Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya shingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah makalah definisi, tanda bahaya ,penyebab kematian ibu dan
bayi,kehamilan remaja,unsafe abortion,bblr,tinggat kesuburan, pertolongan persalinan non
nakes,penyakit menular seksual
Ini tepat pada waktunya, adapun tujuan daripun penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen pada mata kuliah “Asuhan Kebidanan komunitas ” selain itu,makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Kebidanan bagi para pembaca dan juga penulis.Kami juga
mengucapkan terima kasih banyak kepada DOSEN PEMBINGBING. selaku dosen mata kuliah
“Asuhan Kebidanan komunitas ” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambahkan
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami pelajari.
Kami yang mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari yang kami tulis itu
jauh dari kata sempurna.oleh karena itu,kritikan dan saran yang membangun akan kami hentikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Kokom komariah
DAFTAR ISI
Setiap wanita akan melalui proses kehamilan, bersalin dan nifas, hal tersebut
merupakan proses fisiologis. Selama menjalani proses tersebut kemungkinan terjadi
masalah kesehatan yang dapat meningkatkan kesakitan bahkan kematian baik pada ibu dan
bayi. Oleh sebab itu, diperlukan solusi untuk mencegah maupun mengatasi masalah
tersebut, salah satunya adalah asuhan berkelanjutan (Continuity of Care).
Kematian ibu Kematian ibu menurut ICD–10 (The Tenth Revision of The
International Classification of Diseases) adalah kematian seorang wanita yang terjadi selama
masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari
lama dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang berhubungan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidental (Saifudin, 1994;
WHO, 1999; dan WHO, 2003).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi tolak ukur dalam
menentukan taraf derajat kesehatan yang optimal di Indonesia, terutama kesehatan ibu dan
bayi. Terlaksananya asuhan kebidanan yang baik dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas,
dan bayi baru lahir (BBL) dapat menentukan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia (Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2020). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas serta
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap
100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019). Jumlah AKI di Indonesia pada tahun 2020
sebanyak 4.627 jiwa, jumlah tersebut meningkat sebanyak 8,92% dari tahun sebelumnya
yaitu sebanyak 4.221 jiwa (Kemenkes RI, 2021). AKI di Jawa Tengah mengalami penurunan
selama periode 2015-2019 dari 111,16 menjadi 76,9 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2019). Pada tahun 2018 AKI di Kabupaten Cilacap
sebanyak 22 kasus, sedangkan pada tahun 2019 sebanyak 16 kasus, pada tahun 2020 AKI di
Kabupaten Cilacap mengalami penurunan kembali yaitu sebanyak 6 kasus (Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2019). Sebagian besar AKI di Indonesia disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi pada kehamilan sebanyak 1.110
kasus, dan gangguan pada sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus (Kemenkes RI, 2021).
1.2.1 Penyebab kematian ibu terbagi 2, pertama disebabkan oleh penyebab langsung
obstetri (direk) yaitu kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya.
Penyebab kedua adalah kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung (indirek)
yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh
kehamilan atau persalinannya.
Sebagian besar kematian ibu harusnya dapat dicegah, karena sebagian besar komplikasi
kebidanan dapat ditangani. Menurut Hoelman dkk (2015), ada tiga hal yang harus dipahami
bahwa:
a. Setiap ibu hamil beresiko mengalami komplikasi yang akan mengancam jiwanya;
b. Karena setiap kehamilan beresiko, maka ibu hamil harus mempunyai akses yang
adekuat saat komplikasi terjadi; dan
c. Sebagian besar kematian ibu terjadi pada masa persalinan dan dalam 24 jam
pertama pasca persalinan. Periode yang sangat singkat, sehingga akses terhadap
pelayanan yang berkualitas perlu mendapatkan prioritas agar mempunyai daya
ungkit tinggi dalam menurunkan kematian ibu.
2. KEHAMILAN REMAJA
2.1 Definisi Kehamilan Remaja
Kehamilan adalah suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita di dunia, sehingga
untuk melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapat penatalaksanaan yang
benar, karena akan mempengaruhi morbiditas dan mortalitas ibu. Hal ini dibuktikan dengan
angka kematian yang tinggi di negara Indonesia, dengan keadaan tersebut memberi dukungan
kepada tenaga kesehatan untuk memberikan penatalaksanaan yang benar saat kehamilan
(Rohan dan Siyoto, 2015).
Kehamilan remaja menurut Ayu (2016) merupakan usia ibu yang dibawah 20 tahun.
Kehamilan remaja juga biasa disebut dengan masa remaja, menurut Widyastuti (2011) Masa
remaja yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.
Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwasanya kehamilan dengan kehamilan remaja adalah kehamilan dengan usia
dibawah 20 tahun. Menurut Widyastuti (2011),
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap,
yaitu
1. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
b) Tampak dan merasa ingin bebas.
c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir yang khayal (abstrak)
2. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
c) Timbul perasaan cinta yang mendalam.
d) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) masih berkembang.
e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
3. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.
e) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak
2.2.1. Pernikahan Dini Salah satu faktor penyebab kehamilan pada usia remaja adalah
masih maraknya pernikahan dini yang dilakukan di Indonesia. Pernikahan dini merupakan
fenomena yang sudah sejak lama marak terjadi di Indonesia khususnya pada remaja di
pedesaan. Fenomena ini memberikan banyak dampak negatif khususnya bagi gadis remaja.
Dampak dari pernikahan dini bagi gadis berpotensi pada kerusakan alat reproduksi,
kehamilannya akan meningkatakan resiko komplikasi medis, anatomi tubuh gadis remaja
belum siap untuk proses mengandung maupuan melahirkan dan berpotensi pada terjadinya
komplikasi berupa obstructed labour dan obstructer fistula, juga beresiko tertular penyakit
HIV (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2014).
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang laki-laki dan
perempuan remaja. Menurut UU pernikahan NO.1 tahun 1974 pasal 7 “pernikahan hanya
diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan mencapai 16
tahun”. Namun emerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang
ditegaskan dalam UU No.10 tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan
kebijakan upaya penyelengaraan keluarga berencana. Banyaknya resiko kehamilan yang
terjadi jika usia pernikahan di bawah umur 19 tahun. Dengan demikan dapat disimpulkan
bawa pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun
dan perempuan kurang dari 19 tahun (Kumalasari, 2012).
Pernikahan dini tidak hanya terkait dengan persoalan kalahiran tetapi melibatkan
banyak isu lain yang sangat kompleks. Sebagai contoh perkawinan usia dini dapat dikaitan
dengan persoalan kesehatan reproduksi dan juga maturitas, secara sosial maupun ekonomi.
Dengan demikian, menyelesaikan persoalan perkawainan dini bukan hanya terkait dengan
pengendalian kelahiran tetapi juga menyelesaikan persoalan sosial, budaya dan ekonomi
(Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2014). Pernikahan dini yang
dilakukan pada usia relatif muda, sehingga tidak ada/kurang ada kesiapan biologis, psikologis
maupun sosial.
3. UNSAFE ABORTION
3.1 Definisi Unsafe Abortion
a. Dilakukan oleh pekerja Kesehatan yang benar – benar teratih dan berpengalaman
melakukan aborsi
b. Pelaksanaanya melakukan alat – alat kedokteran yang layak
c. Dilakukan dalam kondisi bersih apapun yang masuk vagina dan Rahim dalam kondisi
steril atau tidak tercemar kuman dan bakteri
d. Dilakukan kurang dari 3 buan atau 12 minggu sesudah pasien haid terakhir.
4. BERAT BAYI LAHIR RENDAH ( BBLR)
BBLR disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari faktor keturunan hingga kondisi kesehatan
dan kebiasaan pola makan selama kehamilan juga bisa memicu kemungkinan terjadinya
BBLR
1. Lahir prematur
Bayi dianggap prematur bila ia telah lahir sebelum minggu 37 kehamilan. Janin
mendapat tambahan berat badan di tahap akhir kehamilan. Karenanya, bayi yang lahir
awal punya waktu lebih sedikit untuk tumbuh dan berkembang di rahim ibu. Ini
sebabnya bayi prematur memiliki berat yang sedikit, megalami BBLR atau tidak bisa
memiliki berat badan bayi rata-rata.
Di penelitian tahun 2010 pada bayi yang lahir di Inggris, peneliti menemukan kalau
ibu usia remaja lebih mungkin melahirkan prematur, dan bayi mereka lebih mungkin
mengalami BBLR. Biasanya BBLR Ini akan terjadi pada kehamilan kedua. Peneliti
juga menemukan, ibu usia remaja kurang mungkin mendapat perawatan kehamilan
yang baik. Mereka juga lebih berisiko mengalami berat badan yang berkurang jauh
daripada sebelum fase kehamilan. Yang tentu saja hal tersebut bisa menyebabkan
masalah pada asupan nutrisi si kecil. Kehamilan di usia remaja adalah situasi yang
berisiko, yang membuat ibu muda membutuhkan usaha lebih untuk memiliki bayi
yang sehat dan bebas BBLR.
