PENDAHULUAN
1
variabel yang dikumpulkan mencakup informasi yang sensitif dan pribadi
(Hidayat, 2014).
Data di Indonesia, PMS yang banyak ditemukan adalah syphilis dan
gonorrhea. Prevalensi di Indonesia sangat tinggi ditemukan dikota Bandung,
yakni dengan prevalensi infeksi gonorrhea sebanyak 37,4%, chlamidia 34,5%,
dan siphilis 25,2%. Di kota Surabaya, prevalensi infeksi chlamydia 33,7%,
siphilis 28,8%, dan gonorrhea 19,8%. Sedangkan di Jakarta prevalnsi infeksi
gonorrhea 29.8%, syphilis 25,2%, dan chlamidia 22,7%. Setiap orang bisa
tertular penyakit menular seksual. Kecenderungan meningkatnya penyakit
penyebaran penyakit ini disebabkan prilaku seksual yang bergonta ganti
pasangan, dan adanya hubungan seksual pra nikah dan diluar nikah yang cukup
tinggi. Kebanyakan penderita PMS adalah remaja usia11-29 tahun, tetapi ada
juga bayi yang tertular karena tertular dari ibunya (Hidayat, 2014).
Di Sulawesi utara Menurut data Dinkes Manado, 2014 ini setiap bulan
bertambah 10 penderita, dan semua terdata di RS Prof. Kandou, RS Teling, RS
Ratumbuysang. Ditotal sudah ada 575 penderita. Komisi pemberantasan AIDS
(KPA) intens melakukan sosialisasi pencegahan. Berdasarkan survey awal di
SMP Negeri 2 Motoling Barat didapatkan jumlah siswa kelas VII 18 siswa, kelas
VIII 16 siswa, kelas IX 10 siswa, jumlah seluruhnya 44 siswa. Kemudian
melakukan wawancara dengan 15 orang siswa yang ada di SMP Negeri 2
Motoling Barat, 6 siswa mengatakan bahwa kurang mengetahui tentang
pengertian PMS, tanda dan gejala PMS. Dikarenakan buku-buku tentang PMS di
sekolahnya sangat minim. Siswa juga mengatakan belum mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang PMS di sekolahnya.
Pendidikan kesehatan lasallian merupakan inovasi yang diadaptasi dari
filosofi pendidikan De La Salle, yang juga merupakan dasar penyelenggaraan
pendidikan di Universitas Katolik De La Salle Manado. Kata De La Salle sendiri
berasal dari nama seorang bruder yang bernama Yohanis Baptis De La Salle
yang merasa terpanggil oleh Tuhan untuk membantu mendidik anak-anak pada
zamannya. Visi dan gaya hidupnya kemudian menjadi dasar spiritualitas
lasallian (Handbook Universitas Katolik De La Salle Manado, 2011).
Evidence-based Parctice menunjukan bahwa kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit menular seksual adalah
2
faktor kunci untuk mencegah terifeksinya penyakit yang disebabkan akibat
kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyakit menular seksual. Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan tentang
pencegahan penyakit menular seksual pada remaja. Walaupun beberapa study
telah dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan penyakit
menular seksual, tetapi hasil yang diperoleh masih belum jelas dan aplikasi
pencegahan penyakit menular seksual belum dilaksanakan dengan efektif. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pencegahan
penyakit menular seksual di SMP Negeri 2 Motoling. Dengan demikian,
informasi-informasi yang diperoleh dari penelitian ini akan dapat berguna untuk
profesi keperawatan dalam pengembangan pencegahan penyakit menular seksual
yang lebih efektif dan pemerintah untuk membuat program pencegahan penyakit
menular seksual dimasyarakat.
3
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
Apakah ada pengaruh signifikan pemberian pendidikan kesehatan berbasis
lasallian terhadap pencegahan penyakit menular seksual pada remaja di SMP
Negeri 2 Motoling Barat?
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja menurut
Azwar (2011), Pembentukkan atau faktor yang mempengaruhi sikap adalah
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh
kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, agama dan faktor emosional.
Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pengaruh orang lain yang dianggap
penting, orang lain yang dimaksud salah satunya adalah orang tua (Azwar 2011).
Penyakit menular seksual atau yang biasa disingkat PMS merupakan penyakit
akibat hubungan seksual yang tidak sehat. PMS biasanya dialami oleh para
remaja, kaum dewasa dan tua akibat prilaku seksual menyimpang, free sex, anal
sex, oral sex, atau karena tertular secara langsung dengan penderita PMS melalui
saluran kelamin, melalui sentuhan kulit, cairan vagina, cairan sperma, dan
hubungan seksual yang tidak menggunakan kondom dan alat keamanan
berhubungan seksual lainnya (Priyono, 2015). Scorviani (2011), menjelaskan
bahwa penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seks. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal (Scorviani, 2011).
Clevere dan Made (2013), menjelaskan bahwa penyakit menular seksual
merupakan penyakit dengan tingkat mortalitas yang tinggi disetiap tahunnya.
Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Perilaku seksual
beresiko atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan seks bebas cukup
banyak terjadi pada remaja Indonesia, yaitu berhubungan seks tanpa kondom,
sering berganti pasangan, berhubungan seks diluar nikah serta melakukan
hubungan seks melalui jasa prostitusi. Sebagian penyakit kelamin sudah dapat
disembuhkan, namun untuk penyakit-penyakit tertentu seperti HIV/AIDS
sampai kini belum ditemukan obatnya (clevere dan Made, 2013).
Tanda dan gejala PMS menurut Mandal dkk (2008), wanita beresiko untuk
terkena PMS lebih besar daripada laki-laki sebab mempunyai alat reproduksi
yang lebih rentan, dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak
segera dikenali, sedangkan penyakit melanjut ke tahap yang lebih parah. Oleh
karena letak dan bentuk kelaminnya agak menonjol, gejala PMS pada laki-laki
mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Sedangkan pada perempuan sebagian
gejala yang timbul hampir tidak dapat dirasakan (Mandal dkk, 2008). Gejala
6
umum PMS pada perempuan yaitu, rasa sakit atau nyeri saat kencing atau
berhubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian bawah, keluarnya lendir pada
vagina, keputihan berwarna putih susu, bergumpal, disertai rasa gatal pada
kelamin, keputihan berbusa dan bau busuk, bercak darah setelah berhubungan
seks. Sedangkan pada pria gejalanya, bintik-bintik berisi cairan, borok atau lecet
pada area sekitar kelamin, adanya kutil yang tumbuh, sakit luarbiasa saat
kencing, kencing nanah dengan bau busuk, bengkak panas nyeri pada pangkal
paha, kehilangan berat badan secara drastis, diare berkepanjangan, dan
berkeringat saat malam (Clevere dan Made, 2013).
Adapun jenis-jenis penyakit menular seksual antara lain, gonore atau kencing
nanah adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
neisseriagonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,
rectum dan tenggorokan atau bagian putih mata (kongjungtiva). Gonore bisa
menyebar melalui aliran darah ke daerah tubuh lainya, terutama kulit dan
persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi
selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan
reproduksi. Kumam: Neisseria gonorrhoeae. Perantara : manusia, a) tempat
kuman keluar: penis, anus, mulut. b) cara penularan: kontak seksual langsung. c)
tempat kuman masuk: penis, vagina anus, mulut. d) yang biasa terkena: orang
yang berhubungan seks tidak aman. Tanda-tanda penyakit ini adalah nyeri,
merah, bengkak, dan bernanah. Gejala pada laki-laki adalah rasa sakit pada saat
kencing, keluarnya nanah kental kuning kehijauan, ujung penis tampak merah
dan agak bengkak. Pada wanita seringkali tidak menunjukan gejala selama
beberapa minggu atau bulan dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah
mitra seksualnya tertular (Scorviani, 2011).
