Anda di halaman 1dari 26

Case

MANAJEMEN ANESTESI APENDISITIS


PADA PASIEN HAMIL

Oleh:
Mahdi Arif Prasetya, S.Ked
NIM : 712019042

Pembimbing:
dr. Rizki Novianti Dani, Sp. An

SMF ILMU ANESTESI


RUMAH SAKIT PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Oleh
Mahdi Arif Prasetya, S.Ked
712019042

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Anestesi Rumah Sakit Palembang Bari Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Juli 2020


Pembimbing,

dr. Rizki Novianti Dani, Sp. An

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan kasus yang berjudul
“Manajemen Anestesi Apendisitis Pada Pasien Hamil ” sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Anestesi Rumah Sakit
Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Rizki Novianti Dani, Sp.An , selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
di bagian Ilmu Anestesi Rumah Sakit Palembang Bari Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang, yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian
laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, Juli 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................3
2.1 Manifestasi.............................................................................................…3
2.1.1 Tanda dan Gejala............................................................................…3
2.2 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................…3
2.2.1 Pemeriksaan Laboratorium...........................................................…3
2.2.2 Pemeriksaan Radiologi...................................................................…3
2.3 Anestesi Pada Ibu Hamil......................................................................…4
2.4 Obat Anestesi untuk Operasi ..............................................................…8
BAB III LAPORAN KASUS .................................................................................10
3.1 Identifikasi................................................................................................10
3.2 Anamnesis.................................................................................................10
3.2.1 Keluhan Utama..................................................................................10
3.2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit...........................................................10
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu..................................................................10
3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga..............................................................11
3.2.5 Riwayat Pengobatan..........................................................................11
3.3 Keadaan Pra-Anestesi..............................................................................11
3.4 Pemeriksaan Fisik Pra-Anestesi.............................................................12
3.5 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................13
3.6 Resume......................................................................................................14
3.7 Laporan Anestesi Pra-Operasi................................................................15
3.7.1 Plannning............................................................................................15
3.7.2 Status Fisik ASA.................................................................................15
3.7.3 Penyulit Pra-Anestesi.........................................................................15
3.7.4 Ceklis Sebelum Induksi.....................................................................15
3.7.5 Teknis Anestesi...................................................................................15
3.7.6 Monitoring..........................................................................................15
3.7.7 Posisi Pasien........................................................................................15
3.7.8 Pra-Medikasi......................................................................................15
3.7.9 Induksi.................................................................................................16
3.7.10 Induksi...............................................................................................16

iv
3.8 Laporan Anestesi Post Operasi...............................................................16
3.8.1 Operasi Berakhir................................................................................16
3.8.2 Intruksi Pasca Bedah.........................................................................17

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................ 18


BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 22

v
BAB I
PENDAHULUAN

Apendisitis merupakan kasus nyeri perut yang sering terjadi dan


membutuhkan pengobatan operasi pada anak-anak dan dewasa di bawah
umur 50 tahun, dengan puncak kejadian pada usia dekade kedua dan
ketiga yaitu usia 10-20 tahun. Apendisitis merupakan kasus emergensi
obstetrik yang paling sering pada wanita hamil, terjadi sering pada
trisemester kedua1.
Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di
negara berkembang. Kejadian ini mungkin disebabkan akibat perubahan
pola makan di Negara berkembang yang banyak mengonsumsi makanan
berserat. Di Amerika Serikat, jumlah kasus apendisitis dilaporkan oleh
lebih dari 40.000 rumah sakit tiap tahunnya. Laki-laki memiliki rasio
tinggi terjadi apendisitis, dengan rasio laki-laki:perempuan yaitu 1,4:1,
dengan resiko seumur hidup apendisitis yaitu pada laki-laki 8.6% dan
6.7% pada perempuan1.
Appendicitis akut merupakan peradangan mendadak pada apendiks
yang disertai dengan rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik appendicitis
adalah nyeri yang samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral
di daerah epigastrium di sekitar umbilicus.keluhan ini ssering diseertai
mual dan kadang ada muntah.3
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
dengan pemeriksaan laboratorium, USG, laparoskopi, dan CT scan.
Tingkat akurasi diagnosis apendisitis akut berkisar 76-92%.3
Anestesi umum adalah tindakan anestesi dengan kondisi diinduksi
obat, yang disertai hilangnya kesadaran, amnesia, analgesia dan bersifat
pulih kembali atau reversible dengan stabilitas sistem saraf otonom,
kardiovaskular, respirasi dan termoregulasi secara bersamaan.2

