Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH NUTRISI UNTUK IBU HAMIL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Gizi dan Diet


Ns. Sussanty C. N., S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH :

SARAH DWI SHAKIRA


10521102

TK 1 C KEPERAWATAN

POLTEKES TNI AU CIUMBULEUIT


2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan
karunian-Nya saya dapat mengerjakan tugas makalah yang berjudul “Nutrisi
Untuk Ibu Hamil”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik, meskipun saya juga menyadari
segala kekurangan yang ada pada makalah ini.
Makalah ini saya susun berdasarkan beberapa sumber yang telah saya
peroleh. Saya berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas ibu Ns. Sussanty C. N., S.Kep., M.Kep selaku
dosen pada mata kuliah Gizi dan Diet prodi D3 Keperawatan. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Nutrisi Untuk
Ibu Hamil” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ns. Sussanty C. N., S.Kep.,
M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Gizi dan Diet yang telah
memberikan tugas sehingga kami dapat menambah wawasan sesuai dengan
bidang yang kami tekuni.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 25 September 2021


Penyusun,

Sarah Dwi Shakira


10521102

1
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR.....................................................................................1
DAFTAR
ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Ibu
Hamil.............................................................5
2.1.1 Definisi
Kehamilan.....................................................5
2.1.2 Perubahan Fisiologi....................................................5
2.1.3 Pengaruh Keadaan Gizi..............................................9
2.2 Kebutuhan Nutrisi Untuk Ibu Hamil
Normal..........................11
2.3 Defisiensi Zat Besi..................................................................13
2.3.1 Gejala Defisiensi Zat Besi........................................13
2.3.2 Dampak Defisiensi Zat Besi Pada Ibu
Hamil............14
2.3.3 Penyebab Defisiensi Zat Besi...................................15
2.3.4 Pedoman Gizi Pada Defisiensi Zat
Besi....................16
2.4 Pre Eklamsi.............................................................................17
2.4.1 Patofisiologi Pre
Eklamsi..........................................18
2.4.2 Usia...........................................................................19
2.4.3 Paritas.......................................................................19

2
2.4.4 Kehamilan Multipel..................................................20
2.4.5 Cara Mendiagnosis Pre
Eklamsi...............................20
2.4.6 Tata Laksana Kehamilan dengan Pre
Eklampsi........21
2.5 Hyperemesis Gravidarum.......................................................23
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan masa kritis dimana gizi ibu yang baik adalah
faktor penting yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil
bukan hanya harus dapat memenuhi kebutuhan zat gizi untuk dirinya
sendiri, melainkan juga untuk janin yang dikandung. Risiko komplikasi
selama kehamilan atau kelahiran paling rendah bila pertambahan berat
badan sebelum melahirkan memadai.

Kesehatan adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat


keluarga bahagia. Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental
yang bersifat alami dimana calon ibu harus sehat dan mempunyai
kecukupan gizi sebelum dan setelah hamil. Agar kehamilan berjalan
sukses, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan
baik dan selama hamil mendapatkan tambahan protein, minimal seperti
zat besi dan kalsium, vitamin, asam folat dan energi. Kekurangan atau
kelebihan pada masa kehamilan dapat berdampak kurang baik bagi
kesehatan ibu dan janin. Oleh karena itu harus diperhatikan asupan gizi
yang dikonsumsi ibu hamil. Agar ibu hamil lebih mengetahui gizi

3
seimbang dan dampak dari kekurangan gizi pada saat masa kehamilan
maka dengan demikian dibuatlah makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik ibu hamil?


2. Bagaimana kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil normal?
3. Bagaimana defisiensi zat besi pada ibu hamil?
4. Bagaimana masa pre eklamsi pada ibu hamil?
5. Apa itu hyperemesis gravidarum?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui karakteristik ibu hamil.


2. Memahami kebutuhan nutrisi untuk ibu hamil.
3. Mengetahui dan memahami defisiensi zat besi pada ibu hamil.
4. Mengetahui pre eklamsi ibu hamil.
5. Mengetahui dan memahami hyperemesis gravidarum.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Ibu Hamil

2.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan didefisinikan sebagai fertilitas atau penyatuan spermatozoa


dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi. Bila dihitung
dari fertilitas hingga lahirnya bayi kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
( minggu ke 13 sd 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28
sd 40 minggu) (Prawiroharjo, 2008).

2.1.2 Perubahan Fisiologis

Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita. Seiring


dengan pertumbuhan janin dalam rahim, perubahan itu meliputi
perubahan fisik dan perubahan psikologis (Dewi, 2011). Kehamilan
selalu berhubungan dengan perubahan fisiologi yang berakibat
peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan
5
konsentrasi protein pengikat nutrisi dalam sirkulasi darah, perubahan
ini dapat mengakibatkan anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu
hamil serta bayi baru lahir (Miyata, 2010).