Infeksi menular seksual bisa menyebabkan bencana pada seluruh tubuh Ibu, dan ini
termasuk serviks dan organ lainnya. Ada beberapa konsekuensi yang sangat serius
pada sang buah hati selain BBLR, yakni kebutaan. Bila Ibu mengidap penyakit
menular seksual, ia perlu berkonsultasi ke dokter dan menjalani perawatan selama
hamil dan menggunakan kondom untuk menghindarinya sejak awal.
4. Pola makan vegetarian
Protein sangatlah penting bagi Ibu hamil karena bisa melindungi si kecil dari BBLR.
Keputusan Ibu untuk mengurangi konsumsi daging selama hamil bisa jadi hambatan
untuk mendapatkan nutrisi sempurna dalam tubuh untuk Ibu sendiri dan janin.
Makanan berprotein tinggi seperti daging merah diketahui dapat membantu
meningkatkan zat besi dalam tubuh. Dan ketika tidak ada jumlah zat besi yang cukup,
ibu akan mengalami kondisi yang disebut anemia. Sementara, anemia merupakan
salah 1 hal yang menyebabkan masalah BBLR.
Ada beberapa Ibu menerapkan pola makan vegetarian dan memiliki tubuh sangat
sehat selama kehamilan supaya anak kelak tidak mengalami BBLR. Tapi Ibu harus
sangat berhati-hati dalam memastikan jumlah protein yang cukup dan makanan kaya
zat besi lainnya. Kacang, bayam, rumput laut, dan kedelai menjadi penyedia zat besi
yang bagus, tapi sering kali dokter juga menyarankan untuk mengonsumsi suplemen
zat besi.
Vitamin untuk kehamilan juga bisa membantu menyediakan nutrisi penting lain pada
pola makan vegetarian. Ibu hamil yang menerapkan pola makan vegetarian perlu
berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu. Sebaiknya sebelum hamil, Ibu harus mulai
berkonsultasi pada dokter untuk mengurangi potensi kekurangan nutrisi. Pasalnya
kekurangan nutrisi diketahui menjadi penyebab masalah yang lebih serius dibanding
BBLR.
6. Kehamilan kembar
Bila Ibu hamil lebih dari satu bayi, berat masing-masing bayi akan di bawah 2,5 kg.
Ini karena anak berkompetisi untuk memperoleh nutrisi, sehingga hal ini membuat
rahim kencang dan memberi tekanan lebih pada ibu. Jadi jika Ibu punya potensi
melahirkan kembar, beri perhatian lebih pada asupan nutrisi agar si kecil tidak
mengalami BBLR.
7. Tekanan darah tinggi
Bila Ibu mengalami tekanan darah tinggi, aliran darah ke si kecil dari plasenta akan
terganggu, serta dapat menyebabkan BBLR pada anak.
9. Masalah plasenta
Masalah terkait plasenta seperti plasenta previa (posisi plasenta di rahim menutup
serviks) atau preeklampsia (komplikasi kehamilan berupa tekanan darah tinggi dan
kerusakan ginjal), bisa mempengaruhi aliran darah dan nutrisi ke janin. Hal ini dapat
juga menjadi potensi terjadinya BBLR.
11. Diabetes
Diabetes biasanya terkait dengan bayi besar, tapi juga menyebabkan persalinan
prematur di beberapa kasus yang akan mempengaruhi berat badan lahir si kecil.
Dengan penanganan tepat dan menyusui, beberapa anak bisa berhasil mengatasi
BBLR dalam beberapa bulan pertama. Tapi untuk beberapa ibu, anak dengan BBLR
terus menjadi kecemasan karena bisa punya efek jangka panjang.
Efek BBLR bervariasi dari satu bayi ke bayi lain juga bergantung pada penyebabnya. Anak
yang lahir cukup umur dengan BBLR biasanya tidak punya masalah kesehatan, tapi anak
prematur dengan BBLR bisa mempunyai efek jangka panjang seperti:
Peningkatan jumlah sel darah merah di mana bisa membuat darah kental
Si kecil dengan BBLR membutuhkan perawatan khusus di ruang NICU hingga berat badan
bertambah dan menjadi sehat. Anak dengan BBLR, sekitar 500 gram, punya kesempatan
lebih kecil untuk bertahan hidup.
BBLR kadang tidak bisa dihindari. Tapi bila Ibu tahu tentang situasi ini ketika si kecil lahir,
Ibu bisa mengambil langkah yang tepat. Tes tertentu selama hamil bisa membantu Ibu
mendeteksi berat lahir rendah pada anak.
4.4 Anak dengan BBLR & risiko masalah kesehatan mental ketika tumbuh besar
Si kecil juga lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental ketika beranjak besar.