1
Setiap tindakan pembedahan memerlukan tatalaksana anastesi yang
tepat, termasuk dalam tindakan apendiktomi kasus apendisitis akut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka tatalaksana
anestesi pada apendiktomi kasus apendisitis akut penting untuk dibahas
dalam suatu kajian ilmiah dalam bentuk laporan kasus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manifestasi Klinis Apendisitis


2.1.1 Tanda dan Gejala
Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut.
Ini terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi
pada seluruh saluran cerna, sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh
perut. Muntah atau rangsangan viseral akibat aktivasi nervus vagus.
Obstipasi karena penderita takut untuk mengejan. Panas akibat infeksi akut
jika timbul komplikasi. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi,
antara 37,5-38,5 C tetapi jika suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi
perforasi.4
Pada kehamilan, keluhan utama appendicitis adalah nyeri perut,
mual dan muntah. Hal ini perlu dicermati karena pada kehamilan trimester
pertama sering juga terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut,
sekum dan appendiks terdorong ke craniolateral sehingga keluhan tidak
dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih di region lumbal kanan.3

2
Pada pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi di dapat penderita
berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung
bila terjadi perforasi, dan penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat
pada apendikuler abses.4
Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah adalah:
1.Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda
kunci diagnosis.
2.Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound tenderness
(nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat
tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan
penekanan perlahan dan dalam di titik Mc. Burney.
3.Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang
menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal.
4.Rovsing sign(+)adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabila
dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan
oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi
yang berlawanan.
5.Psoas sign (+) terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
peradangan yang terjadi pada apendiks.
6.Obturator sign(+)adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut
difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal
tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah
hipogastrium.4
Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok pada auskultasi akan
terdapat peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena
peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata. Auskultasi tidak
banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau
sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltic usus. Pada
pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) akan terdapat nyeri pada jam 9-
12.4

3
Tabel 2.1 Gambaran klinis apendisitis akut berdasarkan skor Alvarado. 5
Tabel Skor Alvarado Skor
Gejala Klinis
Nyeri perut yang berpindah ke 1
kanan bawah
Nafsu makan menurun 1
Mual dan atau muntah 1
Tanda Klinis
Nyeri lepas Mc. Burney 1
Nyeri tekan pada titik Mc. Burney 2
Demam (suhu > 37,2° C) 1
Pemeriksaan Laboratoris
Leukositosis (leukosit > l 0.000/ml) 2
Shift to the left (neutrofil > 75%) 1
TOTAL 10
Sumber : www.alvarado score for appendicitis.co.id

Interpretasi:
Skor 7-10 = apendisitis akut,
Skor 5-6 = curiga apendisitis akut,
Skor l-4 = bukan apendisitis akut.

2.2 Pemeriksaan Penunjang


2.2.1 Peneriksaan Laboratorium
a. Hitung jenis leukosit dengan hasil leukositosis.
b. Pemeriksaan urindengan hasil sedimendapat normal atau terdapat
leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang
meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan leukosit
meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh
terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut
dan perforasiakan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi. Hb
(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat
pada keadaan apendisitis infiltrat. Urinrutin penting untuk melihat
apakah terdapatinfeksi pada ginjal.6
2.2.2 Pemeriksaan Radiologi
a. Pendikogram
Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras
BaS04serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3

4
secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-
10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil
apendikogram dibaca oleh dokter spesialis radiologi.6
b. Ultrasonografi (USG)
USG dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah.Abses
subdiafragma harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal,
atau efusi pleura.6