Peningkatan kebutuhan sel darah merah terjadi pada trimester II dan III
karena ibu mengalami hemodulusi (pengenceran), hal ini terjadi karena
ibu hamil memproduksi cairan lebih banyak sehingga kebutuhan sel
darah merah akan bertambah. Jadi ibu hamil pada trimester II dan III
membutuhkan lebih banyak zat besi (Miyata, 2010).

Banyak wanita Indonesia mengalami kekurangan zat besi, sehingga


kadar hemoglobinnya rendah. Hal ini berpengaruh pada kesehatan ibu
dan janin. Jumlah zat besi yang dibutuhkan selama masa kehamilan per
trimesret pertama, tambahan zat besi belum di butuhkan karena pada
trimester 1 ibu hamil biasanya mengalami mual muntah. Memasuki
trimester II, kebutuhan zat besi menjadi 35 mg per hari per berat badan
kemudian pada trimester III bertambah menjadi 39 mg perhari per berat
badan (Miyata, 2010).

Perubahan fisiologis pada ibu hamil dapat dilihat dan tidak dapat
dilihat, adapun perubahan fisik yang dapat dilihat meliputi :

1. Perubahan pada kulit

Perubahan pada kulit terjadi akibat hiperpigmentasi, hiperpigmentasi


merupakan kelebihan pigmen pada wajah (pipi dan hidung yang
menyerupai topeng atau kloasma gravidarum), di area suprapubis
ada garis hitam memanjang dari pusat sampai dengan simfisis, stria
gravidarum terbagi dua jenis yaitu stria albikan (garis warna putih)
dan stria livida (garis berwarna biru) yang dipengraruhi oleh
melanophore stimulating hormone (Saminem, 2008) .

2. Perubahan kelenjar

Perubahan pada kelenjar gondok yang membengkak sehingga leher


pada ibu hamil menyerupai leher, dan pemebesaran pada kelenjar

6
gondok tidak selalu terjadi pada ibu yang sedang hamil (Saminem,
2008).

3. Perubahan payudara

Perubahan pada payudara terjadi pada ibu hamil yang akan


mendekati persalinan, payudara yang membesar terjadi karena telah
memproduksi asi untuk bayi setelah lahir nanti, adapun perubahan
payudara meliputi : payudara yang membesar, sakit dan tegang,
vena pada payudara terlihat dan membesar, adanya hiperpigmentasi
pada area areola, puting, dan muncul areola sekunder pada payudara,
kelenjar montgomery membesar dan terlihat dari luar, dan bila
dipijat payudara mengeluarkan cairan (Saminem, 2008).

4. Perubahan perut

Masa kehamilan yang akan mendekati persalinan perut semakin


membesar, pusat menonjol, perut menjadi tegang, dan timbul
hiperpigmentasi dan stria gravidarum di linea nigra serta alba
(Saminem, 2008).

5. Perubahan alat kelamin luar

Alat kelamin luar terlihat hitam kebiruan yang disebabkan oleh


kongesti di peredaran darah, hal ini terjadi karena adanya pembuluh
darah yang membesar menuju uterus sesuai kebutuhan janin
(Saminem, 2008).

6. Perubahan pada tungkai kaki

Pada tungkai kaki biasanya timbul parises dan edema ini terjadi
pada hamil tua yang disebabkan oleh adanya tekanan uterus yang
membesar di vena femoralis sebalah kanan atau kiri tungkai kaki
(Saminem, 2008).

7. Perubahan pada sikap tubuh yang menjadi lordosis karena perut ibu
yang membesar (Saminem, 2008).

7
Perubahan fisiologis yang tidak dapat dilihat meliputi :

1. Perubahan pada alat pencernaan

Perubahan pada alat pencernaan yang menjadi kendur, dan


peristaltik usus menjadi tidak baik yang disebabkan hipersekresi
kelenjar di dalam alat pencernaan yang menyebabkan munculnya
rasa mual, muntah dan hipersalivasi, yang dapat menimbulkan
obstipasi atau konstipasi (Saminem, 2008:3)

2. Perubahan pada peredaran dan pembuluh darah

Perubahan pada volume darah dalam yang semakin meningkat


karena adanya serium dengan jumlah yang lebih besar,puncaknya
pada usia kehamilan 32 minggu, pada usia kehamilan 16 minggu
volume darah bertambah 25% - 30%, sel darah bertambah 20%,
curah jantung 30%, jumlah sel darah merah yang meningkat untuk
mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan janin, sel darah yang
tidak seimbang menyebabkan hemodilusi dengan anemia fisiologis
(Saminem, 2008:4).

Perubahan pada jantung terjadi karena jantung memompa darah


untuk dua orang sekaligus yang menyebabkan beban kerja jantung
jadi bertambah, perubahan tekanan darah yang menurun dikarenakan
kepekatan darah yang berkurang (Saminem, 2008:4).

3. Perubahan pada paru

Paru bekerja menjadi berat karena kebutuhan ibu dan janin, paru
menghisap zat asam dan posisi paru terdesak ke atas karena uterus
yang membesar (Saminem, 2008:4).