Jenis yang lainnya herpes genital, merupakan penyakit infeksi akut pada
genital. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi
sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1. Herpes genitalis terjadi pada pada alat
genital dan sekitarnya (bokong, daerah analdan paha). Infeksi ini sering
ditularkan melalui hubungan seks, dengan masa tegang 4-7 hari setelah
terinfeksi. Gejala awal seperti gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan muncul
bercak kemerahan yang kecil. Diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa
nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka
7
yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk koropeng.
Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih, dan ketika berjalan akan
timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan
jaringan parut. Penyakit ini akan sembuh dalam 2-3 minggu. Penyakit sering
kambuh, timbul pada tempat yang sama dan biasanya lebih ringan dari gejala
infeksi yang pertama. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan biasanya adalah
kelelahan fisik dan stres mental (Scorviani, 2011).
Kemudian klamidia trachomatis, Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
chlamydia trachomatis. Klamidia dapat ditularkan melalui hubungan seksual
secara vaginal, anal, atau oral, dan dapat mengakibatkan bayi tertular dari ibunya
selama masa persalinan. Pada pria, infeksi terjadi pada saluran kencing
(uretritis). Gejalanya : keluarnya putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit
pada kencing (dysuria) dan menyebabkan peradangan pada daerah penyimpanan
dan kantung sperma (epididymitis). Pada wanita, gejala yang kadang muncul
yaitu rasa panas terbakar pada pinggul. Akibat terkena klamidia pada perempuan
adalah cacatnya saluran telur dan kemandulan, radang saluran kencing, robeknya
saluran ketuban sehingga terjadi kelahiran bayi sebelum waktunya (prematur).
Sementara pada laki-laki akibatnya adalah rusaknya saluran air mani dan
mengakibatkan kemandulan serta radang saluran kencing. Pada bayi 60%-70%
terkena penyakit mata dan radang paru-paru (pneumonia). (Scorviani, 2011).
Adapun jenis penyakit lainya Kandiloma Akuminata, penyebab penyakit ini
adalah virus DNA golongan papovavirus, yaitu : Human papilloma virus (HPV)
dengan gejala yang khas yaitu terdapat satu atau beberapa kutil disekitar
kemaluan. Masa inkubasinya 2-3 bulan. Umumnya di daerah lipatan yang
lembab pada genitalia eksterna. Pada pria, di perinium dan sekitar anus, sulkus
koronarius gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal
penis. Pada wanita, divulva dan sekitarnya(Scorviani, 2011).
Kemudian limfogranuloma venerum, penyakit ini disebabkan oleh chlamidia
trachomatis. Gejala mulai timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah
terinfeksi. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri
sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung, dan infeksi recktum
yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Pada wanita, disamping
gejala diatas, manifestasi dapat terjadi pada kelenjar iliaka, sehingga terjadi
8
nyeri waktu buang air besar atau berhubungan seksual. Cara paling baik untuk
mencegah penularan penyakit ini adalah abstinensia (tidak melakukan hubungan
seksual dengan mitra seksual yang diketahui menderita penyakit ini (Scorviani,
2011).
Sifilis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta,
treponema pallidum. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, kadang-kadang
sampai 13 minggu. Kemudian, timbul benjolan disekitar alat kelamin. Kadang-
kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu yang akan hilang
sendiri tanpa diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu
setelah hubungan seksual. Gejala ini akan hilang dengan sendirinya dan
seringkali penderita tidak memperhatikan akan hal ini. Selama 2-3 tahun
pertama penyakit ini tidak menunjukan gejala apa-apa atau disebut masa laten.
Setelah 5-10 tahun, penyakit sifilis akan menyerang susunan saraf otak,
pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil, sifilis dapat ditularkan
kepada bayi yang dikandungnya, dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati,
limpa, dan keterlambatan mental (Scorviani, 2011).
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau
kronik dan disebabkan oleh trichomonas vaginalis. Trikomoniasis lebih banyak
terjadi pada masa remaja dan dewasa dengan berhubungan seks yang aktif pada
wanita maupun pria. Gejala pada wanita yaitu gatal-gatal dan rasa panas pada
vagina, secret vagina yang banyak, berbau, berbusa, nyeri perdarahan pada
waktu post coitos dan nyeri abdomen bagian bawah. Pada pria, gejalanya yaitu
disuri, nyeri urethra, nyeri testis, sering berkemih, dan nyeri abdomen bagian
bawah. Ulkus molle adalah penyakit menular seksual yang akut, dan biasanya
terlokalisasi digenitalia atau anus dan sering disertai pembesaran kelenjar
didaerah inguinal. Penyakit ini disebabkan oleh basil gram negative
haemophilus ducreyi. Ulkus molle lebih sering menyerang pria terutama yang
sering melakukan prostitusi dibanding wanita. (Scorviani, 2011)
Kemudian jenis penyakit AIDS-HIV, AIDS atau Acquered ImunneDeficiency
Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (human immunodeficiencyvirus).
Penderita AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada
infeksi HIV primer akut yang lamanya 1-2 minggu, penderita akan merasakan
9
sakit seperti flu. Disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) penderita akan
mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare,
neuropati, keletihan, ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif dan
lesi oral. Disaat fase infeksi HIV menjadi AIDS (bervariasi 1-5 tahun dari
pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi oportunistik, yang
paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), pneumonia interstisial,
infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mkrobakterial,
dan atipikal (Scorviani, 2011).
Upaya pencegahan penyakit menular seksual yang dilakukan pemerintah
melalui departemen kesehatan Rakyat Indonesia dan lembaga-lembaga lainnya
dalam mengurangi penderita PMS dilakukan melalui edukasi dan promosi yaitu
penyuluhan melalui kampanye, media massa dan penyebaran leaflet. Tetapi
usaha tersebut masih saja kurang atau belum menurunkan angka mortalitas
penyakit menular seksual (Depkes RI, 2013).
Mencegah dan mengobati penyakit menular seksual dapat ditempuh dengan
beberapa alternatif cara antara lain tidak mengunjungi tempat prostitusi. Tempat
prostitusi umumnya berisi orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang
seksual, dan tempat merebaknya berbagai penyakit menular seksual. Sebab,
orang-orang yang berkunjung ke lokasi prostitusi banyak dari kalangan profesi
tertentu, dari banyak aneka ragam budaya dan asal negara, asal daerah dan
bahkan orang-orang asing dan tidak pernah dikenal sebelumnya. Kemudian tidak
melakukan hubungan seksual di luar nikah. Kalangan remaja saat ini sudah
banyak yang terbiasa dengan pergaulan keliru. Termasuk pacaran merupakan
salah satu penyimpangan pergaulan keliru yang tak terkontrol di era globalisasi.
Pacaran dianggap para remaja adalah sebuah trend dan budaya modern. Pacaran
dapat memicu terjadinya perkosaan, penyakit menular seksual, bahkan kematian
akibat perkelahian dengan pasangan (Priyono, 2015).
Tidak melakukan prilaku seksual menyimpang termasuk praktek LGBT
(Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender). Penyakit menular seksual umumnya
banyak diderita oleh mereka yang memiliki kebiasaan dan prilaku menyimpang
seksual. Umumnya PMS merenggut orang-orang yang melakukan praktek
LGBT. Kaum homoseksual (Gay) merupakan risiko terberat pengidap AIDS.