2.3 Anestesi pada ibu hamil


Anestesi pada Trimester Pertama
Setelah 6-8 minggu kehamilan, jantung, hemodinamik,
pernafasan, parameter metabolik dan farmakologis yang jauh berubah.
Dengan peningkatan ventilasi menit dan konsumsi oksigen dan penurunan
dalam cadangan oksigen (penurunan kapasitas residu fungsional dan
volume residu), wanita hamil menjadi lebih cepat hypoxaemic. Oksigen
harus selalu diberikan selama periode rentan untuk mempertahankan
oksigenasi.7
Manajemen jalan napas oleh masker wajah, masker laring atau
intubasi trakea bisa secara teknis sulit karena diameter anteroposterior
dinding dada meningkat, pembesaran payudara, edema laring dan berat
badan mempengaruhi jaringan lunak leher. Canul nasal harus dihindari
dalam kehamilan karena peningkatan vaskularisasi selaput lendir.
Penurunan konsentrasi cholinesterase plasma sebanyak 30% secara teori
menyebabkan succinylcholine, anestesi lokal ester memiliki efek yang
lebih lama.7
Kehamilan berhubungan dengan persyaratan anestesi yang lebih
rendah, meskipun mekanisme ini tidak diketahui. Konsentrasi minimum
alveolar (MAC) untuk anestesi inhalasi berkurang sebesar 30% sedini 8-12
minggu kehamilan. Obat IV yang menginduksi anestesi umum juga harus
diberikan dalam dosis yang lebih rendah. 7
Kesejahteraan janin harus dinilai oleh USG atau Doppler sebelum
dan setelah anestesi dan pembedahan. Karena peningkatan risiko
hipoksemia, kesulitan dengan intubasi, aspirasi asam dan risiko bagi janin,

5
anestesi regional lebih dipilih dari anestesi umum jika keadaan
memungkinkan.7
Anestesi pada trimester kedua
Kompresi Aortocaval adalah bahaya yang paling ditakutkan pada
operasi ibu hamil dengan usia gestasi lebih dari 20 minggu. Karena berat
uterus dapat mendesak vena inferior yang mengakibatkan penurunan aliran
vena dan cardiac output. Sehingga mengakibatkan penurunan aliran darah
uterus-plasenta. Hal ini y dapat terjadi pada bebepa wanita hamil dengan
posisi telentang. Biasanya keadaan ini dapat dikompensasi dengan
vasokontriksi dan takikardi pada ekstremitas atas. Efek ini dapat
diperburuk oleh regional atau anestesi umum ketika mekanisme
kompensasi normal dilemahkan atau dihapuskan. Aortocaval kompresi
dapat dihindari dengan menggunakan posisi lateral. Hal ini juga dapat
dikurangi dengan perpindahan rahim melalui wedging atau perpindahan
manual.7
Kehamilan berhubungan dengan keadaan hiperkoagulasi karena
peningkatan pro-koagulan faktor. Insiden komplikasi tromboembolik
setidaknya lima kali lebih besar selama kehamilan; tromboprofilaksis
sangat penting.7
Anestesi untuk trimester ketiga
Pada usia kehamilan ini, melahirkan melalui operasi caesar
sebelum operasi utama adalah sering dianjurkan. Bila memungkinkan,
operasi harus ditunda 48 jam untuk memungkinkan terapi steroid untuk
meningkatkan pematangan paru janin. Mungkin lebih tepat untuk
melahirkan bayi dengan anestesi regional, kemudian dikonversi ke
anestesi umum untuk operasi definitif. Anestesi pasca persalinan harus
disesuaikan dengan persyaratan bedah, dengan tindakan pencegahan
bahwa agen-agen volatil harus dihentikan atau digunakan hanya dalam
dosis kecil (<0,5 MAC) bersama dengan oxytocics untuk meminimalkan
risiko atonia uteri dan perdarahan.7
Bedah, stres dan anestesi dapat menekan laktasi, setidaknya untuk
sementara. Kebanyakan obat diekskresikan ke dalam ASI, namun, hanya

6
sedikit yang benar-benar dikontraindikasikan selama menyusui (zat
radioaktif misalnya, ergotamine, lithium, agen psikotropika.7