Karen Mathewson, PhD, dari McMaster University mengatakan penelitian yang dilakukan
membuktikan kalau individu yang memiliki BBLR berisiko lebih tinggi mengalami masalah
psikologis dibanding individu yang memiliki berat lahir normal. Kondisi yang diderita bisa
berupa masalah kecemasan dan masalah sosial.
Bayi dengan BBLR memiliki risiko masalah kesehatan mental tertentu, mulai dari kecil dan
berlanjut hingga usia 30-an. Ketika kecil, anak kemungkinan mengalami
gangguan hiperaktif dan ketika dewasa lebih berisiko mengalami ADHD serta masalah sosial.
Orang dewasa yang lahir dengan BBLR memiliki tingkat depresi dan kecemasan lebih tinggi,
serta memiliki fungsi sosial lebih rendah.
USG. Ini bukan jadi pemeriksaan utama untuk mendeteksi BBLR. Tapi analisanya bisa
menunjukkan berat lahir rendah. Biasanya USG menunjukkan gambar struktur internal
seperti kepala, perut, dan tulang paha sang buah hati.
Setelah Ibu tahu janin mengalami pertumbuhan lambat, Ibu perlu mengubah gaya hidup dan
kebiasaan makan. Terapkan pola makan bergizi dan lakukan apapun yang Ibu bisa untuk
memperbaiki kondisi janin.
4.6 Mencegah BBLR
Kemungkinan untuk bertahan hidup pada anak dengan BBLR semakin meningkat seiring
peningkatan metode perawatan anak prematur dan lemah. Tapi pencegahan BBLR bisa
dilakukan dengan melakukan beberapa hal:
Bila Ibu melahirkan bayi dengan BBLR meski telah berusaha mencegahnya, Ibu masih bisa
terus berusaha menambah berat badan bayi setelah ia lahir.
Berhentilah merasa cemas tentang berat badan lahir bayi, Bunda. Sekarang waktunya untuk
bersikap proaktif:
Menyusui. Menyusui dengan benar tidak hanya meningkatkan berat badan bayi tapi
juga memperkuat sistem kekebalan tubuhnya.
Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur. Bawa bayi ke dokter secara teratur
untuk memahami tumbuh kembangnya.
Awasi berat badan bayi. Ketika bayi bertambah besar, periksa berapa banyak
penambahan berat badannya. Bila berat badan naik dengan drastis, ini bisa berbahaya
karena menyebabkan masalah berat dan tinggi badan.
Pastikan penambahan berat badan secara sehat. Hindari memberi gula tambahan untuk bayi
dengan tujuan agar berat badannya bertambah. Tetap menyusui atau berikan susu formula
hingga ia mencapai usia 6 bulan. Tawarkan makanan bernutrisi setelah usianya 6 bulan.
Hal ini tidak terjadi dalam waktu singkat. Menambah berat adalah proses bertahap serta bisa
butuh waktu berbulan-bulan. Lakukan apa yang Ibu bias agar anak tak lagi BBLR. Jangan
kehilangan harapan ya, Bu! Bersabar dan tetap berpikir positif.
Bunda, langkah-langkah di atas bisa bermanfaat bila berat badan bayi masih bisa diatasi. Tapi
bila beratnya terlalu rendah, anak dengan BBLR serius butuh penanganan di rumah sakit.
Umumnya penanganan untuk bayi dengan BBLR kerap dilakukan serta disarankan oleh para
dokter antara lain:
Pemberian makanan khusus, di mana bayi mendapat makanan melalui selang langsung
ke mulut bila ia tidak bisa menghisap atau bisa juga menggunakan infus.
Kondisi kesehatan bayi akan bergantung pada berapa banyak beratnya selama waktu lahir.
Bayi dengan berat 500 gram lebih rentan dibanding bayi lain. Jangan cemas bila dokter
memberitahu tentang BBLR. Kecemasan Ibu tidak membantu menambah berat badan bayi.
Seperti disebutkan di atas, ada banyak sebab kenapa bayi mengalami BBLR. Tubuh bayi
yang kecil mungkin saja karena aspek turunan dalam keluarga. Orangtua dengan tinggi badan
termasuk pendek serta beratnya kurang dari rata-rata, atau yang memang kecil saat lahir, bisa
punya anak yang lebih kecil. Bila ini terjadi pada Ibu, bicaralah pada bidan atau dokter.
Bila Ibu pernah punya masalah kesehatan atau emosional selama kehamilan, ini bisa
memperlambat pertumbuhan si kecil dalam kandungan serta menyebabkan BBLR. Sebagai
ibu baru, penting untuk mencari bantuan bila masalah ini terus terjadi setelah bayi lahir.