Oleh sebab itu, melakukan hubungan seksual sebaiknya dilakukan melalui jalur
10
resmi pernikahan. Dengan jalur pernikahan normal (laki dan wanita) akan
mencegah terjadinya penyimpangan prilaku seksual serta penyakit seksual yang
tidak diinginkan. Tidak berganti-ganti pasangan seksual (orgy), biasanya
pasangan orgy merupakan pasangan sesama jenis. Pasangan orgy biasanya
melakukan hubungan seksual lebih dari dua orang, bahkan dilakukan secara
bersama-sama dan berganti-ganti pasangan seksual. Jika dilakukan dengan tiga
orang pasangan sejenis dinamakan threesome, dan seterusnya. Dampak dari
berganti-ganti pasangan jelas negatif, juga berbahaya bagi kesehatan reproduksi,
efek terberatnya menimbulkan banyak penyakit menular seksual seperti
gonorhoe, sifilis, herpes genitalis, bahkan dapat menyebabkan HIV-AIDS dan
kematian. Maka lingkungan bergaul yang baik penting dicari untuk memperbaiki
sikap dalam bertingkah laku kepada orang lain (Priyono, 2015).
Kemudian tidak melakukan hubungan seksual dengan penderita PMS.
Penderita PMS rentan menularkan berbagai penyakit kelamin. Penularan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui cairan reproduktif (cairan
sperma dan cairan vagina yang terinfeksi virus, bakteri, jamur dan mikroba
patogen menyebabkan penyakit AIDS, kanker serviks, keputihan, kencing
nanah, sifilis,dan sebagainya), sentuhan antar kulit (biasanya menyebabkan
penyakit herpes genitalis yang ditandai dengan benjolan di bagian kulit sekitar
alat kelamin yang jika pecah akan mengeluarkan cairan dan terasa nyeri), air liur
(pada kasus oral sex dan anal sex; dapat menyebabkan bakteri masuk dan
menginfeksi ke dalam mulut dan anus, sehingga berbahaya bagi kesehatan).
Tidak melakukan aktivitas Anal sex dan Oral sex yaitu aktivitas seksual dengan
melakukan penetrasi penis ke dalam lubang pembuangan feses (anus). Prilaku
seksual ini tentu sangat menyimpang dan dapat menyebabkan iritasi pada bagian
penis dan anus. Selain itu, luka atau robekan di sekitar daerah anus akibat
penetrasi penis tersebut dapat menjadi pintu gerbang masuknya virus dan bakteri
ke dalam tubuh melalui peredaran darah bahkan dapat melemahkan sistem
pertahanan tubuh (imunitas). Biasanya virus AIDS berada pada lingkungan
seseorang yang terbiasa dengan prilaku menyimpang anal sex. Sementara itu
oral sex (aktivitas seksual dengan cara memasukkan penis ke dalam mulut
pasangan) dapat menginfeksi seseorang untuk menderita kanker mulut dan iritasi
kulit di sudut bibir. Namun oral sex tidak menutup kemungkinan seseorang
11
untuk menderita AIDS melalui luka pada sariawan atau robekan pada sudut bibir
dan penyabab lainnya (Priyono, 2015).
Pencegahan yang lainya, Menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi
pasangan suami-istri sebagai pengamanan dalam melakukan hubungan seksual
atau mencegah terjadinya kehamilan. Namun demikian, kondom tidak berarti
sepenuhnya dapat mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual. Sebab,
ukuran sel sperma hampir setara dengan ukuran pori-pori pada kondom,
sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan serta infeksi berbagai penyakit
menular reproduktif dapat terjadi. Mencari lingkungan bergaul yang baik dan
kondusif merupakan tempat rekomendasi untuk tumbuh kembang remaja.
Lingkungan ini akan mengajar, mendampingi, serta membentuk karakter remaja
menjadi pribadi yang berintegritas, religius, berwawasan luas, cerdas, dan
bersahabat. Dengan wawasan yang luas, seorang remaja akan memperoleh
pendidikan kesehatan reproduksi melalui bimbingan konseling, sehingga remaja
akan terbentengi dengan pengetahuan seksual yang komprehensif (mampu
mengetahui seputar kehidupan seksual yang sehat, tidak melakukan pacaran,
mengetahui berbagai risiko penyakit menular seksual dan bagaimana
mencegahnya). (Priyono, 2015).
Aktivitas positif penting diberikan kepada remaja selama hidupnya. Aktivitas
positif seperti olahraga, belajar kelompok, kegiatan ekstra kulikuler di sekolah,
isi teka-teki silang, pembelajaran kontekstual melalui lingkungan alam, berlibur
dan belajar kelompok. Aktivitas-aktivitas tersebut akan meminimalisir seorang
remaja untuk melakukan penyimpangan perilaku, termasuk penyimpangan
perilaku seksual yang keliru (Priyono, 2015). Masa remaja merupakan masa
transisi dimana terjadi perubahan secara emosional tapi tidak dalam bentuk fisik.
Kurangnya perhatian orangtua dalam pembentukan karakter dan perilaku
remaja sehingga membuat remaja mencoba hal yang berhubungan dengan
seksual, sebuah studi literature memaparkan bahwa orangtua memegang
peranan cukup besar dalam menentukan perilaku anak. Hal ini dalam perilaku
seksual remaja, orangtua yang dekat dengan remaja cenderung membuat
remaja menunda aktifitas seksualnya (Dinkes, 2012).
Orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual haruslah mewaspadai
penyakit ini. Terutama mereka yang bekerja sebagai pekerja seks. Penyakit ini
12
mudah menyerang pada remaja karena secara biologis sel-sel organ reproduksi
belum matang. Hubungan seksual pada remaja meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi menular seksual dikalangan remaja. PMS adalah satu di antara
faktor-faktor penting yang meningkatkan penularan HIV. Apabila tidak ada
kebijakan yang tepat dalam memerangi penyakit menular seksual, maka
mengurangi penularan HIV akan menjadi sulit. Strategi utama untuk mengontrol
penyakit menular seksual adalah melalui meningkatkan program pencegahan
(SDKI, 2012)
15
Seorang mahasiswa De La Salle bukan hanya mengandalkan aspek
pendidikan yakni intelektual, tapi juga kehidupan relasional, kedekatan dan
persahabatan. Turut menjadi sehati dan sejiwa dengan mereka yang dilayani,
memberi teladan dan kesaksian hidup. Dengan demikian dalam proses
pendidikan terjadi suatu pembaruan dalam kehidupan “transforming live”.
Sehingga dalam proses pendidikan di Universitas Katolik De La Salle terdapat
perpaduan antara pikiran (mind), hati (heart), dan kehidupan yang
transformative (life). (Kinzler, Campos dan Ricci, 2009).
Motto De La Salle: Religio – Mores – Cultura. Sebagai bagian dari
pendidikan Katolik, maka hakekat utama pendidikan menurut De La Salle
adalah karya iman, yakni karya Tuhan untuk menyelamatkan manusia dan
membangun kesatuan kasih dengan Tuhan yang maha kasih melalui pendidikan.