4. Perubahan pada sistem perkemihan

Ginjal bekerja untuk ibu dan janin yang menyaring ampas untuk dua
orang, ureter tertekan uterus, ureter menjadi semakin berkelok-kelok

8
dan kendur yang menyebabkan jalannya urin menjadi lambat
menuju kandung kemih dan dapat menimbulkan kuman bekembang
menimbulkan penyakit, ureter membesar menekan kandung kemih
dan antefleksi menyebabkan ibu sering berkemih (Saminem,
2008:4-5).

5. Perubahan pada tulang

Perubahan pada bentuk tulang belakang menyesuaikan dengan


badan karena uterus yang membesar menyebabkan sikap tubuh jadi
lordosis (Saminem, 2008:5).
6. Perubahan Jaringan Pembentuk Organ, jaringan mengikat garam dan
longgar (Saminem, 2008:5)

7. Perubahan pada alat kelamin dalam (Saminem, 2008:5)

2.1.3 Pengaruh Keadaan Gizi Terhadap Proses Kehamilan & Kelahiran

Kehamilan merupakan suatu proses faali yang menjadi awal kehidupan


generasi penerus. Salah satu kebutuhan esensial untuk proses
reproduksi sehat adalah terpenuhinya kebutuhan energi, protein,
karbohidrat, vitamin, dan mineral serta serat. Kurangnya asupan zat
gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) maupun zat gizi mikro
(asam folat, zat besi, seng, kalsium, iodium, dan lain-lain) dapat
menimbulkan masalah gizi dan kesehatan pada ibu dan bayinya.

Ibu hamil sehat dengan status gizi baik:

1. LiLA ≥ 23,5 cm.


2. IMT Pra hamil (18,5 - 25,0).
3. Selama hamil, kenaikan BB sesuai usia kehamilan.
4. Kadar Hb normal > 11 gr/dL
5. Tekanan darah Normal (Sistol < 120 mmHg dan Diastol < 80
mmHg). 6. Gula darah urine negatif.
7. Protein urine negatif.

9
1. Gizi Kurang

Gizi Kurang timbul apabila dalam jangka waktu lama asupan zat
gizi sehari-hari kedalam tubuh lebih rendah dari Angka Kecukupan
Gizi (AKG) yang dianjurkan sehingga tidak mencukupi kebutuhan.

Masalah gizi kurang yang banyak dijumpai pada ibu hamil antara
lain:

a. Kurang Energi Kronik (KEK)

Timbulnya KEK pada ibu hamil disebabkan karena dalam jangka


waktu yang lama asupan energi (karbohidrat dan lemak) tidak
mencukupi kebutuhan tubuh. Penapisan ibu hamil risiko KEK
dilakukan dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
Apabila LiLA < 23,5 cm maka ibu hamil berisiko KEK. Untuk
memastikan KEK pada ibu hamil digunakan Indeks Massa Tubuh
(IMT) pada Trimester I. Jika IMT pada Trimester I < 18,5 maka
ibu hamil didiagnosa KEK. Apabila IMT trimester I tidak
diketahui karena ibu hamil melakukan ANC di Trimester II atau
III, serta diketahui data BB dan TB sebelum hamil dapat
digunakan IMT Pra hamil. Ibu hamil KEK, akan mengalami
risiko keguguran, perdarahan pasca persalinan, kematian ibu,
kenaikan BB ibu hamil terganggu tidak sesuai dengan standar,
malas tidak suka beraktivitas, payudara dan perut kurang
membesar, pergerakan janin terganggu, mudah terkena penyakit
infeksi, persalinan akan sulit dan lama.

Ibu hamil KEK akan berdampak pada janin, dan anak yang akan
berlanjut sampai pada usia dewasa, antara lain:

10
1) Gangguan pertumbuhan janin (Intrauterine Growth
Retardation)
2) Risiko bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
3) Risiko bayi lahir dengan kelainan kongenital (Defect Neural
Tube, bibir sumbing, celah langit-langit dll)
4) Risiko bayi lahir stunting sehingga meningkatkan risiko
terjadinya penyakit tidak menular (PTM) pada usia dewasa
seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung Koroner.
5) Gangguan Pertumbuhan dan perkembangan sel otak yang akan
berpengaruh pada kecerdasan anak.

b. Anemia

Anemia pada ibu hamil adalah suatu keadaan ketika sel darah
merah atau Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal
(<11/g/dl). Kekurangan zat besi menyebabkan pembentukkan sel
darah merah tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh,
terutama pada kondisi hamil dimana banyak terjadi perubahan
fisiologis tubuh.

Penyebab timbulnya anemia pada ibu hamil antara lain:

1) Makanan yang dikonsumsi kurang mengandung protein, zat


besi, vitamin B12 dan asam folat.
2) Meningkatnya kebutuhan tubuh selama hamil akan zat-zat gizi
karena perubahan fisiologis ibu hamil dan pertumbuhan serta
perkembangan janin.
3) Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh karena
perdarahan akut dan kronis. Perdarahan akut dapat disebabkan
misalnya kecelakaan. Perdarahan kronis, yaitu pendarahan yang
berlangsung lama karena infeksi penyakit, kecacingan, dan
malaria.
4) Ibu hamil KEK (kurang energi kronik).
5) Jarak persalinan terlalu dekat.