2.4 Obat anestesi untuk operasi non obstetrik pada ibu hamil
Anestesi inhalasi
Konsentrasi klinis dari anestetik volatile memiliki efek seluler yang
luas, namun sejauh ini, tidak terdapat data klinis dari aksi seluler tersebut
terhadap teratogenisitas. Bukti terkini menunjukkan bahwa walaupun
nitric oxide (NO) memengaruhi produksi DNA, NO tidak mempengaruhi
keluaran janin setelah pemaparan pada ibu. Sevoflurane dan Desflurane
dianggap produk yang aman. Tidak ada efek teratogenik yang terobservasi
pada penelitian terhadap hewan. Walaupun belum banyak studi yang
dilakukan pada wanita hamil, tidak ada temuan teratogenik yang
dilaporkan pada manusia disamping penggunaan produk ini di seluruh
dunia.8
Agen induksi
Propofol, etomidate, thiopental atau ketamine tidak diketahui
sebagai teratogen pada dosis klinis efektif. Namun ketamine dapat
menyebabkan kontraksi uterus pada awal kehamilan dan sebaiknya
dihindari.8
Analgesik
Beberapa laporan kasus menunjukkan bahwa aman untuk
menggunakan opioid sebagai pereda nyeri akut dan kronik. Parasetamol
dapat digunakan tanpa membahayakan janin yang berkembang bila tidak
melebihi dosis harian 60 mg/kg. NSAID dapat menyebabkan konstriksi
prematur dari duktus arteriosus sehingga kontraindikasi pada kehamilan
lanjut. Efek teratogenik relatif sedikit diketahui. Namun, penelitian oleh
Ericson dan Kallen mengatakan bahwa penggunaan dini dari NSAID tidak
meningkatkan tingkat malformasi total. Penggunaan NSAID pada
trimester awal dihubungkan dengan defek jantung yang ringan, yaitu defek
septum ventrikel atau atria, atau kombinasi keduanya.8

7
Agen blokade neuromuskular
Relaksan otot depolarisasi dan non depolarisasi yang umum
digunakan tidak mencapai sirkulasi janin dalam jumlah klinis yang
signifikan. Obat tersebut larut air, bermuatan positif dan memiliki berat
molekul tinggi, menjaga untuk tidak menembus plasenta.8
Anestetik lokal
Anestesi spinal memiliki efek transfer plasenta paling sedikit dari
derajat anestesi yang ditimbulkan. Epidural atau blokade pleksus
menyebabkan jumlah yang tinggi dalam darah dengan demikian memiliki
pemaparan lebih terhadap janin. Untuk konsentrasi klinis dari anestetik
lokal, tidak terdapat indikasi teratogenik pada manusia.8

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identifikasi
Nama : Ny. S
No RM : 50.10.13
Tanggal lahir : 23 Juli 1987
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal MRS : 20 Mei 2020

3.2 Anamnesis ( Alloanamnesis) tanggal 20 Mei 2020

8
3.2.1 Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah

3.2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit


Os datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut awalnya dirasakan di perut kanan
atas lalu menjalar keperut kanan bawah, nyeri dirasakan terus menerus dan
terasa seperti ditusuk-tusuk dan semakin lama semakin memberat, nyeri
semakin terasa ketika perut Os ditekan atau Os sedang melakukan aktivitas
seperti berjalan, namun nyeri berkurang ketika Os beristirahat. Skala nyeri
8. Os mengaku sedang hamil 20 minggu. Keluhan nyeri disertai rasa mual
dan muntah sebanyak 3 kali. os mengaku sedang hamil anak ketiga, anak
pertama dan kedua lahir normal.