Para guru dan dosen adalah utusan Tuhan untuk mengembangkan semua potensi
yang ada dalam anak didiknya yang adalah anak-anak Allah, yang diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah. Karena itu, aspek utama pendidikan adalah
iman atau Religio. Dalam cahaya iman ini maka pendidikan mendapatkan makna
terdalam yakni pembangunan manusia seutuhnya sebagai anak Allah, oleh para
pendidik yang adalah utusan-utusan Allah sendiri. Mereka adalah serentak
pendidik profesional, duta karya keselamatan Allah dan saksi iman. Iman ini
akan menjadi penerang dalam pencarian kebenaran akademik, yang menjadi
tujuan utama ilmu pengetahuan, yakni mencari kebenaran. Dalam terang iman,
proses pendidikan didorong untuk mengupayakan yang terbaik di segala bidang,
baik intelektual – akademik, moral – spiritual, fisik – emosional, bahkan
komunal dan relasional. (Kinzler,Campos dan Ricci, 2009)
Iman terwujud pertama-tama dalam cinta kasih, baik terhadap Tuhan maupun
sesama. Dengan demikian seorang beriman adalah seorang yang bermoral yang
terwujud dalam perbuatan cinta kasih. Oleh karena itu, motto ke dua Unika De
La Salle adalah “Mores” (Moral). Mores berarti panggilan bagi semua orang
untuk mengabdikan diri seutuhnya untuk karya cinta kasih dalam pelayanan.
Nilai-nilai ini yang merupakan perwujudan spirit of service yang mewarnai
seluruh karya pendidikan De La Salle (Kinzler,Campos dan Ricci, 2009).
Menurut Paus Yohanes Paulus II, “Iman yang tidak termanifestasikan dan
meresap dalam budaya adalah iman yang tidak diterima dengan sepenuh hati,
16
yang tidak sungguh-sungguh dipikirkan secara mendalam, dan tidak dihidupi
secara penuh.” Oleh karena itu, kesatuan dialektis antara iman (religio) dan
kasih (mores), yang terus menerus ditanamkan dan ditumbuh kembangkan
menjadi suatu pola yang terintegrasi baik secara individual maupun kolektif
menjadi nilai dan norma serta tindakan dan tradisi yang terus menerus dihidupi
dan diwariskan dalam semangat “spirit of faith, service, community”, sehingga
terbangun suatu budaya (cultura) yang manusiawi dan Kristiani. Menurut
Webster’s Dictionary (2002) dalam Kinzler (2009), “Budaya adalah penanaman
dan pengembangan semua kemampuan intelektual dan moral melalui
pendidikan, membentuk suatu rangkaian sistem kepercayaan, pengetahuan,
tingkah laku yang tergantung pada kemampuan manusia untuk belajar dan
meneruskannya kepada generasi selanjutnya” (Kinzler,Campos dan Ricci, 2009).
Oleh karena itu, pendidikan De La Salle menjadi kesatuan integrative antara
Iman (Religio)–Moral (Mores)–Budaya (Cultura) sama halnya dengan integrasi
iman–budaya–kehidupan. Prinsip dan semangat inilah yang kiranya menjadi
pemersatu, daya dorong dan pemberi semangat seluruh keluarga besar lasallian
untuk melanjutkan tugas perutusan bersama atau “the shared mission of religio–
mores–cultura”. (Kinzler,Campos dan Ricci, 2009)
2.3 Konsep Teori
Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan,
maka kegiatan tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan prilaku
tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan
dengan determinan (faktor yang mempengaruhi prilaku itu sendiri). Menurut
Lawrence Green ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya.
Faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factors),
factor penguat (reinforcing factors).(Notoadmojo,2005).
Faktor predisposisi (predisposing factor) merupakan faktor pengetahuan dan
sikap yang dapat mempermudah mempengaruhi perilaku seseorang atau
masyarakat terhadap apa yang dilakukan dan dimana melakukannya. Faktor
pemungkin (enabling factors) merupakan faktor pendukung seperti fasilitas,
saran dan prasarana kesehatan yang dapat mendukung perilaku seseorang atau
masyarakat. Factor penguat (reinforcing factors) selain faktor pengetahuan dan
17
fasilitas kesehatan faktor lingkungan dan ekonomi juga mempengaruhi perilaku
seseorang (Notoadmojo,2005).
Lawrence Green mencoba menganalisis suatu perilaku Manusia dari
tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor
pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-
behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terentuk 3
faktor yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nila-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukng (Enabling factor) yang terwujud dalam fasilitas dan
sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (Reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku, petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dan perilaku masyarakat. Model ini dapat digambar sebagai
berikut, B = f (PF, EF, RF).
Keterangan ;
B = Behaviour, PF = Predisposing factor, EF = Enabling factor, RF =
Reinforcing factor, F = Fungsi
Faktor predisposisi;
Pengetahuan, Kepercayaan,
Nilai-nilai dan Sikap
Faktor pendorong ;
Sikap dan perilaku, petugas
kesehatan.
Gambar 2.1 : Kerangka teori Lawrence Green 1980, dalam Prioto 2014
18
2.4 Penelitian Terkait
Tabel 2.1 Penlitian Terkait
1 Delyana SMK 2015 Untuk Pre Populasi berjumlah 46 Hasil penelitian Manfaat, pendidikan
Negeri 1 mengetahui Eksperimen orang. terdapat pengaruh kesehatan seksual
Bantul pengaruh (Pre pendidikan seksual berpengaruh
Bentuk rancangan dari
Yogyakarta pendidikan Eksperimenta terhadap tingkat terhadap
penelitian ini adalah The
kesehatan l Design) One pengetahuan dan pengetahuan siswa
seksual Group Pretest One Group Pre Test–Post sikap remaja dalam dalam pencegahan
terhadap Posttest Test Design, dengan pencegahan seks PMS.
tingkat Design jumlah sampel 46 orang bebas di SMK
Penelitian ini masih
pengetahuan siswa, karakteristik Negeri 1 Bantul
pada variable yang
sikap seks dalam penelitian ini Yogyakarta
terbatas sehingga
bebas pada meliputi jenis kelamin.
masih perlu
19
remaja. menindak lanjuti
pada variabel yang
lain dengan sampel
dalam jumlah benar
dan ruang lingkup
yang lebih luas
sehingga dapat
meningkatkan
ketelitian hasil
penelitian
2 Nur SMA 2015 Untuk Cross Populasi berjumlah 132 Pengetahuan Manfaat, untuk
Triningtias mengetahui sectional. orang. Teknik remaja tentang
Al-Asiyah Meningkatkan
Putri tingkat pengambilan sampel yaitu tanda dan gejala
Teknik pengetahuan remaja
Cibinong pengetahuan disproporsional stratified memberikan hasil
pengambilan tentang IMS.
Bogor. remaja tentang sampling. Dengan jumlah <70%. Secara
sampel yaitu
infeksi sampel 132 orang, keseluruhan tingkat Ketidakseimbangan
disproporsion
menular berdasarkan karakteristik pengetahuan jumlah laki-laki dan
al stratified
seksual. responden, siswa yang remaja di SMA perempuan ini
sampling,
menjadi responden adalah Al-Asiyah berada dikarenakan
menggunakan
siswa yang berusia <16 pada kategori sebagian besar
uji validitas
20
content dan tahun sebanyak 38 orang cukup. populasi di SMA Al-
uji reliabilitas (28.8%) dan siswa yang Asiyah Cibinong
spearman berusia > 16 tahun Bogor ini lebih
brown. sebanyak 94 orang banyak perempuan
(71.3%) dari pada laki-laki.