Bidan dan dokter bisa menawarkan dukungan yang Ibu butuhkan agar sang buah hati tidak
mengalami BBLR
5. TINGGAT KESUBURAN
Kesuburan bukan hanya masalah kesehatan wanita, melainkan juga pria. Orang-orang dari
semua jenis kelamin dapat mengalami infertilitas, dan setiap orang dapat mengambil langkah-
langkah untuk meningkatkan kesuburan mereka.
Seseorang yang mengalami masalah terkait kesuburan dapat dipengaruhi banyak hal, seperti
faktor gizi, perilaku seksual, budaya, gaya hidup, hingga emosi.
Beberapa faktor ini dapat terjadi pada pria maupun wanita. Berikut ini penjelasan lebih
lengkapnya:
Usia
Faktor usia pada pria dan wanita dapat memengaruhi tingkat kesuburannya. Pada wanita,
jumlah sel telur yang dimiliki saat dilahirkan akan terus menurun seiring bertambahnya usia.
Saat usia masih muda, penurunan jumlah sel telur masih terukur sehingga kehamilan lebih
mudah untuk terjadi.
Jika sudah memasuki akhir usia 30-an, penurunannya terjadi secara signifikan. Selain jumlah
sel telur, kualitasnya juga terus menurun dengan bertambahnya usia.
Selain menurunkan jumlah dan kualitas sel telur pada wanita dengan usia yang lebih tua,
risiko untuk mengalami keguguran juga terbilang lebih tinggi.
Jika kamu sudah berusia di atas 30 dan ingin mendapatkan kehamilan yang efektif, cobalah
untuk berdiskusi dengan dokter untuk mewujudkannya. Sedangkan pada pria yang lebih tua,
tingkat kesuburannya memang menurun, tetapi tidak sedrastis wanita.
Kondisi Medis
Beberapa wanita mungkin saja memiliki kondisi medis yang dapat memengaruhi tingkat
kesuburan. Hal ini mungkin tidak diketahui oleh pasangan hingga memeriksakan
kesehatannya.
Beberapa kondisi yang dapat terjadi, antara lain penyakit tiroid dan defisiensi vitamin D
dengan gangguan yang lebih spesifik, seperti sindrom ovarium polikistik dan endometriosis.
Beberapa gangguan lainnya mungkin saja tidak berhubungan langsung dengan gangguan
terhadap sistem reproduksi, tetapi dapat menurunkan tingkat keberhasilan dari kehamilan.
Penyakit kronis serta pengobatannya dapat memengaruhi tingkat kesuburan yang sama pada
pria dan wanita. Beberapa penyakit tersebut adalah diabetes, hipotiroidisme, penyakit
periodontal, hingga penyakit celiac.
Obesitas
Wanita yang memiliki berat badan berlebih dapat mengalami menstruasi yang tidak teratur
sehingga memengaruhi produksi dari sel telur. Maka dari itu, penurunan berat badan dapat
mengembalikan siklus menstruasi sehingga peluang hamil lebih tinggi.
Selain itu, obesitas juga dapat meningkatkan risiko keguguran dan masalah saat hamil serta
persalinan. Sedangkan pada pria yang mengalami kelebihan berat badan, sperma yang
dihasilkan mungkin kurang optimal sehingga bisa mengurangi tingkat kesuburan.
Gaya Hidup
Selain yang telah disebutkan, beberapa gaya hidup tidak sehat lainnya juga dapat
menurunkan tingkat kesuburan, antara lain kurang tidur, alami stres, dan pola makan yang
tidak sehat.
Terkadang, sel sperma berubah bentuk atau mati sebelum mencapai sel telur. Dalam kasus
yang jarang terjadi, infertilitas pada pria disebabkan oleh penyakit genetik seperti cystic
fibrosis atau kelainan kromosom.
Masalah dengan ovarium, saluran tuba, atau rahim dapat menyebabkan gangguan kesuburan
pada wanita. Masalah dengan testis, vas deferens, kelenjar prostat, atau vesikula seminalis
dapat menyebabkan infertilitas pada pria.
Penyumbatan atau kelainan mungkin ada sejak lahir (kelainan kongenital), akibat cedera atau
prosedur medis, atau terjadi setelah penyakit atau infeksi. Paling umum, penyumbatan
disebabkan oleh adhesi (jaringan parut).
Jika kamu dan pasangan ingin tahu lebih jauh terkait tingkat kesuburan masing-masing, ada
baiknya langsung memeriksakan diri ke ginekolog untuk wanita dan ahli andrologi pada pria.
Hal ini juga kerap dilakukan sebagai syarat pra-nikah, terutama pada pasangan yang memang
ingin segera memiliki anak. Berikut ini beberapa pemeriksaan kesuburan yang dapat
dilakukan:
Penanganan atau pengobatan terkait tingkat kesuburan dilakukan dengan beberapa perawatan
sederhana jika masih bisa. Setelah itu, rujukan langsung ke spesialis kesuburan juga dapat
dilakukan jika benar-benar diperlukan.
Berikut ini beberapa prosedur yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesuburan
yang terjadi:
Selain itu, penanganan ini juga dapat dilakukan dengan bantuan reproduksi dari pihak ketiga,
seperti pemberian donor sel telur atau sperma guna mendapatkan kehamilan.
Pengobatan untuk mengatasi kondisi medis yang menjadi penyebabnya juga efektif untuk
mengembalikan kesuburan. Kamu juga dapat menurunkan berat badan dan melakukan gaya
hidup sehat.
Meski beberapa penyebab infertilitas tidak dapat diatasi tanpa pengobatan, kamu dapat
meningkatkan kesuburan dan peluang hamil dengan cara:
Hindari Douching
Douching atau membersihkan vagina dengan cairan yang mengandung berbagai bahan kimia
harus dihindari. Ini dapat membersihkan lendir serviks yang dibutuhkan untuk hamil. Ini juga
dapat menghilangkan bakteri baik, yang menyebabkan peningkatan risiko infeksi vagina.
Pelumas sering digunakan untuk membantu memperlancar penetrasi saat berhubungan intim.
Namun, memilih pelumas yang salah justru bisa berdampak pada kesehatan reproduksi dan
kesuburan. Pilihlah pelumas yang tidak mengganggu sperma, seperti minyak mineral, dan
minyak canola.
Gaya hidup sehat dapat membantu meningkatkan kesuburan, atau setidaknya menurunkan
risiko infertilitas. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan adalah:
Makan makanan yang sehat, dengan banyak sayuran dan buah-buahan yang kaya
antioksidan, lemak sehat seperti minyak zaitun dan kacang-kacangan, dan protein.
Berolahraga rutin, tapi tidak berlebihan.
Cukup tidur di malam hari.
Mempertahankan berat badan yang sehat.
Berlatih teknik relaksasi untuk meredakan stres.
Mengonsumsi suplemen asam folat.
Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
non- medis daripada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
A. Kemiskinan
Tersedianya berbagai jenis pelayanan public serta persepsi tentang nilai dan mutu
pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan atau
tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasakan penyedia layanan tersebut, sementara
laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan besar kecilnya biaya sejauh
dijangkau oleh masyarakat miskin.
Sekitar 65% dari seluruh masyarakat miskin yang diteliti menggunakan penyesia
layanan kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas
pembantu(pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal
dengan berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan
pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih
layanan yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di
desa untuk membantu persalinan lebih besar daripada penghasilan RT miskin dalam
satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai. Sebaliknya,
pembayaran terhadap dukun lebih lunak secara uang tunai dan ditambah barang.
Besarnya tariff dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tariff bidan dea. Dukun
juga bersedia pembayaran mereka ditunda atau dicicil(Suara Merdeka, 2003).
Sekarang dukun di kota semakin berkurang meskkipun sebetulnya belum punah sama
sekali bahkan disebagian besar kabupaten, dukun beranak masih eksis dan dominant.
Menurut data yang diperoleh Dinas Kesehatan Jawa Barat jumlah bidan jaga di Jawa
Barat sampai tahun 2005 ada 7.625 orang. Disebutkan pada data tersebut, junlah
dukun di perkotaan hanya setengah jumlah bidan termasuk di kota Bandung. Namun,
di 9 daerah (kabupaten) jumlah dukun lebih banyak (dua kali lipat) jumlah bidan.
Malah di Jawa Barat masih ada 10 kabupaten yang tidak ada bidan (Ketua Mitra
Peduli/Milik Jabar).
Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak
daripada kepada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit maih melekat
pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi
mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan manusia
Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak membenarkan
pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis laki-laki.
Dengan sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di
padesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun dengan
resiko sangat tinggi.
6.5 Masalah Yang Dapat Ditimbulkan Apabila Persalinan Ditolong Oleh Non-medis
Dalam mutu pelayanan tidak dipenuhinya standar minimal medis oleh para dukun,
seperti dengan praktek yang tidak steril(memotong tali pusat dengan sebilah bambu
dan meniup lubang hidung bayi baru lahir dengan mulut).
Layanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan non-medis misalnya:
1. Dukun mau mendatangi setiap ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
2. Dukun mematok harga muruh, kadang bisa disertai atau diganti dengan sesuatu
barang misalnya beras, kelapa, dan bahan dapur lainnya.
3. Dukun beranak dapat melanjutkan layanan untuk 1-44 hari pasca melahirkan
dengan sabar memanjakan ibu dan bayinya misalkan dia mencuci dan membersihkan
ibu setelah melahirkan.
4. Dukun menemani anggota keluarga agar bisa beristirahat dan memulihkan diri,
sebaliknya bidan seringkali tidak bersedia saat dibutuhkan atau bahkan tidak mau
datang saat dipanggil.
7. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
penyakit menular seksual yang juga dikenal sebagai penyakit kelamin ini menyebar
melalui hubungan intim, baik secara vaginal, melalui dubur (anal), atau melalui mulut (oral).
Penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah atau berbagi pakai jarum suntik dengan
penderita. Selain itu, melakukan seks bebas dengan berganti pasangan dan tanpa
pengaman,seperti kondom, juga bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit menular
seksual.
Jika dibiarkan, infeksi menular seksual dapat menyebabkan komplikasi berupa kemandulan
hingga kanker leher rahim. Apabila terjadi pada ibu hamil, penyakit menular seksual dapat
menyebabkan keguguran atau bayi lahir cacat.
Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit.
Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular seksual:
1. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang juga dikenal dengan
sebutan “raja singa” ini menimbulkan luka di alat kelamin atau mulut. Seseorang dapat
tertular sifilis jika kontak dengan luka tersebut.
2. Gonore
Gonore, atau yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae. Bakteri ini dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah.
3. Chlamydia
Penyakit infeksi menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Penularan penyakit ini terjadi dari kontak dengan luka di area kelamin. Pada
wanita, chlamydia menyerang leher rahim. Sedangkan pada pria, infeksi ini menyerang
saluran urine di penis.
Chlamydia merupakan salah satu penyakit menular seksual yang angka kejadiannya cukup
besar. Pada tahun 2020 saja, WHO mencatat kurang lebih ada 129 juta kasus chlamydia di
seluruh dunia.
Chlamydia juga merupakan penyebab utama radang panggul dan kemandulan pada wanita,
selain gonore.
5. Granuloma inguinale
Granuloma inguinale atau donovanosis disebabkan oleh infeksi bakteri Klebsiella
granulomatis. Donovanosis tergolong dalam jenis penyakit menular seksual yang jarang
terjadi.
1. Human papillomavirus(HPV)
Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus dengan nama yang sama, yaitu HPV. Virus
HPV dapat menular melalui kontak langsung atau hubungan seksual dengan penderita.
Pada perempuan, virus HPV dapat menyebabkan kutil kelamin hingga kanker leher rahim
(kanker serviks).
2. HIV
Infeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh. Virus ini bisa menyebar melalui hubungan seksual tanpa kondom, berbagi
penggunaan alat suntik, transfusi darah, atau persalinan.
Jika dibiarkan tidak terobati, infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS.
3. Hepatitis B dan C
Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis ini dapat mengakibatkan gangguan hati kronis
hingga kanker hati. Virus ini ditemukan dalam darah atau cairan tubuh penderita.
Selain melalui hubungan seksual, virus ini bisa menular melalui jarum suntik yang dipakai
bersama atau transplantasi organ.
4. Herpes genital
Herpes genital disebabkan oleh infeksi virus herpes simplex (HSV). Virus ini bersifat tidak
aktif atau bersembunyi di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala. Penyebaran virus terjadi
melalui kontak langsung dengan pasangan yang telah terinfeksi.
Penyakit menular seksual tidak selalu menimbulkan gejala atau hanya menyebabkan gejala
ringan. Oleh karena itu, penderita terkadang baru menyadari dirinya menderita penyakit
menular seksual setelah muncul komplikasi atau ketika pasangannya terdiagnosis menderita
infeksi menular seksual.
Gejala yang dapat muncul akibat penyakit menular seksual beda tergantung pada jenis
penyakitnya, tetapi umumnya berupa:
Benjolan, luka, atau lepuhan di sekitar penis, vagina, anus, atau mulut
Rasa gatal di vagina atau penis
Rasa terbakar dan nyeri ketika buang air kecil atau berhubungan intim
Keluar cairan dari penis (kencing nanah) atau vagina (keputihan)
Nyeri di perut bagian bawah
Demam dan menggigil
Pembengkakan kelenjar getah bening atau benjolan di selangkangan
Ruam kulit di badan, tangan, atau kaki
Selain beberapa gejala di atas, penyakit menular seksual bisa memunculkan gejala lain pada
wanita, yaitu perdarahan di luar masa menstruasi dan bau tidak sedap dari vagina. Keluhan
ini juga merupakan salah satu tanda penyakit kelamin wanita.
Sementara gejala lain penyakit menular seksual pada pria meliputi ruam, sperma berdarah,
dan pembengkakan testis.
Dokter akan menanyakan riwayat hubungan intim dan penyakit yang pernah diderita. Pasien
juga akan menjalani beberapa tes untuk mendeteksi keberadaan virus atau bakteri penyebab
penyakit menular seksual.
Tes yang akan dijalani adalah tes darah dan tes urine. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendeteksi virus atau bakteri penyebab penyakit menular seksual. Dokter juga akan
mengambil sampel cairan tubuh di sekitar area kelamin, untuk kemudian diperiksa di
laboratorium.
Pengobatan terhadap penyakit menular seksual adalah dengan pemberian obat-obatan, yang
jenisnya disesuaikan dengan penyebabnya.
Penting untuk diingat, obat-obatan ini hanya boleh digunakan dengan resep dokter dan harus
diminum sesuai dosis untuk menghindari resistensi obat dan mencegah kekambuhan.
Berikut adalah jenis obat-obatan yang diresepkan kepada pasien penyakit menular seksual:
Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh infeksi bakteri, seperti gonore, chlamydia, dan sifilis. Antibiotik harus tetap dikonsumsi
walaupun gejala yang dirasakan telah membaik. Hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi
kembali terjadi.
Jenis antibiotik yang diberikan untuk mengobati penyakit menular seksual akibat infeksi
bakteri, antara lain:
Dokter juga akan menganjurkan pasien untuk tidak berhubungan intim hingga 7 hari setelah
pengobatan berakhir dan semua gejala menghilang.
Antivirus
Pengobatan dengan obat antivirus hanya bertujuan untuk meredakan gejala dan mengurangi
risiko penyebaran infeksi virus. Beberapa jenis obat antivirus yang digunakan untuk
menangani penyakit menular seksual akibat infeksi virus adalah:
Deteksi dan penanganan terhadap penyakit menular seksual perlu dilakukan sejak dini guna
menghindari terjadinya komplikasi sekaligus mencegah penularan infeksi. Sebaliknya, jika
dibiarkan, penyakit menular seksual dapat menyebabkan beberapa komplikasi berikut:
Peradangan di mata
Radang sendi (arthritis)
Radang panggul
Nyeri panggul kronis
Kemandulan (infertilitas)
Kehamilan ektopik
Penyakit jantung
Kanker anus
Kanker serviks
Abses anus
Beberapa penyakit menular seksual, seperti gonore, chlamydia, HIV, dan sifilis bisa menular
dari ibu hamil ke janin selama kehamilan atau saat persalinan. Kondisi ini dapat memicu
komplikasi, seperti:
Keguguran
Kelahiran prematur
Berat badan lahir rendah
Cacat lahir pada bayi
Cara utama untuk mencegah penyakit menular seksual adalah dengan menerapkan perilaku
seks yang aman, yaitu dengan menggunakan kondom setiap berhubungan intim dan tidak
bergonta-ganti pasangan seksual.
Selanjutnya, perlu dilakukan skrining rutin untuk semua pria dan wanita usia 15–65 tahun
yang aktif berhubungan seksual, serta semua pasangan yang merencanakan kehamilan.
Tergantung pada jenis penyakitnya, metode skrining dapat berupa tes usap kelamin atau tes
darah.
Beberapa tindakan pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah:
Bersikap setia kepada satu pasangan seksual
Menjalani vaksinasi, terutama vaksin HPV dan hepatitis B
Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala, khususnya yang berkaitan dengan
organ reproduksi
Tidak menggunakan NAPZA, terutama dengan berbagi penggunaan jarum suntik
Tidak berhubungan intim jika didiagnosis menderita penyakit menular seksual sampai
dinyatakan sembuh oleh dokter
Selain upaya-upaya di atas, pria juga disarankan untuk menjalani prosedur sunat untuk
mengurangi risiko terkena penyakit menular seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin, 1994; WHO, 1999; dan WHO, 2003
SYAHLAN.J.H 1996 Kebidanan komunitas Yayasan bina sumber daya
kesehatan
Pfennig, C. L. (2019). Sexually Transmitted Diseases in the Emergency
Department. Emergency Medicine Clinics, 37(2), pp. 165–92.
Wi, T., et al. (2019). Diagnosing Sexually Transmitted Infections in Resource‐
Constrained Settings: Challenges and Ways Forward. Journal of the
International AIDS Society, 22, pp. e25343.
(Ismawati & Yusrina / Dok. Pixabay)