11
2.2 Kebutuhan Nutrisi Untuk Ibu Hamil Normal

Kebutuhan gizi untuk ibu hamil mengalami peningkatan dibandingkan


dengan ketika tidak hamil. Bila kebutuhan energi perempuan sebelum
hamil sekitar 1.900 kkal/hari untuk usia 19—29 tahun dan 1.800 kkal
untuk usia 30—49 tahun, maka kebutuhan ini akan bertambah sekitar
180 kkal/hari pada trimester I dan 300 kkal/hari pada trimester II dan
III. Demikian juga dengan kebutuhan protein, lemak, vitamin dan
mineral, akan meningkat selama kehamilan.

Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (per orang per hari)

Dewasa Saat Hamil

19-29 30-49 Trimester Trimester Trimester


Tahun Tahun I II III
Energi kkal 1.900 1.800 +180 +300 +300
Protein g 50 50 +17 +17 +17
Vit A RE 600 500 +300 +300 +300
Vit D Hg 5 5 +0 +0 +0
Vit E mg 15 15 +0 +0 +0
Vit K mg 55 55 +0 +0 +0
Tiamin mg 1,1 1 +0,3 +0,3 +0,3
Riboflavin mg 1 1,1 +0,3 +0,3 +0,3
Niasin mg 14 14 +0,4 +0,4 +0,4
Asam folat mg 400 400 200 200 200
Piridoksin mg 1,2 1,3 +0,4 +0,4 +0,4
Vit B12 mg 2,4 2,4 +0,2 +0,2 +0,2
Vit C mg 75 75 +10 +10 +10
Kalsium mg 1.000 800 +150 +150 +150
Fosfor mg 1.000 600 +0 +0 +0
Magnesium mg 240 240 +30 +30 +30

12
Besi mg 26 26 +1 +1 +1
Yodium mg 150 150 +50 +50 +50
Seng mg 9,3 9,8 +1,7 +1,7 +1,7
Selenium mg 30 30 +5 +5 +5
Mangan mg 1,8 1,8 +0,2 +0,2 +0,2
Fluor mg 2,5 2,5 +0,2 +0,2 +0,2

2.3 Defisiensi Zat Besi

Anemia defisiensi besi atau defisiensi zat besi adalah salah satu jenis
anemia yang terjadi akibat tubuh kekurangan zat besi. Kondisi ini
mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah yang sehat dalam tubuh.

Ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% semakin


meningkat seiring dengan pertambah usia kehamilan. Menurut WHO
40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada
kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya
saling berinteraksi.

Upaya pencegahan telah dilakukan dengan pemberian tablet besi selama


kehamilan. Akan tetapi hasilnya belum memuaskan. karena dalam
kehamilan, terjadi peningkatan absorpsi dan kebutuhan besi dimana
total besi yang dibutuhkan adalah sekitar 1000 mg . Kebutuhan yang
tinggi dimana cadangan besi di tubuh kosong maka hal ini tidak dapat
dipenuhi melalui diet besi harian dan juga oleh besi suplemen.

Menurut teori tersebut, supelemen besi seharusnya diberikan pada


periode sebelum hamil untuk mengantisipasi rendahnya cadangan besi
tubuh. Kegagalan ini mungkin diakibatkan oleh rendahnya bahkan
13
kosongnya cadangan besi tubuh sewaktu pra-hamil, terutama di negara
sedang berkembang. Oleh karena itu, suplemen besi yang hanya
diberikan waktu kehamilan tidak cukup untuk mencegah terjadinya
anemia defisiensi besi. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pemberian
tablet besi pada prahamil dapat menurunkan prevalensi enemia lebih
tinggi dibandingkan dengan pemberian tablet besi yang dimulai saat
kehamilan (0% vs 38.46%, p<0.05).

2.3.1 Gejala Defisiensi Zat Besi

Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan


besar yaitu : gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi,
gejala penyakit dasar.

a. Gejala umum anemia

Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-
kunang, serta telinga berdenging. Anemia bersifat simtomatik jika
hemoglobin telah turun dibawah 7 g/dl. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan
dibawah kuku.

b. Gejala khas defisiensi besi

Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai
pada anemia jenis lain adalah koilonychia, atropi papil lidah,
stomatitis angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster sehingga
menimbulkan akhloridia, pica.

c. Gejala penyakit dasar.

Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejalagejala penyakit


yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya
pada anemia akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis
membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti
jerami.

14
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah,
sering pusing, palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise, lidah
luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas
pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat
pada hamil muda, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem
neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran
kelenjar limpa.