3 Hendy SMA 2014 Untuk Penelitian ini Populasi berjumlah Hasil penelitian Melalui tingkat
Pratamaputra Negeri 1 mengetahui menggunakan 43.Teknik pengambilan yang telah pengetahuan yang
hidayat Semarang tingkat penelitian sampel dengan cara dilakukan pada 43 diteliti penulis
pengetahuan deskriptif random sampling. Dengan responden dalam penelitian ini
remaja tentang kuantitatif. jumlah sampel 43 orang menunjukan hasil yang lebih spesifik
penyakit Menggunakan yang terdiri dari empat tingkat lagi yaitu
Teknik kelompok umur yaitu 14 pengetahuan bagaimana
menular
pengambilan tahun, 15 tahun, 16 tentang penyakit seseorang remaja
seksual pada
sampel tahun, dan 17 tahun dan menular seksual mengetahui
siswa SMA
dengan cara dua kelas yaitu kelas IPA pada siswa SMA penyakit menular
Negeri 1
random dan kelas IPS. Negeri 1 seksual serta
Semarang
sampling, Semarang dengan bagaimana
dalam kriteria
menggunakan kategori baik penularannya, dan
baik, cukup,
analisa data sebanyak 4 ciri–ciri beberapa
dan kurang.
responden (9%), penyakit menular
21
univariat. kategori cukup seksual.
4 Novia SMA 2012 Untuk Deskriptif Populasi berjumlah 282 Hasil penelitian Manfaat, untuk
Rahmawati BATIK 1 mengetahui kuantitatif. siswa yang terbagi menunjukan
meningkatkan
22
SURAKAR tingkat menggunakan menjadi 8 kelas. tingkat pengetahuan remaja
TA pengetahuan teknik Pengambilan sampel pengetahuan tentang penyakit
remaja tentang pengambilan dengan teknik systematic remaja tentang menular seksual.
penyakit sampel random sampling, dengan penyakit menular
menular dengan jumlah sampel sebanyak seksual siswi kelas
seksual. teknik 30 orang. XI di SMA BATIK Penelitian ini hanya
systematic 1 SURAKARTA bersifat deskriptif
random yaitu remaja yang yaitu tingkat
sampling, mempunyai pengetahuan siswa
menggunakan pengetahuan
SMA Al-Asiyah
analisa data cukup yaitu 23
Cibinong tentang
responden (77%),
univariat. IMS.
pengetahuan
kurang yaitu 4
responden (13%)
dan pengetahuan
baik yaitu 3
responden (10%).
5 Siti SMA 3 2012 Untuk Cross Populasi berjumlah 747 Dari penelitian ini Manfaat bagi pihak
Wahyuni Banda Aceh mengetahui sectional. orang. Pengambilan didapatkan adanya sekolah atau tenaga
23
tahun 2012. hubungan Teknik sampel secara simple hubungan antara guru dapat
antara pengambilan random sampling, dengan jenis kelamin mengetahui
pengetahuan sampel secara jumlah sampel 290 orang. dengan hubungan jenis
remaja dengan simple Sampel ini diambil pengetahuan kelamin dan sumber
jenis kelamin random menggunakan teknik remaja tentang informasi terhadap
dan sumber sampling, proporsi sampel. PMS dan terdapat Penyakit Menular
informasi menggunakan hubungan antara Seksual pada remaja.
tentang uji statistik sumber informasi
penyakit chi square. dengan
menular pengetahuan
seksual. remaja tentang
PMS.
24
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL
Pada bab ini menjelaskan tentang kerangka konsep, hipotesis dan definisi
operasional.
Faktor predisposisi;
(Pendidikan Kesehatan
Berbasis Lasallian)
Teaching Mind
Touching Heart
Transforming Life
Faktor pendorong ;
Sikap dan perilaku, petugas
kesehatan.
46
3.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi, 2007).
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang telah
dikemukakan maka hipotesis penelitian ini dirumuskan:
Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan berbasis lasallian dalam upaya
pencegahan penyakit menular seksual pada remaja setelah diberikan pendidikan
kesehatan lasallian.
H0: Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan berbasis lasallian dalam upaya
pencegahan penyakit menular seksual pada remaja setelah diberikan pendidikan
kesehatan lasallian.
Barat
47
Kabupaten
Minahasa
Selatan.
48
“Transformin
g live”
melakukan
pembaruan
dalam
kehidupan.
Merubah
perilaku
menjadi lebih
baik. Pada
Siswa SMP
Negeri 2
Motoling
Barat
Kabupaten
Minahasa
Selatan.
49
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai desain penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, proses penelitian, etika
penelitian dan analisa data.
O1 X O2
51
4.5 Proses Penelitian
Analisa Data
52
Tahap persiapan yaitu sebelum memulai penelitian ini maka perlu dilakukan
persiapan meliputi penyusunan proposal, melakukan survei awal ditempat penelitian,
studi kepustakaan untuk membuat acuan penelitian dan menyiapkan kuisioner
penelitian. Tahap pelaksanaan yaitu setelah mendapatkan surat pengantar izin
penelitian dari dekan fakultas keperawatan selanjutnya peneliti memberikan kepada
Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Motoling Barat. Setelah mendapatkan persetujuan,
peneliti mengunjungi para siswa kemudian peneliti memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud dan tujuan serta kerahasiaan data responden dengan maksud
agar responden dapat memberikan data dengan jujur dan lengkap sehingga peneliti
memperoleh data-data yang akurat.
Siswa yang bersedia dalam penelitian ini dijadikan sebagai responden dan
menandatangani surat persetujuan. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan
responden diberikan pre-test dengan menggunakan lembar kuisioner. Kemudian
memberikan pendidikan kesehatan berbasis lasallian terhadap pencegahan penyakit
menular seksual pada siswa SMP Negeri 1 Motoling Barat dan menggunakan media
leaflet dan power point. Setelah itu dilakukan diskusi dan sharing. Post-test
dilakukan dihari ketiga dengan memberikan lembar kuisioner. Setelah data
terkumpul dilakukan pemeriksaan data kemudian dilakukan pengolahan data.
4.6 Etika Penelitian
Setelah penelitian disetujui, maka peneliti lalu mendapatkan surat yang akan
diberikan kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Motoling Barat agar mendapat
persetujuan kepada siswa kelas VII, kels VII dan IX.
a. Lembar persetujuan penelitian
Lembar persetujuan penelitian (informed consent) kepada responden
tentang perlunya penelitian, responden setuju maka diminta untuk
menandatangani dan mengisi kuisioner yang telah disediakan peneliti.
b. Tanpa Nama
Tanpa nama (anonymity) yang berarti bahwa kuisioner yang diisikan oleh
responden tanpa memberikan data diri secara khusus dan identitas
responden dirahasiakan (tidak mencantumkan nama responden).
53
c. Kerahasiaan
Kerahasiaan (privacy) yang berarti identitas responden tidak diketahui
orang lain dan bahkan oleh penelitian itu sendiri, hanya kelompok data
tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
55
laki-laki sebanyak 18 responden (45%). Kemudian dari tabel tersebut
menunjukan responden yang banyak berumur 13 tahun sebanyak 18 responden
(45%) , yang berumur 12 tahun sebanyak 12 responden (30%), yang berumur
14 tahun sebanyak 6 responden (15%) dan berumur 15 tahun sebanyak 4
responden (10%).
Tabel 5.2 Distribusi Responden tentang Pengetahuan Pencegahan
Penyakit Menular Seksual Sebelum Diberikan Pendidikan
Kesehatan
Pengetahuan Pencegahan Frekuensi (n) Persentase(%)
Penyakit Menular Seksual
Baik 2 5
Cukup 36 90
Kurang 2 5
Total 40 100
Cukup 0 0
Kurang 0 0
Total 40 100
56
Berdasarkan table 5.3 menunjukkan bahwa pencegahan penyakit menular
seksual pada remaja siswa sesudah di berikan pendidikan kesehatan,
didapatkan siswa yang pencegahannya baik berjumlah 40 responden (100%).