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


1 Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal
2 Riwayat hipertensi disangkal
3 Riwayat penyakit ginjal disangkal
4 Riwayat alergi makanan disangkal
5 Riwayat operasi disangkal
6 Riwayat alergi obat disangkal
7 Riwayat diabetes mellitus disangkal

3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


1 Riwayat penyakit ginjal disangkal
2 Riwayat alergi makanan disangkal
3 Riwayat diabetes mellitus disangkal
4 Riwayat hipertensi disangkal
5 Riwayat asma disangkal
6 Riwayat operasi disangkal
7 Riwayat alergi obat disangkal

3.2.5 Riwayat Pengobatan

9
Tidak ada

3.3 Keadaan Pra Anestesi


Kesadaran : Composmentis
Tanda vital
BB : 85 kg
TB : 170 cm
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernapasan : 24 kali/menit
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36,5˚C
SpO2 : 98%
Airway
 Tidak ada sumbatan jalan nafas.
 Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
 Respiratory Rate : 24 x/menit
 Penilaian LEMON

L (Look) : Trauma fasialis (-)


E (Evaluation) : Jarak antar gigi incisivus >3jari

Jarak hyoid mental >3 jari


Jarak thyromental >2 jari
M (mallampati Score) : 1
O (Obstruction) : Tidak terdapat sumbatan.
N (Neck Mobility) : Mobilitas maksimal (+)
Breathing
 Suara napas vesikuler
 Tidak terdapat retraksi iga
 Tidak menggunakan otot-otot bantu pernapasan
Circulation
 Akral hangat
 Heart Rate 100 kali/menit, tegangan volume kuat dan cepat.

10
 Capillarity refill time (CRT) < 2 detik
 Konjungtiva tidak anemis.
Disability : GCS 4 (E:4 V:5 M: 6).
Exposure : Pasien diselimuti

3.4 Pemeriksaan Fisik Pra Anestesi


Kepala
 Normocephali
 Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Reflek cahaya (+/+), Pupil isokor (+/+).
 Telinga : Discharge (-/-)
 Hidung : Sekret, darah (-)
 Mulut : Bentuk normal, Mukosa bibir pucat (-) sianosis (-)
atrofi papil lidah (-).
 Leher : Deviasi trakea (-) deformitas (-), JVP 5-2 cmH 2O,
Pembesaran KGB (-)
Thoraks
 Paru: Bentuk normal, simetris saat inspirasi dab ekspirasi, stem
fremitus belum dapat di nilai, suara sonor, vesikuler (+) normal,
ronkhi (-), wheezing (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-).
 Jantung: Pulsasi iktus kordis tak tampak, pulsasi iktus kordis
teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra, BJ I-II normal,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Perut tampak cembung, TFU 1 jari dibawah umbilicus, BU (+)
normal. Nyeri tekan pada regio ilika dextra
Ekstremitas
 Akral hangat, pucat (-), CRT < 2 detik, edema (-)

3.5 Pemeriksaan Penunjang Pra-Anestesi


a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Nilai Satuan Nilai Rujukan Kesan

11
Pemeriksaa
n
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.7 g/dL 11.4-15.1 Normal
106/m
Eritrosit 4.5 4.0 – 5.0 Normal
m3
103/m
Leukosit 12 4,7-11,3 Leukositosis
m3
Hematokrit 37 % 38 - 42 Normal
103/m
Trombosit 160 150 – 400 Normal
m3
MCV 78.40 fL 80 – 93 Normal
MCH 26.80 Pg 27 – 31 Normal
MCHC 34.10 gr% 32 – 36 Normal
RDW 14.00 % 11,5 - 14,5 Normal
Hitung Jenis
Basophil 0 % 0-1 Normal
Eosinophil 1 % 1-3 Normal
Batang 3 % 2-6 Normal
Segmen 42 % 50-70 Normal
Limfosit 47 % 20-40 Limfositosis
Monosit 5 % 2-8 Normal
Faal Hemostasis
Masa
3 Detik 11.8 Normal
Perdarahan
GDS 150 Mg/L <180 Normal
Waktu
4
pembekuan
Golongan
O
darah
HBsAg Negatif

b. Pemeriksaan Radiologi (USG)


 Kesan : Hamil 20 minggu
 Appendisitis akut

3.6 Resume

12
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penujang
diatas, maka :
 Diagnosis klinis : G3P2A0 hamil 20 minggu dengan
appendisitis akut
 Diagnosis Anestesi : ASA 1
 Rencana operasi : Appendektomi
 Rencana Anestesi : General Anastesi dengan ETT
 Puasa : Mulai jam 07.00

3.7 Laporan anestesi Pre-Operasi


3.7.1 Planning
 Tanggal mulai anestesi : 21 Juli 2020, pukul 14:00 WIB
 Lama anestesi : 30 menit
 Lama operasi : 45 menit
 Jenis pembedahan : Apendiktomi

3.7.2 Status Fisik ASA


ASA 1

3.7.3 Penyulit Pre-Anestesi


Tidak ada

3.7.4 Ceklis Sebelum Induksi


- Izin operasi :+
- Cek mesin anestesi :+
- Check suction unit :+
- Persiapan obat-obatan : +
-
3.7.5 Teknik Anestesi
General Anastesi dengan ETT

13
3.7.6 Monitoring
SpO2 :+
TD :+
HR :+

3.7.7 Posisi Pasien


Terlentang

3.7.8 Premedikasi
Ondasentron 8.5 mg

3.7.9 Induksi
Intravena :
 Propofol : 170 mg injeksi
 Fentanyl : 170 mcg
 Atracurium : 42,5 mg
Inhalasi :
 Sevoflurane 20%
 Isoflurane 20%

3.7.10 Antibiotik Pilihan


 Cefriaxone

3.8 Laporan anestesi Post-Operasi


3.8.1 Operasi berakhir
Pukul 14.45 WIB
Keluhan: mual (-), muntah (-), pusing (-), nyeri (-)
Pemeriksaan fisik:
 B1: airway paten, nafas spontan, RR 20x/menit, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
 B2: akral hangat, kering, kemerahan, N:90x/menit, TD 120/80
mmHg, BJ S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-) SpO2 : 98%

14
 B3: GCS 4 (E:4 V:5 M: 6), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/
+)
 B4: terpasang kateter 16F, urine warna kuning jernih (+),
produksi urin 100 cc.
 B5: flat, soefl, bising usus (+), luka operasi bersih.
 B6: mobilitas (-), mampu menggerakkan keempat ekstremitas
secara spontan, edema (-/-), sianosis (-/-), anemis (-/-), ikterik
(-/-), CRT<2 detik

Aldrete Score : 10
1. Sirkulasi :2
2. Kesadaran :2
3. Oksigenasi :2
4. Warna Kulit :2
5. Aktivitas :2
* Score min 8 boleh pindah ruangan
 Pasien boleh dipindahkan keruangan

3.8.2 Instruksi Pasca Bedah


Bila kesakitan : Sesuai instruksi dokter
Bila mual/muntah : Sesuai instruksi dokter
Antibiotik : Sesuai instruksi dokter
Obat-obatan lain : Sesuai instruksi dokter
Infus : Sesuai instruksi dokter
Minum : Sesuai instruksi dokter
Pemantauan Tanda Vital dan GCS :Tiap 60 menit selama 24 jam

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien, Ny. S, 33 tahun diantar ke ruang operasi untuk menjalani


appendektomi dengan diagnosis pre operatif appendisitis akut. Dari
anamnesis diketahui bahwa pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah
seperti ditusuk-tusuk dan semakin memberat ketika melakukan aktifitas
sejak 5 hari sebelum Ny. S masuk ke rumah sakit. Ny.S mengaku sedang
hamil anak ketiga dengan usia kehamilan 20 minggu. Menjelang operasi,
kesadaran Ny.S masih baik. Ny.S juga dipuasakan selama 6 jam sebelum
dilakukannya apendiktomi dan telah dilakukan pemeriksaan hematologi
dan USG untuk menegakan diagnosis. Dari proses preoperatif yang telah
dilakukan didapatkan pada anamnesis dengan keluarga bahwa kesadaran
pasien baik dan dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah: 120/80
mmHg, nadi: 100x/menit, suhu: 36,5˚C, pernapasan 24x/menit, SpO2 98%.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik disimpulkan bahwa pasien
masuk dalam ASA 1.
ASA 1 menunjukkan bahwa pasien sehat dan normal tidak ada
kelainan sistemik yang berpengaruh terhadap kondisi pasien.
Penatalaksanaan appendisitis akut meliputi tindakan operatif
appendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi
yang tidak di inginkan.

Tabel 2 Klasifikasi ASA.12


Kelas I Pasien sehat tanpa kelainan organik, biokimia,
atau psikiatri.
Kelas II Pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai
sedang, tanpa limitasi aktivitas sehari-hari.

16
Kelas III Pasien dengan penyakit sistemik berat, yang
membatasi aktivitas normal.
Kelas IV Pasien dengan penyakit berat yang mengancam
nyawa dengan maupun tanpa operasi.
Kelas V Pasien sekarat yang memiliki harapan hidup kecil
tapi tetap dilakukan operasi sebagai upaya
resusitasi.
Kelas VI Pasien dengan kematian batang otak yang organ
tubuhnya akan diambil untuk tujuan donor
E Operasi emergensi, statusnya mengikuti kelas I –
VI diatas.

Operasi dilakukan tanggal 21 Juli 2020 Pukul 14.00 WIB. Setelah


dilakukan pemasangan NIBP dan O2 didapatkan TD : 120/80 mmHg, Nadi
100x/menit, dan SpO2 98%. Pada kasus ini pasien diberikan premedikasi
berupa Ondansentrone.dengan dosis 0.1 mg/kgBB, sehingga pada kasus
ini pemberian ondansentrone 8.5 mg. Premedikasi diberikan dengan tujuan
untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi.
Ondansentrone merupakan antagonis selektif reseptor 5-HT3 memiliki sifat
antiemetic kuat yang diperantarai sebagian melalui blockade reseptor 5-
HT3 sentral di pusat muntah.
Pada tahap awal induksi anestesi pasien diberikan injeksi IV
Propofol. Larutan propofol tampak putih susu agak kental, memiliki pH 7,
dengan konsentrasi propofol 1% (10mg/dL). Propofol memiliki efek
hipnotik melalui potensiasi efek neurotransmiter inhibitorik GABAA,
dimana propofol berikatan dengan subunit beta dari reseptor postsinaptik
GABAA, menyebabkan arus masuk ion klorida yang menghiperpolarisasi
membran postsinaptik dan menghambat depolarisasi neuronal. Dosis
pemberian propofol 1-2,5mg/kgBB IV. Pada kasus ini 2x 85kg = 170 mg.8
Fentanyl merupakan opioid sintetik kuat, mirip dengan morfin
namun memiliki efek analgesia yang lebih besar. Molekul fentanyl
menargetkan subclass sistem reseptor opioid dalam tubuh, yang banyak
terdapat pada otak dalam struktur neuroanatomis khusus, yang mengontrol
emosi, nyeri, dan reward. Efek pada saraf pusat yaitu analgesia, euforia,
mengantuk, depresi pernapasan, penekan batuk, miosis, rigiditas tunkus,

17
mual dan muntah. pemberian fentanyl iv dengan dosis2-50 mcg/kgBB.
Pada kasus 2x85 kg = 170 mcg.9
Ceftriaxone merupakan antibiotik beta laktam sefalosporin
berspektrum luas yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri.
Antibiotik pilihan pada kasus apendisitis akut yaitu Cefriaxone dengan
Dosis 1x1-2 g iv per hari.13
Atracurium Besylate merupakan pelemas otot skeletal non
depolarisasi untuk memfasilitasi intubasi endotrakea pada anestesi umum.
Merupakan antagonis kompetitif dari subunit alfa dari reseptor nikotinik
postsinaptik pada neuromuscular junction. Berkompetisi dengan
asetilkolin pada tempat ikatannya. Dosis 0,5 mg/kg, sehingga pada kasus
0,5 x 85= 42,5mg.11
Anestesi inhalasi Isoflurance 20% dan Sevoflrane 20%. isoflurane
merupakan agen anestetik volatile untuk induksi dan maintenance dari
anestesi umum. Mekerja melalui inhibisi kanal ion neurotransmitter
GABA, glisin, dan NMDA pada sistem saraf pusat menghasilkan efek
amnesia dan sedasi.10 Sevoflurane memiliki mekanisme yang mirip dengan
Isoflurane.10
Untuk menjamin jalan napas pasien selama tidak sadar, maka
dilakukan pemasangan endotrakeal tube no. 7.5 dan oropharyngeal airway
no.2 dipilih manajemen jalan napas dengan endotrakeal tube karena
pertimbangan operasi yang lama.
Evaluasi post operatif dilakukan pemantauan terhadap pasien, dan
tidak didapatkan keluhan. Selama di PACU (Post Anesthesy Care Unit)
pasien cukup stabil dengan Aldrete Score bernilai 10 dan tidak terdapat
score 0, sehingga pasien dapat dipindahkan ke ruang rawat biasa.

18
BAB V
KESIMPULAN

1. Jenis anestesi yang digunakan pada kasus ini yaitu general anestesi dengan
menggunakan ETT.

2. Obat-obatan premedikasi yang diberikan berupa ondensentron dan untuk


obat anestesi diberikan propofol, fentanyl, atracurium. Obat anestesi
inhalasi diberikan Sevofluran dan Isofluran. Adapun antibiotik pilihan
pada kasus apendisitis akut yaitu cefriaxone untuk mengatasi infeksi pada
kasus ini.

3. Setelah operasi pasien dirawat di bangsal perawatan bedah untuk


dimonitoring stabilitas sampai pasien pulih kembali.

4. Pada laporan kasus ini penatalaksanaan anestesi umum pada operasi


appendektomi pasien G3P2A0 hamil 20 minggu dengan appendicitis akut.

5. Dalam kasus ini selama operasi berlangsung dengan lancar tanpa


hambatan sehingga meminimalisir komplikasi yang akan terjadi pada
pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Cole MA, Maldonado N. Emergency Medicine Practice: Evidence-Based


Management of Suspected Appendicitis In The Emergency Department
Vol.13 Number 10. 2011:1-32
2. Morgan & Mikhail’s. Clinical Anesthesiology. 6 th ed., Lane Medical
Books/MsGraw Hill, New York, 2018
3. Sjamsuhidajat, R., De Jong. (2017) Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
4. Departemen Bedah UGM, 2010,’ Apendik,’ Diakses pada tanggal 2 April
2011, dari http://www.bedahugm.net/tag/appendix
5. McKay R, Sepherd J; The use of the clinical scoring system by Alvarado
in the decision to perform Am J Emerg Med. 2007 Jun;25(5):489-93
6. Penfold, Deena J, Benedict C dan Kelly J. 2008. Geographic Disparities In
The Risk Of Perforated Appendicitis Among Children In Ohio.
International Journal Of Health Geographics. Columbus: Biomed
Central,56(7).
7. Allaert. S. E. G., Carlier S. P. K., Weyne L. P. G., Vertommen. D. J.,
Dutre. P. E. I., Desmet. M. B. 2007. First trimester anesthesia exposure
and fetal outcome. A review. Acta Anaesth. Belg. 2007. 58, 119-123.
8. Sahinovic, M. M., Struys, M., & Absalom, A. R. (2018). Clinical
Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of Propofol. Clinical
pharmacokinetics, 57(12), 1539–1558. https://doi.org/10.1007/s40262-
018-0672-3
9. Ramos-Matos CF, Bistas KG, Lopez-Ojeda W. Fentanyl. [Updated 2020
Apr 13]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls

20
Publishing; 2020Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459275/
10. Hawkley TF, Preston M, Maani CV. Isoflurane. [Updated 2020 May 25].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532957/
11. Mahmoodi AN, Kim PY. Ketorolac. [Updated 2020 May 24]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545172/
12. Barash, P. G., Cullen, B. F., Stoelting, R. K., Cahalan, M. K., Stock, M. C.
2009. Handbook of Clinical Anesthesia. 6th edition. USA: Lippincott
Williams & Wilkins
13. National Center for Biotechnology Information. PubChem Database.
Ceftriaxone,CID=5479530,https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/C
eftriaxone (accessed on July 16, 2020)

21

Anda mungkin juga menyukai