2.3.2 Dampak Defisiensi Zat Besi Pada Ibu Hamil

Anemia defisiensi besi dapat berakibat fatal bagi ibu hamil karena ibu
hamil memerlukan banyak tenaga untuk melahirkan. Setelah itu, pada
saat melahirkan biasanya darah keluar dalam jumlah banyak sehingga
kondisi anemia akan memperburuk keadaan ibu hamil. Kekurangan
darah dan perdarahan akut merupakan penyebab utama kematian ibu
hamil saat melahirkan.

Penyebab utama kematian maternal antara lain perdarahan pascapartum


(disamping eklampsia dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang
semuanya bersumber pada anemia defisiensi. Ibu hamil yang menderita
anemia gizi besi tidak akan mampu memenuhi kebutuhan zat-zat gizi
bagi dirinya dan janin dalam kandungan. Oleh karena itu, keguguran,
kematian bayi dalam kandungan, berat bayi lahir rendah, atau kelahiran
prematur rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia gizi besi.

Salah satu efek anemia defisiensi besi (ADB) adalah kelahiran


premature dimana hal ini berasosiasi dengan masalah baru seperti berat
badan lahir rendah, defisiensi respon imun dan cenderung mendapat
masalah psikologi dan pertumbuhan. Apabila hal ini berlanjut maka hal
ini berkorelasi dengan rendahnya IQ dan kemampuan belajar. Semua
hal tersebut mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia,
produktivitas dan implikasi ekonomi. cara penanganannya dengan
memberikan tablet besi folat (Tablet Tambah Darah/TTD) yang
mengandung 60 mg elemental besi dan 250 ug asam folat) 1 tablet
selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan.

15
2.3.3 Penyebab Defisiensi Zat Besi

Beberapa hal yang menyebabkan defisiensi zat besi adalah kehilangan


darah, misalnya dari uterus atau gastrointestinal seperti ulkus peptikum,
karsinoma lambung, dll. Dapat juga disebabkan karena kebutuhan
meningkat seperti pada ibu hamil, malabsorbsi dan diet yang buruk.
Kekurangan zat besi menyebabkan anemia defisiensi besi. Terjadinya
anemia defisiensi besi juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya kurangnya kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari,
penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya zat-zat
yang menghambat penyerapan zat besi, dan adanya parasit di dalam
tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, atau kehilangan
banyak darah akibat kecelakan atau operasi.
Sumber lain mengatakan bahwa Etiologi Anemia defisiensi besi pada
kehamilan, yaitu :

a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.


b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
c. Kurangnya zat besi dalam makanan
d. Kebutuhan zat besi meningkat.
e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.

2.3.4 Pedoman Gizi Pada Defisiensi Zat Besi

Kebutuhan besi pada ibu hamil dapat diketahui dengan mengukur kadar
hemoglobin. Kadar Hb < 11 mg/dL sudah termasuk kategori anemia
defisiensi besi. Namun pengukuran yang lebih spesifik dapat dilakukan
dengan mengukur kadar feritin, karena walaupun kadar Hb normal
belum tentu kadar feritin tubuh dalam keadaan normal. Kadar feritin
memberikan gambaran cadangan besi dalam tubuh. Beberapa hal yang
bisa dipakai sebagai pedoman untuk mencukupi kebutuhan besi antara
lain :

16
1. Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-
6mg/Kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang
: 3 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi

2. Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan


sehingga kebutuhan makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.

3. Meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber besi terutama dari


protein hewani seperti daging, sehingga walaupun tetap
mengkonsumsi protein nabati diharapkan persentase konsumsi
protein hewani lebih besar dibandingkan protein nabati.

4. Meningkatkan konsumsi bahan makanan yang dapat meningkatkan


kelarutan dan bioavailabilitas besi seperti vitamin C yang berasal
dari buah-buahan bersama-sama dengan protein hewani.

5. Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat


absorpsi besi seperti bahan makanan yang mengandung polifenol
atau pitat.

6. Mengkonsumsi suplemen besi ferro sebelum kehamilan


direncanakan minimal tiga bulan sebelumnya apabila diketahui
kadar feritin rendah.

Semua pedoman di atas dilakukan secara berkesinambungan karena


proses terjadinya defisiensi besi terjadi dalam jangka waktu lama,
sehingga untuk dapat mencukupi cadangan besi tubuh harus dilakukan
dalam jangka waktu lama pula.

2.4 Pre Eklamsi

Pre eklampsi adalah hipertensi yang disertai dengan proteinuria pada


ibu dengan usia kehamilan di atas 20 minggu, dengan catatan bahwa
tidak semua ibu dengan preeklampsia memperlihatkan edema. Jika
gejala yang muncul adalah gejala preeklampsia dan ditambah dengan
17
gejala lain, seperti koma dan/atau kejang, maka hal tersebut
diklasifikasikan sebagai eklampsi.