Setelah 40 0 0 20,50
B
erdasarkan table 5.4 secara statistik dari hasil uji Wilcoxon Sign. Berdasarkan
nilai mean sebelum pendidikan kesehatan rata-rata data = 17,15 dan setelah
pendidikan kesehatan diperoleh nilai mean 26,70, negative ranks pengetahuan
setelah diberikan pendidikan kesehatan< pengetahuan sebelum diberikan
pendidikan kesehatan sebanyak 0 (tidak ada), positive ranks pengetahuan
setelah diberikan pendidikan kesehatan > pengetahuan sebelum diberikan
kesehatan sebanyak 40 responden dan ties pengetahuan setelah diberikan
pendidikan kesehatan = pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan
sebanyak 0, dan nilai ρ = 0.000 (ρ = ≤ 0.05) artinya Ha diterima dan Ho
ditolak. Demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara pengetahuan pencegahan penyakit menular seksual sebelum
dan sesudah diberi pendidikan kesehatan.
57
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas atau mendiskusikan hasil yang diperoleh
melalui penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 2 Motoling Barat tentang
pengaruh pendidikan kesehatan berbasis lasallian terhadap pengetahuan pencegahan
penyakit menular seksual remaja siswa.
6.1. Pengetahuan Remaja Terhadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Sebelum Pendidikan Kesehatan Berbasis Lasallian
Hasil analisa univariat menunjukkan 18 responden (45%) yang berumur 13
tahun, 12 responden (30%) yang berumur 12 tahun, 6 responden (15%) yang
berumur 14 tahun dan 4 responden (10%) yang berumur 15 tahun. Rata-rata umur
responden adalah remaja awal, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir (Wawan dan dewi, 2011). Data
untuk pengetahuan responden tentang pencegahan penyakit menular seksual sebelum
diberikan pendidikan kesehatan berbasis lasallian yaitu berpengetahuan cukup
sebanyak 36 responden (90%), berpengetahuan baik 2 responden (5%) dan
berpengetahuan kurang 2 responden (5%).
Hasil penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendy
Pratamaputra Hidayat (2014), yang meneliti tentang tingkat pengetahuan remaja
tentang penyakit menular seksual pada siswa SMA Negeri 1 Semarang tanpa
dilakukan perlakuan kepada responden didapatkan hasil dari 43 responden, terdapat 4
responden berpengetahuan baik (9,3%), 34 responden (79%) berpengetahuan cukup
dan 5 responden (11,6%) berpengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa
di beri perlakuan atau pendidikan kesehatan tentunya mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Sama halnya penelitian ini sebelum diberikan kesehatan terdapat faktor-
faktor yang mempegaruhi pengetahuan seseorang dalam menerima informasi
58
diantaranya umur, dukungan sosial baik dukungan dari keluarga maupun masyarakat
serta lingkungan sekitar yang merupakan sumber informasi pengetahuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja menurut
Azwar (2011), pembentukkan atau faktor yang mempengaruhi sikap adalah
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh
kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan, agama dan faktor emosional. Salah
satu faktor yang mempengaruhi adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting,
orang lain yang dimaksud salah satunya adalah orang tua (Azwar 2011). Peneliti
berasumsi bahwa pengetahuan remaja tentang pencegahan penyakit menular seksual
umumnya cukup karena berkaitan dengan sumber informasi siswa dan rasa
keingintahuan yang tinggi dan sumber informasi yang mereka peroleh juga cukup.
Menurut teori Laurance Green Promosi kesehatan sebagai pendekatan
terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatan tidak terlepas dari faktor-faktor
yang menentukan perilaku tersebut. Faktor predisposisi (predisposing factor)
merupakan faktor pengetahuan dan sikap yang dapat mempermudah mempengaruhi
perilaku seseorang atau masyarakat terhadap apa yang dilakukan dan dimana
melakukannya. Faktor pemungkin (enabling factors) merupakan faktor pendukung
seperti fasilitas, saran dan prasarana kesehatan yang dapat mendukung perilaku
seseorang atau masyarakat. Factor penguat (reinforcing factors) selain faktor
pengetahuan dan fasilitas kesehatan faktor lingkungan dan ekonomi juga
mempengaruhi perilaku seseorang (Notoadmojo,2005)
6.2 Pengetahuan Remaja Siswa tentang Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Sesudah Pendidikan Kesehatan Berbasis Lasallian
Hasil analisis data menunjukkan untuk pengetahuan responden tentang
pencegahan penyakit menular seksual setelah diberikan pendidikan kesehatan, semua
responden sebanyak 40 responden (100%) berpengetahuan baik. Artinya setelah di
berikan pendidikan kesehatan berbasis lasallian terjadi perubahan pengetahuan pada
responden ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan yang menunjukkan ada
peningkatan pengetahuan pada remaja remaja siswa dimana awalnya sebagian besar
berpengetahuan cukup tetapi setelah diberi pendidikan kesehatan semua remaja siswa
berpengetahuan baik. Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
pendidikan kesehatan merupakan upaya-upaya terencana untuk mengubah perilaku
59
individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat. Hal tersebut juga menunjukkan
bahwa pendidikan kesehatan membutuhkan pemahaman yang mendalam, karena
melibatkan berbagai istilah atau konsep seperti perubahan perilaku dan proses
pendidikan (Maulana 2009).
60
memahami sehingga terjadi peningkatan pengetahuan tentang pencegahan penyakit
menular seksual.
Hasil Penelitian ini berkaitan dengan teori keperawatan dari Lawrence Green
pada health promotion, dimana peneliti memberikan pendidikan kesehatan berbasis
lasallian terhadap pencegahan penyakit menular seksual untuk menambah
pengetahuan remaja mengenai pencegahan penyakit menular seksual.
6.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Lasallian terhadap Pengetahuan
Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan kesehatan
berpengaruh terhadap pengetahuan remaja tentang pencegahan penyakit menular
seksual. Dari hasil analisa data, sebelum diberikan pendidikan kesehatan remaja
siswa yang berpengetahuan baik hanya 2 orang (5%), berpengetahuan kurang 2
orang (5%) dan berpengetahuan cukup 36 orang (90%) dan setelah diberikan
pendidikan kesehatan terdapat perubahan pada pengetahuan siswa, dimana seluruh
siswa yang berpengetahuan kurang dan cukup telah berpengetahuan baik, hasil
analisa data dengan menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test diperoleh Z=-5.371
dengan nilai ρ=0.000 (α=<0,05) yang berarti ρ-value lebih kecil dari α value (0,005),
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh pendidikan kesehatan
berbasis lasallian terhadap pengetahuan pencegahan penyakit menular seksual pada
siswi di SMP Negeri 2 Motoling Barat.
Hasil penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Daliana
(2015) yang meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan sikap seks bebas pada remaja di SMK Negeri 1 Bantul Yogyakarta
menggunakan desain pre eksperimen dengan hasil didapatkan nilai p = 0,00< α=0,05
yang artinya adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan
sikap seks bebas pada remaja di SMK Negeri 1 Bantul Yorgyakarta. Ini
membuktikan pentingnya pendidikan kesehatan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
Pendidikan kesehatan berbasis lasallian yang merupakan inovasi yang
diadaptasi dari filosofi pendidikan De La Salle, yang juga merupakan dasar
penyelenggaraan pendidikan di Universitas Katolik De La Salle Manado.Model
pendidikan kesehatan berbasis lasallian berdasarkan nilai-nilai lasallian yaitu :
“Teaching mind” memberikan pendidikan kesehatan berbasis lasallian tentang
61
pencegahan penyakit menular seksual. “Touching heart” memberikan kesadaran dan
motivasi kepada responden untuk berubah. “Transforming live” melakukan
pembaruan dalam kehidupan (Handbook Universitas Katolik De La Salle Manado,
2011). Peneliti berasumsi bahwa pentingnya pendidikan kesehatan berbasis lasallian
dalam mengubah pola pikir, pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang pada tahap
remaja awal yang diberikan secara optimal.
