimeter dengan menggunakan jari tangan saat
peeriksaan dalam. Serviks dianggap membuka lengkap setelah mencapai diameter 10 cm
- Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah sedikit atau sedang
dari serviks

B. Kala II

Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi

Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:

1. Ibu ingin meneran

2. Perineum menonjol

3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka

4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.

6. Pembukaan lengkap (10 cm )


7. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5 jam

8. Pemantauan

a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus

b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya detak jantung bayi setelah
kontraksi

c) Kondisi ibu sebagai berikut:

Kemajuan persalinan Kondisi Kondisi Janin

TENAGA PASIEN PENUMPANG

Usaha mengedan Palpasi Periksa nadi dan tekanan Periksa detak jantung
kontraksi uterus darah selama 30 menit. janin setiap 15 menit
atau lebih sering
(kontrol tiap 10 menit ) Respons keseluruhan
dilakukan dengan makin
pada kala II:
- Frekuensi dekatnya kelahiran
- Lamanya - Keadaan dehidrasi
Penurunan presentasi dan
- Kekuatan - Perubahan sikap/perilaku
perubahan posisi
- Tingkat tenaga (yang
memiliki) Warna cairan tertentu

b. Fisiologi Kala II
1. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya tiap 2-3 menit
2. Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan kekuningkuningan
sekonyong-konyong dan banyak
3. Pasien mulai mengejan
4. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul, perineum
menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka
5. Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu his berhenti,
begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala membuka pintu”

26
6. Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa mundur
lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah symphisis disebut
“Kepala keluar pintu”
7. Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan mulut pada
commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada pinggir
depannya karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut
8. Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga kepala melintang,
vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak
keluar lendir dan cairan
9. Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh badan anak
dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir
10. Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban pecah,
kadang-kadnag bercampur darah
11. Lama kala II pada primi lebih kurang 50 menit pada multi lebih kurang 20 menit.

C. Kala III
 Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban
 Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
 Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta
 Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi
uterus dan mengurangi perdarahan
 Tanda-tanda pelepasan plasenta :
- Perubahan ukuran dan bentuk uterus
- Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah terlepas dari
Segmen Bawah Rahim
- Tali pusat memanjang
- Semburan darah tiba tiba

c. Fisiologi Kala III

Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus,
kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil. Pengurangan
dalam ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya
plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka
plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus.
Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat
melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah
plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh
darah ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta tersebut.
Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360 cc/menit dari
tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga
plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang cepat dari plasenta segera
setelah ia melepaskan dari dinding uterus merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari
kala III yang kompeten.

Tanda-tanda Klinik dari Pelepasan Plasenta

1. Semburan darah

2. Pemanjatan tali pusat

3. Perubahan dalam posisi uterus:uterus naik di dalam abdomen

PEMANTAUAN KALA III

1. Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika ada maka tunggu
sampai bayi kedua lahir
2. Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak rawat bayi segera
28
D. Kala IV
 Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
 Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
 Masa 1 jam setelah plasenta lahir
 Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam
kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering
 Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
 Observasi yang dilakukan :
1. Tingkat kesadaran penderita.
2. Pemeriksaan tanda vital.
3. Kontraksi uterus.
4. Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400- 500cc.

d. Fisiologi Kala IV

Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat. Otot-otot
uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-anyaman otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

TUJUH (7) LANGKAH PEMANTAUAN YANG DILAKUKAN KALA IV

1. Kontraksi rahim
Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi. Setelah plasenta lahir dilakukan pemijatan
uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu
dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus
yang normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi
kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia
uteri.
2. Perdarahan
Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa
3. Kandung kencing
Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu diminta untuk kencing dan kalau
tidak bisa lakukan kateterisasi. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus keatas
dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.
4. Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan
laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas :
a. Derajat I
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. Pada derajat I ini
tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan
b. Derajat II
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum. Pada
derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur
c. Derajat III
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot
spingter ani external
d. Derajat IV
Derajat III ditambah dinding rectum anterior
e. Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan
prosedur khusus

5. Uri dan selaput ketuban harus lengkap


6. Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
30
a. Keadaan Umun Ibu

- Periksa Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan dan setiap 30 menit pada jam
kedua setelah persalinan jika kondisi itu tidak stabil pantau lebih sering
- Apakah ibu membutuhkan minum
- Apakah ibu akan memegang bayinya

b. Pemeriksaan tanda vital.

c. Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri:

Rasakan apakah fundus uteri berkontraksi kuat dan berada dibawah umbilicus. Periksa
fundus :

- 2-3 kali dalam 10 menit pertama


- Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.
- Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
- Masage fundus (jika perlu) untuk menimbulkan kontraksi
- Bayi dalam keadaan baik.

FAKTOR 5 P DALAM PERSALINAN


(Passage, Passanger, Power, Psyche, Preparation)
Sinkronisasi dan Harmonisasi Faktor 5P Dalam
Proses Persalinan

A. PASSAGE (PANGGUL IBU)

Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:

- Bagian keras: tulang tulang panggul (rangka panggul)


- Bagian lunak: otot-otot, jaringan- jaringan dan ligament-ligament
1. Jalan Lahir Keras (panggul)

Panggul dibentuk oleh empat buah tulang yaitu: 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri
dari os illium, os ischium dan os pubis, 1 tulang kelangkang (os sacrum), dan 1 tulang tungging
(os cocygis) .

1) Os ilium/tulang usus;

Ukurannya terbesar dibanding tulang lainnya. sebagai batas dinding atas dan belakang
panggul/pelvis. Pinggir atas os ilium yang tumpul dan menebal disebut crista iliaka. Bagian
terdepan Crista iliaka spina iliaka anterior posterior (SIAS) dan beberapa sentimeter dibawahnya
menonjol spina iliaka anterior inferior (SIAI). Bagian paling belakang dari crista iliaka anterior
os ischium terletak di bawah os ilium, pada bagian posterior superior (SIPI). Lengkungan di
bawah SIPI dinamakan incisura ischiadika mayor. Pada sisi dalam os ilium merupakan batas
antara panggul mayor dan panggul minor dinamakan incisura ischiadika mayor. Pada sisi dalam
os ilium merupakan batas antara panggul mayor dan panggul minor dinamakan linia
innominata/linia terminalis.

2) Os Ischium/tulang duduk;

Posisi os ischium di bawah os ilium, pada bagian belakang terdapat cuat duri dinamakan
spina ischiadika. Lengkung dibawah spina ischiadika dinamakan incisura ischiadika minor, pada
bagian bawah menebal, sebagai penopang tubuh saat duduk dinamakan tuber ischiadikum.

3) Os Pubis/tulang kemaluan:

Membentuk suatu lubang dengan os ischium yaitu foramen obturatorium, fungsi di


dalam persalinan belum diketahui secara pasti. Di atas foramen obturatorium dibatasi oleh
sebuah tangkai dari os pubis yang menghubungkan dengan os ischium disebut ramus superior
osis pubis. Pada ramus superior osis pubis kanan dan kiri terdapat tulang yang bersisir,
dinamakan pectin ossis pubis. Kedua ramus inferior ossis pubis membentuk sudut yang disebut
arkus pubis. Pada panggul wanita normal sudutnya tidak kurang dari 90o. Pada bagian atas os
pubis terdapat tonjolan yang dinamakan tuberkulum pubic.

4) Os Sacrum/tulang kelangkang

32
Bentuknya segitiga, dengan dasar segitiga di atas dan puncak segitiga pada ujung di
bawah: terdiri lima ruas yang bersatu, terletak diantara os coxae dan merupakan dinding
belakang panggul. Permukaan belakang pada bagian tengah terdapat cuat duri dinamakan crista
skralia. Permukaan depan membentuk cekungan disebut arcus sakralia yang melebar luas
panggul kecil/pelvis minor.

Dengan lumbal ke – 5 terdapat artikulasio lumbo cakralis. Bagian depan paling atas dari
tulang sacrum dinamakan promontorium, dimana bagian ini bila dapat teraba pada waktu
periksa dalam, berarti ada kesempitan panggul.

5) Os Cocsygis/tulang ekor

Dibentuk oleh 3 – 5 ruas tulang yang saling berhubungan dan berpadu dengan bentuk
segitiga. Pada kehamilan tahap akhir koksigeum dapat bergerak (kecuali jika struktur tersebut
patah).

Perhubungan tulang-tulang panggul: di depan panggul terdapat hubungan antara kedua


os pubis kanan dan kiri disebut simpisis pubis. Di belaka terdapat artikulasio artikulasio sakro-
iliaka yang menhubungkan os sacrum dan os ilium. Di bagian bawah panggul terdapat
artikulasio sakro koksigea yang menghubungkan os sacrum dengan os koksigis.

Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian:

- Panggul palsu/false pelvis (pelvis mayor), yaitu bagian pintu atas panggul dan tidak
berkaitan dengan persalinan
- Pintu Atas Panggul (PAP): bagian anterior pintu atas panggul, yaitu batas atas panggul
sejati dibentuk oleh tepi atas tulang pubis. Bagian lateral dibentuk oleh linea iliopektenia,
yaitu sepanjang tulang inominata. Bagian posteriornya dibentuk oleh bagian anterior tepi
atas sacrum dan promontorium sacrum.
- Panggul sejati/ true pelvis (pelvis minor)
Bentuk pelvis menyerupai saluran yang menyerupai sumbu melengkung ke depan.
Pelvis minor terdiri atas: pintu atas panggul (PAP) disebut pelvic inlet. Bidang
tengah panggul terdiri dari bidang luas dan bidang sempit panggul.
- Rongga panggul
Merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior (depan) pendek dan
dinding posterior jauh lebih cembung dan panjang. Rongga panggul melekat pada
bagian posterior simpisis pubis, ischium, sebagian ilium, sacrum dan koksigeum.
- Pintu Bawah Panggul
Yaitu batas bawah panggul sejati. Struktur ini berbentuk lonjong agak menyerupai
intan, di bagian anterior dibatasi oleh lengkung pubis, dibagian lateral oleh
tuberosisitas iskium, dan bagian posterior (belakang) oleh ujung koksigeum

6) Bidang Hodge

Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan
persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina toucher
(VT). Adapun bidang hodge sebagai berikut:

1. Hodge I: Bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul (PAP) yang dibentuk oleh
promontorium, artikulasio sakro iliaca, sayap sacrum, linia inominata, ramus superior os
pubis, dan tepi atas symfisis pubis.
2. Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis berhimpit dengan PAP (Hodge
I).
3. Hodge III: Bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP (Hodge I)
4. Hodge IV: Bidang setinggi ujung os coccygis berhimpit dengan PAP (Hodge I).

7) Ukuran-Ukuran Panggul

34
a) Panggul luar
- Distansia spinarum: diameter antara dua spina iliaka anterior superior kanan dan kiri.:
24- 26 cm.
- Distansia kristarum: diameter terbesar kedua crista iliaka kanan dan kiri: 28- 30cm.
- Distansia boudeloque atau konjugata eksterna: diameter antara lumbal ke-5 dengan tepi
atas symfisis pubis 18-20 cm.
- Ketiga distansia ini diukur dengan jangka panggul.
- Lingkar panggul: jarak antara tepi atas symfisis pubis ke pertengahan antara trokhanter
dan spina iliaka anterior superior kemudian ke lumbal ke-5 kembali ke sisi sebelahnya
sampaai kembali ke tepi atas symfisis pubis. Diukur dengan metlin, berukuran normal
80-90 cm.
b) Panggul dalam
 Pintu atas panggul
- Konjugata vera atau diameter antero posterior (depan-belakang) yaitu diameter antara
promontorium dan tepi atas symfisis sebesar 11 cm. Cara pengukuran dengan periksa
dalam akan memperoleh konjugata diagonalis yaitu jarak dari tepi bawah symfisis pubis
ke promontorium (12,5 cm) dikurangi 1,5-2 cm.
- Konjugata obstetrika adalah jarak antara promontorium dengan pertengahan symfisis
pubis.
- Diameter transversa (melintang), yaitu jarak terlebar antara ke dua linia inominata
sebesar 13 cm.
- Diameter oblik (miring): jarak antara artikulasio sakro iliaka dengan tuberkulum
pubikum sisi yang bersebelah sebesar 12 cm.

 Bidang tengah panggul


- Bidang luas panggul, terbentuk dari titik tengah symfisis pertengahan acetabulum dan
ruas sacrum ke-2 dan ke-3. Merupakan bidang yang mempunyai ukuran paling besar,
tidak menimbulkan masalah dalam mekanisme turunnya kepala. Diameter antero
posterior 12,75 cm, diameter transfersa 12,5 .
- Bidang sempit panggul, merupakan bidang yang berukuran kecil, terbentang dari tepi
bawah symfisis, spina ischiadika kanan dan kiri, dan 1- 2 cm dari ujung bawah sacrum.
Diameter antero-posterior sebesar 11,5 cm dan diameter transversa sebesar 10 cm.

 Pintu bawah panggul


- Terbentuk dari dua segitiga dengan alas yang sama, yaitu diameter tuber ischiadikum.
Ujung segitiga belakang pada ujung os sacrum, sedangkan ujung segitiga depan arcus
pubis.
- Diameter antero-posterior ukuran dari tepi bawah symfisis ke ujung sacrum: 11,5 cm.
- Diameter transfersa: jarak antara tuber ischiadikum kanan dan kiri: 10,5 cm
- Diameter sagitalis posterior yaitu ukuran dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran
transversa: 7,5 cm.

c) Inklinatio pelvis

Adalah kemiringan panggul, sudut yang terbentuk antara bidang semu. Pintu atas
panggul dengan garis lurus tanah sebesar 55-60 derajat.

d) Sumbu panggul

Sumbu secara klasik garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik sejenis di hodge II, III, dan
IV. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus sejajar dengan sacrum, untuk seterusnya
melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan sacrum

Diameter bidang pintu atas panggul tengah, pintu bawah dan sumbu jalan lahir
menentukan mungkin tidaknya persalinan pervaginam berlangsung dan bagaimana janin dapat
menuruni jalan lahir. Sudut sub pubis yang menunjukkan jenis lengkung pubis serta panjang
ramus pubis dan diameter intertuberositas, merupakan bagian terpenting. Karena pada tahap
awal janin harus melalui bagian bawah lengkung pubis maka sudut subpubis yang sempit kurang
menguntungkan jika dibandingkan dengan lengkung yang bulat dan lebar.

36
8) Jenis Panggul Dasar

Jenis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut:

- Ginekoid (tipe wanita klasik)


- Android (mirip panggul pria)
- Anthropoid (mirip panggul kera anthropoid)
- Platipeloid (panggul pipih)
Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasi dari keempat bentuk klasik tersebut, misalnya:

- Jenis gineko-android
- Jenis gineko-antropoid
- Kombinasi lainnya ada 14 jenis

2. Bagian lunak panggul

a) Tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan ligamentum
yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul:
 Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara os sacrum dan ilium
dinamakan ligamentum sacroiliaca posterior, bagian depan dinamakan ligamentum sacro
iliaca anterior.
 Ligamentum yang menghubungkan os sacro tuber os sacrum dan spina ischium
dinamakan ligamentum sacro spinosum.
 Ligamentum antara os sacrum dan os tuber iskhiadikum dinamakan ligamentum sacro
tuberosum.
 Pada bagian bawah sebagai dasar pangggul. Diafragma pelvis terdiri dari bagian
 otot disebut muskulus levator ani.
 Bagian membrane disebut diafragma urogenetal.
 Muskulus levator ani menyelubungi rectum, terdiri atas muskulus pubo coccygeus,
 Musculus iliococcygeus dan muskulus ishio coccygeus.
38
 Ditengah-tengah muskulus pubococcygea kanan dan kiri ada hiatus urogenetalis yang
merupakan celah berbentuk segitiga. Pada wanita sekat ini dibatasi sekat yang
menyelubungi pintu bawah panggul sebelah depan dan merupakan tempat keluarnya
urettra dan vagina.
 Fungsi diafragma pelvis adalah untuk menjaga agar genetalia interna tetap pada
tempatnya. Bila muskulus ini menurun fungsinya, maka akan terjadi prolaps atau
turunnya alat genetalia interna.

Gambar. Pelvis dan Ligament

b) Perineum

Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri dari:

1. Regio analis, sebelah belakang. Spincter ani eksterna yaitu muskulus yang
mengelilingi anus.
2. Regio urogenetalis terdiri atas muskulus bulbo cavernosus, ischiocavernosus dan
transversus perinei superficialis.
Gambar. Perineum
B. POWER/KEKUATAN

Power atau kekuatan terdiri dari:

1. Kontraksi Uterus

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot otot perut,
kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.

His pendahuluan His persalinan

Tidak teratur Teratur

Tidak nyeri Nyeri

Tidak pernah kuat Tambah kuat sering

Tidak ada pengaruh pada serviks Ada pengaruh pada serviks

a) Pengkajian his

1) Frekuensi: jumlah his dalam waktu tertentu

2) Durasi : lamanya kontraksi berlangsung dalam satu kontraksi

3) Intensitas: kekuatan kontraksi diukur dalam satuan mmhg dibedakan menjadi; kuat, sedang
dan lemah

4) Interval: masa relaksasi (diantara dua kontraksi)

5) Datangnya kontraksi: dibedakan menjadi; kadang-kadang, sering, teratur.

b) Cara mengukur kontraksi

1) Selama 10 menit

2) Contoh hasil pengukuran: 3x/10’/40-50”/kuat dan teratur.

40
c) Pengaruh his

1) Cerviks menipis (effacement)

2) Cerviks berdilatasi sehingga mengakibatkan janin turun.

2. Tenaga mengejan
a) Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak
keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal.
b) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih
kuat lagi.
c) Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu
menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya
kebawah.
d) Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling
efektif sewaktu ada his.
e) Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh
otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps
f) Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding
rahim.

C. PASSANGER
1. Passenger/Buah kehamilan: janin, plasenta dan air ketuban

Kepala janin

42
a) Presentasi Janin
1) Presentasi janin: bagian janin yang pertama kali memasuki PAP dan terus melalui jalan
lahir saat persalinan mencapai aterm.
2) Bagian presentasi: bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari pemeriksa saat
melakukan pemeriksaan dalam
3) Bagian presentasi: presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, presentasi
muka, dll.

b) Presentasi Kepala

c) Letak Janin
1) Letak janin: hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap sumbu
panjang (punggung) ibu.
2) Letak janin: memanjang, melintang, obliq/miring
3) Letak janin memanjang: letak kepala, letak bokong.
4) Sikap Janin
5) Sikap: hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan yang lain, hal ini sebagian
merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian janin
terhadap bentuk rongga rahim.
6) Sikap: Fleksi umum, punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi kearah sendi lutut,
tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan
tungkai.
d) Posisi Janin

Posisi: hubungan antara bagian presentasi (occiput, sacrum, mentum, sinsiput/puncak


kepala menengadah) yang merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian terbawah
janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap empat kuadran panggul ibu,
missal pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan
belakang.

e) Variasi Posisi Kepala

Letak belakang kepala (LBK) ditentukan dengan Indikator: ubun-ubun kecil (UUK)
Variasi posisi:

1) Ubun-ubun kecil kiri depan (uuk ki-dep)

2) Ubun-ubun kecil kiri belakang (uuk ki-bel)

3) Ubun-ubun kecil melintang kiri (uuk mel-ki)

4) Ubun-ubun kecil kanan depan (uuk ka-dep)

5) Ubun-ubun kecil kanan belakang (uuk ka-bel)

6) Ubun-ubun kecil melintang kanan (uuk mel-ka)

f) Presentasi Dahi

44
Letak dahi ditentukan dengan Indikator: teraba dahi dan ubun-ubun besar (UUB)

1) Variasi posisi:

2) Ubun-ubun besar kiri depan (uub ki-dep)

3) Ubun-ubun besar kiri belakang (uub ki-bel)

4) Ubun-ubun besar melintang kiri (uub mel-ki)

5) Ubun-ubun besar kanan depan (uub ka-dep)

6) Ubun-ubun besar kanan belakang (uub ka-bel)

7) Ubun-ubun besar melintang kanan (uub mel-ka)

g) Presentasi Muka

Letak muka ditentukan dengan Indikator: dagu (mento). Variasi posisi:

1) Dagu kiri depan (da ki-dep)

2) Dagu kiri belakang (da ki-bel)

3) Dagu melintang kiri (da mel-ki)

4) Dagu kanan depan (da ka-dep)

5) Dagu kanan belakang (da ka-bel)

6) Dagu melintang kanan (da mel-ka)

h) Presentasi Bokong

Letak bokong ditentukan dengan Indikator: sacrum. Variasi posisi:

1) Sacrum kiri depan (sa ki-dep)


2) Sacrum kanan depan (sa ka-dep)

3) Sacrum kanan belakang (sa ka-bel)

4) Sacrum melintang kanan (sa mel-ka)

i) Presentasi Vertex (Oksipito Anterior)


Gambar. Oksipito anterior kanan

Gambar. Oksipito anterior kiri

46
j) Presentasi Muka
Gambar. Mento anterior kanan

Gambar. Mento posterior kanan


k) Plasenta (Uri)
Plasenta: adalah produk kehamilan yang akan lahir mengiringi kelahiran
janin, yang berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15- 20 cm, tebal 2-3 cm,
berat plasenta 500 - 600 gram. Letak plasenta yang normal: pada korpus uteri
bagian depan atau bagian belakang agak ke arah fundus uteri. Bagian plasenta:
permukaan maternal, permukaan fetal, selaput ketuban, tali pusat.
Variasi anatomi plasenta :
1) Plasenta suksenturiata
2) Plasenta sirkumvalata-insersi lateralis
3) Insersi battledore tali pusat-insersi marginalis
4) Insersi velamentosa
5) Plasenta bipartite
6) Plasenta tripartite

48
Gambar. Plasenta

l) Air ketuban
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc.
Ciri-ciri air ketuban: berwarna putih keruh, berbau amis dan berasa manis,
reaksinya agak alkalis dan netral, dengan berat jenis 1,008.
Komposisi: terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam uric, kreatinin,
sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks caseosa, dan garam organic. Kadar protein
kira-kira 2,6% gram per liter, terutama albumin.
m) Fungsi air ketuban
Pada persalinan: selama selaput ketuban tetap utuh, cairan amnion/air
ketuban melindungi plasenta dan tali pusat dari tekanan kontraksi uterus. Cairan
ketuban juga membantu penipisan dan dilatasi cerviks.

D. PSYCHE/PSIKOLOGIS
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dan
keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional wanita) dalam
menghadapi persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang yang akan menolong
persalinan. Perasaan cemas, khawatir akan mempengaruhi hormone stress yang akan
mengakibatkan komplikasi persalinan. Tetapi sampai saat ini hampir tidak ada catatan yang
menyebutkan mengenai hormone stress terhadap fungsi uteri, juga tidak ada catatan
mengenai hubungan antara kecemasan ibu, pengaruh lingkungan, hormone stress dan
komplikasi persalinan.

Namun demikian seseorang penolong persalinan harus memperhatikan keadaan


psikologis ibu yang akan melahirkan karena keadaan psikologis mempunyai pengaruh
terhadap persalinan dan kelahiran.

E. PREPARATION

Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang ibu. Asuhan sayang
ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa
prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui
dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan
mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin, et al,2000). Disebutkan pula bahwa
hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum, cunam, dan seksio
sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat (Enkin, et al, 2000).

Prisip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan adalah:

a) Rawat ibu dengan penuh hormat.


b) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu. Hormati pengetahuan
dan pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa mendengar sama pentingnya dengan
memberikan nasihat.
c) Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta sopan.
d) Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.
e) Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda melakukannya serta
meminta izin dahulu.
f) Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta kepada siapa saja yang ia
inginkan untuk berbagi informasi ini.
50
g) Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang sesuai dan tersedia
bersama ibu.
h) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya selama persalinan,
kelahiran dan pasca salin.
i) Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang diinginkan selama persalinan dan
kelahiran.
j) Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu (episiotomy,
pencukuran dan enema).
k) Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding and attachment).

RANGKUMAN

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis


dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi
menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan psikologis merupakan masalah yang kompleks, yang memerlukan adaptasi terhadap
penyesuaian pola hidup dengan proses persalinan yang sedang terjadi. Konflik antara keinginan
prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma norma sosio kultural dan persoalan saat
persalinan dapat merupakan pencetus berbagai reaksi pikologis, mulai dari reaksi emosional
ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat. Dukungan psikologik dan perhatian akan
memberikan dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan,
kasih sayang dan empati) dapat mengurangi gangguan psikologik yang terjadi. Respon
psikologis terhadap pengalaman persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya faktor yang penting adalah latar belakang budaya wanita. Orang - orang yang
berasal dari latar belakang budaya berbeda mungkin memiliki keyakinan yang berbeda tentang
bagaimana seharusnya sikap wanita bersalin, keberadaan orangorang pendukung dan peran
perawat. Misalnya dengan sentuhan bisa merupakan bentuk perhatian yang berharga bagi ibu
bersalin. Study kualitatif (Khazoyan et al, 1994) menunjukkan wanita sangat menginginkan
pasangannya menemani sepanjang persalinan dan kelahiran, sebagai ungkapan cinta dan
memperlihatkan pengertian dan kesabaran. Keadaan emosional pada ibu bersalin sangat
dipengaruhi oleh timbulnya rasa sakit dan rasa tidak enak selama persalinan berlangsung,
terutama bila ibu baru pertama kali akan melahirkan yang pertama kali dan baru pertama kali
dirawat di rumah sakit. Peran bidan yang empati pada ibu bersalin sangat berarti, keluhan dan
kebutuhankebutuhan yang timbul agar mendapatkan tanggapan yang baik. Penjelasan tentang
kemajuan persalinan harus dikerjakan secara baik sedemikian rupa agar ibu bersalin tidak
mengalami panic.

MEKANISME PERSALINAN NORMAL


Ada berapa tahapan mekanisme persalinan normal?
Gerakan utama mekanisme persalinan normal terbagi kedalam 7 mekanisme, di antaranya:
Penurunan kepala adaah mekanisme persalinan normal yang pertama. Masuknya kepala ke
dalam PAP biasanya ditandai dengan sutura sagitalis melintang dengan fleksi yang ringan. Pada
primigavida masuknya kepala ke atas pintu atas panggul pada umumnya terjadi pada bulan
terakhir kehamilan sedangkan pada multigravida, terjadi pada permulaan persalinan.
Yang kedua adalah adanya perubahan. Beberapa teori menjelaskan keadaan perubahan dapat
terjadi dalam mekanisme persalinan normal karena anak didorong maju dan sebaliknya
mendapatkaan penahanan dari serviks. Pada awal persalinan, kepala si bayi dalam keadaan
perubahan yang ringan. Tapi semakin maju kepala biasanya perubahan pun bertambah.
Selanjutnya dalam mekanisme persalinan normal terdapat Desensus. Terdapat beberapa faktor
sehingga desensus ini terjadi salah satunya adalah tekanan cairan amnion. Desensus ini
berlangsung hingga janin lahir.
Rotasi dalam atau putaran poros dalam. Mekanisme persalinan normal ini terjadi ketika
pemutaran bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan bayi
memutar ke depan ke bawah sendi tulang rawan kemaluan. Setelah kepala bayi berada di
pangkal panggul sedangkan ubun-ubun kecil berada dibawah  sendi tulang rawan kemaluan,
selanjutnya terjadi pengeluaran  kepala janin.
Setelah itu, dalam mekanisme persalinan normal terdapat juga rotasi luar. Jadi ketika kepala
bayi sudah lahir maka bayi akan mengalami keadaan di mana kepala bayi akan berputar lagi ke
punggung anak untuk menghilangkan resiko berbahaya  pada leher sebagai akibat putaran poros
dalam.
Terakhir adalah Ekspulsi. Pasca kedua bahu lahir, selanjutnya  seluruh badan bayi dilahirkan
searah dengan sumbu jalan lahir. Terdapat dua kontraksi dalam mekanisme persalinan normal
satu ini, yakni kontraksi efektif dan kontraksi yang buruk. Kontraksi yang buruk ditandai dengan
rotasi yang mungkin tidak sempurna atau tidak terjadi sama sekali. Hal ini khususnya terjadi
pada janin besar. Oleh karena itu jelas jika kepala janin harus menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul supaya bayi dapat lahir. Adapun bahu si bayi akan keluar dalam keadaan miring.

TAHAPAN PERSALINAN
Persalinan (inpartu) dimulai saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada servix
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu yang belum
inpartu jika mengalami kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks. Kala I
persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan serviks mencapai pembukaan lengkap
(10 cm), kala II dimulai ketika pembukaan lengkap (10 cm) dan berakhir dengan pengeluaran
lahirnya bayi. Kala III dan IV persalinan disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta.
52
Kala III dan IV persalinan merupakan kelanjutan dari kala I (kala pembukaan) dan kala II (kala
pengeluaran bayi). Tindakan untuk mencegah perdarahan pasca persalinan, deteksi awal
penyulit, penatalaksanaan penyulit dan rujukan yang sesuai.

FAKTOR 5 P DALAM PERSALINAN


Factor Passege dan power dapat mempengaruhi persalinan. Fektor Passege terdiri dari jalan lahir
keras (tulang-tulang panggul) dan jalan lahir lunak (otot dan ligamentum). Factor Power terdiri
dari His (kontraksi uterus) dan tenaga mengejan ibu.
Faktor Passenger/Buah Kehamilan, Psikologis, dan Penolong dapat mempengaruhi persalinan.
1) Faktor Passenger/Buah Kehamilan: janin, plasenta dan air ketuban. 2) Faktor psikologis:
Perasaan cemas, khawatir akan mempengaruhi hormone stress yang akan mengakibatkan
komplikasi persalinan. 3) Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan saying
ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan
sang ibu.
Topik 3
ADAPTASI FISIOLOGI DAN PIKOLOGI PADA IBU
BERSALIN KALA I DAN KALA II

PERSALINAN KALA I

1.1 PERUBAHAN FISIOLOGI


1. Sistem reproduksi

Uterus Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan hasil konsepsi
intrauterin. Hormon estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, hormon progesteron berperan
untuk elastisitas/kelenturan uterus. Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian dengan
korpus dan pada kehamilan akhir, di atas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus. Serviks
uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesteron
(tanda Goodell). Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala keputihan.
Ismus uteri mengalami hipertropi kemudian memanjang dan melunak yang disebut tanda Hegar.
Berat uterus perempuan tidak hamil adalah 30 gram, pada saat mulai hamil maka uterus
mengalami peningkatan sampai pada akhir kehamilan (40 minggu) mencapai 1000 gram (1 kg).
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat/frekuensi dan
kekuatannya sehingga servik membuka lengkap/10 cm. Pada permulaan di skala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu masi dapat berjalan-jalan.

Di uterus terjadi perubahan saat masa persalinan, perubahan yang terjadi sebagai berikut:

1. Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus uteri dan menyebar ke depan dan ke
bawah abdomen.

2. Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim (SBR)

a. SAR dibentuk oleh corpus uteri yang bersifat aktif dan berkontraksi Dinding akan
bertambah tebal dengan majunya persalinan sehingga mendorong bayi keluar.

54
b. SBR dibentuk oleh istmus uteri bersifat aktif relokasi dan dilatasi. Dilatasi makin
tipis karena terus diregang dengan majunya persalinan.

(1) Vulva Dan Vagina Pada ibu hamil

Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi menimbulkan warna merah ungu
kebiruan yang disebut tanda Chadwick. Vagina ibu hamil berubah menjadi lebih asam,
keasaman (pH) berubah dari 4 menjadi 6.5 sehingga menyebabkan wanita hamil lebih rentan
terhadap infeksi vagina terutama infeksi jamur. Hipervaskularisasi pada vagina dapat
menyebabkan hipersensitivitas sehingga dapat meningkatkan libido atau keinginan atau
bangkitan seksual terutama pada kehamilan trimester dua.

(2) Ovarium

Sejak usia kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi
produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. Tidak
terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus
hormonal menstruasi.

kala I persalinan memiliki dua fase, yaitu fase laten dan aktif.

 Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik sejak
awal. Berlangsung hingga servik membuka dari 0-3 cm. Berlangsung hampir/hingga 8
jam.

 Fase aktif

Biasanya di mulai sejak ibu mengalami kontraksi dan maju dari sekitar pembukaan 4 cm
sampai pembukaan serviks sempurna. (Vicky, 2006 hal 6). Di mulai ketika serviks
membuka, serviks membuka 3 – 4 cm. Apabila terdapat kontraksi yang berirama, kala satu
aktif di katakan selesai saat serviks membuka sempurna (10cm). Biasanya selesai dalam 6-
12 cm (Diane, 2009 hal 243). Terjadi penurunan bagian terbawah janin (APN, 2008 hal
40). Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering. Perilaku khas ibu pada persalinan
stadium ini, ibu ddapat tetap minum dan makan, atau tertawa dan mengobrol dengan riang
diantara kontraksi. begitu persalinan maju, ibu tidak punya keinginan lagi untuk makan
atau mengobrol, dan ia menjadi lebih pendiam dan bertindak lebih di dasari naluri karena
bagian primitif otak mengambil alih (Vicky, 2006 hal 14).
Sedangkan fase aktif terbagi menjadi 3, yaitu:

1) Fase Akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan dar 3 menjadi 4 cm.


2) Fase Dilatasi Maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan servik berlangsung sangat cepat
dari 4 menjadi 9 cm.
3) Fase Deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm menjadi lengkap / 10 cm, Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada fase
aktif. Pada primigravida berlangsung 12 jam dan pada multi berlangsung 8 jam. Kecepatan
pembukaan servik 1 cm/jam (pada primigravida). Atau 1-2 cm/jam (pada multigravida).
 Fase transisi

Aadalah fase yang umumnya terjadi pada akhir stadium pertama persalinan, stadium ini di
anggap sebagai yang paling nyeri dan tentunya saja paling menyakitkan bagi ibu. (Vicky,
2006 hal 21). Serviks mengembang dari pembukaan 8 cm sampai pembukaan lengkap
(atau sampai kontraksi ekspulsif selama kala 2 di rasakan oleh ibu. Seringkali, intensitas
uterus pada fase ini melemah.(Diane, 2009 hal 243). Perilaku khas ibu,ibu yang
mengalami “nyeri ekstrim” pada transisi tidak memiliki kemampuan mendengar atau
berkonsentrasi pada segala sesuatu kecuali melahirkan.

1. Sistem kardiovaskuler
Kehamilan merupakan suatu proses yang dinamis yang berhubungan dengan terjadinya
perubahan pada sistem kardiovaskuler secara fisiologis. Perubahan ini merupakan mekanisme
tubuh dalam mengompensasi kebutuhan metabolik ibu dan janin yang meningkat, serta untuk
menjamin adekuatnya sirkulasi uretroplasental yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin. bu hamil dengan riwayat penyakit jantung dapat mengalami eksaserbasi
sebagai akibat dari adaptasi fisiologis selama kehamilan. Sehingga, kejadian tersebut
membutuhkan keterampilan terapeutik yang serius dalam memberikan penatalaksanaan pada ibu
hamil dengan penyakit jantung.

 Perubahan pada Jantung


Perubahan pada sistem kardiovaskuler selama kehamilan ditandai dengan adanya
peningkatan volume darah, curah jantung, denyut jantung, isi sekuncup, dan penurunan
resistensi vaskuler. Hemodinamik yang pertama kali berubah selama masa kehamilan adalah
terjadinya peningkatan denyut jantung. Bermula antara dua sampai lima minggu kehamilan
hingga trimester ketiga. Perubahan lainnya yang terjadi adalah rendahnya tekanan darah arteri

56
dan peningkatan volume plasma, volume darah, dan volume sel darah merah, sementara tekanan
vena sentral (tekanan di dalam atrium kanan pada vena besar dalam rongga toraks) konstan,
yaitu 3-8 cmH2O.19.
Curah jantung juga meningkat selama kehamilan 30-40% lebih tinggi daripada kondisi
tidak hamil pada trimester pertama dan meningkat 40-50% pada trimester ketiga. Peningkatan
curah jantung pada awal kehamilan dipengaruhi oleh estrogen dan menyebabkan banyak bagian
dari sistem kardiovaskuler yang mengalami dilatasi, seperti dilatasi jantung, dilatasi aorta,
resistensi pembuluh darah ginjal, resistensi plasenta, dan dilatasi sistem vena. Semua perubahan
yang terjadi mendukung perfusi ke tubuh ibu hamil. Dilatasi jantung meningkatkan isi sekuncup
secara langsung, dilatasi aorta meningkatkan kerentanan pada dinding pembuluh aorta, dilatasi
perifer meningkatkan aliran darah, dan dilatasi vena meningkatkan volume darah.

Curah jantung bergantung pada kecepatan denyut jantung dan isi sekuncup. Peningkatan
curah jantung menambah beban bagi jantung, terutama bila dikaitkan dengan peningkatan
denyut jantung. Dalam hal ini, pengeluaran energi jantung meningkat ketika suplai oksigen
menurun. Peningkatan pengeluaran energi jantung disebabkan oleh peningkatan laju aliran
darah, terutama aliran turbulensi pada kasus stenosis katup. Adaptasi sistem kardiovaskuler
selama kehamilan meningkatkan risiko terjadinya kelainan kardiovaskuler, atau pada beberapa
kasus ibu hamil dengan riwayat penyakit jantung sebelum hamil dapat berpotensi menjadi gagal
jantung.

 Perubahan pada Pembuluh dan Tekanan Darah

Peningkatan curah jantung terjadi akibat peningkatan volume darah. Volume darah
meningkat secara progresif selama kehamilan pada usia 6-8 minggu kehamilan dan mencapai
puncaknya pada usia 32-34 minggu kehamilan. Jantung harus memompa dengan kekuatan yang
lebih besar, khususnya pada saat menjelang aterm, sehingga terjadi sedikit dilatasi. Hormon
progesteron akan menimbulkan relaksasi otot-otot polos dan menyebabkan dilatasi dinding
pembuluh darah yang akan mengimbangi peningkatan kekuatan dari jantung. Dengan demikian,
tekanan darah harus tetap atau mendekati nilai pada keadaan tidak hamil. Walaupun demikian,
seorang wanita hamil cenderung mengalami hipotensi supinasio apabila berbaring terlentang
karena vena kava inferior akan tertekan oleh isi uterus yang berat.

alin dari miring ke telentang menurunkan curah jantung sebesar 30% Tekanan darah meningkat selama
kontraksi, kenaikan sistole 15 (10-20) mmhg, kenaikan diastole 5-10 mmhg, diantara kontraksi tekanan
kembali pada level sebelum persalinan. Posisi berbaring miring akan mengurangi terjadinya perubahan
tekanan darah selama proses kontraksi. Rasa sakit/nyeri, takut dan cemas juga dapat meningkatkan
tekanan darah. Kenaikan detak jantung berkaitan dengan peningkatan metabolisme. Secara dramatis
detak jantung naik selama uterus berkontraksi. Antara kontraksi sedikit meningkat dibandingkan sebelum
persalinan.

2. Sistem pencernaan
Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon progesteron yang mengakibatkan
perubahan pada sistem pencernaan menjadi lebih lambat sehingga makanan lebih lama tinggal di
lambung, akibatnya banyak ibu bersalin yang mengalami obstivasi atau peningkatan getah
lambung sehingga terjadi mual dan muntah.Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob
meningkat secara perlahan yang terjadi akibat aktivitas otot rangka dan kecemasan ibu.
Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu badan ibu, nadi, pernafasan, cardiac
out put dan hilangnya cairan. Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan
muntah-muntah, Apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut Morning Sickness. Selain
itu terjadi juga perubahan peristaltic dengan gejala sering kembung, dan konstipasi. Pada
keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per
hari (hiperemesis gravidarum).
Apa saja yang harus diperhatikan Jika Ibu ingin makan selama proses persalian.
a. Makan dalam porsi kecil atau mengemil setiap jam sekali saat ibu masih dalam tahap awal
persalinan (KALA 1). Ibu disarankan makan beberapa kali dalam porsi kecil karenalebih
mudah dicerna daripada hanya makan satu kali tapi porsi besar
b. Pilih makanan yang mudah dicerna, seperti crackers, agar-agar, atau sup. Saat persalinan
proses pencernaan jadi lebih lambat sehingga ibu perlu menghindari makanan yang
butuhwaktu lama untuk dicerna.
c. Selain mudah dicerna, pilih makanan yang berenergi. Buah, sup dan madu memberikan
energi cepat. Untuk menyimpan cadangan energy, ibu bisa pilih gandum atau pasta.
d. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak, goreng-gorengan atau makanan yang
menimbulkan gas.
Makanan yang dianjurkan:

a. Roti atau roti panggang (rendah serat) yang rendah lemak baik diberi selai ataupun madu.
b. Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.
c. Nasi tim.
d. Biskuit
e. Yogurt rendah lemak
f. Buah segar atau buah kaleng.

3. Suhu tubuh
58
Pada Basal Metabolisme Rate (BMR), dengan adanya kontraksi dan tenaga mengejan yang
membutuhkan energi yang besar, maka pembuangan juga akan lebih tinggi dan suhu tubuh
meningkat. Suhu tubuh akan sedikit meningkat (0,5-1 0 C) selama proses persalinan dan akan
segera turun setelah proses persalinan selesai. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan
metabolisme tubuh. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh lebih dari 10 C.

4. Sistem pernafasan
Perubahan hormonal pada trimester III yang mempengaruhi aliran darah ke paru-paru
mengakibatkan banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas. Ini juga di dukung dengan adanya
tekanan rahim yang membesar hingga menekan diafragma. Akibat pembesaran uterus diafragma
terdorong 4 cm ke atas (Romauli, 2015).
Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak CO2 dalam setiap nafas. Selama
kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat sebagai responns
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat pertambahan laju metabolik. Rata rata PaCO2
menurun dari 32 mm hg pada awal persalinan menjadi 22 mm hg pada akhir kala I (Beischer et
al, 1986). Kondisi ini dapat dimanifestasikan dengan kesemutan pada tangan dan kaki, kebas
dan pusing. Jika pernafasan dangkal dan berlebihan, situasi kebalikan dapat terjadi karena
volume rendah. Pernafasan sedikit meningkat karena adanya kontraksi uterus dan peningkatan
metabolisme dan diafragma tertekan oleh janin. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal
dan dapat menyebabkan terjadinya alkalosis.
Berdasarkan uraian teori yang dikemukakan Henderson & Jones , bahwa pengendalian nyeri
persalinan secara farmakologis dan non farmakologis dapat mempengaruhi lamanya persalinan
yang berdampak terhadap meningkatnya kontraksi uterus secara adekuat. Kontraksi uterus yang
baik dapat mendorong janin keluar melalui jalan lahir, Kontraksi tersebut dipengaruhi oleh
frekuensi, intensitas, dan durasi bila ketiganya berjalan seiring dan terkoordinir secara sinergis
akan menghasilkan pendataran/dilatasi servik maka lamanya persalinan fase aktif dapat
berlangsung lebih cepat.

Masase dan relaksasi pernafasan merupakan suatu intervensi non farmakologi yang kecil
kemungkinannya terjadi efek samping maupun komplikasi. Masase adalah tindakan penekanan
oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligament sehingga menghasilkan dan
meningkatkan relaksasi. Relaksasi pernapasan adalah suatu tekhnik untuk mencapai kondisi
relaks pada saat persalinan. Metode tersebut sering dilakukan dalam Asuhan Kebidanan ibu
bersalin kala I.
Tindakan massage effleurage dan relaksasi pernafasan salah satu metode non-farmakologi
yang dinilai cukup efektif mengurangi rasa nyeri persalinan akibat kontraksi uterus karena
tertutupnya gate control menimbulkan rasa relaks sekaligus dapat memperbaiki sirkulasi darah
ibu dan janin serta berdampak efektif terhadap peningkatan frekuensi kontraksi uterus secara
fisologi serta mengurangi resiko perpanjangan kala I fase aktif. Relaksasi pernafasan akan
memberikan rasa lebih nyaman, tenang, menghemat tenaga dan oksigen cukup.

5. Sistem perkemihan

Pada akhir bulan ke 9, pemeriksaan fundus uteri menjadi lebih rendah, kepala janin mulai
masuk Pintu Atas Panggul dan menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang
ibu untuk sering kencing. Pada kala I, adanya kontraksi uterus/his menyebabkan kandung
kencing semakin tertekan. Wanita bersalin mungkin tidak menyadari bahwa kandung kemihnya
penuh karena intensitas kontraksi uterus dan tekanan bagian presentasi janin atau efek anestesia
lokal. Bagaimanapun juga kandung kemih yang penuh dapat menahan penurunan kepala janin
dan dapat memicu trauma mukosa kandung kemih selama proses persalinan. Pencegahan
(dengan mengingatkan ibu untuk berkemih di sepanjang kala I) adalah penting. Sistem adaptasi
ginjal mencakup diaforesis dan peningkatan IWL (Insensible Water Loss) melalui respirasi.Ibu
melahirkan harus dimotivasi untuk minum sesuai kebutuhan atau tingkat kehausannya.

Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter membesar, tonus otot saluran
kemih menurun. Kencing lebih sering (Poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69
%. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I
dan III, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. kadar kreatinin, urea
dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal. Wanita hamil
trimester I dan III sering mengalami sering kencing (BAK/buang air kecil) sehingga sangat
dianjurkan untuk sering mengganti celana dalam agar tetap kering.

6. Perubahan endokrin
Pada ovarium dan plasenta, korpus luteum mulai menghasilkan estrogen dan progesterone dan
setelah plasenta terbentuk menjadi sumber utama kedua hormone tersebut. Kelenjar tiroid
menjadi lebih aktif. Kelenjar tiroid yang lebih aktif menyebabkan denyut jantung yang cepat,
jantung berdebar-debar (palpitasi), keringat berlebihan dan perubahan suasana hati. Kelenjar
paratiroid ukurannya meningkat karena kebutuhan kalsium janin meningkat sekitar minggu ke
15-35. Pada pankreas sel-selnya tumbuh dan menghasilkan lebih banyak insulin untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat (Kumalasari, 2015:5-6).
(1) Progesteron

60
Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh corpus luteum dan setelah itu secara
bertahap dihasilkan oleh plasenta. Kadar hormon ini meningkat selama hamil dan menjelang
persalinan mengalami penurunan. Produksi maksimum diperkirakan 250 mg/hari.
(2) Estrogen
Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah Ovarium. Selanjutnya estrone dan estradiol
dihasilkan oleh plasenta dan kadarnya meningkat beratus kali lipat, out put estrogen maksimum
30 - 40 mg/hari. Kadar terus meningkat menjelang aterm.
(3) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil muda hormon ini diproduksi oleh
trofoblas dan selanjutnya dihasilkan oleh plasenta. HCG dapat untuk mendeteksi kehamilan
dengan darah ibu hamil pada 11 hari setelah pembuahan dan mendeteksi pada urine ibu hamil
Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil muda hormon ini diproduksi oleh
trofoblas dan selanjutnya dihasilkan oleh plasenta. HCG dapat untuk mendeteksi kehamilan
dengan darah ibu hamil pada 11 hari setelah pembuahan dan mendeteksi pada urine ibu hamil.
(4) Human Placental Lactogen
Kadar HPL atau Chorionic somatotropin ini terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
plasenta selama kehamilan. Hormon ini mempunyai efek laktogenik dan antagonis insulin. HPL
juga bersifat diabetogenik sehingga menyebabkan kebutuhan insulin pada wanita hamil
meningkat.
(5) Relaxin
Relaksin diproduksi oleh corpus luteum, dapat dideteksi selama kehamilan, kadar tertinggi
dicapai pada trimester pertama. Peran fisiologis belum jelas, diduga berperan penting dalam
maturasi servik.
(6) Hormon Hipofisis
Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama kehamilan, namun kadar prolaktin
meningkat yang berfungsi untuk menghasilkan kolostrum. Pada saat persalinan setelah plasenta
lahir maka kadar prolaktin menurun, penurunan ini berlangsung terus sampai pada saat ibu
menyusui. Pada saat ibu menyusui prolaktin dapat dihasilkan dengan rangsangan pada puting
pada saat bayi mengisap puting susu ibu untuk memproduksi ASI.

7. adaptasi integumen
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan
kadang kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha perubahan ini dikenal dengan
striae gravidarum. Pada kebanyakan perempuan kulit digaris pertengahan perut akan berubah
menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang – kadang muncul dalam
ukuran variasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma gravidarum, selain itu pada
areola dan daerah genetalia juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang
berlebihan biasanya akan hilang setelah persalinan.

8. Adaptasi muskuloskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat badan wanita hamil menyebabkan
postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok. Peningkatan distensi abdomen yang
membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot dan peningkatan beban berat badan
pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang. Pusat gravitasi wanita bergeser ke
depan.
Marmi (2014) menjelaskan perubahan sistem muskuloskeletal pada wanita hamil yaitu
peningkatan distensi abdomen membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut,
peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang
kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan.

1.2. Adaptasi Psikologis Pada Persalinan Kala 1

Pada persalinan Kala I selain pada saat kontraksi uterus, umumnya ibu dalam keadaan santai, tenang dan
tidak terlalu pucat. Kondisi psikologis yang sering terjadi pada wanita dalam persalinan kala I adalah :

1. Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan sendiri. Ketakutan tersebut
berupa rasa takut jika bayi yang yang akan dilahirkan dalam keadaan cacat, serta takhayul lain.
Walaupun pada jaman ini kepercayaan pada ketakutan-ketakutan gaib selama proses reproduksi
sudah sangat berkurang sebab secara biologis, anatomis, dan fisiologis kesulitan-kesulitan pada
peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan-alasan patologis atau sebab abnormalitas
(keluarbiasaan). Tetapi masih ada perempuan yang diliputi rasa ketakutan akan takhayul.
2. Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan konflik batin. Hal ini disebabkan oleh
semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat mengakibatkan calon ibu mudah capek,
tidak nyaman badan, dan tidak bisa tidur nyenyak, sering kesulitan bernafas dan macam-macam
beban jasmaniah lainnya diwaktu kehamilannya.
3. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak sabaran sehingga harmoni
antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi terganggu. Ini disebabkan karena kepala bayi sudah
memasuki panggul dan timbulnya kontraksikontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula
diharapkan dan dicintai secara psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai beban
yang amat berat.

62
4. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi yang merupakan hambatan
dalam proses persalinan :
a. Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tanpa sebab sebab yang jelas
b. Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar
c. Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan
d. Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan takikardi
5. Adanya harapan harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Relasi ibu dengan calon
anaknya terpecah, sehingga popularitas AKU-KAMU (aku sebagai pribadi ibu dan kamu sebagai
bayi) menjadi semakin jelas. Timbullah dualitas perasaan yaitu:
a. Harapan cinta kasih
b. Impuls bermusuhan dan kebencian
6. Sikap bermusuhan terhadap bayinya
a. Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
b. Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim
c. Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu

7. Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:

a. Takut mati
b. Trauma kelahiran
c. Perasaan bersalah
d. Ketakutan riil

Setiap ibu yang memasuki proses persalinan biasanya diliputi oleh perasaan
takut,khawatir,ataupun cemas,terutama pada ibu primigravida.perasaan takut biasanya
meningkatkan nyeri,otot-otot menjadi tegang,dan ibu bersalin menjadi Lelah yang akhirnya akan
menghambat proses persalinan.asuhan yang sifatnya mendukung adalah suatu standar pelayanan
kebidanan.asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan turut serta dalam kegiatan yang
sedang berlangsung.dukungan dapat diberikan oleh orang-orang terdekat pasi

PERSALINAN KALA II

1. Adaptasi fisik pada uterus dan organ dasar panggul


Menurut Walyani dan Purwoastuti ,2015 Perubahan fisiologis pada kala IImeliputi:
1) Kontraksi uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot tekanan
pada ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim (SBR),regangan dari serviks,regangan dan
tarikan pada peritoneum,itu semua terjadi pada saat kontraksi.Adapun kontraksi yang bersifat
berkala dan yang harus diperhatikan adalah lamanya kontraksi secara klinis ditentukan dengan
mencoba apakah jari kiri dapat menekan dinding rahim ke dalam,interfal antara kedua kontraksi
pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

2) Perubahan-perubahan uterus

Keadaan segmen atas rahim (SAR) dan segmen bawah rahim (SBR). Dalam persalinan
perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas,dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan
bersifat memegang peran aktif (berkontraksi) dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya
persalinan.Dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong
anak keluar.Sedangkan SBR di bentuk oleh isthimus uteri yang sifatnya memegang peranan
pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan (disebabkan karena regangan) dengan kata lain
SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan latasi.

3) Peubahan pada Seviks

Perubahan pada serviks yang ditandai dengan pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam
tidak teraba lagi bibir portio, Segmen bawah rahim dan serviks.

4) Perubahan pada Vagina dan Dasar Panggul

Dasar panggul yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang
dinding-dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala sampai di vulva, lubang vulva
menghadap ke depan atas dan anus menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak pada vulva.

2. Adaptasi psikologis Pada persalinan kala II

Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan bangga akan kelahiran bayinya, tapi
ada juga yang merasa takut. Adapun perubahan psikologis yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap .
b. Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap .
c. Frustasi dan marah .
d. Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar bersalin .
e. Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah f. Fokus pada dirinya sendiri.

Masalah Psikologis Yang Terjadi Pada Masa Persalinan

64
Masalah psikologis yang terjadi pada masa persalinan adalah kecemasan. Pada masa
persalinan seorang wanita ada yang tenang dan bangga akan kelahiran bayinya, tetapi ada juga
yang merasa takut. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan
dan kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Ibu bersalin mengalami gangguan dalam
menilai realitas, namun kepribadian masih tetap utuh. Perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas batas normal (Haward 2004). Kecemasan berbeda dengan rasa takut. Cemas adalah
respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang secara subyektif dialami dan dikomunikasikan
interpersonal secara langsung. Kecemasan dapat diekspresikan melalui respon fisiologis dan
psikologis (Sulistyawati, dkk, 2003).

Secara fisiologis, respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem
syaraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses
tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan menimbulkan respons tubuh. Bila korteks otak
menerima rangsang, maka rangsangan akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal
yang akan melepaskan adrenal/epineprin sehingga efeknya antara lain nafas menjadi lebih
dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat. Darah akan tercurahkan terutama ke
jantung, susunan saraf pusat dan otak. Dengan peningkatan glikegenolisis maka gula darah akan
meningkat. Secara psikologis, kecemasan akan mempengaruhi koordinasi atau gerak refleks,
kesulitan mendengar atau mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat
individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan orang lain (Sulistyawati, dkk, 2003).

Secara umum kecemasan dipengaruhi oleh beberapa gejala yang mirip dengan orang yang
mengalami stress. Bedanya stress didominasi oleh gejala fisik, sedangkan kecemasan didominasi
oleh gejala psikis. Adapun gejala gejala orang yang mengalami kecemasan adalah sebagai
berikut:
a. Ketegangan motorik/alat gerak seperti gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat
santai, gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, dan mudah kaget.
b. Hiperaktivitas saraf otonom (simpatis dan parasimpatis) seperti keringat berlebihan,
jantung berdebar-debar, rasa dingin di telapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing,
rasa mual, sering buang air kecil, diare, muka merah/pucat, denyut nadi dan nafas cepat
c. Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan datang seperti cemas, takut,
khawatir, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya.
d. Kewaspadaan yang berlebihan seperti perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar
tidur, mudah tersinggung, dan tidak sabar (Haward, 2004).
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN
1. Nyeri
Hampir semua wanita mengalami dan mersakan nyeri selama persalinan, tetapi respon setiap
wanita terhadap nyeri persalinan berbeda-beda. Nyeri adalah pengalaman ang berbeda yang
dirasakan seseorang (Reeder dan martin, 1997). Nyeri pada persalinan kala I adalah perasaan
sakit dan tidak nyaman yang dialami ibu sejak awal mulainya persalinan sampai serviks
berdilatasi maksimal (10 cm). Nyeri ini disebabkan oleh dilatasi serviks, hipoksia otot uterus,
iskemia korpus uteri, peregangan segmen bawah uterus dan kompresi saraf di serviks
(gangglionik servikalis). Subyektif nyeri ini dipengaruhi paritas, ukuran dan posisi janin,
tindakan medis, kecemasan, kelelahan, budaya dan mekanisme koping, serta lingkungan (Reeder
dan Martin, 2000).
Nyeri mengakibatkan stres karena stres dapat melepaskan katekolamin yang mengakibatkan
berkurangnya aliran darah ke uterus sehingga uterus kekurangan oksigen. Nyeri melibatkan dua
komponen yaitu fisologis dan psikologis. Secara psikologis pengurang nyeri akan menurunkan
tekanan yang luar biasa bagi ibu dan bayinya. Ibu mungkin akan menurunkan kesulitan untuk
berinteraksi setelah lahir karena ia mengalami kelelahan saat menghadapi nyeri persalinan.
Peristiwa atau kesan yang tidak menyenangkan saat melahirkan dapat mempengaruhi responnya
terhadap aktivitas seksual atau untuk melahirkan yang akan datang (Kinney dkk, 2000).
2. Keadaan Fisik
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah satu faktor yang menyebabkan
kecemasan. Seseorang yang menderita suatu penyakit akan mengalami kecemasan dibandingkan
dengan orang yang tidak sedang menderita sakit (Carpenito, 2001). Seorang ibu hamil dengan
suatu penyakit yang menyertai kehamilannya, maka ibu tersebut akan lebih cemas lagi karena
kehamilan dan persalinan meskipun dianggap fisiologis, tetapi tetap berisiko terjadi hal-hal
psikologis.
3. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan
Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya pada dokter ahli kandungan, dokter umum,
dan bidan. Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah sebagai berikut:
a. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,
persalinan dan nifas.
b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita ibu sedini mungkin
c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d. Memberikan nasehat- nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.

66
Dalam setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan, selain pemeriksaan fisik,
ibu akan mendapatkan informasi/pendidikan kesehatan tentang perawatan kehamilan yang baik,
persiapan menjelang persalinan baik fisik maupun psikis, serta informasi mengenai proses
persalinan yang akan dihadapi nanti. Dengan demikian, ibu diharapkan dapat lebih siap dan
lebih percaya diri dalam menghadapi prosses persalinan. Untuk itu selama hamil hendaknya ibu
memeriksakan kehamilannya secara teratur ke petugas kesehatan .
4. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang suatu hal secara formal
maupun nonformal. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu. Ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003). Selanjutnya
dikatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih permanen dianut seseorang
dibandingkan dengan perilaku yang biasa berlaku.
Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami kecemasan.
Ketidaktahuan tentang suatu hal yang dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan
krisis sehingga dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan
pengetahuan rendah mengenai proses persalinan, serta hal-hal yang akan dan harus dialami oleh
ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi
yang diperoleh.
5. Dukungan Lingkungan Sosial (Dukungan Suami)
Dukungan suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian dari dukungan sosial.
Dukungan sosial secara psikologis dipandang sebagai hal yang kompleks. Wortmen dan Dunkell
Scheffer (dalam Abraham, 1997) menidentifikasikan beberapa jenis dukungan meliputi ekspresi
peranan positif, termasuk menunjukkan bahwa seseorang diperlukan dengan penghargaan yang
tinggi dan ekspresi persetujuan atau pemberitahuan tentang ketepatan, keyakinan dan perasaan
seseorang. Dukungan keluarga, terutama suami saat ibu melahirkan sangat dibutuhkan seperti
kehadiran kelurga dan suami untuk mendampingi istri menjelang melahirkan atau suami
menyentuh tangan istri dengan penuh perasaan sehingga istri akan merasa lebih tenang untuk
menhadapi proses persalinan. Selain itu kata-kata yang mampu memotivasi dan memberikan
keyakinan pada ibu bahwa proses persalinan yang dijalani ibu akan berlangsung dengan baik,
sehingga ibu tidak perlu merasa cemas, tegang atau ketakutan (Musbikin, 2005).
Sifat-sifat dukungan persalinan antara lain : sederhana, efektif, murah atau terjangkau, dan
berisiko rendah. Kemajuan persalinan bertambah baik dan menjadikan hasil persalinan akan
bertambah baik, sehingga dukungan persalinan akan bertambah baik. Dukungan persalinan
bertujuan untuk:
a. Mengurangi nyeri pada sumbernya
b. Memberi perangsang alternatif yang kuat untuk mengurangi sensasi nyeri/menghambat rasa
sakit
c. Mengurangi reaksi negatif emosional dan reaksi fisik wanita terhadap rasa sakit
6. Pendidikan
Pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam pendidikan terjadi proses
perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih baik dari individu, kelompok, dan masyarakat
yang lebih luas. Pendidikan sejalan dengan pengetahuan yaitu pengetahuan adalah hasil tahu
yang terjadi setelah penginderaan terhadap suatu obyek tertentu serta pengetahuan/ kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo,
2003) Menurut Raytone (dalam Maria, 2005) tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam
memberikan respons terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun luar. Seseorang
yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau yang tidak mempunyai pendidikan.
Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian, pendidikan yang rendah
menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.

A. Status Psikologis
Respons psikologis terhadap pengalaman persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya faktor yang penting adalah latar belakang budaya wanita. Orang-
orang yang berasal dari latar belakang budaya berbeda mungkin memiliki keyakinan yang
berbeda tentang bagaimana seharusnya sikap wanita bersalin, keberadaan orang-orang
pendukung dan peran perawat. Misalnya dengan sentuhan bisa merupakan bentuk perhatian
yang berharga bagi ibu bersalin. Study kualitatif (Khazoyan et al, 1994) menunjukkan wanita
sangat menginginkan pasangannya menemani sepanjang persalinan dan kelahiran, sebagai
ungkapan cinta dan memperlihatkan pengertian dan kesabaran. Persiapan kelahiran seringkali
bervariasi dan secara dramatis dapat mempengaruhi kemampuan koping wanita bersalin dan
pasangannya. Dalam study klasik (Mercer, Hackley, dan Bostrom, 1983) menemukan dukungan
emosional pasangan selama melahirkan merupakan prediktor utama terbentuknya persepsi yang
positif terhadap pengalaman. Kepercayaan diri maternal dalam koping terhadap persalinan telah
terbukti berhubungan dengan persepsinya tentang nyeri selama persalinan (Lowe, 1991).

68
Begitu juga harapan dapat mempengaruhi respons psikologis terhadap persalinan. Heaman,
Beaton, Gupton dan Sloan (1992) mengobservasi bahwa wanita dengan kehamilan resiko tinggi
mungkin lebih mengharapkan intervensi medis dan lebih sulit mengatasi nyei persalian dan
kelahiran dibandingkan wanita dengan kehamilan resiko rendah. Bagi kedua kelompok wanita
tersebut, kecemasan berhubungan secara negatif dengan harapan melahirkan. Dalam rangkaian
study klasik yang terkenal, Lederman, et al (1978,1979) meneliti hubungan antara faktor
psikologis dalam variabel kehamilan dan persalinan seperti epineprin plasma dan kemajuan
persalinan.
Kecemasan dalam persalinan dan epineprin plasma berhubungan dengan pola denyut
jantung janin dalam persalinan aktif (Lederman et al, 1981). Lama persalinan berhubungan
dengan kadar epineprin plasma dan norepineprin pada multipara. Persalinan yang lebih lama
dihubungkan dengan kadar katekolamin yang lebih tinggi, yang berhubungan dengan ukuran
kecemasan pasien (Lederman, et al, 1985). Peneliti lain menemukan kesamaan bahwa wanita
mengalami nyeri yang sangat atau distres akan lebih mengalami persalinan yang tidak efisien
(Wuitchik et al, 1989).

B. Mengatasi Gangguan Psikologis Saat Persalinan


Fenomena psikologis yang menyertai persalinan itu bermacam-macam. Setiap wanita
memiliki disposisi kepribadian yang definitif dan mewarnai proses kelahiran bayinya. Secara
garis besar, mewarnai itu mengandung pengertian menonjolkan kepasifan atau keaktifan pada
saat kelahiran bayinya. Keadaan emosional pada ibu bersalin sangat dipengaruhi oleh timbulnya
rasa sakit dan rasa tidak enak selama persalinan berlangsung, terutama bila ibu baru pertama kali
akan melahirkan yang pertama kali dan baru pertama kali dirawat di rumah sakit. Alangkah
baiknya apabila ibu bersalin mengenal dengan baik keadaan ruang bersalin/rumah sakit dari segi
fasilitas pelayanan dan seluruh tenaga pelayanan yang ada. Usahakan agar ibu bersalin tersebut
berada dalam suasana yang hangat dan familier walaupun dirawat di rumah sakit.
Peran bidan yang empati pada ibu bersalin sangat berarti, keluhan dan kebutuhankebutuhan
yang timbul agar mendapatkan tanggapan yang baik. Penjelaan tentang kemajuan persalinan
harus dikerjakan secara baik sedemikian rupa agar ibu bersalin tidak mengalami panik. Peran
suami yang sudah memahami proses persalinan bila berada di samping ibu yang sedang bersalin
sangat membantu kemantapan ibu dalam menghadapi rasa sakit dan takut yang timbul.
Pengurang rasa sakit (pain relief) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis
selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu
ibu memperoleh kepuasan saat melewati proses persalinan.
2. Metode pengurang rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk
dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko rendah, membantu
kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri yang dialami diantaranya dengan
melakukan kompres panas atau dingin kemudian sentuhan dan pemijatan ringan dengan
remasan, pijatan melingkar yang halus dan ringan (pemijatan dalam kategori rangsangan dan
sentuhan ringan dan halus).

RANGKUMAN

Sejumlah perubahan perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama persalinan.
Untuk itu, perlu diketahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk
dapat secara tepat dan cepat mengintepretasikan tanda-tanda, gejala tertentu dan penemuan
perubahan fisik dan laboratorium apakah normal atau tidak selama persalinan kala I. Perubahan
fisiologis terjadi pada tekanan darah, metabolisme, suhu badan, denyut jantung, pernafasan,
hematologi, uterus, serviks dan kardiovaskular.
Perubahan psikologis merupakan masalah yang kompleks, yang memerlukan adaptasi
terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses persalinan yang sedang terjadi. Konflik antara
keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma norma sosio kultural dan
persoalan saat persalinan dapat merupakan pencetus berbagai reaksi pikologis, mulai dari reaksi
emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Dukungan psikologi dan perhatian akan memberikan dampak terhadap pola kehidupan
sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati) dapat mengurangi
gangguan psikologik yang terjadi. Respon psikologis terhadap pengalaman persalinan sangat
bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor yang penting adalah latar
belakang budaya wanita. Orang - orang yang berasal dari latar belakang budaya berbeda
mungkin memiliki keyakinan yang berbeda tentang bagaimana seharusnya sikap wanita
bersalin, keberadaan orangorang pendukung dan peran perawat. Misalnya dengan sentuhan bisa
70
merupakan bentuk perhatian yang berharga bagi ibu bersalin. Study kualitatif (Khazoyan et al,
1994) menunjukkan wanita sangat menginginkan pasangannya menemani sepanjang persalinan
dan kelahiran, sebagai ungkapan cinta dan memperlihatkan pengertian dan kesabaran. Keadaan
emosional pada ibu bersalin sangat dipengaruhi oleh timbulnya rasa sakit dan rasa tidak enak
selama persalinan berlangsung, terutama bila ibu baru pertama kali akan melahirkan yang
pertama kali dan baru pertama kali dirawat di rumah sakit.
Peran bidan yang empati pada ibu bersalin sangat berarti, keluhan dan
kebutuhankebutuhan yang timbul agar mendapatkan tanggapan yang baik. Penjelasan tentang
kemajuan persalinan harus dikerjakan secara baik sedemikian rupa agar ibu bersalin tidak
mengalami panik.
Topik 4
ADAPTASI FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI PADA IBU
BERSALIN KALA III DAN IV

1.Pengertian Persalinan

Persalinan dan kelahiran adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam,tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin. (Jannah, 2015).
Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif
sering dan kuat (Walyani, 2015)
Persalinan merupakan proses pembukaan dan menipisnya servik dan janin turun dalam
keadaan jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada servik (membuka dan 32 menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan servik

72
1. Tujuan asuhan persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

2. Tahapan persalinan
Tahapan persalinan (kala I, II, III dan IV)
a. Kala III
 Pengertian :
Menurut Hidayat (2010) dimulai dari bayi lahir sampai dengan plasenta lahir. Setelah
bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam waktu 6-15 menit setelah bayi lahir secara spontan
maupun dengan tekanan pada fundus uteri.
 Tanda pelepasan plasenta :
1) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus (uterus menjadi bundar)
2) semburan darah/ darah keluar secara tiba-tiba
3) tali pusat semakin panjang.
 Manajemen aktif kala III :
1) Memberikan Oksitosin 10 IU secara IM
2) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
3) Lakukan PTT (Penegangan Tali Pusat Terkendali)
4) Masase fundus
b. Kala IV
 Pengertian :
Menurut Hidayat (2010) Pemantauan kala IV ditetapkan sebagai waktu 2 jam
setelah plasenta lahir lengkap, hal ini dimaksudkan agar bidan atau penolong
persalinan masih mendampingi wanita setelah persalinan selama 2 jam (2 jam
post partum). Dengan cara ini kejadian-kejadian yang tidak diinginkan karena
perdarahan post partum dapat dihindarkan.
 Tujuh pokok penting ibu post partum yang harus diperhatikan sebelum ditinggalkan :
1) kontraksi uterus baik
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau perdarahan lain pada alat genital
lainnya
3) plasenta dan selaput ketuban telah dilahirkan lengkap
4) kandung kemih harus kosong
5) luka pada perinium telah dirawat dengan baik
6) tidak ada haematoma
7) bayi dalam keadaan baik, ibu dalam keadaan baik, nadi dan tekanan darah
dalam keadaan baik

3. Perubahan dan adaptasi fisiologis psikologis pada ibu bersalin


a. Kala III

 Fisiologi Kala III


Kala III merupakan periode waktu terjadi penyusutan volume rongga uterus setelah
kelahiran bayi, penyusutan ukuran ini merupakan berkurangnya ukuran tempat
perlengketan plasenta. Oleh karena tempat perlengketan menjadi kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal, dan
kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian
bawah uterus atau kedalam vagina.
Karakteristik unik otot uterus terletak pada kekuatan retraksinya. Selama kala II
persaalinan, rongga uterus dapat secara cepat menjadi kosong, memungkinkan proses
retraksi mengalami akselerasi. Dengan demikian, di awal kala III persalinan, daerah
implantasi plasenta sudah mengecil. Pada kontraksi berikutnya, vena yang terdistensi
akan pecah dan sejumlah darah kecil akan merembes diantara sekat tipis lapisan
berspons dan permukaan plasenta, dan membuatnya terlepas dari perlekatannya. Pada
saat area permukaan plasenta yang melekat semakin berkurang, plasenta yang relatif
non elastis mulai terlepas dari dinding uterus.

74
Asuhan yang diberikan :
Manajemen aktif kala III :
1) Memberikan Oksitosin 10 IU secara IM
2) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
3) Lakukan PTT (Penegangan Tali Pusat Terkendali)
4) Masase fundus
 Pisikologi
Bidan sebagai pemberi asuhan dan pendamping persalinan diharapkan dapat memberikan
pertolongan, bimbingan dan dukungan selama proses persalinan berlangsung.
Asuhan yang mendukung selama persalinan merupakan standar pelayanan kebidanan. Yang
dimaksud dengan asuhan mendukung adalah bersifat aktif dan ikut serta selama proses
asuhan berlangsung. Kebutuhan psikologis ibu selama persalinan menurut Lesser dan
Kenne meliputi:

1. Kehadiran seorang pendamping secara terus-menurus


2. Penerimaan atas sikap dan perilakunya
3. Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan aman.

b. Kala IV
 Fisiologi Kala IV
Kala IV persalinan dimulai dengan lahirnya plasenta dan berakhir satu jam kemudian.
Dalam kala IV pasien belum boleh dipindahkan kekamarnya dan tidak boleh
ditinggalkan oleh bidan karena ibu masih butuh pengawasan yang intensif disebabkan
perdarahan atonia uteri masih mengancam sebagai tambahan, tanda-tanda vital
manifestasipsikologi lainnya dievaluasi sebagai indikator pemulihan dan stres
persalinan. Melalui periode tersebut, aktivitas yang paling pokok adalah perubahan
peran, hubungan keluarga akan dibentuk selama jam tersebut, pada saat ini sangat
penting bagi proses bonding, dan sekaligus inisiasi menyusui dini.
1) Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan ditengah-tengah abdomen kurang
lebih 2/3-¾ antara simfisis pubis dan umbilikus. Jika uterus ditemukan ditengah,
diatas simpisis, maka hal ini menandakan adanya darah di kavum uteri dan butuh
untuk ditekan dan dikeluarkan. Uterus yang berada di atas umbilikus dan bergeser
paling umum ke kanan menandakan adanya kandung kemih penuh, sehingga
mengganggu kontraksi uterus dan memungkinkan peningkatan perdarahan.
 Jika pada saat ini ibu tidak dapat berkemih secara spontan
Asuhan yang diberikan : Dilakukan kateterisasi untuk mencegah terjadinya
perdarahan
Uterus yang berkontraksi normal harus terasa keras ketika disentuh atau diraba
 Selama 24 jam pertama wetelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan simassase
sampai tonus baik
2) Servik, Vagina dan Perineum
Segera setelah lahiran servik bersifat patulous, terkulai dan tebal. Tepi anterior selama
persalinan atau setiap bagian servik yang terperangkap akibat penurunan kepala janin
selam periode yang panjang, tercermin pada peningkatan oedema dan memar pada
area tersebut. Perineum yang menjadi kendur dan tonus vagina juga tampil jaringan,
dipengaruhi oleh peregangan yang terjadi selama kala II persalinan.
3) Tanda vital
Tekanan darah, nadi dan pernafasan harus kembali stabil pada level pra persalinan
selama jam pertama post partum. Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin
selama interval ini merupakan satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan darah
berlebihan. Sedangkan suhu tubuh ibu meningkat, tetapi biasanya dibawah 38ºC.
Namun jika intake cairan baik, suhu tubuh dapat kembali normal dalam 2 jam post
partum.
4) Sistem Gastrointestinal Rasa mual dan muntah selama masa persalinan akan menghilang.
Pertama ibu akan merasa haus dan lapar, hal ini disebabkan karena proses persalinan yang
mengeluarkan atau memerlukan banyak energi.
5) Sistem Renal Urin yang tertahan menyebabkan kandung kemih lebih membesar karena
trauma yang disebabkan oleh tekanan dan dorongan pada uretra selama persalinan.
Mempertahankan kandung kemih wanita agar tetap kosong selama persalinan dapat
menurunkan trauma. Setelah melahirkan, kandung kemih harus tetap kosong guna
mencegah uterus berubah posisi dan terjadi atonia. Jika ibu belum bisa berkemih
Asuhan yang diberikan : Dilakukan kateterisasi untuk mencegah terjadinya
perdarahan
Uterus yang berkontraksi normal harus terasa keras ketika disentuh atau diraba
 Penjahitan Luka Episiotomi
76
 Pisikologi
Dukungan psikologis pada ibu bersalin dapat diberikan dengan cara:
memberikan sugesti positif, mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit dan
ketidaknyamanan selama persalinan, dan membangun kepercayaan dengan komunikasi
yang efektif.

 Pemberian Sugesti
Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan pengaruh pada ibu dengan pemikiran yang
dapat diterima secara logis. Sugesti yang diberikan berupa sugesti positif yang mengarah
pada tindakan memotivasi ibu untuk melalui proses persalinan sebagaimana mestinya.
Menurut psikologis sosial individu, orang yang mempunyai keadaan psikis labil akan lebih
mudah dipengaruhi/mendapatkan sugesti. Demikian juga pada wanita bersalin yang mana
keadaan psikisnya dalam keadaan kurang stabil, mudah sekali menerima sugesti/pengaruh.
Sugesti positif yang dapat diberikan bidan pada ibu bersalin diantaranya adalah dengan
mengatakan pada ibu bahwa proses persalinan yang ibu hadapi akan berjalan lancar dan
normal, ucapkan hal tersebut berulang kali untuk memberikan keyakinan pada ibu bahwa
segalanya akan baik-baik saja. Contoh yang lain, misal saat terjadi his/kontraksi, bidan
membimbing ibu untuk melakukan teknik relaksasi dan memberikan sugesti bahwa dengan
menarik dan menghembuskan nafas, seiring dengan proses pengeluaran nafas, rasa sakit ibu
akan berkurang.
 Mengalihkan Perhatian
Mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang dihadapi selama proses persalinan
berlangsung dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya. Secara psikologis, apabila
ibu merasakan sakit, dan bidan tetap fokus pada rasa sakit itu dengan menaruh rasa
empati/belas kasihan yang berlebihan, maka rasa sakit justru akan bertambah. Upaya
yang dapat dilakukan bidan dan pendamping persalinan untuk mengalihkan perhatian
ibu dari rasa sakit selama persalinan misalnya adalah dengan mengajaknya berbicara,
sedikit bersenda gurau, mendengarkan musik kesukaannya atau menonton
televisi/film. Saat kontraksi berlangsung dan ibu masih tetap merasakan nyeri pada
ambang yang tinggi, maka upaya-upaya mengurangi rasa nyeri misal dengan teknik
relaksasi, pengeluaran suara, dan atau pijatan harus tetap dilakukan.

 Membangun Kepercayaan
Kepercayaan merupakan salah satu poin yang penting dalam membangun citra diri
positif ibu dan membangun sugesti positif dari bidan. Ibu bersalin yang memiliki
kepercayaan diri yang baik, bahwa dia mampu melahirkan secara normal, dan dia
percaya bahwa proses persalinan yang dihadapi akan berjalan dengan lancar, maka
secara psikologis telah mengafirmasi alam bawah sadar ibu untuk bersikap dan
berperilaku positif selama proses persalinan berlangsung sehingga hasil akhir
persalinan sesuai dengan harapan ibu. Untuk membangun sugesti yang baik, ibu harus
mempunyai kepercayaan pada bidan sebagai penolongnya, bahwa bidan mampu
melakukan pertolongan persalinan dengan baik sesuai standar, didasari pengetahuan
dasar dan keterampilan yang baik serta mempunyai pengalaman yang cukup. Dengan
kepercayaan tersebut, maka dengan sendirinya ibu bersalin akan merasa aman dan
nyaman selama proses persalinan berlangsung.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari berbagai pengertian tentang Asuhan Kebidanan Pada Persalinan di kala III &
IV atas adalah sebuah asuhan yang dapat diberikan bidan pada masa persalinan dan bagaimana
diajar agar mampu memberikan asuhan yang tepat guna kepada pasien. Paham mengenai
pisikologi dari seorang ibu dan adaptasi yang terjadi ketika dalam masa persalian.

Pemenuhan kebutuhan psikologis pada ibu bersalin harus diperhatikan dengan baik oleh
bidan, karena keadaan psikologis ibu bersalin sangat berpengaruh pada proses dan hasil akhir
persalinan. Kebutuhan ini berupa dukungan emosional baik dari bidan maupun pendamping
persalinan (suami/anggota keluarga). Komunikasi efektif antara bidan dengan ibu bersalin dan
pendamping persalinan, merupakan poin terpenting dalam pemenuhan kebutuhan psikologis ibu
bersalin. Kebutuhan psikologis ibu bersalin dapat terpenuhi dengan baik melalui upaya:
memberikan sugesti positif, mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan
selama persalinan, dan membangun kepercayaan dengan komunikasi yang efektif.

78
Topik 5
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA I

PENGGUNAAN PARTOGRAF

A. Pengertian Partograf

Beberapa pengertian dari partograf adalah sebagai berikut:


1. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik (JNPKKR, 2007).
2. Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (Sarwono,2008).
3. Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2001).
4. Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan informasi
untuk membuat keputusan klinik. (Wiknjosastro, 2008).

Dapat disimpulkan juga pengertian partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan
klinik,memantau,mengevaluasi dan menatalaksana persalinan.Partograf dapat dipakai untuk
memberikan peringatan awal bahwa suatu persalinan berlangsung lama,adanya gawat ibu dan
janin,serta perlunya rujukan.
B. Tujuan Partograf

Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:


1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal.Dengan demikian dapat pula
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu,kondisi bayi,grafik kemajuan
proses persalinan,bahan dan medikamentosa yang diberikan,pemeriksaan
laboratorium,membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana
semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru
lahir ( JNPK-KR, 2008).

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten,partograf akan membantu penolong persalinan
untuk :
1. Mencatat kemajuan persalinan
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu (JNPK-KR, 2008).

C. Penggunaan Partograf

Partograf harus digunakan:


1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting
dari asuhan persalinan.Partograf harus digunakan untuk semua persalinan,baik normal
maupun patologis.Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik,baik persalinan dengan penyulit maupun
yang tidak disertai dengan penyulit
2. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (Rumah,Puskesmas,klinik bidan
swasta,rumah sakit,dll)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri,Bidan,Dokter Umum,
Residen dan Mahasiswa Kedokteran) (JNPK-KR,2008).
D. Waktu Pengisian Partograf

Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat proses persalinan telah berada dalam
kala I fase aktif yaitu saat pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada
pemantauan kala IV.
E. Isi Partograf

Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh informasi ibu,kondisi
janin,kemajuan persalinan waktu dan jam,kontraksi uterus,kondisi ibu,obat-obatan yang
diberikan,pemeriksaan laboratorium,keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dicatat secara rinci sesuai cara pencatatan partograf.
Isi partograf antara lain:
1. Informasi tentang ibu
a) Nama dan umur.
b) Gravida, para, abortus.
c) Nomor catatan medik/nomor puskesmas.
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat.
e) Waktu pecahnya selaput ketuban.
2. Kondisi janin
a) Denyut jantung janin
b) Warna dan adanya air ketuban
c) Penyusupan(molase) kepala janin.
3. Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
c) Garis waspada dan garis bertindak.
4. Waktu dan jam
80
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
5. Kontraksi uterus
a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.
b) Lama kontraksi (dalam detik).
6. Obat-obatan yang diberikan
a) Oksitosin.
b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
7. Kondisi ibu
a) Nadi,tekanan darah dan temperatur tubuh.
b) Urin (volume, aseton atau protein).

F. Cara Pengisian Partograf

Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4 cm dan berakhir titik dimana
pembukaan lengkap.Pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm
per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Kondisi ibu dan
janin dinilai dan dicatat dengan cara:
1. Denyut jantung janin : setiap 30 menit.
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit.
3. Nadi : setiap 30 menit.
4. Pembukaan serviks : setiap 4 jam
5. Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
7. Produksi urin,aseton,dan protein : 2-4 jam sekali

Cara pengisian partograf adalah sebagai berikut:


1) LEMBAR DEPAN PARTOGRAF.
a) Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu.Waktu kedatangan ditulis sebagai jam.Catat
waktu pecahnya selaput ketuban, dan catat waktu merasakan mules
b) Kondisi janin.
1) Denyut Jantung Janin.
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit( lebih sering jika ada tanda-tanda gawat
janin).Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukan DJJ.Catat DJJ
dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukan DJJ.Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan
garis tegas bersambung.Kisaran normal DJJ terpapar pada patograf diantara
180 dan 100. Akan tetapi penolong harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau
di atas 160.
2) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dan
nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.Catat semua temuan-temuan
dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
 U : Selaput ketuban masih utuh ( belum pecah )
 J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
 M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
 D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
 K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ( kering )
3) Penyusupan/molase tulang kepala janin.

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.Semakin besar derajat
penyusupannya atau tumpang tindih antara tulang kepala semakin menunjukan risiko disporposi
kepala panggul ( CPD ).Ketidak mampuan untuk berakomodasi atau disporposi ditunjukan
melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih ( molase ) yang berat sehingga tulang kepala
yang saling menyusup,sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disporposi kepala panggul
maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam,nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin.
Catat temuan yang ada dikotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.Gunakan
lambang-lambang berikut ini :
 0 : Tulang-tulang kepala janin terpish, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
 3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

c) Kemajuan persalinan.

Angka 0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.


1) Pembukaan serviks.
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan.Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam.
Menyantumkan tanda ‘X’ di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya
pembukaan serviks.
2) Penurunan bagian terbawah janin.
Untuk menentukan penurunan kepala janin tercantum angka 1-5 yang
sesuai dengan metode perlimaan.Menuliskan turunnya kepala janin dengan garis
tidak terputus dari 0-5. Berikan tanda ‘0’ pada garis waktu yang sesuai

3) Garis waspada dan Garis bertindak.


82
 Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per
jam.Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang
dari 1 cm per jam),maka harus dipertimbangkan adanya penyulit .
 Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada.
Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak
maka hal ini menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan

d) Jam dan waktu.

Dibagian bawah kolom pembukaan serviks tertera kotak 1 – 16 menyatakan waktu 1 jam
setiap kolom dibawahnya tertera kotak untuk menulis waktu actual di lakukannya pemeriksaan.
e) Kontraksi Uterus.

Terdapat lima kotak kontraksi per 10 menit.Nyatakan lama kontraksi dengan:


1. Titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya < 20 detik.
2. Garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40
detik.
3. Arsir penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya > 40 detik.
f) Obat-obatan dan cairan yang diberikan.
1. Oksitosin Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam tetes per
menit.
2. Obat-obatan lain Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan I.V
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
g) Kondisi Ibu
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh.
a. Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•) pada kolom yang sesuai.
b. Tekanan darah,dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika diduga ada
penyulit.Memberi tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
c. Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga ada infeksi. Mencatat suhu tubuh pada
kotak yang sesuai.
2. Volume urine, protein dan aseton. Mengukur dan mencatat jumlah produksi urine
setiap 2 jam (setiap ibu berkemih). Jika memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton
dan protein dalam urine.

2) LEMBAR BELAKANG PARTOGRAF


Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal- hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran,serta tindakan – tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I hingga IV ( termasuk bayi baru lahir).Itulah sebabnya bagian ini disebut
sebagai catatan persalinan.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik.Terutama pada
pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan).Selain itu,catatan
persalinan(yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk
menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan
aman.
a) Data dasar.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk, pendamping saat merujuk dan
masalah dalam kehamilan/ persalinan.
b) Kala I.
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah lain yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya.
c) Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu
dan masalah dan penatalaksanaannya.
d) Kala III.
Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III, pemberian
oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri, kelengkapan
plasenta, retensio plasenta > 30 menit, laserasi,atonia uteri,jumlah
perdarahan,masalah lain,penatalaksanaan dan hasilnya.
e) Kala IV.
Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
f) Bayi baru lahir.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis kelamin, penilaian
bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.

84
CONTOH LEMBAR DEPAN PARTOGRAF
CONTOH LEMBAR BELAKANG PARTOGRAF

86
MANAJEMEN NYERI PADA PERSALINAN

Dukungan Persalinan
Pada persalinan Kala I selain pada saat kontraksi uterus,umumnya ibu dalam keadaan santai,
tenang dan tidak terlalu pucat. Kondisi psikologis yang sering terjadi pada wanita dalam
persalinan kala I adalah :
A. Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan sendiri.Ketakutan
tersebut berupa rasa takut jika bayi yang yang akan dilahirkan dalam keadaan cacat,serta
takhayul lain.Walaupun pada jaman ini kepercayaan pada ketakutan-ketakutan gaib
selama proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab secara biologis,anatomis, dan
fisiologis kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan-alasan
patologis atau sebab abnormalitas (keluarbiasaan).Tetapi masih ada perempuan yang
diliputi rasa ketakutan akan takhayul.
B. Timbulnya rasa tegang,takut,kesakitan, kecemasan dan konflik batin.Hal ini disebabkan
oleh semakin membesarnya janin dalam kandungan yang dapat mengakibatkan calon ibu
mudah capek,tidak nyaman badan,dan tidak bisa tidur nyenyak,sering kesulitan bernafas
dan macam-macam beban jasmaniah lainnya diwaktu kehamilannya.
C. Sering timbul rasa jengkel,tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak sabaran
sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi terganggu.Ini
disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya
kontraksikontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan dicintai secara
psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai beban yang amat berat.
D. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi yang merupakan
hambatan dalam proses persalinan :
a. Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tanpa sebab sebab
yang jelas
b. Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar
c. Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan
d. Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan takikardi

Hampir semua wanita mengalami dan mersakan nyeri selama persalinan tetapi respon
setiap wanita terhadap nyeri persalinan berbeda-beda. Nyeri adalah pengalaman yang berbeda
yang dirasakan seseorang (Reeder dan martin, 1997).Nyeri pada persalinan kala I adalah
perasaan sakit dan tidak nyaman yang dialami ibu sejak awal mulainya persalinan sampai
serviks berdilatasi maksimal (10 cm).

Nyeri mengakibatkan stres karena stres dapat melepaskan katekolamin yang mengakibatkan
berkurangnya aliran darah ke uterus sehingga uterus kekurangan oksigen.Nyeri melibatkan dua
komponen yaitu fisologis dan psikologis.Secara psikologis pengurang nyeri akan menurunkan
tekanan yang luar biasa bagi ibu dan bayinya
1. Dukungan Umum dalam Persalinan
a. Dorong Pasangan untuk mendukung Ibu
b. Kuatkan dan yakinkan Ibu
c. Berikan dukungan fisik
d. Dorong keluarga untuk memberikan support
e. Biarkan pasangan untuk mengkomunikasikan kebutuhan Ibu
2. Dukungan Lingkungan Sosial

Dukungan suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian dari dukungan sosial. Dukungan
sosial secara psikologis dipandang sebagai hal yang kompleks.Wortmen dan Dunkell Scheffer
(dalam Abraham, 1997) menidentifikasikan beberapa jenis dukungan meliputi ekspresi peranan
positif, termasuk menunjukkan bahwa seseorang diperlukan dengan penghargaan yang tinggi
dan ekspresi persetujuan atau pemberitahuan tentang ketepatan,keyakinan dan perasaan
seseorang.
Dukungan keluarga,terutama suami saat ibu melahirkan sangat dibutuhkan seperti kehadiran
kelurga dan suami untuk mendampingi istri menjelang melahirkan atau suami menyentuh tangan
istri dengan penuh perasaan sehingga istri akan merasa lebih tenang untuk menhadapi proses
persalinan.
Selain itu kata-kata yang mampu memotivasi dan memberikan keyakinan pada ibu bahwa proses
persalinan yang dijalani ibu akan berlangsung dengan baik,sehingga ibu tidak perlu merasa
cemas, tegang atau ketakutan (Musbikin, 2005).
Sifat-sifat dukungan persalinan antara lain : sederhana, efektif, murah atau terjangkau, dan
berisiko rendah Kemajuan persalinan bertambah baik dan menjadikan hasil persalinan akan
bertambah baik,sehingga dukungan persalinan akan bertambah baik.
Dukungan persalinan bertujuan untuk:
a. Mengurangi nyeri pada sumbernya
b. Memberi perangsang alternatif yang kuat untuk mengurangi sensasi nyeri/menghambat
rasa sakit
c. Mengurangi reaksi negatif emosional dan reaksi fisik wanita terhadap rasa sakit

Perawatan Fisik Pada Persalinan Kala I


A. Pengertian
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang dialami oleh ibu bersalin dengan mengumpulkan data objektif dilakukan
pemeriksaan terhadap pasien
B. Tujuan
Tujuan dalam pemeriksaan fisik ini yaitu untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan
untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan
yang paling sesuai dengan kondisi ibu.
Yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik kala 1
1. Menentukan tinggi fundus uteri titik pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus
sedang tidak berkontraksi titik ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur
titik mulai dari tepi atas simfisis pubis kemudian rantangkan pita pengukur hingga ke
puncak fundus mengikuti Axis atau linea mendali dinding abdomen. Jarak antara tepi

88
atas simfisis pubis dan puncak fundus adalah tinggi fundus titik ini sesuai dengan teori
mc Donald
2. Memantau kontraksi uterus. Menggunakan jarum detik yang ada pada jam untuk
memantau kontraksi uterus. Letakkan tangan penolong pada atas uterus dan palpasi
jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit. Tentukan durasi setiap kontraksi
yang terjadi titik pada fase aktif minimal 2 kali dalam 10 menit dan lama kontraksi
adalah 40 detik atau lebih. Diantara dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus
3. Memantau DJJ atau denyut jantung janin. Menggunakan Doppler atau laenec untuk
mendengarkan djj dan menghitung djj per menit. Lakukan penilaian di gizi pada lebih
dari satu kontraksi. Gunakan jarum detik atau jam. Nilai DJ selama dan segera setelah
kontraksi uterus. Dengarkan djj minimal 60 detik titik gangguan kondisi janin
dicerminkan dari DJ yang kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali per
menit.
4. Menentukan persentase bayi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin titik penilaian kepala janin dilakukan
dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin yang masih berada di atas tepi atas
simfisis adalah proporsi yang belum masuk PAP dan sisanya menunjukkan sejauh mana
bagian terbawah janin telah masuk ke dalam rongga panggul.
Penurunan bagian terbawah janin dengan metode lima jari
a.5/5 jika bagian terbawah seluruh kerabat di atas simfisis pubis
b.4/5 jika sebagian terbawah janin telah masuk PAP
c.3/5 jika sebagian telah memasuki rongga panggul
d.2/5 jika hanya sebagian terbawah janin masih berada di atas simfisis
e.1 per 5 jika hanya 1 dari lima jari yang masih dapat berapa bagian bawah janin
yang berada di atas simfisis
f. 0/5 jika bagian terbawah janin tidak dapat teraba dari pemeriksaan luar
6. Periksa dalam atau vaginal toucher. Sebelum melakukan periksa dalam cuci tangan
dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan dengan handuk kering dan basah titik
minta ibu untuk berkemih dan mencuci area genitalia dengan sabun dan air. Jelaskan
pada ibuku setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan titik tentramkan hati
dan anjurkan ibu untuk rileks Didik pastikan privasi ibu terjaga selama pemeriksaan
dilakukan.

Persiapan alat yang digunakan dalam pemeriksaan fisik kala I


1. Timbangan berat badan
2. Pengukur tinggi badan
3. Pengukur Lila
4. Tensimeter
5. Stetoskop
6. Termometer
7. Jam tangan
8. Penlight
9. Tisu
10. Tongue spatel
11. Doppler
12. Pita pengukur
13. Kapas sublimat
14. Air dtt dan com
15. Handskun dalam bak instrumen
16. Bengkok
17. Reflex hammer
18. Larutan klorin 0,5%
19. Perlak pengalas

Pengurangan Rasa Sakit Pada Persalinan Kala I


A. Defenisi Nyeri Persalinan
Menurut international association for the study of pain l (LAST) nyeri adalah
pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan terjadi akibat kerusakan jaringan
secara aktual atau potensial, serta menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. nyeri juga
merupakan sensasi peringatan bagi otak terhadap situ mulus yang menyebabkan kerusakan
jaringan tubuh. Nyeri persalinan merupakan sensasi yang tidak menyenangkan akibat stimulus
saraf sensorik. Rasa nyeri persalinan bersifat personal sebab setiap orang mempersepsikan rasa
nyeri yang berbeda terhadap stimulus yang sama bergantung ambang nyeri yang dimiliki.
B. Fisiologi Nyeri Persalinan
Beberapa teori menjelaskan mekanisme nyeri.
1. Nyeri berdasar atas tingkat kedalaman dan letaknya
a. Nyeri fiskal adalah rasa nyeri yang dialami ibu karena perubahan serviks dan iskemia
uterus pada persalinan kala 1. Pada kala 1 fase laten lebih banyak penipisan serviks,
sedangkan pembukaan serviks, serta penurunan bagian terendah janin terjadi pada
fase aktif dan transisi. Ibu merasakan nyeri yang berasal dari bagian bawah abdomen
dan menyebar ke daerah lumbal punggung, serta menurunkan. Ibu biasanya
mengalami nyeri hanya selama kontraksi dan bebas rasa nyeri pada interval antara
kontraksi.
b. Nyeri somatik adalah nyeri yang dialami ibu pada akhir kala 1 dan kala 2 persalinan.
Nyeri disebabkan oleh peregangan perineum dan vulva, tekanan uterus cervical saat
kontraksi, penekanan bagian terendah janin secara progresif pada fleksus
lumbosacral, kandung kemih, usus, serta struktur sensitif panggul yang lain.
2. Teori kontrol gerbang
Teori kontrol gerbang menyatakan bahwa selama proses persalinan impuls nyeri
berjalan dari uterus sepanjang serat serat saraf besar ke arah uterus menuju
substansi gelatinosa di dalam spinal column a sel-sel transmisi memproyeksikan
pesan nyari ke otak, terdapat stimulasi (seperti vibrasi atau message)

90
mengakibatkan pesan yang berlawanan yang lebih kuat, cepat dan berjalan
sepanjang serat saraf kecil. Pesan yang berlawanan ini menutup gerbang di
substansi gelatinosa lalu memblokir pesan nyeri sehingga otak tidak mencatat
pesan nyeri tersebut
Dasar pemikiran pertama teori kontrol gerbang adalah keberadaan dan intensitas
pengalaman nyeri tergantung pada transmisi tertentu pada impuls-impuls saraf.
Dasar pemikiran kedua mekanisme gerbang sepanjang sistem saraf yang
mengendalikan transmisi nyeri sehingga ketika gerbang terbuka infus yang
menyebabkan sensasi nyeri dapat mencapai tingkat kesadaran, namun ketika
gerbang tertutup impuls tidak mencapai kesadaran dan sensasi nyeri tidak dialami.

C. Tingkat nyeri dalam persalinan


Tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan intensitas nyeri yang dipersepsikan oleh
ibu saat proses persalinan. Intensitas rasa nyeri persalinan dapat ditentukan dengan cara
menanyakan tingkatan intensitas atau merujuk pada skala nyeri. Skala 0-10 (skala numerik),
skala deskriptif yang menggambarkan intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak
tertahankan, dan skala dengan gambar kartun profil wajah. Pada primigravida lebih merasakan
nyeri persalinan kala 1 dari pada multigravida. Primigravida cenderung lebih banyak mengalami
kecemasan sehingga menimbulkan ketegangan dan ketakutan.
D. Penyebab Nyeri Persalinan
Sebab-sebab nyeri persalinan sebagai berikut
1. Kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks, serta iskemia
rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Ibu hanya mengalami rasa nyeri selama
kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.
2. Peregangan otot dasar panggul
Nyeri regangan otot dasar panggul timbul pada saat mendekati kala 2 titik nyeri ini
terlokalisir di daerah vagina rektum,, sekitar anus yang disebabkan oleh
peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian terbawah
janin.
3. Episiotomi
Nyeri dirasakan apabila ada tindakan episiotomi titik tindakan ini dilakukan
sebelum jalan lahir mengalami laserasi maupun ruptur.
4. Kondisi psikologi
Nyeri yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut cemas dan tegang
memicu produksi hormon prostaglandin sehingga timbul stres. Kondisi stres dapat
mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.

Nyeri kala 1 persalinan adalah proses fisiologis normal. Nyeri persalinan kala 1 berasal
dari dilatasi serviks merupakan sumber energi yang utama perdagangan segmen bawah uterus
dan hipoksia pada sel-sel otot uterus selama kontraksi.

Lokasi menjalarnya nyeri persalinan kala I


E. Frekuensi Nyeri Persalinan
Frekuensi nyeri persalinan merupakan jumlah nyeri yang ditimbulkan dalam periode atau
rentan waktu tertentu titik nyeri yang ditimbulkan berasal dari kontraksi sehingga perhitungan
frekuensi nyeri didasarkan pada frekuensi kontraksi atau his yang timbul setiap 10 menit.
Kontraksi atau his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut terdapat tuba masuk ke
dalam dinding uterus yang disebut sebagai pace maker tempat gelombang his berasal titik
gelombang bergerak ke dalam dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik sampai ke
seluruh uterus.
Kontraksi uterus bervariasi pada setiap bagian karena mempunyai pola gradien.
Kontraksi yang kuat mulai dari fundus hingga berangsur-angsur berkurang dan tidak ada sama
sekali kontraksi pada serviks (fase istirahat). Hal ini memberikan efek pada uterus sehingga
uterus terbagi menjadi dua zona yaitu zona atas dan zona bawah uterus. Zona atas merupakan
zona yang berfungsi mengeluarkan janin karena merupakan zona yang berkontraksi, menebal
dan bersifat aktif. Zona ini terbentuk akibat mekanisme kontraksi otot pada saat relaksasi
panjang otot tidak dapat kembali ke ukuran semula, ukuran panjang otot selama masa relaksasi
semakin memendek titik setiap terjadi relaksasi ukuran panjang otot semakin memendek
sehingga zona atas semakin menebal dan zona bawah semakin tipis, serta UAS. Zona bawah
terdiri atas istmus HUT RI disebut sebagai segmen bawah rahim. Zona ini sifatnya pasif tidak
berkontraksi seperti zona atas. Zona bawa menjadi tipis dan membuka akibat pengaruh kontraksi
guna atas sehingga janin dapat melewatinya
His setelah kehamilan 30 Minggu terasa lebih kuat dan sering. Setelah 36 Minggu
aktivitas uterus lebih meningkat lagi sampai mulai persalinan titik pada awal persalinan
kontraksi uterus terjadi selama 15 sampai 20 detik. Pada saat memasuki fase aktif maka
kontraksi terjadi selama 45-90 detik dengan rata-rata 60 detik. Frekuensi dan lama kontraksi
uterus akan meningkat secara bertahap serta dikatakan adekuat jika terjadi lebih besar sama
dengan 3 kali dalam waktu 10 menit serta berlangsung selama lebih besar sama dengan 40 detik.
92
Frekuensi dihitung dari awal mulai kontraksi sampai muncul kontraksi berikutnya. Pada saat
memeriksa durasi kontraksi, cara yang dapat dilakukan dengan melakukan palpasi abdomen.
Penyebab uterus mulai berkontraksi sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti
titik diperkirakan sinyal biomolekuler dari janin yang diterima otak ibu akan memulai
penurunan progesteron estrogen serta peningkatan prostaglandin dan oksitosin sehingga terjadi
tanda-tanda persalinan titik satu teori menyatakan bahwa janin merupakan dirigen dari orkestrasi
kehamilan, komunikasi biomolekuler antara ibu dan janin ini merupakan bagian awal ikatan
antara ibu serta janin yang akan terjalin seumur hidup.
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri persalinan
Nyeri merupakan hal yang kompleks terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri
persalinan
1. Usia
Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologis yang masih labil
memicu kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan lebih berat dibanding usia tua
titik usia juga dipakai sebagai salah satu faktor dalam menentukan toleransi
terhadap nyeri titik toleransi dan pemahaman nyeri akan meningkat seiring
bertambah usia Titiek penelitian yang dilakukan oleh Vixion r dkk. Bahwa
perempuan yang berusia lebih muda menunjukkan intensitas nyeri yang lebih
tinggi dibanding dengan perempuan yang lebih tua.
Usia yang dianggap aman menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20 -35 tahun
titik dalam rentang usia ini kondisi fisik ibu dalam keadaan prima. Usia <20 tahun
dan >35 tahun tergolong berikut tinggi terjadinya komplikasi persalinan dan
ketidaknyamanan nyeri akibat komplikasi yang timbul. Kematian maternal pada
wanita usia <20 tahun memiliki resiko 2-5 kali lebih tinggi titik persalinan usia
>35 tahun merupakan resiko tinggi terhadap komplikasi medis dan obstetri titik
usia menentukan kesiapan ibu dalam mengambil keputusan dan bertindak sehingga
ibu bersalin lebih memiliki kesiapan dalam menghadapi persalinan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Humaira dan Saragih bahwa rata-rata nyeri
persalinan lebih tinggi pada ibu yang berusia <20 tahun dan hasil p=0,001 yang
artinya terdapat hubungan signifikan antara usia ibu dan nyeri persalinan kala I
fase aktif.

2. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah
janin yang dilahirkan titik bagi primipara, persalinan yang dialaminya merupakan
pengalaman pertama kali dan ketidaktahuan menjadi faktor penunjang timbulnya
rasa tidak nyaman atau nyeri. Sedangkan bagi multipara, mungkin rasa nyeri
tersebut berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya.
Wanita primipara mengalami persalinan yang lebih panjang dibandingkan dengan
multipara hal ini menyebabkan peningkatan nyeri pada proses persalinan.
Hutahayan mengungkapkan bahwa rasa nyeri pada 1 persalinan dibandingkan
dengan nyeri pada persalinan berikutnya akan berbeda titik hal ini disebabkan oleh
serviks pada primipara memerlukan tenaga yang lebih besar untuk meregangkan
Nya, sehingga menyebabkan intensitas kontraksi lebih besar selama kala 1
persalinan. Multipara mengalami tingkat nyeri sedang, sedangkan pada primipara
cenderung mengalami tingkat nyeri berat. Ini disebabkan multipara pernah
mengalami proses persalinan sebelumnya sehingga dimungkinkan ibu tersebut
lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi nyeri persalinan. Paritas merupakan
salah satu faktor yang dapat menyebabkan nyeri persalinan titik selain itu juga
dapat disebabkan oleh adanya perbedaan mekanisme pembukaan serviks yaitu
pada primipara ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga service
akan mendatar dan menipis, sedangkan pada multipara ostium uteri internum sudah
sedikit membuka, ostium uteri internum dan eksternal serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama sehingga nyeri pada multipara
cenderung lebih ringan dibandingkan dengan primipara.
3. Budaya
Ekspresi nyeri persalinan dipengaruhi oleh ras budaya dan etnik. Ekspresi ini
didasarkan pada sifat wanita terhadap dirinya dan pengalaman saat hamil dengan
bantuan perawat untuk menghindari label yang dipengaruhi budaya titik pengaruh
budaya dapat menimbulkan harapan yang tidak realistis dan dapat mempengaruhi
respon serta persepsi individu terhadap nyeri titik misalnya wanita asli dari
Amerika menahan diri dengan menunjukkan sikap diam, sedangkan wanita
Hispanik menahan diri dengan bersikap sabar, tetapi menganggap sebagai sesuatu
yang wajar jika berteriak-teriak. Kebudayaan mempengaruhi bagaimana seseorang
mengekspresikan diri dalam agama tertentu kesabaran adalah hal yang paling
berharga dimata tuhan titik kadang-kadang nyeri dianggap sebagai peringatan atas
kesalahan yang telah dibuat sehingga orang tersebut pasrah dalam menghadapi
nyeri.
4. Mekanisme koping
Setiap individu mempunyai cara untuk menghadapi stres. Mekanisme ini
membantu ibu mengendalikan rasa nyeri, walaupun nyeri yang dirasakan saat
94
mengganggu titik k dan individu sulit menggunakan kopi yang dimiliki titik secara
normal, ibu dapat belajar mengatasi nyeri nya secara teratur. Ibu yang sebelumnya
mengalami persalinan yang lama dan sulit akan mengalami cemas yang berlebihan
terhadap persalinan berikutnya. Akan tetapi, pengalaman melahirkan sebelumnya
tidak selalu berpengaruh buruk terhadap kemampuannya untuk mengatasi nyeri
titik lingkungan yang mendukung dapat mempengaruhi persepsi ibu terhadap nyeri
titik dukungan selama persalinan membantu menurunkan cemas dan meningkatkan
kemampuan ibu untuk menangani ketidaknyamanan dan keefektifan metode
pengurangan nyeri yang lain. Secara normal orang belajar mengatasi nyeri pada
saat terjadinya nyeri, dan menggunakan kopling yang sama pada saat terjadi nyeri
berikutnya.
5. Faktor emosional
Bahwa rasa nyeri yang dihasilkan dari rasa takut, tegang selalu berjalan beriringan,
untuk menghilangkan nyeri perlu tindakan yang meringankan ketegangan dan
ketakutan, dengan relaksasi mental dan fisik. Ketakutan terhadap sesuatu yang
tidak diketahui adalah hal yang negatif mempengaruhi klien dan keluarganya. Bila
ibu mengerti nyeri yang terjadi dalam tubuhnya selama proses melahirkan maka
ibu tidak akan ketakutan titik ketegangan emosi akibat rasa cemas sampai rasa
takut memperberat persepsi nyeri selama persalinan. Rasa cemas yang berlebihan
juga menambah nyeri. Nyeri dan cemas menyebabkan otot menjadi spastik dan
kaku titik menyebabkan jalan lahir menjadi kaku, sempit dan kurang relaksasi.
Nyeri dan ketakutan dapat menimbulkan stres. Terjadinya reaksi stres yang kuat
dan berkelanjutan sehingga akhirnya akan berdampak negatif terhadap ibu dan
janinnya.
6. Tingkat pendidikan
Ibu yang berpartisipasi dalam pendidikan kelahiran bayi lebih mengalami apa yang
terjadi dalam proses persalinan dan sedikit mengalami kecemasan titik ibu yang
mengikuti kelas prenatal dan melahirkan secara alamiah menunjukkan perilaku
yang tenang dalam merasakan nyeri saat persalinan. Terdapat pengaruh yang
signifikan antara ibu yang memiliki pendidikan tinggi dibandingkan dengan yang
tingkat pendidikan rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
banyak bahan atau materi dan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai
perubahan tingkah laku yang baik. Jadi ibu yang berpendidikan tinggi lebih bisa
toleransi terhadap nyeri yang dialaminya.
7. Support system
Dengan adanya dukungan suami, keluarga, selama proses persalinan dapat
membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin juga membantu mengatasi rasa nyeri
persalinan. Ibu yang memperoleh dukungan psikososial selama persalinan
memiliki skor nyeri yang rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak
mendapatkan dukungan psikososial. Terdapat perbedaan yang bermakna nilai nyeri
antara ibu yang didampingi oleh suami dan ibu yang tidak dampingi suami.
8. Lama persalinan
Bila ibu bersalin mengalami proses persalinan yang memanjang, maka ibu akan
mengalami: kelelahan dan stres akibat mempengaruhi ambang rasa nyeri. Ada
perbedaan lama persalinan yang bermakna antara primipara dengan multipara di
mana lama persalinan kala 1 pada primipara lebih lama dibandingkan lama
persalinan pada multipara titik persalinan yang berlangsung lama dapat
menimbulkan komplikasi komplikasi salah satu komplikasi tersebut adalah nyeri
saat persalinan jika tidak ditangani maka akan berdampak buruk terhadap ibu
maupun terhadap janin.
9. Pengalaman nyeri sebelumnya
Melalui pengalamannya rikomah wanita mengembangkan berbagai macam
mekanisme untuk mengatasi nyeri tersebut titik pengalaman nyari sebelumnya
mengubah sensitifitas seseorang terhadap nyeri titik pasien mengalami persalinan
untuk pertama kalinya umumnya akan terasa lebih nyeri jika dibandingkan dengan
pasien yang sudah pernah mengalami persalinan. Wanita yang tidak didukung
secara emosional atau mengalami kesulitan dalam persalinan yang lalu maka akan
menyebabkan persalinan yang sangat nyeri. Seseorang yang mengalami nyeri
berulang dan berhasil mengatasinya maka orang tersebut akan lebih mudah
menginterpretasikan perasaan nyeri sehingga klien mempunyai persiapan untuk
menghadapi nyari yang selanjutnya.
10. Tindakan medic
Faktor eksternal yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu dengan dilakukannya
tindakan medis seperti induksi titik prosedur medis seperti induksi persalinan dapat
mempengaruhi respon terhadap nyeri selama persalinan. Induksi persalinan adalah
suatu tindakan atau langkah yang dilakukan untuk memulai persalinan, baik secara
mekanik maupun farmakologi. Penggunaan obat untuk induksi menyebabkan
kontraksi menjadi lebih kuat lebih tidak nyaman dari kontraksi yang timbul secara
spontan. Induksi persalinan adalah penggunaan stimulasi fisik atau kimia untuk
mempercepat intensitas kontraksi uterus. Induksi persalinan dapat dilakukan

96
dengan cara pemecahan ketuban, pemberian oksitosin pemberian obat misoprostol
pemberian hormon prostaglandin dan pemasangan balon kateter. Induksi
persalinan dengan menggunakan oksitosin dinyatakan memiliki tingkat nyeri lebih
tinggi dibandingkan dengan induksi yang lain titik dampak dilakukan induksi akan
timbul kecemasan pada ibu yang sedang mengalami persalinan titik nyeri yang
ditimbulkan pada persalinan normal dari rasa agak nyeri berlanjut sampai nyeri
yang tidak tertahankan dan berlangsung lama. Sedangkan nyeri yang ditimbulkan
akibat induksi persalinan adalah nyeri yang datang tiba-tiba setelah beberapa menit
dilakukan induksi titik nyeri persalinan normal akibat induksi dapat menimbulkan
perubahan fisik dan psikologis ibu. Perubahan fisik yang ditimbulkan seperti mual-
mual muntah-muntah dan berkeringat banyak akan mengakibatkan dehidrasi titik
yang diakibatkan dari induksi persalinan adalah dua kali lipat dari pada nyeri
kontraksi pada persalinan normal.

Manajemen Nyeri Persalinan


a. Message
Message adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak biasanya otot
tendon atau ligamen Oma tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi
seni guna menurunkan nyeri menghasilkan relaksasi dan atau meningkatkan
sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi: gerakan memutar yang dilakukan oleh
telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong ke depan dan ke belakang
menggunakan tenaga,, meremas-remas, dan gerakan meliuk liuk.
Beberapa metode message antara lain

1. Metode effluerage
Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk lalu letakkan kedua
tangan pada perut dan secara bersamaan di gerakan melingkar ke arah pusat
symphysis atau dapat juga menggunakan 1 telapak tangan menggunakan
gerakan melingkar atau suatu gerakan

2. Deep back massage adalah penekanan pada sacrum yang dapat mengurangi
ketegangan pada sendi sakroiliaka dari posisi oksiput posterior janin. Selama
kontraksi dapat dilakukan penekanan pada sacrum yang dimulai saat awal kontraksi
dan diakhiri setelah kontraksi berhenti. Jika klien menggunakan fetal monitor, dapat
melihat garis kontraksi untuk memulai dan mengakhiri penekanan titik penekanan
dapat dilakukan dengan tangan yang dikepalkan seperti bola tenis pada sacrum dua,
tiga, empat titik metode memperlakukan pasien berbaring miring kemudian bidan
atau keluarga pasien menekankan daerah sacrum secara mantap dengan telapak
tangan lepaskan dan tekan lagi begitu seterusnya.

3. Rubbing message
Gerakan pemijatan pada daerah punggung bagian belakang secara lembut yang
dilakukan dari atas sampai ke bawah menggunakan telapak tangan atau jari
tangan.

4. Metode frame counterpressure


Memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga
pasien menekan sacrum secara bergantian dengan tangan yang dikapalkan
secara mantap dan beraturan

5. Abdominal lifting
Memperlakukan pasien dengan cara memberikan pasien pada posisi kepala gak
tinggi titik letakkan kedua telapak tangan pada pinggang pasien, kemudian
secara bersamaan lakukan ucapan yang berlawanan ke arah puncak perut tanpa
menekan ke arah dalam, kemudian ulangi lagi.

b. Relaksasi
Ada beberapa posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan istirahat
atau selama proses persalinan
1. Berbaring terlentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua tangan
rileks disamping di bawah lutut dan kepala diberi bantal.
2. Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk, di bawah kepala diberi
bantal dan di bawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak
menggantung.
3. Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang kedua lutut ditekuk kedua lengan di
samping telinga
4. Duduk membungkuk rumah kedua lengan di atas sandaran kursi atau di atas
tempat tidur titik kedua kaki tidak boleh menggantung
Keempat posisi tersebut dapat digunakan selama ada his.
Pemenuhan Kebutuhan Fisik Pada Ibu dan Keluarga
1. Mengatur aktivitas dan posisi ibu
Disaat mulainya persalinan sambil menunggu pembukaan lengkap titik ibu masih dapat
diperbolehkan melakukan aktivitas, namun harus sesuai dengan kesanggupan ibu-ibu tidak
terasa jenuh dan rasa kecemasan yang dihadapi oleh ibu saat menjelang persalinan dapat
98
berkurang titik di dalam kelas 1 ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman selama
persalinan dan kelahiran.
Peran suami ialah untuk membantu ibu berganti posisi yang nyaman agar ibu merasa ada orang
yang menemani saat proses menjelang persalinan titik di sini ibu diperbolehkan berjalan, berdiri,
duduk jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau
jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali mempersingkat waktu persalinan.
Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan disarankan agar membantu ibu untuk sesering mungkin
berganti posisi selama persalinan
2. Membimbing iibu untuk rileks waktu ada his
His merupakan kontraksi pada uterus yang mana ini termasuk tanda-tanda persalinan yang
mempunyai sifat intermiten terasa sakit, terkoordinasi dan simetri serta terkadang dapat
dipengaruhi dari luar secara fisik dan psikis. Karena sifatnya menimbulkan rasa sakit, maka ibu
disarankan menarik nafas panjang dan kemudian anjurkan ibu untuk menahan nafas sebentar
kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada.
3. Menjaga kebersihan ibu
Saat persalinan akan berlangsung anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara
rutin selama persalinan titik di sini ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih atau
jika ibu terasa ingin berkemih. Selain itu tenaga kesehatan perlu memeriksa kandung kemih
pada saat memeriksa denyut jantung janin atau saat palpasi dilakukan tepat diatas simpisis pubis
untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh atau tidak. Apabila terjadi kandung kemih yang
penuh maka akan mengakibatkan: memperlambat turunnya bagian terbawah janin dan
memungkinkan menyebabkan partus macet. Menyebabkan ibu tidak nyaman titik meningkatkan
resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan atonia uteri titik mengganggu
penatalaksanaan distosia bahu. Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
4. Pemberian cairan dan nutrisi
Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu memastikan ibu untuk mendapatkan asuhan atau
makanan ringan dan minum air selama persalinan dan kelahiran bayi. Karena fase aktif ibu
hanya ingin mengkonsumsi cairan. Maka bidan menganjurkan anggota keluarga untuk
menawarkan ibu minum sesering mungkin dan makanan ringan selama persalinan, karena
makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan berlangsung akan memberikan lebih
banyak energi dan mencegah dehidrasi titik dehidrasi ini bila terjadi akan memperlambat
kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur.
Peran keluarga atau suami di sini ialah memberikan apa yang ingin ibu makan, dan apa yang
ingin diminum ibu.
Pemenuhan dan Kebutuhan Fisik
 Kebersihan dan kenyamanan
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan berkeringat banyak,
karena itu biasanya ia sangat mendambakan kesempatan untuk mandi atau
bersiram jika bisa. Jika ibu bisa berdiri maka ia akan senang bila bisa digosok
tubuhnya dengan air dingin dengan spons. Mulutnya bisa disejajarkan dengan jalan
menggosok gigi atau mungkin ingin menggulum es.
 Posisi
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal dan harus
berlangsung. Bidan mendukung ibu dalam memilih posisi apapun yang diinginkan
atau menyeramkan alternatif-alternatif apabila tindakan ibu tidak efektif atau
membahayakan diri sendiri atau bayinya. Bila ada anggota keluarga yang hadir
untuk melayani sebagai pendukung ibu maka bidan bisa menawarkan dukungan
pada orang yang mendukung ibu tersebut.
Posisi persalinan
-Duduk atau setengah duduk : lebih mudah bagi bidan untuk membimbing
kelahiran kepala bayi dan mengamati atau men-support perineum
-Merangkak : baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit membantu bayi
melakukan rotasi, peregangan minimal pada perineum.
-jongkok atau berdiri : membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran
panggul memperbesar dorongan untuk meneran.
-berbaring miring ke kiri : memberi rasa santai bagi ibu yang letih, memberi
oksigen yang baik bagi bayi, membantu mencegah terjadinya laserasi.
 Kontak fisik
Ibu mungkin tidak ingin berbincang tetapi ia mungkin akan merasa nyaman dengan
kontak fisik. Pendamping ibu hendaknya didorong untuk mau berpegangan tangan
dengan ibu, menggosok punggung, menyeka wajah dengan spons atau mungkin
hanya memberikan dukungan titik mereka yang menginginkan kelahiran aktif bisa
mencoba dengan stimulasi puting dan klitoris untuk mendorong pelepasan
oksitosin dari kelenjar pituitari sehingga akan merangsang kontraksi uterus secara
alamiah.
 Pijatan
Ibu yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin akan
merasa bahwa pijatan akan sangat mengerikan. Sebagian wanita mungkin akan
merasa bahwa pijatan pada nominal adalah suatu yang menyenangkan: belaian
ringan di atas seluruh perut dapat menimbulkan rasa nyaman yaitu dengan
menggunakan kedua tangan dan ujung jari menyentuh daerah simfisis pubis
melintas di atas mundus uterus dan kemudian turun kedua sisi perut.

Pemenuhan Kebutuhan Psikologis

100
 Persiapan untuk persalinan
Pada suatu tahap dalam masa persalinannya semua wanita akan menyadari
keharusan untuk melahirkan anaknya.
 Memberikan informasi
Idealnya setiap wanita yang hamil harus telah memperoleh kesempatan untuk
membentuk hubungan dengan seorang bidang tertentu agar supaya advice bisa
diberikan secara konsisten dan wanita tersebut akan merasa rileks dan bisa bebas
meminta informasi titik Dengan cara demikian setiap wanita akan bisa
mendapatkan informasi sebanyak yang diinginkannya.
 Mengurangi kecemasan
Meskipun tiap wanita mungkin akan merasa sedikit takut tentang beberapa aspek
dari kehamilan dan persalinan, banyak diantaranya merasa bahwa hal tersebut
tidaklah berdasar.
 Keikutsertaan dalam perencanaan
Pasangan-pasangan yang bisa berpartisipasi dalam perencanaan asuhan mereka
dengan cara ini akan merasa bahwa hal tersebut akan dianggap penting bagi para
pemberi asuhan dan akan merasa lebih tenang dalam menghadapi seluruh
pengalaman memasuki rumah sakit. Bidan harus ingat bahwa bagi pasangan
pasangan muda, sebuah rumah sakit itu bagaikan benda asing, lingkungan yang
belum dikenal yang dihubungkan dengan sakit dan mati dan bahwa mungkin saja
mereka belum pernah datang ke tempat seperti itu begitu juga dengan PMB

RANGKUMAN

A. KESIMPULAN
1. Nyeri adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan terjadi akibat
kerusakan jaringan secara aktual atau potensial, serta menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan. nyeri juga merupakan sensasi peringatan bagi otak terhadap situ mulus yang
menyebabkan kerusakan jaringan tubuh.
2. Beberapa teori menjelaskan mekanisme nyeri: Nyeri berdasar atas tingkat kedalaman dan
letaknya dan Teori kontrol gerbang
3. Tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan intensitas nyeri yang dipersepsikan oleh ibu
saat proses persalinan. Intensitas rasa nyeri persalinan dapat ditentukan dengan cara
menanyakan tingkatan intensitas atau merujuk pada skala nyeri. Skala 0-10 (skala numerik),
skala deskriptif yang menggambarkan intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak
tertahankan, dan skala dengan gambar kartun profil wajah. Pada primigravida lebih
merasakan nyeri persalinan kala 1 dari pada multigravida. Primigravida cenderung lebih
banyak mengalami kecemasan sehingga menimbulkan ketegangan dan ketakutan.
4. Penyebab nyeri persalinan : Kontraksi otot Rahim, Peregangan otot dasar panggul,
Episiotomi dan Kondisi psikologi
5. Manajemen nyeri pada persalinan : Massage dan Relaksasi
6. Partograf adalah alat bantu unuk memantau kemajuan Kala I persalinan fase aktif dan
sebagai informasi untuk membuat keputusan klinik.Penggunaan partograf dalam setiap
persalinan dapat memastikan ibu dan bayi mendapat asuhan yang aman, adekuat dan tepat
serta mencegah terjadi penyulit yang dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayi
baru lahir.
7. Dengan menggunakan partograf pada setiap menolong persalinan,dapat mendeteksi masalah
dan penyulit sesegera mungkin, menatalaksana masalah dan merujuk ibu dalam kondisi
gawat darurat, sehingga terjadinya kematian ibu dapat dicegah dan dapat menurunkan angka
kematian ibu dan bayi akibat persalinan.
8. Pemberian dukungan fisik dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu
mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui
proses persalinan normal.

102
Topik 6
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA II

ASUHAN SAYANG IBU

A. PENGERTIAN ASUHAN SAYANG IBU


Asuhan sayang Ibu adalah asuhan yang saling menghargai budaya, kepercayaan
dari keinginan sang ibu pada asuhan yang aman selama proses persalinan serta melibatkan
ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan, tidak emosional dan sifatnya mendukung
dan diharapkan dapat menurunkan angka kematian maternal dan neonatal. Pelaksanaan
asuhan sayang ibu yang mendasar atau menjadi prinsip dalam pemberian asuhan sayang
ibu dalam proses persalinan meliputi pemberian dukungan emosional, pemberian cairan
dan nutrisi, keleluasan untuk miksi dan defekasi, serta pencegahan infeksi. Semua hal
tersebut digunakan sebagai antisipasi untuk menghindari terjadinya partus lama, partus
tidak maju dan partus yang dirujuk.
Asuhan sayang ibu adalah program yang direncanakan pemerintah untuk
mengurangi tingginya angka kematian dan kesakitan para ibu yang diakibatkan oleh
komplikasi kehamilan dan kelahiran. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa
kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, maka intervensi dan pengobatan
yang tidak perlu untuk proses alamiah ini harus dihindari. Asuhan sayang ibu berpusat
pada pasien dan bukan pada petugas kesehatan. Melaksanakan asuhan sayang ibu sangat
bermanfaat bagi ibu untuk menghindari terjadinya partus lama, partus tidak maju dan
partus macet. Jika dalam proses persalinan bidan tidak memperhatikan hal itu maka akan
mempengaruhi kenyamanan ibu dalam menghadapi persalinan hal ini menyebabkan ibu
kurang nyaman dan merasa gelisah sehingga berpengaruh terhadap proses persalinan.
B. TUJUAN
Menurut Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat, 2017
http://journal.poltekkesjambi.ac.id/index.php/JBKM/article/download/20/15
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan dukungan, baik fisik maupun emosional,
melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah komplikasi, menangani komplikasi,
melakukan rujukan pada kasus yang tidak dapat ditangani sendiri, memberikan asuhan yang
adekuat kepada ibu dengan intervensi minimal sesuai dengan tahap persalinannya, memperkecil
resiko infeksi, memberitahu ibu dan keluarganya mengenai kemajuan persalinan, memberikan
asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir, membantu ibu dalam pemberian ASI dini
C. PERAN BIDAN MEMBERIKAN ASUHAN SAYANG IBU
Menurut jurnal Jurnal SMART Kebidanan, 2019,
http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkb
Memasuki kala 1 fase aktif, sebagian besar pasien akan mengalami penurunan
stamina dan mudah lelah. Saat ini yang harus dilakukan oleh bidan adalah menerapkan
asuhan sayang ibu yaitu Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri
kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman, bidan melakukan tindakan
pencegahan infeksi, Membimbing dan menganjurkan untuk mencoba posisi yang nyaman
saat terjadi HIS, Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi.
Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan
Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan serta menyiapkan rencana
rujukan jika perlu.
Asuhan sayang ibu terdiri dalam 4 fase yakni kala 1 sampai dengan kala 4. Dalam
memberikan asuhan sayang ibu pada kala pertama petugas mendampingi ibu dengan
membangun komunikasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses persalinan mulai
dari mensuport ibu, memberikan kesempatan kepada ibu untuk menentukan pendamping
persalinan hingga semua yang terkait dalam membuat suasana nyaman ibu dalm
menghadapi persalinan.
Pada saat memasuki kala 2 (dua) petugas senantiasa mendampingi ibu dengan
menjadi pendengar yang baik, memberikan infromasi tentang kemajuan persalinan,
memotivasi ibu dengan setiap rangsangan sehingga semua upaya yang dilakukan semata-
mata memberikan suasana dan rasa nyaman ibu saat persalinan.

104
Pada kala 3 (tiga) petugas memfasilitasi ibu untuk memeluk bayinya, mengabarkan
setiap perkembangan persalinan dan serta senaniata memantau kondisi ibu apakah dalam
keadaan normal atau perlu pelayanan rujuk lanjut.
Kala terakhir dalam asuhan sayang ibu adalah kala 4 (empat) dimana pada fase ini
petugas terus memantau tanda-tanda vital kondisi ibu, memberikan edukasi dan konseling
kepada ibu dalam perawatan diri dan bayi pasca persalinan, pemenuhan nutrisi ibu.
Sehingga semua fase ini dilakukan oleh Petugas dan terus diberikan pendampingan hingga
proses persalinan telah selesai secara menyeluruh. Banyak faktor yang melatarbelakangi
asuhan sayang ibu ini berjalan dengan baik salah satunya dikarenakan tenaga
kesehatannya sudah professional dan mengerti dengan tugasnya, pelaksanaan asuhan
sayang ibu baik di lihat dari cara berbicara dengan responden dan dalam menangani
persalinan tidak kasar, ramah dan bersahabat.

MENENTUKAN POSISI PERSALINAN

A. PENGERTIAN PERSALINAN
Menurut BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PADA persalinan, 2019
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus melalui vagina secara
spontan. Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya
timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi dilahirkan.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.
B. POSISI PERSALINAN
Menurut BUKU Panduan praktikum asuhan kebidanan persalinan dan bbl, 2019
Posisi persalinan adalah berbagai postur fisik ibu hamil dalam persalinan.

1. POSISI BERSANDAR
Bersandar ke depan / suami duduk menghadap sandaran kursi dengan
kedua kaki melengkun, letakkan sebuah bantal di sandaran supaya kepala dan
tangan tidak sakit, selain kursi dapat juga bersandar pada tubuh suami, meja dan
lainnya.
Mengatasi sakit punggung berlutut dengan bertumpu pada kedua lutut
dengan lengan serta punggung lurus dapat mengurangi sakit saat kontraksi,
goyangkan pinggul ke depan dan kebelakang, mintalah bantuan suami mengurut
bagian bawah punggung anda dengan telapak tangannya dengan Gerakan memutar.

2. POSISI JONGKOK
Biasanya ibu berjongkok diatas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan
tubuh bayi. Jongkok sangat baik untuk melahirkan karena panggul Akan membuka
lebar dan daya tarik bumi bayi lebih mudah terdorong keluar, bila telah berpegang
pada suami dan bersandar pada tubuhnya untuk istirahat.

Kelebihannya :

Merupakan posisi yang sangat alami saat melahirkan karena memanfaatkan gaya
grevitasi bumi,sehingga ibu melahirkan gak usah terlalu kuat untuk mengejan.

Kekurangannya ;

Dapat berpeluang membuat cidera kepala bayi,posisi ini banyak dinilai kurang
menguntungkan karena sangat menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan
tindakan persalinan lainnya.
106
3. POSISI SETENGAH DUDUK atau SEMI FOWLER
Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan
paha dibuka kearah samping. Posisi ini cukup membuat ibu nyaman. Duduklah
diatas tempat tidur disangga beberapa bantal, atau bersandar pada tubuh suami
tundukan kepala reganggangkan kaki dan pegang ujung bawah pada saat
mengedan.

Keuntungannya :

Jalan lahir yang akan ditempuh bayi untuk bisa keluar jadi lebih pendek dan suplai
oksigen dari ibu kejanin juga akan dapat berlangsung secara maksimal.Selain itu anda
juga akan mendapatkan batuan gaya gravitasi walaupun Cuma sedikit dan posisi ini tidak
akan menggangu dalam epidural,pemasangan infus,cateter,CTG.

Kekurangannya :

Posisi ini dapat menimbulkan keluhan lelah dan rasa sangat pegal pada punggung
anda.Biasanya posisi ini akan lebih menyakitkan dibandingkan posisi lainnya dan
gerakan anda akn dibatasi.Dapat meningkatkan forcep dan vakum serta dapat
meningkatkan tekanan pada perineum yang dapat menimbulkan resiko robek.

4. POSISI BERLUTUT
Posisi ini sangat baik untuk mengedan, dengan berganti posisi dari berjongkok
berlutut anda akan merasa lebih ringan. Usahakan agar panggung tetap lurus, jika
bagian terendah belum masuk ke dasar panggul maka bisa posisi bergantian
dengan posisi berlutut, jongkok kemudian berdiri.

Keuntungannya :

Dengan posisi bersandar kedepan akan membantu untuk meringankan ibu dari rasa sakit
persalinan dan dapat mengurangi tekanan pada perineum sehingga robekan perineum
akan jarang terjadi serta memungkinkan pasangan untuk melakukan pijatan atau kompres
hangat pada punggung anda.

Kekurangannya :

Mungkin hampir tidak ada kekurangan dalam posisi ini

108
5. POSISI MIRING atau LATERAL
Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki diangkat,
sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini umumnya dilakukan bila
posisi kepala bayi belum tepat. Posisi miring pada persalinan ini di tempat tidur
sebaiknya dilakukan, terutama miring ke kiri sangat dianjurkan.

Keuntungannya :

Peredaran darah balik ibu bisa berjalan dengan lancar,pengiriman oksigen dalam darah
ibu ke janin melalui plasenta juga tidak akan terganggu sehingga pada proses pembukaan
akan berlangsung secara perlahan-lahan.Selain itu juga dapat menjaga denyut jantung
janin stabil selama kontraksi,menghemat energi dan baik untuk ibu yang mempunyai
tekanan darah rendah.

Kelebihan :

Posisi miring bisa saja menyulitkan Dokter untuk membantu proses persalinan
dikarenakan letak kepala bayi susah untuk dimonitor,diarahkan maupun dipegang.Dokter
juga akan kesulitan melakukan tindakan episiotomi.Posisi ini juga akan memperlambat
persalinan jika penggunaannya tidak tepat.
6. POSISI MENUNGGING atau GENU PECTORA
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan pada menempel
pada bagian alas tempat tidur.

7. POSISI BERBARING (LITOTOMI)


Biasanya bunda akan disuruh terlentang ditempat tidur bersalin dengan
menggantung kedua pahanya pada penopang kursi yang khusus untuk bersalin.
Kelebihan :
Pada posisi ini jalan lahir akan menghadap kedepan dan mudah untuk mengukur
perkembangan dan pembukaan dan waktu persalinan anda.Kepala bayi akan
mudah diarahkan dan dipegang.
Kekuranganya :

110
Posisi berbaring akan membuat ibu hamil akan sulit mengejan pada saat prose
kelahiran bayi.Dapat meningkatkan tekanan pada peri perineum yang dapat
membuat robekan dan derajad episitomi,Pembukaan panggul sempit tidak akan
maksimal.

PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

Menurut Nurjasmi,dkk (2016) tatalaksana asuhan persalinan normal tergabung dalam 60


langkah APN, yaitu : Sumber : Kemenkes RI, 2015

https://academia.edu/resource/work/5516079

A. 60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)


I. MELIHAT GEJALA DAN TANDA KALA II
1. Mengamati gejala dan tanda kala II
-Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
- Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkatpada rektum dan
vagina.
- Perineum menonjol
- Vulva-vulva dan sffingter anal membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.
3. Memakai alat perlindungan diri seperti memakai celemek plastik, topi,
masker, kacamata, sepatu tertutup yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua
tangan, dengan sabun dan air bersih yang menglir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik ( dengan memakai
sarung tangan DTT atau steril ) dan meletakkan kembali di partu set / wadah
DTT atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati- hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi cairan DTT.
- Jika mulut vagina, perineum, atu anus terkontaminasi oleh kotoran
ibu, membersikan dengan seksama dengan cara menyeka dari depanke
belakang.
- membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang
benar- benar
- mengganti sarung tangan jika terkontaminasi ( meletakkan kedua
sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi.
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks dalam lengkap.
- Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah
lengkap, maka lakukan amniotomi
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaskan dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
PIMPINAN MENERAN.

112
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100 -160 kali/menit)
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
- Mendokentasikan hasi- hasil pemeriksaan dalam DJJ, dan semua
hasil – hasil penilaian sertaasuhan lainnya dalam partograf.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
- Menunggu hingga ibu mempunyai keinginn untuk meneran,
melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan
temuan- temuan.
- menjelskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran .
( pada sat ada his, bantu ibu dalaam posisi setengah duduk dan pastikan ibu
nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
- Bimbing, dukung dan beri semangat
- Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
- Berikan cukup asupan cairan per oral ( minum )
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
- Jika bayi belum lahir atau tidak segera lahir setelah 120 menit ( 2 jam
) meneran pada primipara dan 60 menit ( 1 jam ) pada
multipara,merujuk segera jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk
meneran.
- Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
menganjurkan ibu untuk meneran pada puncak kontraksi – kontraksi
tersebut dan beristiraht di antara kontraksi.
- Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi setelah
60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, meletakkan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
 Lahirnya kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm,lindungi
perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain tadi, letakkan tangan yang
lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat
pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan – lahan menganjurkan
ibu untuk meneran perlahan – lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir
menggunakan pengisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril /
boleh bola karet pengisap yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dn hidung bayi dengan kain atau kassa
yang bersih.
20. Memberikan lilitan tali pusat dan menggambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
- Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
- Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di du
tempat dan memotongnya .
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan,
lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
dimasing – masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengen lembut menariknya ke arah bawah dan kearah
keluar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior.
 Lahir badan dan tunggai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan
lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan

114
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior ( bagian
atas ) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
( anterior ) dri punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga dari kedua kaki
lahir, Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati – hati membantu
kelahiran kaki.
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya, ( bila tali pusat
terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan ).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama ( ke arah ibu )
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yangbersih dan kering , menutupi bagian kepala, membiarkan tali
pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, menggambil tindakan
yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
 Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi pada abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan bayi keduanya.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan di suntuk.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin
10 unit IM di 1/3 paha kanan atau ibu bagian luar , setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu.
 Penegangan tali pusat terkendali.
34. Memindahkan klem ke talipusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada pagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang ( dorso kranial ) dengan hati – hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri . Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik
menghentikan penegangan tali pusat dan menuggu hingga kontraksi berikut
mulai .
- Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
 Mengluarkan plasenta.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
- Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
 Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
dengan
 menggunakan teknik aseptik jika perlu.
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
 KEGIATAN
1. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati- hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

116
- Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps
disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
- bagian selapuk yang tertinggal.
 Pemijatan Uterus
2. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
 MENILAI PERDARAHAN
3. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
- Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
4. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
 MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
5. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
6. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang
bersih dan kering.
7. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
8. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama.
9. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
10. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kainnya bersih atau kering.
11. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
 EVALUASI
12. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam

 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.


 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
- Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang
sesuai.
13. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
14. Mengevaluasi kehilangan darah.
15. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
- Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
 Kebersihan dan keamanan
16. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi
17. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
18. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
19. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
20. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

118
21. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
22. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
 DOKUMENTASI
23. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang) Asuhan Persalinan Kala
– dua – tiga – empat

INISIASI MENYUSUI DINI

Menurut Buku Inisiasi Menyusui Dini Asi Ekslusif dan Manajemen Laktasi, di terbitkan oleh
CV. Trans Info Media, 2012
A. SINGKATAN IMD
Inisiasi Menyusui Dini atau singkatan sebagai IMD merupakan program
yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Program ini memang populer di
indonesia beberapa tahun belakangan ini. Menyusu dan bukan menyusui
merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi, tetapi bayi
yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini di lakukan
dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu.
IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh di tunda dengan
kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh di bersihkan,
hanya di keringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin
antara bayi dan ibu. Dari banyak penelitian, IMD ternyata memiliki banyak
manfaat. Salah satunya menyelamatkan 1 juta bayi.
Meskipun IMD telah diketahui banyak manfaatnya, namun pelaksanaan
inisiasi menyusu dini ( IMD ) ternyata tidak mudah dilakukan. Dari data yang ada,
hanya sekitar 14% saja ibu melahirkan yang berhasil memberikan air susu ibunya (
ASI) ibu untuk buah hatinya. Padahal ASI sejak dini sangat bermanfaat untuk
tumbuh kembang anak, meski memiliki kandungan yang baik dan ibu sangat
menjaga kandungannya sebelum melahirkan, banyak ibu yang mengeluhkan tidak
keluar ASI usia melahirkan.
B. PENGERTIAN INISIASI MENYUSU DINI ( IMD ) DAN HAL – HAL YANG
BERKAITAN DENGAN PENGERTIAN IMD
1) Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di
mana bayi di biarkan mencari puting susu ibunya sendiri ( tidak bolegh di
sodorkan ke puting susu ).
2) Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera
setelah dilahirkan.
3) Inisiasi Menyusui Dini adalah bayi mulut menyusu sendiri segera setelah lahir.
Pada satu jam pertama bayi harus disusukan pada ibunya
4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah program yang sedang dianjurkan
pemerintah pada bayi baru lahir, untuk segera menyusu sendiri pada ibunya
dengan cara meletakkan bayi pada dada ibu, dan biarkan merayap untuk mencari
puting susunya sendiri. Untuk melakukan program ini, harus dilakukan langsung
setelah lahir, tidak boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur
bayi.
Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin dan
secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong,
letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit
ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1 jam
bahkan lebih, sampai bayi dapat menyusui sendiri. Apabila ruang bersalin
dingin, bayi diberi topi dan Protokol evidence based baru yang telah
diperbaharui oleh WHO dan UNICEF mengenai asuhan bayi baru lahir
untuk satu jam pertama menyatakan sebagai berikut :
a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
b. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu, serta memberi bantuan
jika diperlukan.
c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi
baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut
seperti: memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata,
dan lain-lain.

120
C. MANFAAT INISIASI MENYUSU DINI (IMD) SECARA UMUM
a. Mencegah hipotermi karena dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama
bayi merangkak mencari payudara.
b. Bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stress, pernafasan dan detak jantung
lebih stabil, di karenakan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi.
c. Mencegah perdarahan pada ibu
d. Mengurangi resiko terkena kanker payudara dan ovarium
e. Menunjang perkembangan koknitif
f. Perkembangan psikomotorik lebih cepat.
D. MANFAAT INISIASI MENYUSU DINI ( IMD ) SECARA KHUSUS
1. Manfaat untuk ibu;
a. Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi
b. Mengurangi stress ibu setelah melahirkan.
c. Mencegah kehamilan
d. Menjaga kesehatan ibu
2. Manfaat untuk bayi
a. Mempertahankan suhu bayi tetap hangat
b. Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan detak jantung.
c. Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh bayi.
d. Membantu perkembangan pernafasan bayi
e. Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi.
3. Manfaat secara psikologis.
a. Hubungan ibu – bayi lebih erat dan penuh kasih sayang
b. Ibu merasa lebih bahagia
c. Bayi lebih jarang menangis
d. Ibu berperilaku lebih peka
e. Lebih jarang menyiksa bayi.
E. Faktor-Faktor Pendukung Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal kehamilan :
1. Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini.
2. Tempat bersalin dan tenaga kesehatan
F. LIMA TAHAPAN PERILAKU (Pre-Feeding Behaviour) SEBELUM BAYI BERHASIL
MENYUSU
Bayi baru lahir yang mendapatkan kontak kulit ke kulit segera setelah lahir, akan
melalui lima tahapan perilaku sebelum ia berhasil menyusu
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Yang Dianjurkan.
 Langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan :
- Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
- Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
- Tali pusat di potong lalu diikat.
- Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan
karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
- Tanpa digendong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan
kontak kulit bayi dan kulit ibu. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi
pengeluaran panas dari kepalanya.
 PROSEDUR DAN GAMBARAN PROSES IMD
1) Tempatkan bayi di atas perut ibunya dalam 2 jam pertama tanpa pembatas kain di
antara keduanya (skin to skin contact), lalu selimuti ibu dan bayi dengan selimut
hangat. Posisi bayi dalam keadaan tengkurap.
2) Setelah bayi stabil dan mulai beradaptasi dengan lingkungan luat uterus, ia akan
mulai mencari puting susu ibunya.
3) Hembusan angin dan panas tubuh ibu akan memancarkan bau payudara ibu,
secara insting bayi akan mencari sembur bau tersebut.
4) Dalam beberapa menit bayi akan merangkak ke atas dan mencari serta
memegang puting susu ibunya, selanjutnya ia akan mulai menghisap.
5) Selama periode ini tangan bayi akan memasase payudara ibunya dan selama itu
pula refleks pelepasan hormon oksitosin ibu akan terjadi.
6) Ingat, selama periode ini bidan tidak boleh meninggalkan ibu dan bayi sendirian.
Tahap ini sangat penting karena bayi dalam kondisi siaga penuh. Bidan harus
menunda untuk memandikan bayi, melakukan pemeriksaan fisik, maupun
prosedur lain

 PENDAPAT YANG MENGHAMBAT KONTAK DINI KULIT DENGAN KULIT


BAYI BARU LAHIR

122
a. Bayi kedinginan.
b. Ibu lelah setelah melahirkan.
c. Kurang tersedia tenaga kesehatan.
d. Ibu harus dijahit.
e. Bayi perlu diberi Vitamin K dan tetes mata segera.
f. Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur.
g. Bayi kurang ‘alert’.
h. Kolostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik, bahkan bahaya untuk bayi.
i. Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC sentral.
j. Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya kesempatan inisiasi
menyusu dini pada bayi lahir dengan Operasi Caesar.
 FAKTOR- FAKTOR YANG MENGHAMBAT INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)
PADA PERSALINAN NORMAL
Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program IMD pada pasien
dengan persalinan normal tersebut, antara lain :
- Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post partum normal, dalam kondisi
kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD).
- Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan
membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program IMD.
 AKIBAT KEGAGALAN INSIASI MENYUSUI DINI (IMD)
- Kegagalan inisiasi menyusu dini tersebut akan berpengaruh pada produksi ASI
ibu.
- Hal ini disebabkan karena hormon oksitosin yang berpengaruh pada produksi
ASI ibu akan dilepaskan jika dipacu dengan isapan bayi pada puting ibu saat
menyusui.
- Sementara itu, bayi tetap membutuhkan ASI sebagai nutrisi dan juga
menigkatkan imunitas tubuhnya.
- Jika tida tejadi keseimbangan antara produksi ASI ibu denag kebutuhan ASI yang
diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat kegagalan program ASI eksklusif 6
bulan pada bayi.

G. BERBAGAI HAL YANG BERKAITAN DENGAN PENYEBAB ASI BERKURANG


DAN CARA UNTUK MENINGKATKAN JUMBLAH ASI
- Penyebab ASI berkurang, antara lain rasa khawatir, stress, rasa nyeri dan takut
keraguan pada ibu yang berlebihan.
- ASI berkurang,bisa disebabkan juga karena :
a. bayi tidak langsung disusui
b. ASI tidak diperah
- cara meningkatkan jumblah ASI, antara lain
- Ibu dianjurkan untuk berfikir dengan penuh kasih sayang terhadap bayi.
- Suara bayi.
- Kehadiran bayi.
- Rasa percaya diri.

RANGKUMAN

Asuhan sayang Ibu adalah asuhan yang saling menghargai budaya, kepercayaan dari
keinginan sang ibu pada asuhan yang aman selama proses persalinan serta melibatkan ibu dan
keluarga sebagai pembuat keputusan, tidak emosional dan sifatnya mendukung dan diharapkan
dapat menurunkan angka kematian maternal dan neonatal. Pelaksanaan asuhan sayang ibu yang
mendasar atau menjadi prinsip dalam pemberian asuhan sayang ibu dalam proses persalinan
meliputi pemberian dukungan emosional, pemberian cairan dan nutrisi, keleluasan untuk miksi
dan defekasi, serta pencegahan infeksi. Semua hal tersebut digunakan sebagai antisipasi untuk
menghindari terjadinya partus lama, partus tidak maju dan partus yang dirujuk.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Posisi persalinan adalah berbagai postur fisik ibu hamil dalam persalinan.
Inisiasi Menyusui Dini atau singkatan sebagai IMD merupakan program yang sedang
gencar dianjurkan pemerintah. Program ini memang populer di indonesia beberapa tahun
belakangan ini. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan
program ibu menyusui bayi, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu
ibu. Program ini di lakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada
ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu dan
menyusu.

124
IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh di tunda dengan kegiatan
menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh di bersihkan, hanya di keringkan
kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. Dari
banyak penelitian, IMD ternyata memiliki banyak manfaat. Salah satunya menyelamatkan
1 juta bayi.
Topik 7
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN KALA
II (AMNIOTOMI DAN EPISIOTOMI)

Pembahasan
A.Amniotomy (Amniotomi atau Pecah Ketuban)

Cairan amnion (air ketuban) berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari tekanan
kontraksi uterus. Selama selaput ketuban masih utuh, bayi akan terlindung dari infeksi dan
sebagian anoksia dan fetal distres yang bisa terjadi selama kontraksi hipertonik. Amniotomi
rutin selama persalinan normal tidak memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi. Tinjauan studi
tentang prosedur amniotomi rutin yang dilakukan menunjukkan tidak ada fase pemendekan pada
proses persalinan, justru terjadi peningkatan kemungkinan persalinan dengan operasi caesar.

Pengertian Amniotomi

Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan kecil yang kemudian
akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga
amnion.

Alasan Menghindari Amniotomi

 Kemungkinan kompresi tali pusat.


 Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak merata.
 Tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi janin yang berkurang.

Indikasi Amniotomi

 Jika ketuban belum pecah dan pembukaan lengkap.


 Akselerasi persalinan.
 Persalinan pervaginam menggunakan instrumen.
 Pada kasus solusio plasenta.

Keuntungan Amniotomi

 Melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium.


 Menentukan punctum maksimum denyut jantung janin (DJJ) akan lebih jelas.
 Mempermudah perekaman pada saat pemantauan janin.
 Mempercepat proses persalinan.

Kerugian Amniotomi

 Timbul trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala.
 Menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang.

126
Penemuan-Penemuan Warna Air Ketuban

U: membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi dan uterus, tetapi tidak
memberikan informasi tentang kondisi janin.

J: membran pecah dan tidak ada anoksia janin.

M: cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia atau anoksia kronis
bayi.

D: cairan ketuban bercampur darah, kemungkinan menunjukkan pecahnya pembuluh darah


plasenta, trauma pada servik atau vagina ibu, trauma bayi.

K: kering, kantung ketuban bisa menunjukkan sudah lama selaput ketuban pecah atau
postmaturitas janin.

Prosedur Amniotomi

Berikut adalah prosedur amniotomi:

a.Sikap dan perilaku

* Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan.

* Memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.

* Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering sebelum dan sesudah tindakan.

* Memakai dan melepas sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT).

* Mendekontaminasi alat pasca tindakan.

b.Content/Isi

 Mendengarkan denyut jantung janin (DJJ).


 Melakukan pemeriksaan dalam di antara kontraksi dan raba secara hati-hati selaput
ketuban untuk memastikan kepala telah masuk panggul dan tidak teraba tali
pusat/bagian-bagian janin. Catatan: pemeriksaan dalam lebih nyaman dilakukan di antara
kontraksi, kecuali jika selaput ketuban tidak teraba.
 Menggunakan tangan yang lain, menempatkan setengah kocher ke dalam vagina dan
memandu dengan jari tangan.
 Memegang ujung klem di antara ujung jari, menggerakkan jari dengan lembut dan
menyobek kulit ketuban sampai pecah. Membiarkan air ketuban membasahi jari tangan.
 Menggunakan tangan yang lain untuk mengambil setengah kocher dan meletakkan ke
dalam larutan klorin.
 Tangan yang satu tetap berada di dalam vagina tetap untuk mengetahui penurunan kepala
dan memastikan tali pusat/bagian-bagian kecil teraba.
 Mengeluarkan tangan secara lembut dari dalam vagina (setelah diketahui penurunan
kepala dan tidak ada tali pusat/bagian janin lain).
 Melakukan evaluasi warna ketuban, adakah mekonium atau darah.
 Memeriksa ulang denyut jantung janin (DJJ).

c.Teknik

* Meletakkan alat secara ergonomis.

* Menjaga privasi pasien.

* Melaksanakan tindakan secara sistematis, efektif dan efisien.

B. Episiotomy atau episiotomi

Episiotomy atau episiotomy adalah prosedur yang melibatkan pembuatan sayatan kecil di
perineum serang wanita saat proses persalinan normal.

Perineum merupakan jaringan otot yang terletak di antara vagina dan anus. Dokter akan
membuat sayatan kecil pada area ini untuk memperluas bukaan vagina sebelum bayi lahir lewat
vagina.

Episiotomi juga bisa bertujuan mencegah robekan perineum yang parah selama proses
melahirkan normal.Setelah episiotomi, dokter atau tenaga medis akan menjahit luka sayatan
dengan jahitan. Sebelum penjahitan luka, anestesi lokal akan diberikan terlebih dahulu.

*Kenapa episiotomi diperlukan?

Awalnya, episiotomi selalu dilakukan sebagai bagian dari proses melahirkan normal. Prosedur
ini bertujuan mencegah robekan perineum yang parah selama persalinan.Luka sayatan dari
episiotomi dipercaya dapat sembuh lebih cepat daripada robekan yang muncul dengan
sendirinya.Akan tetapi, penelitian tertentu menunjukkan bahwa episiotomi belum terbukti dapat
mencegah ruptur perineum maupun komplikasi jangka panjang dari robekan ini. Masa
pemulihannya juga cukup lama dan dapat memicu nyeri serta rasa kurang nyaman pada sang
ibu.Oleh karena itu, sekarang episiotomi tidak lagi menjadi prosedur wajib dari persalinan
normal. Dokter hanya melakukannya bila ada indikasi tertentu.

*Siapa yang membutuhkan episiotomi?

Menganjurkan episiotomi pada pasien dengan kondisi berikut:

-Adanya risiko robekan besar dan dalam selama persalinan

-Letak bayi yang tidak normal, misalnya bayi sungsang

-Ukuran bayi yang lebih besar dari normal

-Persalinan prematur

Prosedur ini juga dapat langsung dilakukan di tengah persalinan normal jika dianggap perlu.
Misalnya pada beberapa kondisi medis di bawah ini:

-Distosia bahu, yakni bahu bayi yang terjepit di tulang panggul sang ibu

-Denyut jantung bayi yang tidak teratur selama persalinan

128
-Calon ibu membutuhkan persalinan normal dengan bantuan alat, seperti forsep atau vakum

*Apa saja persiapan untuk menjalani episiotomi?

Apabila episiotomi memang direncanakan, dokter akan meminta persetujuan dari pasien lebih
dulu. Namun pada persalinan yang bermasalah dan membutuhkan episiotomi darurat, dokter
akan langsung melakukannya tanpa bertanya pada pasien.

*Apa saja jenis sayatan pada episiotomi?

Episiotomi bisa dilakukan dengan dua jenis sayatan, yakni median dan mediolateral. Sayatan
median berarti lurus ke arah rektum atau anus), dan mediolateral berarti miring pada sudut
tertentu.Sayatan median lebih mudah ditutup dengan jahitan. Namun kemungkinan terjadinya
robekan perineum yang luas akan lebih besar.Sementara sayatan mediolateral biasanya akan
lebih nyeri dan lebih sulit ditutup dengan jahitan. Tetapi risiko robekan perineum dapat
dihindari.

*Bagaimana episiotomi dilakukan?

-Pada umumnya, prosedur episiotomi meliputi:

-Dokter akan menyuntikkan obat anestesi lokal sebelum membuat sayatan.

-Dokter lalu membuat sayatan median atau mediolateral pada pasien.

-Setelah proses persalinan selesai, dokter akan menjahit sayatan tersebut.

-Apabila anestesi lokal tidak diberikan sebelum sayatan, dokter akan melakukannya bila sesudah
jahitan.

*Apa saja yang perlu diperhatikan setelah episiotomi?

-Jahitan yang digunakan setelah episiotomi biasanya menggunakan benang khusus. Benang ini
akan menyatu dengan daging, sehingga tidak perlu dilepas lagi oleh dokter.

-Dokter juga mungkin akan meresepkan obat pereda nyeri atau pelunak feses. Obat pelunak
feses diberikan agar tinja lebih lembek, sehingga pasien tidak perlu mengejan saat buang air
besar. Pasalnya, proses mengejan bisa menekan jahitan pascaprosedur episiotomi.

-Rasa tidak nyaman karena jahitan pun akan berkurang seiring waktu. Namun pasien perlu
menghubungi dokter bila mengalami demam atau keluar nanah dari bekas luka tersebut.

*Apa saja komplikasi episiotomi?

Sederet efek samping dan komplikasi episiotomi meliputi:

-Nyeri dan rasa tidak nyaman

-Ukuran sayatan episiotomi yang terkadang lebih luas daripada robekan perineum alami
-Infeksi

-Nyeri saat berhubungan intim selama beberapa bulan pascaprosedur

Khusus episiotomi median, sayatan ini dapat meningkatkan risiko robekan perineum derajat
berat yang mencapai anus dan membran mukosa di sekitar rektum

-Inkontinensia feses, yakni tidak bisa menahan buang air besar

C. Persalinan Letak Sungsang

Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki ataupun keduanya.1 Secara epidemiologis pada kehamilan tunggal
didapatkan presentasi kepala sebesar 96,8%, bokong 2,7%, letak lintang 0,3%, majemuk 0,1%,
muka 0,05% dan dahi 0,01%. Persalinan normal dapat terjadi manakala terpenuhi keadaan-
keadaan tertentu dari faktor persalinan: jalan lahir (passage), janin (passenger), dan kekuatan
(power). Jenis malpresentasi yang paling lazim yaitu letak sungsang. Kelainan presentasi ini
sangat mempengaruhi peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal.

Posisi janin pada presentasi bokong ditentukan dengan merujuk kepada sakrum janin sebagai
denominator terhadap panggul ibu. Posisi yang mungkin terjadi pada presentasi bokong, yaitu
sakrum anterior (SA), sakrum posterior (SP), sakrum kiri transversus (LST), sakrum kanan
transversus (RST), sakrum kiri anterior (LSA), sakrum kiri posterior (LSP), sakrum kanan
anterior (RSA), dan sakrum kanan posterior (RSP).4 Misalnya penunjuk bokong janin adalah
sakrum kanan anterior, artinya presentasi bokong dengan sakrum janin ada di kuadran kanan
depan panggul ibu, dan diameter bitrochanterica janin berada pada diameter obliqua dekstra
panggul ibu.

Gambar 1: Posisi janin pada letak sungsang dengan sakrum sebagai denominator

Klasifikasi

Dikenal beberapa jenis letak sungsang sesuai dengan sikap fetus,yaitu:

Presentasi bokong murni (Frank breech)

Pada presentasi bokong murni, kedua paha fleksi dan lutut ekstensi pada permukaan anterior
tubuh. Akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya dapat
setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba
bokong. Sekitar 60% hingga 65% presentasi bokong murni lebih sering terjadi pada persalinan
aterm.

130
a.Presentasi bokong kaki sempurna (Complete breech)

Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua paha maupun kedua lutut

fleksi sehingga kedua kaki berada di samping bokong. Presentasi bokong kaki sempurna sangat
jarang terjadi, yaitu sekitar 5%.

b.Presentasi bokong kaki tidak sempurna (Incomplete breech)

Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, selain bokong bagian terendah juga terdapat kaki
atau lutut. Satu atau kedua pinggul fleksi tak sempurna, di mana ekstremitas bawah yang terletak
paling bawah dapat diraba satu kaki atau kedua kaki. Terjadi pada 25% hingga 35% presentasi
bokong pada bayi prematur.

c.Presentasi kaki (Footling breech)

Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki, di mana kedua tungkai
ekstensi di bawah level bokong.

Gambar 2

II.Insiden

Secara keseluruhan, presentasi bokong terjadi pada 2,7% dari persalinan tunggal, tapi memiliki
insiden yang lebih tinggi pada persalinan kembar (25% pada kembar pertama dan 50% pada
kembar kedua adalah sungsang).7,9 Pada kehamilan tunggal presentasi bokong dimana berat
bayi kurang dari 2500 gram, 40% merupakan letak bokong murni, 10% letak bokong sempurna,
dan 50% letak kaki. Sedangkan pada bayi dengan berat lebih dari 2500 gram, 65% merupakan
letak bokong murni, 10% letak bokong sempurna, dan 25% letak kaki.Insiden presentasi bokong
pada persalinan tunggal berdasarkan berat bayi dan usia kehamilan dapat dilihat pada tabel di
bawah:

III.Etiologi

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya presentasi bokong diantaranya ialah
prematuritas, multiparitas, gemelli, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul
sempit. Setiap keadaan yang mempengaruhi masuknya kepala janin ke dalam panggul
mempunyai peranan dalam etiologi presentasi bokong.Penyebab presentasi bokong dapat berasal
dari :

a.Faktor ibu
•Keadaan rahim : uterus bikornis, mioma uteri

•Keadaan plasenta: Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus karena

plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus, plasenta previa karena menghalangi
turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.

•Keadaan jalan lahir : Kesempitan panggul, deformitas tulang panggul,dan tumor-tumor pelvis

b.Faktor janin

•Prematuritas

•Kelainan bentuk kepala seperti hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul dan dapat membatasi kemampuan janin untuk mengambil
bentuk presentasi kepala

•Gemelli

•Hidroamnion atau oligohidromion

•Tali pusat pendek/lilitan tali pusat

IV.Patofisiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus.
Sebelum usia kehamilan 28 minggu, fetus masih berukuran cukup kecil dalam menempati
volume intrauterin sehingga dapat berotasi dari presentasi kepala menjadi presentasi bokong dan
kembali ke semula dengan gerakan relatif. Seiring usia kehamilan dan berat badan janin
bertambah, hal tersebut semakin sulit dilakukan oleh janin.9 Pada kehamilan sampai kurang
lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin
bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi
kepala, letak sungsang atau letak lintang.

Presentasi bokong terjadi ketika versi spontan untuk presentasi kepala gagal dicapai saat usia
kehamilan aterm, atau jika persalinan terjadi secara prematur sebelum versi sefalik terjadi.
Beberapa penyebab hal tersebut antara lain: oligohidroamnion, hidramnion, anomali uteri seperti
uterus bikornu atau septal uterus, tumor pelvik yang mengobstruksi jalan lahir, plasentasi
abnormal, grande multipara, dan kontraksi pelvis maternal.

V.Diagnosis

1.Anamnesis

Seorang wanita dengan kehamilan presentasi bokong, khususnya menjelang aterm, akan
mengeluh ketidaknyamanan di daerah subkostal dan merasakan gerakan bayi di bagian bawah
dari uterus.7

2.Pemeriksaan fisik

•Palpasi (Pemeriksaan Leopold)

Pemeriksaan Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila umur
kehamilannya 34 minggu. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus
uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian – bagian kecil pada
132
pihak yang berlawanan. Di atas simfisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak dicurigai
bokong. Kadang- kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah- olah
kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.

•Auskultasi

DJJ terdengar paling jelas pada atau di atas umbilicus dan pada sisi yang sama dengan
punggung.

3.Pemeriksaan dalam

Tidak teraba kepala yang keras, rata, dan teratur dengan garis-garis sutura dan fontanella.
Bagian terdepannya teraba lunak dan irreguler. Dapat diraba os sakrum, tuber ischii dan anus,
kadang-kadang kaki (pada presentasi kaki). Anus dan tuber ischiadicum terletak pada satu garis.
Kalau pembukaan sudah besar maka pada pemeriksaan dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang
yaitu tubera ossis ischii dan ujung os sacrum sedangkan os sacrum dapat dikenal sebagai tulang
meruncing dengan deretan processi spinosi di tengah-tengah tulang tersebut.7,8

Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki teraba tumit, sudut 90°,
dan jari-jarinya rata, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar
dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada
persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang- kadang sulit membedakan
bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena
jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot dan tidak mengisap,
sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa
ada hambatan serta jari terasa terisap.8

4.Ultrasonografi (USG)

Peranan USG penting dalam diagnosis dan penilaian resiko pada presentasi bokong.
Pemeriksaan USG bertujuan untuk mengetahui jenis presentasi bokong, taksiran berat badan
janin, konfirmasi letak plasenta, keadaan hiperekstensi kepala dan penilaian volume cairan air
ketuban. Dari pemeriksaan USG juga dapat diketahui kehamilan multipel, kelainan kongenital,
malformasi skeletal dan jaringan lunak dari fetus.2,4

VI.Mekanisme Persalinan

Terdapat perbedaan dasar antara persalinan pada presentasi bokong dengan persalinan pada
presentasi belakang kepala. Pada presentasi belakang kepala, bila kepala sudah lahir maka sisa
tubuh janin akan mengalami proses persalinan selanjutnya dan umumnya tanpa kesulitan. Pada
presentasi bokong, lahirnya bokong dan bagian tubuh janin tidak selalu dapat diikuti dengan
persalinan kepala secara spontan. Dengan demikian maka pertolongan persalinan pervaginam
memerlukan keterampilan khusus dari penolong persalinan.

Engagement dan turunnya bokong biasanya terjadi pada salah satu dari diameter obliq pelvis
ibu. Begitu pinggul posterior bertemu dasar pelvis, terjadilah putaran paksi dalam untuk
membawa pinggul di bawah arkus pubis. Pada peristiwa ini, diameter bitrochanteric menempati
diameter anteroposterior pada pintu bawah panggul.

Setelah putaran paksi dalam, pinggul anterior dilahirkan, diikuti oleh pinggul posterior, tungkai,
dan kaki. Putaran paksi luar berikutnya mengakibatkan punggung berputar kearah anterior dan
menghadap ke atas sehingga bahu memasuki diameter oblik panggul. Bahu kemudian turun
mencapai dasar panggul, dan terjadi putaran paksi dalam sehingga diamter biakromial terletak
anteroposterior dan bersamaan dengan itu bokong berputar 90° ke depan (putaran resusitasi).
Kepala memasuki pintu atas panggul dengan sutura sagitalis berada pada diameter transversa
panggul dan dalam posisi fleksi. Putaran paksi dalam membawa aspek posterior leher di bawah
simpisis, dan kepala kemudian dilahirkan dalam posisi fleksi.

Gambar 3. Mekanisme persalinan pada presentasi bokong

(dikutip dari kepustakaan 4)

VII. Penanganan Selama Persalinan

Jenis persalinan pada presentasi bokong ada 2, yaitu pervaginam dan seksio sesaria.
134
a)Persalinan Pervaginam

Selama proses persalinan, resiko ibu dan anak jauh lebih besar dibandingkan persalinan
pervaginam pada presentasi belakang kepala sehingga perlu dilakukan penilaian secara cepat
dan cermat mengenai11:

•Keadaan selaput ketuban, fase persalinan, kondisi janin serta keadaan umum ibu.

•Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan kemajuan persalinan

•Persiapan tenaga penolong persalinan: dokter ahli obstetri ginekologi sebagai asisten penolong
persalinan, dokter ahli anak dan dokter ahli anestesi.

Kriteria yang tepat untuk memungkinkan tindakan persalinan dan

kelahiran pervaginam pada letak sungsang yaitu: 4,9

 Kriteria fetus

•Letak bokong murni atau bokong kaki sempurna

•Usia kehamilan ≥ 34 minggu

•Taksiran berat janin 2000-3500 gram

•Kepala janin harus fleksi

 Kriteria maternal

•Informed Consent

•Pelvis ibu harus cukup besar, seperti dinilai dengan pelvimetri

sinar-X atau diuji melalui kelahiran sebelumnya dengan bayi yang cukup besar

•Tidak ada indikasi lain terhadap ibu atau janin untuk seksio sesarea

 Keadaan khusus

•Presentasi dalam persalinan tahap lanjut tanpa keadaan yang

berbahaya baik bagi ibu atau janin

•Janin previable

•Kelainan kongenital yang mengancam kematian pada janin

Berdasarkan tenaga yang dipakaidalam melahirkan janin pervaginam, persalinan


pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:

a.Persalinan spontan (spontaneous breech delivery).


Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri, tanpa tarikan ataupun manipulasi
selain menyangga bayi. Cara ini disebut cara Bracht. Persalinan spontan pervaginam (spontan
Bracht) terdiri dari 3 tahapan :

1.Fase lambat pertama. Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilikus (scapula). Disebut fase
lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-gesa mengingat tidak ada
bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.

2.Fase cepat. Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut. Pada fase ini, kepala janin masuk
panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh darah tali pusat antara kepala dengan tulang panggul
sehingga sirkulasi uteroplasenta terganggu. Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus
terselesaikan dalam 1 – 2 kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).

3.Fase lambat kedua. Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala. Fase ini disebut fase lambat
oleh karena tahapan ini tidak boleh dilakukan secara tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi
kepala yang terlampau cepat yang dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.

Teknik pertolongan sungsang spontan pervaginam (spontan Bracht) :

1.Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang sekitar 5 cm.

2.Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his berikutnya fase cepat
dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan terselesaikan.

3.Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah, bokong janin dipegang
sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada pada bagian belakang pangkal paha
dan empat jari-jari lain berada pada punggung janin

Gambar 4 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht

4.Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke perut ibu (gerak
hiperlordosis ) sampai kedua kaki anak lahir.

5.Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari sekarang berada
pada lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada pada pinggang janin

136
Gambar 5 : Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht

6.Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan ( gerak mendekatkan


bokong anak pada perut ibu ) sedikit ke arah kiri atau ke arah kanan sesuai dengan posisi
punggung anak.

7.Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya lahir mulut-hidung-dahi dan
seluruh kepala anak.

8.Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah jalan lahir
dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin.

9.Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti pada persalinan
spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala.

b.Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery).

Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong. Terdiri dari 3 tahapan :

- Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada Frank breech).

- Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.

- Persalinan kepala dibantu oleh penolong.

Persalinan Bahu Dan Lengan

Pegangan pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong berdampingan pada os
sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka anterior superior; ibu jari pada sakrum
sedangkan jari-jari lain berada di depan pangkal paha.
Gambar 6 : Pegangan “Femuro Pelvic” pada pertolongan persalinan sungsang pervaginam

Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan (hambatan) jalan lahir. Selanjutnya
bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara-cara berikut:

1.Lovset.

Dasar pemikiran Lovset adalah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada bahu
depan karena lengkungan jalan lahir sehingga bila bahu belakang diputar ke depan dengan
sendirinya akan lahir di bawah simfisis. Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka
belakang, dengan kedua tangan pada bokong, tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung bawah
scapula depan terlihat di bawah simfisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang
dada dan punggung oleh dua tangan sehingga bahu yang semula dibelakang akan lahir didepan
(dibawah simfisis).

2.Klasik (Deventer)

Cara klasik terutama dilakukan apabila lengan depan menjungkit ke atas atau berada di belakang
leher janin. Pada dasarnya, lengan kiri janin dilahirkan dengan tangan kiri penolong, sedangkan
lengan kanan dilahirkan dengan lengan kanan penolong; kedua lengan dilahirkan sebagai lengan
belakang. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan, badan ditarik ke
bawah sampai ujung bawah scapula depan kelihatan di bawah simfisis. Kedua kaki dipegang
dengan tangan bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh janin ditarik ke atas,
sehingga perut janin ke arah perut ibu. Tangan yang lain menulusuri punggung janin menuju ke
lengan belakang sampai fossa cubiti, dua jari tersebut ditempatkan sejajar dengan humerus dan
lengan belakang janin dikeluarkan dengan bimbingan jari-jari tersebut. Melahirkan lengan
belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan di bawah simfisis. Dipilih bila bahu
tersangkut di pintu atas panggul.

3.Mueller

Dipilih bila bahu tersangkut di pintu bawah panggul. Dengan kedua tangan pada bokong dan
pangkal paha, tubuh janin ditarik ke bawah sampai bahu depan berada di bawah simfisis,
kemudian lengan depan dilahirkan. Cara melahirkan bahu dan lengan depan bisa spontan atau
dikait dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki ke atas,
lalu bahu-lengan belakang dikait menyapu kepala.

Persalinan Kepala

138
Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat dilakukan dengan berbagai
cara :

1.Cara Mauriceau ( Viet – Smellie)

Badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan kiri penolong. Jari tengah
dimasukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk jari telunjuk serta jari manis
diletakkan pada fosa canina. Kegunaan jari dalam mulut untuk mempertahankan fleksi kepala.
Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di
sebelah kanan dan kiri leher. Janin ditarik ke bawah dengan tangan kanan, sampai batas rambut
di bawah simfisis. Kemudian tubuh janin digerakkan ke atas, sedangkan tangan kiri tetap
mempertahankan fleksi kepala, sehingga muka lahir melewati perineum, disusul oleh bagian
kepala yang lain.

2.Cara Prague terbalik

Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin menghadap simfisis.
Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak diletakkan di atas telapak
tangan tersebut. Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi ke
atas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati
perut ibu.

Cara Mauriceau ( Viet – Smellie) Cara Prague terbalik

Badan janin diletakkan pada lengan kiri penolong. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin
sedangkan jari telunjuk jari telunjuk serta jari manis diletakkan pada fosa canina. Tangan kanan
mencekap leher, janin ditarik ke bawah sampai batas rambut di bawah simfisis kemudian tubuh
janin

digerakkan ke atas. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak
diletakkan diatas telapak tangan tersebut. Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki
dan kemudian di elevasi ke atas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa
sehingga perut anak mendekati perut ibu.

c.Ekstraksi sungsang (total breech extraction).

Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong Jenis ekstraksi total yaitu11:

1.EKSTRAKSI BOKONG

Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang sudah berada didasar
panggul. Tekniknya :

 Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak

dimasukkan jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari tersebut, lipat
paha dikait. Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong mencekap pergelangan
tangan yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi ke bawah.

 Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah arcus pubis, jari
telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha belakang dan secara serentak melakukan
traksi lebih lanjut untuk melahirkan bokong.Setelah bokong lahir, bokong dipegang
dengan pegangan “femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan cara yang sudah
dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis. 11

2.EKSTRAKSI KAKI

Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil janin dimasukkan
secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain membuka labia. Tangan yang
didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal paha sampai belakang lutut (fosa
poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi
fleksi. Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin untuk
mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas. Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki
anak dipegang diantara jari ke II dan III dan dituntun keluar dari vagina. Setelah bokong lahir,
bokong dipegang secara Femuro-Pelviks, kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual.

b)Persalinan Perabdominan

Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan cara yang terbaik
ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam ,
memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak baik pada
waktu persalinan maupun baru dikemudian hari.10

Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan perabdominam. Untuk
melakukan penilaian apakah letak sungsang dapat melahirkan pervaginam atau perabdominam
kadang- kadang sukar. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang
harus dilahirkan per abdominam.

 Kriteria janin

•Taksiran berat janin ≥ 3500 gram

•Defleksi kepala janin

•Prematuritas

•Presentasi kaki

•Bagian terendah janin belum engage

•gawat janin

 Kriteria maternal

•Primigravida tua

•Riwayat persalinan yang buruk

•Adanya kesempatan panggul

•Kelainan pada rahim

Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah
persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominam , sebagai berikut11:

140
0 1 2

Paritas Primi Multi

Umur kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37minggu

Taksiran berat janin >3600 g 3200-3600 g <3200 g

Pernah letak sungsang

(2500 gram) Tidak 1 Kali 2 Kali

Pembukaan serviks 2 cm 3 cm 4 cm

Station <-3 cm

(mengapung) -2

(menurun) -1 atau lebih rendah

(enganged)

Arti nilai:

≤ 3: persalinan per abdominam

4 : evaluasi kembali secara cermat , khususnya berat badan janin ; bila nilai tetap dapat
dilahirkan per vaginam

>5 : dilahirkan per vaginam

J. Komplikasi

*Komplikasi ibu

Beberapa komplikasi yang dapat ditemukan pada persalinan pervaginam dengan letak sungsang
pada ibu adalah perdarahan,infeksi, trauma jalan lahir seperti trauma laserasi pada perineum,
septum rektovaginal, sfingter ani yang dapat disebabkan oleh gerakan kaki bayi. Beberapa faktor
mungkin berperan dalam komplikasi ini adalah termasuk instrumentasi, berat badan lahir lebih
dari 4 kilogram, presentasi occipitoposterior persisten, nullipariti, faktor jaringan, dan durasi
kala II > 1 jam. Hal itu karena penurunan bagian janin dengan cepat dapat memberikan waktu
untuk jaringan pada jalan lahir agar dapat menyesuaikan diri dengan bagian terbawah dari janin
yang berada di kavum uterus. Komplikasi anak

•Sufokasi / aspirasi
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang menyebabkan
gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas
dalam jalan lahir sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.

•Asfiksia

Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya tali pusat pada fase cepat

•Trauma intrakranial:

Terjadi sebagai akibat :

- Panggul sempit

- Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)

- Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)

•Fraktur / dislokasi:

Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif

- Fraktur tulang kepala

- Fraktur humerus

- Fraktur klavikula

- Fraktur femur

- Dislokasi bahu

•Paralisis nervus brachialis yang menyebabkan paralisis lengan terjadi akibat tekanan pada
pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi dan juga akibat regangan pada
leher saat membebaskan lengan.

K. Prognosis

a.Ibu

Bila terjadi persalinan spontan, prognosis ibu adalah baik. Laserasi traktus genitalis dan
perdarahan dapat disebabkan oleh persalinan yang terlalu cepat dan dipaksakan melalui panggul
yang terlampau kecil atau melalui bagian-bagian lunak yang belum cukup terbuka.

b.Janin

Mortalitas kasar janin berkisar antara 10-20%. Sebab utama kematian janin adalah prematuritas
(30% dibanding 10% pada presentasi kepala). Kelainan kongenital dua kali lebih sering pada
presentasi bokong dibanding presentasi kepala dan mempunyai andil dalam kematian janin.7
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan letak
142
kepala. Eastman melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian
perinatal yang terpenting ialah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna,
dengan akibat hipoksia atau perdarahan intrakranial.

RANGKUMAN

Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan bagian terendahnya
bokong, kaki ataupun keduanya.1 Secara epidemiologis pada kehamilan tunggal didapatkan
presentasi kepala sebesar 96,8%, bokong 2,7%, letak lintang 0,3%, majemuk 0,1%, muka 0,05%
dan dahi 0,01%. Persalinan normal dapat terjadi manakala terpenuhi keadaan- keadaan tertentu
dari faktor persalinan: jalan lahir (passage), janin (passenger), dan kekuatan (power). Jenis
malpresentasi yang paling lazim yaitu letak sungsang. Kelainan presentasi ini sangat
mempengaruhi peningkatan morbiditas dan mortalitas perinatal.

Posisi janin pada presentasi bokong ditentukan dengan merujuk kepada sakrum janin sebagai
denominator terhadap panggul ibu. Posisi yang mungkin terjadi pada presentasi bokong, yaitu
sakrum anterior (SA), sakrum posterior (SP), sakrum kiri transversus (LST), sakrum kanan
transversus (RST), sakrum kiri anterior (LSA), sakrum kiri posterior (LSP), sakrum kanan
anterior (RSA), dan sakrum kanan posterior (RSP).4 Misalnya penunjuk bokong janin adalah
sakrum kanan anterior, artinya presentasi bokong dengan sakrum janin ada di kuadran kanan
depan panggul ibu, dan diameter bitrochanterica janin berada pada diameter obliqua dekstra
panggul ibu.
SOAL LATIHAN
1. Persalinan disebut juga dengan....
a. Proses pembukaan 1-10 cm
b. Proses yang terjadi setelah 2 jam persalinan
c. Proses mulai perut mulas sampai dengan bayi lahir
d. Proses pengeluaran plasenta sampai 2 jam persalinan
e. Proses pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu

2. Mulainya persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memegang peranan penting. Di
bawah ini faktor mana yang mempengaruhi mulainya persalinan….
a. Adanya sakit perut
b. Adanya penipisan servik
c. Masuknya nutrisi ibu pada saat bersalin
d. Adanya nyeri hebat yang dirasakan oleh ibu
e. Penurunan kadar progesterone (teori oxytosin)

3. Berikut tanda-tanda yang menjadi tanda pasti persalinan adalah, kecuali....


a. Timbulnya kontraksi uterus
b. Pembukaan servik
c. Nyeri perut disertai mual muntah
d. Kontraksi palsu
e. Keluar lendir disertai darah dari jalan lahir

4. Tujuan memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin adalah…


a. Melaksanakan 3 bersih dalam asuhan persalinan
b. Memelihara kesejahteraan ibu dan janin
c. Memenuhi standar asuhan persalinan
d. Mempercepat proses persalinan
e. Menunjukkan perhatian bidan

5. Berikut yang bukan prosedur pencegahan infeksi adalah...


a. Asepsi
b. Anstiseptik
c. Desinfeksi tingkat tinggi
d. Kristalisasi
e. Sterilisasi

6. Dalam mekanisme persalinan normal, turunnya kepala bayi dibagi beberapa fase, dibawah ini
yang termasuk adalah...
a. Masuknya kepala janin dalam PAP
b. Fleksi
c. Ekstensi
d. Putaran paksi luar
e. Semua benar

7. (1) pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari kepala. (2) bagian
terendah dari kepala mwmcari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana
yang terdapat hiatus genitalis antara muskulus kevator ani kiri dan kanan. (3) ukuran terbesar
dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior. Diatas merupakan sebab sebab

144
terjadinya...
a. Putaran paksi luar
b. Putaran paksi dalam
c. Fleksi
d. Ekstensi
e. Majunya kepala janin

8. Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga mencapai pembukaan
lengkap (10 cm) dan berlangsung 18-24 jam. Merupakan istilah dari...
a. Kala I
b. Kala II
c. Kala III
d. Kala IV
e. Semua salah

9. Akselerasi, dilatasi maximal, dan deselarasi. Merupakan fase dari...


a. Fase laten
b. Fase kala II
c. Fase aktif
d. Fase
e. Fase kala I

10. Kontraksi rahim, perdarahan, kandung kencing, luka jahitan, uri dan ketuban, keadaan
umum ibu/pemeriksaan fisik. Merupakan 7 langkah dalam pemantauan...
a. Kala I
b. Kala II
c. Kala III
d. Kala IV
e. Semua benar

11. Perubahan psikologis yang tidak terjadi pada ibu bersalin kala I adalah…
a. Kecemasan dan ketakutan pada dosa/kesalahan
b. Timbulnya rasa tegang, ketakutan, ketakutan, kecemasan dan konfik batin
c. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi
d. Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap.
e. Peningkatan suhu badan ibu, nadi, pernafasan, dan cardiac out put

12. Yang merupakan bentuk perubahan psikologis ibu bersalin di kala II adalah ...
a. Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
b. Kecemasan dan ketakutan pada dosa/kesalahan
c. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi
d. Timbulnya rasa tegang, ketakutan, kecemasan dan konflik batin
e. Terjadinya peningkatan aliran darah

13. Gejala fisik pada ibu bersalin yang sedang mengalami kecemasan adalah…
a. Ketegangan motorik yang berupa gemetar
b. Keluar keringat dingin, mual, pusing
c. Cemas, takut, khawatir
d. Sukar tidur, sabar tidak mudah tersinggung
e. Terjadinya peningkatan metabolisme cardiac output dan filtrasi glomerolus
14. Yang bukan merupakan faktor penyebab terjadinya kecemasan pada ibu bersalin adalah ...
a. Nyeri
b. Riwayat pemeriksaan kehamilan
c. Riwayat penyakit yang lalu
d. Keadaan Fisik
e. Terjadinya peningkatan filtrasi glomerolus

15. Sikap bermusuhan ibu bersalin terhadap janin yang dikandung pada masa persalinan dapat
berupa...
a. Keinginan untuk memiliki janin
b. Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim
c. Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu
d. Ingin segera melahirkan
e. Peningkatan leukosit secara progresif pada awal kala I

16. Persalinan disebut juga dengan....


a. Proses pembukaan 1-10 cm
b. Proses yang terjadi setelah 2 jam persalinan
c. Proses mulai perut mulas sampai dengan bayi lahir
d. Proses pengeluaran plasenta sampai 2 jam persalinan
e. Proses pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu

17. Mulainya persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memegang peranan penting. Di
bawah ini faktor mana yang mempengaruhi mulainya persalinan….
a. Adanya sakit perut
b. Adanya penipisan servik
c. Masuknya nutrisi ibu pada saat bersalin
d. Adanya nyeri hebat yang dirasakan oleh ibu
e. Penurunan kadar progesterone (teori oxytosin)

18. Dalam melakukan pertolongan persalinan, bidan harus mengetahui tahapan persalinan.
Turun dan masuknya kepala janin ke bidang PAP secara berurutan meliputi…
a. Sinklitismus, asinklitismus posterior, asinklitismus anterior
b. Sinklitismus, asinklitismus anterior, asinklitismus posterior
c. Asinklitismus anterior, sinklitismus, asinklitismus posterior
d. Asinklitismus posterior, sinklitismus, asinklitismus anterior
e. Asinklitismus anterior, asinklitismus posterior, sinklitismus

19. Pada saat ibu bersalin kebingungan dalam menghadapi proses persalinan maka sikap bidan
yang tepat adalah ...
a. Mendukung ibu dan keluarganya secara fisik dan emosional selama persalinan dan
kelahiran
b. Selalu memberitahukan pada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan, adanya penyulit
maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan
c. Mendampingi ibu setiap saat tanpa harus pendampingan keluarga
d. Memberikan asuhan yang akurat kepada ibu, dengan intervensi minimal, sesuai dengan
tahap persalinannya E. Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan
infeksi yang aman

20. Diketahui ibu dalam masa persalinan. Saat dipimpin meneran oleh bidan, maka tahapan
persalinan yang benar sesuai dengan teori adalah…
146
a. Sinklitismus, asinklitismus, putar paksi dalam, fleksi, ekstensi, putar paksi luar.
b. Sinklitismus, asinklitismus, fleksi, putar paksi dalam, ekstensi, putar paksi luar.
c. Ainklitismus, sinklitismus, putar paksi dalam, fleksi, ekstensi, putar paksi luar.
d. Asinklitismus, sinklitismus, fleksi, putar paksi dalam, ekstensi, putar paksi luar.
e. Asinklitismus, sinklitismus, putar paksi dalam, fleksi,ekstensi, putar paksi luar.

21. Jika digunakan dengan tepat dan konsisten,partograf akan membantu penolong persalinan
untuk,kecuali…
a. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
b. Mencatat perkembangan kehamilan
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu (JNPK-KR, 2008).

22. Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat proses persalinan telah berada dalam
kala I fase aktif yaitu saat pembukaan serviks dari…
a. 1 sampai 10 cm
b. 2 sampai 10 cm
c. 3 sampai 10 cm
d. 4 sampai 10 cm
e. 5 sampai 10 cm

23. Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ( kering ) dalam pengisian
partograf dilambangkan dengan…
a. J
b. M
c. U
d. K
e. D

24. Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan dalam
pengisian partograf dilambangakan dengan
a. 0
b. 1
c. 2
d. 3
e. 4

25. Frekuensi dan Kontraksi uterus di nilai dan catat setiap…


a. 15 menit
b. 20 menit
c. 25 menit
d. 30 menit
e. 35 menit

26. Peristiwa dibawah ini yang merupakan bentuk asuhan sayang ibu adalah...
a. Saat ibu inpartu, bidan menganjurkan pada keluarga untuk memperlihatkan cairan dan
nutrisi pada ibu bersalin.
b. Bidan melaksanakan tindakan kateterisasi secara rutin supaya ibu bisa BAK.
c. Bidan melaksanakan enema pada ibu inpartu.
d. Bidan melaksakan pencukuran rambut pubis pada setiap ibu bersalin.
e. Bidan mendetekssi secara diri adanya komplikasi.

27. Seorang ibu dalam masa inpartu, Bidan sinta menganjurkan ibu bersalin untuk merubah
posisi miring kanan atau kiri, supaya ibu merasa nyaman. Berdasarkan kasuss diatas,
tindakan yang dilakukan bidan yaitu wujud dari...
a. Membuat keputusan klinik
b. Tindakan pencegahan infeksi
c. Asuhan sayang ibu
d. Tindakan DTT
e. Tindakan pendokumentasian

28. Ny. S GIII PI AL datang ke bidan jam 11.30 wib, Mengatakan buar air kecil teratus, ibu
belum ada keinginan meneran. Hasil VT ; pembukaan lengkap ketuban masih utuh , kepala
turun H III, DJJ 140 kali/ menit, his 3 kali / 10 menit lamanya 45 detik.
Posisi yang tepat untuk membantu penurunan kepala janin pada kasus Ny. S adalah....
a. Posisi berbaring ( litotomi )
b. Posisi berdiri
c. Posisi jongkok ( squatting )
d. Posisi miring ( lateral )
e. Posisi bersandar

29. Posisi yang sangat baik untuk mengedan, dengan berganti posisi dari berjongkok adalah..
a. Posisi bersandar
b. Posisi miring ( lateral )
c. Posisi setengah duduk ( semi fowler )
d. Posisi berbaring ( litotomi )
e. Posisi berlutut

30. Fokus Asuhan Persalinan Normal adalah persalinan bersih , aman serta mencegah terjadinya
komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu dan kemudian
menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi . Persalinan bersih, aman serta
pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu...
a. Meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
b. Meningkatkan harapan hidup ibu dan bayibaru lahir.
c. Mengurangi angka kesakitan ibu dan bayi baru lahir.
d. Mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir
e. Mengurangi angka kesakitan & kematian ibu dan bayi baru lahir.

Ny. R umur 21 tahun datang ke Puskesmas Mpunda dengan keluhan sakit pinggang menjalar ke
perut bagian bawah dan ingin melahirkan anak pertamanya. Dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan TTV normal, BB: 57 kg, TB: 155 cm, Lila: 24 c, TFU: 30 cm, presentasi kepala,
punggung kanan, dan sudah masuk PAP. Keadaan ibu dan janin baik serta kontraksi uterus
bagus. Hasil pemeriksaan dalam didapatkan bukaan 10 dan ibu siap untuk meneran tetapi
keaadaan perineumnya sangat kaku. Kemudian setelah 60 menit ibu mengedan bayinya belum
juga lahir, tetapi kepala bayi sudah terlihat diintroitus vagina sekitar 3 cm.

31. Untuk membantu mempercepat proses persalinan Ny. R,bidan perlu melakukan ?
a. Amniotomi
b. Episiotomi
c. Stimulasi puting susu
148
d. Masase fundus uteri
e. Penekanan pada fundus

32. Tujuan dilakukanya tindakan episiotomi setelah bukaan benar-benar lengkap agar ?
a. Mengurangi rasa sakit saat ibu mengedan
b. Membantu ibu agar tidak terlalu lama mengedan
c. Membantu ibu untuk cepat melahirkan plasentanya
d. Membantu ibu agar lebih percaya diri dalam penghadapi proses persalinan
e. Membantu ibu untuk mempercepat persalinan dan mengurangi jumlah perdarahan yang
terjadi.

33. Ny.Z inpartu kala II dengan persalinan sungsang, saat akan melahirkan bahu terdapat
hambatan lalu bidan melahirkan dengan cara manual aid. Pada manual aid dengan
menggunakan perasat lovset, cara melahirkan kepala bayi menggunakan perasat ?
a. Mauriceau
b. naujoks
c. praque terbalik
d. wigand martin – wingkel
e. brach

34. Seorang ibu berumur 28 tahun dengan usia kehamilan 24 minggu, datang ke RB untuk
memeriksakan kehamilannya. Hasil TTV dalam batas normal, perut membesar, payudara
tegang dan terdapat linea serta alba. TFU 24 cm teraba gerakan janin, pada auskultasi DJJ
diperut bagian atas pusat ibu.
Pada kasus yang dialami ibu, diagnosanya adalah
a. ibu mengalami fetal distress
b. ibu memang dinyatakan hamil
c. ibu mengalami letak normal
d. ibu mengalami letak sungsang
e. ibu mengalami kehamilan gamelli

35. Seorang bidan melakukan palpasi leopold pada ibu multigravida dengan kehamilan 37
minggu, tinggi fundus teraba bulat keras melenting, punggung janin berada dikanan, DJJ
terdengar diatas pusat ibu. Dari kasus yang dialami pasien tersebut, diagnosa sementara
bidan adalah ibu dengan presentasi bokong. Jadi penanganan persalinan untuk kasus
tersebut adalah
a. persalinan dengan tekhnik Brach
b. persalinan dengan tekhnik Mc.Robert
c. persalinan normal
d. persalinan dengan dukun
e. persalinan dengan tekhnik vacum
KUNCI JAWABAN

1. E
2. E
3. C
4. B
5. D
6. E
7. B
8. A
9. C
10. D
11. D
12. A
13. D
14. D
15. D
16. E
17. E
18. B
19. C
20. B
21. B
22. D
23. D
24. C
25. D
26. A
27. C
28. B
29. E
30. E
31. B
32. B
33. C
34. D
35. A

150
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halodoc.com/kesehatan/persalinan

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=957598&val=14722&title=PENGETAHUAN%20BIDAN%20MERUPAKAN
%20FAKTOR%20DOMINAN%20TERHADAP%20KEPATUHAN%20BIDAN
%20%20MENERAPKAN%20ASUHAN%20PERSALINAN%20NORMAL

Buku Ajar- Asuhan Peraalinan dan Manajemen Nyeri Persalinan – UNISA

https://lppm.unisayogya.ac.id/wordpress_lp3m/wp-content/uploads/2020/03/BUKU-AJAR-
Asuhan-Persalinan-Managemen-Nyeri-Persalinan_NEW_2.pdf

Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan – Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Persalinan-dan-BBL-Komprehensif.pdf

Departemen Kesehatan RI. (2007). Asuhan Persalinan Normal.


Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2.
Pusdiknas, WHO, JHIPEGO. 2001. Buku III asuhan kebidanan pada ibu infartum. Jakarta
Panduan Praktis Maternal dan Neonatal, WHO, 2001
Prawiroharjo. Ilmu kebidanan. 2002. Yayasan sarwono rawirohardjo Jakarta
Saeffudin, AB . 2002. Buku praktis pelayanan maternal dan neonatus . Jakarta
http://repo.poltekkes medan. ac. id/ jspui /bitstream /123456789 /1340 /1/ P07524115108%
20REXY% 20DEWI%20SYAFITRI.pdf
http://repository.unmuhjember.ac.id/1028/1/JURNAL.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Persalinan-dan-BBL-Komprehensif.pdf
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502450036/7._BAB_II__.pdf
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. EGC, Jakarta.

Depkes RI. 2001. Catatan Perkembangan dalam Praktik Kebidanan. Depkes RI, Jakarta.

Draft. 2001. Pelatihan Pelayanan Kebidanan. Jakarta.

Fraser, Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles, Buku Ajar Bidan, edisi 14. EGC,
Jakarta.

Hidayat, A. aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR Depkes RI, Jakarta.


152
Synthia, seran serafina. 2019. “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.R.P.S Di Puskesmas
Halilulik Kecamatan Tasifeto Barat Kabupaten Belu Periode 20 April - 15 Juni 2019”,
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1130/1/awal%20LTA%20PDF.pdf, dikses pada 14
Agustus 2019.
Ai, lia maehmuna lilik. 2009. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi. DKI Jakarta: Trans
Info Media Jakarta
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/156/jtptunimus-gdl-ratnawatig-7761-3-babii
http://eprints.undip.ac.id/43251/3/BAB_II.pdf
https://laboratorium.umkt.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/MODUL-PARTOGRAF.pdf
Buku Upaya Mengurangi Nyeri Persalinan dengan metode akupresur
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25501/1/ANNISA
%20MAGFUROH%20-%20fkik%20.pdf

https://id.scribd.com/document/168271910/Pemenuhan-Kebutuhan-Fisik-Dan-Psikologis-
Pada-Ibu-Dan-Keluarga

Buku Panduan Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

Buku Upaya Mengurangi Nyeri Persalinan dengan metode akupresur


154
Buku Panduan Praktikum Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

156
Menurut jurnal Jurnal SMART Kebidanan, 2019,
http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkb

Menurut Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat, 2017

158
http://journal.poltekkesjambi.ac.id/index.php/JBKM/article/download/20/15

Menurut jurnal Jurnal SMART Kebidanan, 2019,

http://stikesyahoedsmg.ac.id/ojs/index.php/sjkb

Menurut BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PADA persalinan, 2019

Menurut Nurjasmi,dkk (2016) tatalaksana asuhan persalinan normal tergabung dalam 60


langkah APN, yaitu : Sumber : Kemenkes RI, 2015

https://academia.edu/resource/work/5516079

Menurut Buku Inisiasi Menyusui Dini Asi Ekslusif dan Manajemen Laktasi, di terbitkan oleh
CV. Trans Info Media, 2012

Depkes RI. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Hlm: 167.

Midwife Magazine. Amniotomy to do or not to do?.

rcm.org.uk/midwives/features/amniotomy-to-do-or-not-to-do/ diunduh 23 Oktober 2013 pukul


03.20 WIB

Pusdiknakes. 2003. Buku 3 Asuhan Intrapartum. Jakarta. Hlm: 70-72.

Smyth RMD, Markham C, Dowswell T. 2013. Amniotomy For Shortening Spontaneous Labour.
Summaries.cochrane.org/CD006167/amniotomy-for-shortening-spontaneous-labour diunduh 23
Oktober 2013 pukul 03.27 WIB

Sulistyawati, A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. Hlm:
123.

Fischer, R. Breech Presentation. [online]. 9 July 2012. [cited 20 January 2012]. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/262159- overview#showall

Prawirohardjo S. Malpresentasi dan Malposisi. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008. p: 588-97.

Turner, M.J. The Term Breech Trial: Are the clinical guidelines justified by the evidence?.
Journal of Obstetrics and Gynaecology. Ireland : Informa Health Care Publishing. 2006; 26(6):
491 – 94

DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, and Laufer N. Breech Presentation. In: Current
Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, 10th Edition. United State: The McGraw-Hill
Companies. 2007.
Scott JR, Desaia PJ, dkk, alih bahasa: TMA Chalik, Huriawati, editor: Herni Koesoemawati.
Kesalahan letak dan Komplikasi Tali Pusat. Dalam: Danfort Buku Saku Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. 2002. p: 281-9.

Hamilton D-Fairley. Abnormal labour. In: Lecture Notes Obstetrics and Gynaecology, 2nd
Edition. London: Blackwell Publishing Ltd. 2004. p: 177- 80.

Hakim M. Presentasi Bokong. Dalam: Ilmu Kebidanan: Fisiologi dan Patologi Persalinan.
Jakarta: Yayasan Essensia Medika. 1996. p: 195-231.

Mochtar R. editor: Delfi Lutan. Letak sungsang. Dalam: Sinopsis Obstetri edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002. p: 351-65.

Pernoll ML, M.D. Nonvertex Presentations, Shoulder Dystocia, And Cord Accidents. In:
Benson and Pernoll’s Handbook of Obstetrics and Gynecology 10th edition. New York:
McGraw-Hill Medical Publishing Division. p: 404- 17.

Cunningham FG, et all. Breech Presentation. In: Williams Obstetrics 22nd edition. United states
of America; Mc.Graw Hill Company Inc. 2005. p: 512- 524.

160
162
164
166

Anda mungkin juga menyukai