Pre eklampsi dideskripsikan sebagai disease of theories karena


penyebab pastinya yang masih belum diketahui. Beberapa teori
menunjukkan hubungan preeklampsia dengan (1) invasi abnormal
sitotrofoblas terhadap arteriol spiralis, (2) hipoperfusi uteroplasenta, (3)
ketidakseimbangan antara peningkatan sintesis thromboxane dengan
penurunan produksi prostaglandin I2, (4) peningkatan stress oksidatif,
(5) gangguan metabolisme endothelin, atau disfungsi endothelial, (6)
perubahan reaktivitas vaskuler, (7) penurunan laju filtrasi ginjal dengan
retensi natrium dan air, (8) penurunan volume intravaskuler, (9)
peningkatan iritabilitas sistem saraf pusat, dengan hipotesis terkuat
pada poin terganggunya plasenta pada awal kehamilan.

2.4.1 Patofisiologi Pre Eklamsi

Pada awal kehamilan, sel sitotrofoblas menginvasi arteri spiralis uterus,


mengganti lapisan endothelial dari arteri tersebut dengan merusak
jaringan elastis medial, muskular, dan neural secara berurutan. Sebelum
trimester kedua kehamilan berakhir, arteri spiralis uteri dilapisi oleh
sitotrofoblas, dan sel endothelial tidak lagi ada pada bagian
endometrium atau bagian superfisial dari miometrium. Proses
remodeling arteri spiralis uteri menghasilkan pembentukan sistem
arteriolar yang rendah tahanan serta mengalami peningkatan suplai
volume darah yang signifikan untuk kebutuhan pertumbuhan janin.
Pada pre eklampsi, invasi arteri spiralis uteri hanya terbatas pada
bagian desidua proksimal, dengan 30% sampai dengan 50% arteri
spiralis dari placental bed luput dari proses remodeling trofoblas
endovaskuler. Segmen miometrium dari arteri tersebut secara anatomis
masih intak dan tidak terdilatasi. Rerata diameter eksternal dari arteri
spiralis uteri pada ibu dengan preeklampsia adalah 1,5 kali lebih kecil
dari diameter arteri yang sama pada kehamilan tanpa komplikasi.
Kegagalan dalam proses remodeling vaskuler ini menghambat respon
adekuat terhadap kebutuhan suplai darah janin yang meningkat yang
terjadi selama kehamilan. Ekspresi integrin yang tidak sesuai oleh

18
sitotrofoblas ekstravilli mungkin dapat menjelaskan tidak sempurnanya
remodeling arteri yang terjadi pada preeklampsia.

Kegagalan invasi trofobas pada preeklampsia menyebabkan penurunan


perfusi uteroplasenta, sehingga menghasilkan plasenta yang mengalami
iskemi progresif selama kehamilan. Selain itu, plasenta pada ibu
dengan preeklampsia menunjukkan peningkatan frekuensi infark
plasenta dan perubahan morfologi yang dibuktikan dengan proliferasi
sitotrofoblas yang tidak normal. Bukti empiris lain yang mendukung
gagasan bahwa plasenta merupakan etiologi dari preeklampsia adalah
periode penyembuhan pasien yang cepat setelah melahirkan.

Jaringan endotel vaskuler memiliki beberapa fungsi penting, termasuk


di antaranya adalah fungsi pengontrolan tonus otot polos melalui
pelepasan substansi vasokonstriktor dan vasodilator, serta regulasi
fungsi anti koagulan, anti platelet, fibrinolisis melalui pelepasan faktor
yang berbeda. Hal ini menyebabkan munculnya gagasan bahwa
pelepasan faktor dari plasenta yang merupakan respon dari iskemi
menyebabkan disfungsi endotel pada sirkulasi maternal. Data dari hasil
penelitian mengenai disfungsi endotel sebagai patogenesis awal
preeklampsia menunjukkan bahwa hal tersebut kemungkinan
merupakan penyebab dari preeklampsia, dan bukan efek dari gangguan
kehamilan tersebut. Selanjutnya, pada ibu dengan preeklampsia, faktor
gangguan kesehatan pada ibu yang sudah ada sebelumnya seperti
hipertensi kronis, diabetes, dan hiperlipidemia dapat menjadi faktor
predisposisi atas kerusakan endotel maternal yang lebih lanjut.

2.4.2 Usia

Ibu dengan usia ≥40 tahun memiliki risiko 2 kali lipat lebih besar untuk
mengalami preeklampsia. Dari penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa risiko preeklampsia meningkat hingga 30% setiap
penambahan 1 tahun setelah ibu mencapai usia 34 tahun. Sedangkan
ibu yang hamil di usia muda cenderung tidak mempengaruhi risiko
terjadinya preeklampsia.

2.4.3 Paritas

19
Preeklampsia sering disebut sebaga penyakit kehamilan pertama karena
banyaknya kasus preeklampsia yang muncul pada kehamilan pertama.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa nuliparitas meningkatkan
kemungkinan terjadinya preeklampsia sebanyak 3 kali lipat. Sedangkan
ibu yang masuk ke dalam golongan multipara adalah ibu yang sudah
melahirkan lebih dari 1 kali dan tidak lebih dari 4 kali, memiliki risiko
sebesar 1% untuk mengalami preeklampsia.

Ibu yang mengalami preeklampsia pada kehamilan pertamanya, akan


memiliki risiko 7 kali lipat lebih besar untuk mengalami preeklampsia
pada kehamilan berikutnya.