Hasil Penelitian ini berkaitan dengan teori keperawatan dari Lawrance Green
yang lebih ditekankan pada (health promotion) dimana peneliti memberikan
pendidikan kesehatan berbasis lasallian. Faktor predisposisi (predisposing faktor)
memberikan pengetahuan pencegahan penyakit menular seksual. Faktor pemungkin
(enabling factors) merupakan faktor pendukung seperti fasilitas, saran dan prasarana
kesehatan yang dapat mendukung perilaku seseorang atau masyarakat. Faktor
penguat (reinforcing factors) selain faktor pengetahuan dan fasilitas kesehatan faktor
lingkungan dan ekonomi juga mempengaruhi perilaku seseorang. Artinya pendidikan
kesehatan berbasis lasallian ini dilakukan untuk mempromosikan kesehatan pada
remaja karena pentingnya pencegahan dini tentang kesehatan terutama pencegahan
penyakit menular seksual.
62
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan berbasis lasallian pada remaja
siswa di SMP Negeri 2 Motoling Barat sebagian besar berpengetahuan
cukup.
2. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan berbasis lasallian pada remaja
siswa di SMP Negeri 2 Motoling Barat semua berpengetahuan baik.
3. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan berbasis lasallian didapatkan
adanya pengaruh yang signifikan terhadap peningkatkan pengetahuan
pencegahan penyakit menular seksual pada remaja
7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menganjurkan saran :
1. Bagi Sekolah
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan bagi
sekolah dan pendidikan untuk upaya mengoptimalkan pengetahuan
tentang pencegahan penyakit menular seksual pada siswa.
2. Instansi Kesehatan
Diharapkan untuk lebih meperhatikan pengetahuan remaja pada usia
awal dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan
mengenai pencegahan penyakit menular seksual agar pengetahuan
remaja dapat ditingkatkan.
3. Penelitian Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan penelitian
terkait ataupun acuan teori, biarlah yang akan melakukan penelitian
lanjut terhadap pengetahuan pencegahan penyakit menular seksual pada
remaja siswa agar dapat meneliti tentang sikap atau perilaku remaja
siswa tentang pencegahan penyakit menular seksual.
63
DAFTAR PUSTAKA
64
Nur, T.P, 2015. Tingkat pengetahuan remaja tentang infeksi menular Seksual di sma
al-asiyah cibinong bogor.Skripsi. Jakarta. Uinsht
Priyono, 2015. 9 Cara Mencegah Penyakit Menular Seksual (PMS). Artikel.
Lampung. FKIP
Priyoto, 2014. Teori Sikap Dan Perilaku Dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Rahmawati, 2012. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual
Siswi Kelas Xi Di Sma Batik 1 Surakarta. Karya Ilmiah. Surakarta. STIKES
Scorviani. Dkk, 2011. Mengungkap tuntas 9 jenis PMS (Penyakit Menular Seksual).
Yogjakarta. Nuha Medika.
SDKI, 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Survei Demografi Kesehatan
Indonesia
Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Universitas katolik De La Salle Manado. (2012). Handbook Universitas De La Salle
Manado. Manado: Universitas Katolik De La Salle Manado
Wahyuni, 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) Dengan Jenis Kelamin dan Sumber Informasi Di SMA N 3
Banda Aceh. Jurnal. Banda Aceh. STIKES
WHO, 2013. Adolescent Health:World Helath Organization. www.who.int diunduh
pada tanggal 18 Maret 2016 pada pukul : 16.00 WITA
WHO, 2013. Sexually transmitted infections: World Helath Organization.
65
Lampiran 1
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Peneliti
Nama Lengkap : Olivia Kristi Tiwa
Tempat/Tanggal Lahir : Motoling, 9 Oktober 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Indonesia
E-mail : Tiwa_olivia@yahoo.com
Alamat : Maumbi, Kecamatan Kalawat
Kabupaten Minahasa Utara
B. Riwayat Pendidikan :
1. TK Imanuel Picuan Baru (1997-1998)
2. SD GMIM Picuan Baru (1998-2004)
3. SMP Negeri 1 Motoling (2004-2007)
4. SMA Negeri 1 Motoling (2007-2010)
5. Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle
Manado
66
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
NIM : 10061136
Alamat : Maumbi
Oleh karena itu, saya mohon kesediaan anda untuk menjadi responden serta
menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar kuesioner. Jawaban anda akan saya
jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Peneliti
Olivia K Tiwa
67
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama (initial) :
Umur :
Hari / Tanggal :
Alamat / telp :
Pendidikan :
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negative terhadap
saya, sehingga jawaban yang diberikan dijaga kerahasiaanya, dan hanya peneliti
yang dapat mengetahui kerahasiaanya.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun. Saya
bersedia menjadi responden.
Responden
68
Lampiran 4
KUESIONER
No Responden :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Petunjuk Pengisian Kuisioner :
Kuesioner Pengetahuan
No Pertanyaan B S
69
3 PMS dapat menyebabkan abortus
70
Lampiran 5
FAKULTAS KEPERAWATAN
71
GARIS – GARIS BESAR
PROGRAMPENGAJARAN
(GBPP)
72
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
FAKULTAS KEPERAWATAN
73
dapat memiliki motivasi dan upaya
pencegahan PMS.
1 2 3 4
Pre test
Teaching Mind
1 Agar remaja dapat mengetahui dan Penyakit menular seksual 1. Pengertian PMS
memahami tentang PMS, tanda dan 2. Tanda dan gejala PMS
gejala PMS, jenis-jenis PMS. 3. Jenis-jenis PMS
3 Memiliki motivasi dan resolusi diri Gaya hidup baru 1. Gaya hidup baru yaitu
sendiri untuk melakukan pencegahan upaya pencegahan PMS
PMS.
4 Memiliki support system yang positif Support Sistem 1. Dukungan Pemerintah dan
dari lingkungan sekitar Petugas Kesehatan
2. Dukungan Keluarga
74
Lampiran 6
75
b. Evaluasi Organisasi :
Para siswa antusias dengan materi yang telah di paparkan
Siswa memperhatikan sampai pendidikan kesehatan berbasis
lasallian selesai diberikan
c. Evaluasi Hasil :
Remaja mengerti dan memahami mengenai topik yang diberikan.
76
MATERI PENYULUHAN
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
77
3. Jenis-jenis PMS
a. Gonore atau kencing nanah
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rectum dan
tenggorokan atau bagian putih mata (kogjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui
aliran darah ke daerah tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian (Scorviani,
2011).
b. Herpes
Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan
gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan
cenderung bersifat rekuren. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe
2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1. Herpes genitalis terjadi
pada pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah analdan paha). (Scorviani,
2011)
c. Klamidia Trachomatis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis. Klamidia
dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal, anal dan oral. Pada pria,
infeksi terjadi pada saluran kencing (uretritis).Gejalanya : keluarnya putih dari
penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing (dysuria) dan menyebabkan
peradangan pada daerah penyimpanan dan kantung sperma (epididymitis). Pada
wanita, gejala yang kadang muncul yaitu rasa panas terbakar pada pinggul
(Scorviani, 2011).
d. Kandiloma Akuminata
Kandiloma Akuminata, penyebab penyakit ini adalah virus DNA golongan
papovavirus, yaitu : Human papilloma virus (HPV) dengan gejala yang khas
yaitu terdapat satu atau beberapa kutil disekitar kemaluan. Masa inkubasinya 2-3
bulan. Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna. Pada
pria, di perinium dan sekitar anus, sulkus koronarius gland penis, muara uretra
eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis. Pada wanita, divulva dan
sekitarnya (Scorviani, 2011).
78
e. Limfogranuloma Venerum
Penyakit ini disebabkan oleh Chlamidia trachomatis. Gejala mulai timbul
dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada penis atau vagina sering
muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah
menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak
memperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi pembekakan kelenjar getah
bening pada salah satu atau kedua salangkangan. Kulit diatasnya tampak merah
dan teraba hangat, jika tidak diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang
terletak di atas kelenjar getah bening tersebut. Dari lubang ini akan keluar nanah
atau cairan kemerahan, lalu akan membaik tetapi biasanya meninggalkan jaringan
parut atau kambuh kembali. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit
kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung , dan infeksi
recktum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah (Scorviani, 2011).
f. Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta,
treponema pallidum. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, kadang-kadang
sampai 13 minggu. Kemudian, timbul benjolan disekitar alat kelamin. Kadang-
kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu yang akan hilang sendiri
tanpa diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah
hubungan seksual, gejala ini akan hilang dengan sendirinya dan seringkali
penderita tidak memperhatikan akan hal ini (Scorviani, 2011).
g. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut
atau kronik dan disebabkan oleh trichomonas vaginalis. Trikomoniasis lebih
banyak terjadi pada masa remaja dan dewasa dengan berhubungan seks yang aktif
pada wanita maupun pria. Gejala pada wanita yaitu gatal-gatal dan rasa panas pada
vagina, secret vagina yang banyak, berbau, berbusa, nyeri perdarahan pada waktu
post coitos dan nyeri abdomen bagian bawah. Pada pria, gejalanya yaitu disuri,
nyeri urethra, nyeri testis, sering berkemih, dan nyeri abdomen bagian bawah
(Scorviani, 2011).
79
h. Ulkus Molle
Ulkus molle adalah penyakit menular seksual (PMS) yang akut, ulseratif,
dan biasanya terlokalisasi digenitalia atau anus dan sering disertai pembesaran
kelenjar didaerah inguinal. Penyakit ini disebabkan oleh basil gram negative
haemophilus ducreyi. Ulkus molle lebih sering menyerang pria terutama yang
sering melakukan prostitusi dibanding wanita (Scorviani, 2011).
i. AIDS-HIV
AIDS atau acquered imunne deficiency syndrome merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut
HIV (human immunodeficiency virus). Penderita AIDS secara khas punya riwayat
gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi HIV primer akut yang lamanya 1-2
minggu, penderita akan merasakan sakit seperti flu. Disaat fase supresi imun
simptomatik (3 tahun) penderita akan mengalami demam, keringat dimalam hari,
penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan, ruam kulit, limpanodenopathy,
pertambahan kognitif dan lesi oral. Disaat fase infeksi HIV menjadi AIDS
(bervariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala
infeksi oportunistik, yang paling umum adalah pneumocystic Carinii (PCC),
pneumonia interstisial, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis,
cytomegalovirus, mkrobakterial, dan atipikal (Scorviani, 2011).
80
i. Mencari aktivitas positif seperti olahraga, belajar kelompok, kegiatan
organisasi kemahasiswaan/ekstrakulikuler di sekolah
81
Lampiran 7
82
e. Limfogranuloma Venerum i. Mencari aktivitas positif
Penyakit ini disebabkan oleh Chlamidia
seperti olahraga, belajar
trachomatis. Pada penis atau vagina sering muncul Bagaimana mencegah PMS...???
kelompok, kegiatan organisasi
lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri.
kemahasiswaan/ekstrakulikuler di sekolah.
F. Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular yang disebabkan a.Tidak mengunjungi tempat-tempat maksiat dan Orang yang suka berganti-ganti pasangan
oleh bakteri spiroseta, treponema pallidum. Kemudian, tempat prostitusi seksual haruslah mewaspadai penyakit ini.
timbul benjolan disekitar alat kelamin. b. Tidak melakukan hubungan Hubungan seksual pada
g. Trichomonas Vaginalis seksual di luar nikah (pacaran, remaja meningkatkan
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital kerentanan terhadap
perzinahan)
yang dapat bersifat akut atau kronik dan disebabkan
c. Tidak melakukan perilaku seksual menyimpang infeksi menular seksual
oleh trichomonas Vaginalis. Trikomoniasis lebih banyak
(termasuk praktek LGBT (Lesbian, Gay, dikalangan remaja. PMS adalah satu di antara
terjadi pada masa remaja dan dewasa dengan
Biseksual dan Transgender) serta perzinahan faktor-faktor penting yang meningkatkan
berhubungan seks yang aktif pada wanita maupun pria.
d. Tidak berganti-ganti pasangan seksual. penularan HIV. Apabila tidak ada kebijakan yang
h. Ulkus Molle
Ulkus molle adalah penyakit menular seksual e. Tidak melakukan hubungan seksual dengan tepat dalam memerangi PMS, maka mengurangi
(PMS) yang akut, ulseratif, dan biasanya berlokasi penderita PMS penularan HIV akan menjadi sulit. Strategi utama
digenitalia atau anus dan sering disertai f. Tidak Melakukan Aktivitas Anal sex dan Oral untuk mengontrol PMS adalah melalui
pembesaran kelenjar didaerah inguinal. sex meningkatkan Program Pencegahan.
i. AIDS-HIV g. Menggunakan kondom Terima kasih....
AIDS atau Acquered Imunne Deficiency
sebagai alat kontrasepsi
Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit
h. Mencari lingkungan bergaul
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh
yang baik dan kondusif
virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency
Virus).
83
Lampiran 8
Pre
1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 17
2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 17
3 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 18
4 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 17
5 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 16
6 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 19
7 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 16
8 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 17
9 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 17
10 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 18
84
11 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 16
12 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 16
13 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 17
14 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 17
15 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 17
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 16
17 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 16
18 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 19
19 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 16
20 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 17
21 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 16
22 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 18
23 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 15
24 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 19
25 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 18
85
26 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 17
27 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 16
28 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 17
29 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 18
30 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 16
31 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 19
32 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 18
33 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 17
34 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 18
35 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 16
36 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 17
37 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 17
38 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 18
39 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 16
40 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 17
86
MASTER TABEL POST-TEST
POST
1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 27
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 27
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 27
5 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 25
6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
7 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 26
8 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 27
9 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 27
87
10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
11 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 26
12 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 26
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 27
14 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 27
15 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 27
16 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 26
17 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 26
18 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
19 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 26
20 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 27
21 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 26
22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
23 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 25
24 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
88
25 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
26 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 27
27 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 26
28 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 27
29 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
30 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 26
31 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27
32 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27
33 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 26
34 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 26
35 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 24
36 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 26
37 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 26
38 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28
39 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 26
89
40 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 27
90
Lampiran 9
Cases
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
55
PENGOLAHAN DATA UNIVARIAT
Jenis Kelamin
umur responden
56
PENGOLAHAN DATA BIVARIAT
Ranks
Total 40
Descriptive Statistics
a
Test Statistics
pengetahuan
setelah -
pengetahuan
sebelum
b
Z -5.731
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
57
58
59
60
61
62
63
40
41
42
43