2.4.4 Kehamilan Multipel

Ketika seorang ibu mengandung lebih dari 1 janin dalam


kandungannya, maka risiko ibu tersebut mengalami preeklampsia
meningkat hampir 3 kali lipat. Satu buah penelitian menunjukkan
bahwa ibu hamil dengan 3 janin berisiko mengalami preeklampsia 3
kali lipat lebih besar dari pada ibu hamil dengan 2 janin.

2.4.5 Cara Mendiagnosis Pre Eklampsi

Proses menyingkirkan diagnosis banding harus dilakukan dengan hati-


hati karena gejala klinik dan tanda yang muncul mungkin saja tidak
spesifik. Prinsip yang harus ditekankan adalah pre eklampsi sangat
potensial untuk menjadi fulminan, maka dari itu kecurigaan akan
terjadinya pre eklampsi harus ada walaupun gejala yang muncul tidak
berat. Sebanyak 40%-90% ibu dengan pre eklampsi sering mengeluh
nyeri epigastrik atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, selain itu
gejala klinik yang sering muncul adalah sakit kepala, penglihatan
kabur, dan mual atau muntah.

20
Pada preeklampsia, kriteria diagnosis yang dibutuhkan adalah tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih, atau tekanan darah diastolik 90
mmHg atau lebih pada ibu dengan umur kehamilan lebih dari 20
minggu dan riwayat tekanan darah sebelum kehamilan ibu tersebut
adalah normal. Selain itu kriteria diagnosis yang dibutuhkan adalah
adanya protenuria 0.3 gram atau lebih protein pada urin tampung 24
jam (diindikasikan dengan uji protein carik celup+1 atau lebih).

Sedangkan kriteria diagnosis yang dibutuhkan untuk preeklampsia


berat adalah tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan
darah diastolik 110 mmHg atau lebih pada dua kali pengukuran dengan
jeda antara masing-masing pengukuran adalah 6 jam dan pasien dalam
keadaan istirahat tirah baring. Kriteria proteinuria pada preeklampsia
berat adalah adanya 5 gram atau lebih protein pada urin tampung 24
jam ditunjukkan dengan hasil uji carik celup +3 atau lebih pada uji
carik celup dengan 2 kali pengujian dan jarak antara satu pengukuran
dengan pengukuran lain adalah paling tidak 4 jam. Gejala lain yang
mendukung diagnosis preeklampsia berat adalah oliguria (produksi urin
dalam 24 jam tidak lebih dari 500 ml), skotoma penglihatan, edem
pulmo atau sianosis, trombositopenia (<100 sel/uL), hemolisis
mikroangiopati, peningkatan SGOT/SGPT, oligohidramnion, dan
intrauterine growth restriction.

2.4.6 Tata Laksana Kehamilan dengan Pre Eklampsi

Sebagai bagian dari pemeriksaan antenatal, dalam melakukan


anamnesis harus didapatkan data ibu hamil mengenai faktor risiko yang
berkaitan dengan preeklampsia. Pertanyaan tersebut meliputi riwayat
obstetri, terutama riwayat hipertensi atau preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya. Penyakit lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
preeklampsia adalah diabetes mellitus, penyakit vaskuler dan jaringan
ikat, nefropati, dan sindrom antifosfolipid antibodi.

Pada setiap kunjungan ibu dalam pemeriksaan antenatal, pengukuran


tekanan darah harus selalu dilakukan dengan sebelumnya memberi
waktu kepada ibu untuk beristirahat paling tidak selama 10 menit.
Tinggi fundus uteri juga diperiksa karena tinggi fundus uteri yang tidak

21
sesuai dengan usia kehamilan dapat mengindikasikan pertumbuhan
janin yang terhambat. Edema wajah dan peningkatan berat badan yang
sangat cepat juga harus mendapatkan perhatian lebih, karena retensi
cairan berasosiasi erat dengan pre eklampsi.

Jika pada ibu ditemukan gejala preeklampsia ringan, maka manajemen


yang dilakukan adalah meminta pasien untuk istirahat yang cukup serta
melakukan monitoring tekanan darah dan protein pada urin pasien
secara rutin. Pasien mendapatkan edukasi mengenai gejala
preeklampsia berat seperti nyeri epigastrik dan gangguan penglihatan,
agar jika gejala tersebut dialami oleh pasien, pasien diharapkan untuk
segera melapor ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Obat
antihipertensif tidak diberikan kecuali tekanan darah diastolik pasien
mencapai 100 mmHg dan usia kehamilan ≤30 minggu.

Tujuan dari manajemen preeklampsia berat adalah (1) mencegah


terjadinya kejang, (2) mengontrol tekanan darah ibu, (3) menginisiasi
persalinan. Persalinan merupakan terapi definitif jika preeklampsia
terjadi pada usia kehamilan ≥36 minggu atau jika ditemukan bukti
maturitas dari paru janin atau gawat janin. Sedangkan untuk usia
kehamilan <36 minggu, untuk mengantisipasi persalinan prematur, ibu
harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki alat
kesehatan yang memadai sehingga pada saat bayi lahir, bayi tersebut
dapat langsung mendapatkan perawatan intensif di bagian neonatal
intensive care unit (NICU). Untuk mencegah terjadinya kejang,
administrasi intra muskular magnesium sulfat 40% sebanyak 10 gram
dengan syarat (1) refleks tendo lutut positif, (2) tersedia glukonas
kalsikus/kalsium klorida, (3) respiratory rate ≥16 kali per menit, (4)
diuresis ≥100 cc per jam. Di sisi lain, magnesium sulfat juga berguna
untuk menurunkan mortalitas serta morbiditas maternal dan perinatal
pada kasus pre eklampsi.

22
2.5 Hyperemesis Gravidarum

Mual muntah, yang terutama terjadi pada usia kehamilan 8—12


minggu, umumnya merupakan sesuatu yang wajar dialami oleh ibu
hamil. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, mual muntah
akan berkurang dan berhenti di usia kehamilan sekitar 16 minggu.
Namun, ada juga yang terus berlanjut hingga trimester III dengan
keluhan mual muntah yang dikategorikan berat, di mana setiap kali
minum atau makan ibu akan muntah. Akibatnya, tubuh menjadi lemas,
wajah pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis. Inilah yang
disebut hiperemesis gravidarum. Bila ibu hamil mengalami hiperemesis
gravidarum, dianjurkan berkonsultasi ke dokter, oleh karena muntah
yang berlebihan dengan asupan makanan dan minuman yang sedikit
dapat membahayakan si ibu (misalnya, dehidrasi) dan janinnya.

Hiperemesis dapat diatasi dengan mengatur pola makan yang baik.


Perhatikan porsi makan dan jenis makanan yang sekiranya memancing
rasa mual muntah, kemudian hindari makanan tersebut. Makanlah dalam
porsi kecil tetapi sering. Makan makanan kering, seperti biskuit atau roti
bakar, dapat membantu menyerap asam lambung. Makanan

23
berkarbohidrat tinggi bisa dijadikan pilihan agar energi yang terbuang
akibat muntah bisa tergantikan. Jangan ragu untuk mengonsumsi
makanan dan minuman berkadar air tinggi seperti sayuran, jus buah, dan
sejenisnya untuk mengganti cairan yang terbuang lewat muntah. Bisa
juga minum susu khusus bagi ibu hamil yang sering mual muntah.

Pencegahan lain dapat dilakukan dengan cara makan tidak berlebihan;


hindari makanan berlemak dan berbumbu tajam serta merangsang; bila
bangun tidur jangan langsung duduk atau berdiri tetapi lakukan
perlahan-lahan; cobalah minum vitamin B6; serta hindari stres dan
ketegangan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kecukupan gizi ibu di masa kehamilan banyak disorot sebab


berpengaruh sangat besar terhadap tumbuh-kembang anak dan
kesehatan ibu hamil. Masa kehamilan merupakan salah satu masa kritis
tumbuh-kembang manusia yang singkat (window of opportunity) ;
masa lainnya adalah masa sebelum konsepsi (calon ibu, remaja putri),
masa menyusui (ibu menyusui), dan masa bayi/anak 0-2 tahun.
Mengapa? Karena kekurangan gizi yang terjadi di masa tersebut akan
menimbulkan kerusakan awal pada kesehatan, perkembangan otak,
kecerdasan, kemampuan sekolah, dan daya produksi yang bersifat
menetap, tidak dapat diperbaiki. Artinya, janin atau bayi 0-2 tahun yang
mengalami kekurangan gizi, akan memiliki risiko mengalami hambatan
dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Bayi akan tumbuh menjadi
anak dengan tinggi badan kurang dari seharusnya (lebih pendek)

24
dan/atau terhambat perkembangan kecerdasannya. Khusus untuk ibu
hamil, jika janin dalam kandungannya mengalami kekurangan gizi,
maka anaknya kelak pada usia dewasa akan berisiko lebih tinggi untuk
menderita penyakit degeneratif (diabetes, hipertensi, penyakit jantung,
stroke) dibandingkan dengan yang tidak mengalami kekurangan gizi.
Ibu hamil yang akan melahirkan juga berisiko mengalami kematian jika
kekurangan asupan gizi yang baik.

Daftar Pustaka

Almatsier,S.,, Soetardjo,S. Soekatri, Moesijanti. 2011. Gizi Seimbang Dalam


Daur Kehidupan. Kompas Gramedia. Jakarta.

Kaiser L, Allen LH. 2008. Position of the American Dietetic Association:


Nutrition and lifestyle for a healthy pregnancy outcome. J Am Diet Assoc.
2008; 108: 553-561.

Proverawati, Asfuah. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta:


Muha Medika.

http://eprints.undip.ac.id/46835/3/
SARAH_DYAANGGARI_AKIP_22010111140188_LAP.KTI_BAB_II.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai