Oleh:
Mahdi Arif Prasetya, S.Ked
NIM : 712019042
Pembimbing:
dr. Rizki Novianti Dani, Sp. An
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Oleh
Mahdi Arif Prasetya, S.Ked
712019042
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Anestesi Rumah Sakit Palembang Bari Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan kasus yang berjudul
“Manajemen Anestesi Apendisitis Pada Pasien Hamil ” sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Anestesi Rumah Sakit
Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Rizki Novianti Dani, Sp.An , selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
di bagian Ilmu Anestesi Rumah Sakit Palembang Bari Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang, yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian
laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.8 Laporan Anestesi Post Operasi...............................................................16
3.8.1 Operasi Berakhir................................................................................16
3.8.2 Intruksi Pasca Bedah.........................................................................17
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Setiap tindakan pembedahan memerlukan tatalaksana anastesi yang
tepat, termasuk dalam tindakan apendiktomi kasus apendisitis akut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka tatalaksana
anestesi pada apendiktomi kasus apendisitis akut penting untuk dibahas
dalam suatu kajian ilmiah dalam bentuk laporan kasus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Pada pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi di dapat penderita
berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung
bila terjadi perforasi, dan penonjolan perut bagian kanan bawah terlihat
pada apendikuler abses.4
Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah adalah:
1.Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan
kuadran kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda
kunci diagnosis.
2.Nyeri lepas (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound tenderness
(nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah saat
tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan
penekanan perlahan dan dalam di titik Mc. Burney.
3.Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang
menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal.
4.Rovsing sign(+)adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah apabila
dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan
oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi
yang berlawanan.
5.Psoas sign (+) terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh
peradangan yang terjadi pada apendiks.
6.Obturator sign(+)adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut
difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal
tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah
hipogastrium.4
Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok pada auskultasi akan
terdapat peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena
peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata. Auskultasi tidak
banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau
sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltic usus. Pada
pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher) akan terdapat nyeri pada jam 9-
12.4
3
Tabel 2.1 Gambaran klinis apendisitis akut berdasarkan skor Alvarado. 5
Tabel Skor Alvarado Skor
Gejala Klinis
Nyeri perut yang berpindah ke 1
kanan bawah
Nafsu makan menurun 1
Mual dan atau muntah 1
Tanda Klinis
Nyeri lepas Mc. Burney 1
Nyeri tekan pada titik Mc. Burney 2
Demam (suhu > 37,2° C) 1
Pemeriksaan Laboratoris
Leukositosis (leukosit > l 0.000/ml) 2
Shift to the left (neutrofil > 75%) 1
TOTAL 10
Sumber : www.alvarado score for appendicitis.co.id
Interpretasi:
Skor 7-10 = apendisitis akut,
Skor 5-6 = curiga apendisitis akut,
Skor l-4 = bukan apendisitis akut.
4
secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-
10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil
apendikogram dibaca oleh dokter spesialis radiologi.6
b. Ultrasonografi (USG)
USG dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah.Abses
subdiafragma harus dibedakan dengan abses hati, pneumonia basal,
atau efusi pleura.6
5
anestesi regional lebih dipilih dari anestesi umum jika keadaan
memungkinkan.7
Anestesi pada trimester kedua
Kompresi Aortocaval adalah bahaya yang paling ditakutkan pada
operasi ibu hamil dengan usia gestasi lebih dari 20 minggu. Karena berat
uterus dapat mendesak vena inferior yang mengakibatkan penurunan aliran
vena dan cardiac output. Sehingga mengakibatkan penurunan aliran darah
uterus-plasenta. Hal ini y dapat terjadi pada bebepa wanita hamil dengan
posisi telentang. Biasanya keadaan ini dapat dikompensasi dengan
vasokontriksi dan takikardi pada ekstremitas atas. Efek ini dapat
diperburuk oleh regional atau anestesi umum ketika mekanisme
kompensasi normal dilemahkan atau dihapuskan. Aortocaval kompresi
dapat dihindari dengan menggunakan posisi lateral. Hal ini juga dapat
dikurangi dengan perpindahan rahim melalui wedging atau perpindahan
manual.7
Kehamilan berhubungan dengan keadaan hiperkoagulasi karena
peningkatan pro-koagulan faktor. Insiden komplikasi tromboembolik
setidaknya lima kali lebih besar selama kehamilan; tromboprofilaksis
sangat penting.7
Anestesi untuk trimester ketiga
Pada usia kehamilan ini, melahirkan melalui operasi caesar
sebelum operasi utama adalah sering dianjurkan. Bila memungkinkan,
operasi harus ditunda 48 jam untuk memungkinkan terapi steroid untuk
meningkatkan pematangan paru janin. Mungkin lebih tepat untuk
melahirkan bayi dengan anestesi regional, kemudian dikonversi ke
anestesi umum untuk operasi definitif. Anestesi pasca persalinan harus
disesuaikan dengan persyaratan bedah, dengan tindakan pencegahan
bahwa agen-agen volatil harus dihentikan atau digunakan hanya dalam
dosis kecil (<0,5 MAC) bersama dengan oxytocics untuk meminimalkan
risiko atonia uteri dan perdarahan.7
Bedah, stres dan anestesi dapat menekan laktasi, setidaknya untuk
sementara. Kebanyakan obat diekskresikan ke dalam ASI, namun, hanya
6
sedikit yang benar-benar dikontraindikasikan selama menyusui (zat
radioaktif misalnya, ergotamine, lithium, agen psikotropika.7
2.4 Obat anestesi untuk operasi non obstetrik pada ibu hamil
Anestesi inhalasi
Konsentrasi klinis dari anestetik volatile memiliki efek seluler yang
luas, namun sejauh ini, tidak terdapat data klinis dari aksi seluler tersebut
terhadap teratogenisitas. Bukti terkini menunjukkan bahwa walaupun
nitric oxide (NO) memengaruhi produksi DNA, NO tidak mempengaruhi
keluaran janin setelah pemaparan pada ibu. Sevoflurane dan Desflurane
dianggap produk yang aman. Tidak ada efek teratogenik yang terobservasi
pada penelitian terhadap hewan. Walaupun belum banyak studi yang
dilakukan pada wanita hamil, tidak ada temuan teratogenik yang
dilaporkan pada manusia disamping penggunaan produk ini di seluruh
dunia.8
Agen induksi
Propofol, etomidate, thiopental atau ketamine tidak diketahui
sebagai teratogen pada dosis klinis efektif. Namun ketamine dapat
menyebabkan kontraksi uterus pada awal kehamilan dan sebaiknya
dihindari.8
Analgesik
Beberapa laporan kasus menunjukkan bahwa aman untuk
menggunakan opioid sebagai pereda nyeri akut dan kronik. Parasetamol
dapat digunakan tanpa membahayakan janin yang berkembang bila tidak
melebihi dosis harian 60 mg/kg. NSAID dapat menyebabkan konstriksi
prematur dari duktus arteriosus sehingga kontraindikasi pada kehamilan
lanjut. Efek teratogenik relatif sedikit diketahui. Namun, penelitian oleh
Ericson dan Kallen mengatakan bahwa penggunaan dini dari NSAID tidak
meningkatkan tingkat malformasi total. Penggunaan NSAID pada
trimester awal dihubungkan dengan defek jantung yang ringan, yaitu defek
septum ventrikel atau atria, atau kombinasi keduanya.8
7
Agen blokade neuromuskular
Relaksan otot depolarisasi dan non depolarisasi yang umum
digunakan tidak mencapai sirkulasi janin dalam jumlah klinis yang
signifikan. Obat tersebut larut air, bermuatan positif dan memiliki berat
molekul tinggi, menjaga untuk tidak menembus plasenta.8
Anestetik lokal
Anestesi spinal memiliki efek transfer plasenta paling sedikit dari
derajat anestesi yang ditimbulkan. Epidural atau blokade pleksus
menyebabkan jumlah yang tinggi dalam darah dengan demikian memiliki
pemaparan lebih terhadap janin. Untuk konsentrasi klinis dari anestetik
lokal, tidak terdapat indikasi teratogenik pada manusia.8
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identifikasi
Nama : Ny. S
No RM : 50.10.13
Tanggal lahir : 23 Juli 1987
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal MRS : 20 Mei 2020
8
3.2.1 Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah
9
Tidak ada
10
Capillarity refill time (CRT) < 2 detik
Konjungtiva tidak anemis.
Disability : GCS 4 (E:4 V:5 M: 6).
Exposure : Pasien diselimuti
11
Pemeriksaa
n
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.7 g/dL 11.4-15.1 Normal
106/m
Eritrosit 4.5 4.0 – 5.0 Normal
m3
103/m
Leukosit 12 4,7-11,3 Leukositosis
m3
Hematokrit 37 % 38 - 42 Normal
103/m
Trombosit 160 150 – 400 Normal
m3
MCV 78.40 fL 80 – 93 Normal
MCH 26.80 Pg 27 – 31 Normal
MCHC 34.10 gr% 32 – 36 Normal
RDW 14.00 % 11,5 - 14,5 Normal
Hitung Jenis
Basophil 0 % 0-1 Normal
Eosinophil 1 % 1-3 Normal
Batang 3 % 2-6 Normal
Segmen 42 % 50-70 Normal
Limfosit 47 % 20-40 Limfositosis
Monosit 5 % 2-8 Normal
Faal Hemostasis
Masa
3 Detik 11.8 Normal
Perdarahan
GDS 150 Mg/L <180 Normal
Waktu
4
pembekuan
Golongan
O
darah
HBsAg Negatif
3.6 Resume
12
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penujang
diatas, maka :
Diagnosis klinis : G3P2A0 hamil 20 minggu dengan
appendisitis akut
Diagnosis Anestesi : ASA 1
Rencana operasi : Appendektomi
Rencana Anestesi : General Anastesi dengan ETT
Puasa : Mulai jam 07.00
13
3.7.6 Monitoring
SpO2 :+
TD :+
HR :+
3.7.8 Premedikasi
Ondasentron 8.5 mg
3.7.9 Induksi
Intravena :
Propofol : 170 mg injeksi
Fentanyl : 170 mcg
Atracurium : 42,5 mg
Inhalasi :
Sevoflurane 20%
Isoflurane 20%
14
B3: GCS 4 (E:4 V:5 M: 6), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/
+)
B4: terpasang kateter 16F, urine warna kuning jernih (+),
produksi urin 100 cc.
B5: flat, soefl, bising usus (+), luka operasi bersih.
B6: mobilitas (-), mampu menggerakkan keempat ekstremitas
secara spontan, edema (-/-), sianosis (-/-), anemis (-/-), ikterik
(-/-), CRT<2 detik
Aldrete Score : 10
1. Sirkulasi :2
2. Kesadaran :2
3. Oksigenasi :2
4. Warna Kulit :2
5. Aktivitas :2
* Score min 8 boleh pindah ruangan
Pasien boleh dipindahkan keruangan
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
Kelas III Pasien dengan penyakit sistemik berat, yang
membatasi aktivitas normal.
Kelas IV Pasien dengan penyakit berat yang mengancam
nyawa dengan maupun tanpa operasi.
Kelas V Pasien sekarat yang memiliki harapan hidup kecil
tapi tetap dilakukan operasi sebagai upaya
resusitasi.
Kelas VI Pasien dengan kematian batang otak yang organ
tubuhnya akan diambil untuk tujuan donor
E Operasi emergensi, statusnya mengikuti kelas I –
VI diatas.
17
mual dan muntah. pemberian fentanyl iv dengan dosis2-50 mcg/kgBB.
Pada kasus 2x85 kg = 170 mcg.9
Ceftriaxone merupakan antibiotik beta laktam sefalosporin
berspektrum luas yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri.
Antibiotik pilihan pada kasus apendisitis akut yaitu Cefriaxone dengan
Dosis 1x1-2 g iv per hari.13
Atracurium Besylate merupakan pelemas otot skeletal non
depolarisasi untuk memfasilitasi intubasi endotrakea pada anestesi umum.
Merupakan antagonis kompetitif dari subunit alfa dari reseptor nikotinik
postsinaptik pada neuromuscular junction. Berkompetisi dengan
asetilkolin pada tempat ikatannya. Dosis 0,5 mg/kg, sehingga pada kasus
0,5 x 85= 42,5mg.11
Anestesi inhalasi Isoflurance 20% dan Sevoflrane 20%. isoflurane
merupakan agen anestetik volatile untuk induksi dan maintenance dari
anestesi umum. Mekerja melalui inhibisi kanal ion neurotransmitter
GABA, glisin, dan NMDA pada sistem saraf pusat menghasilkan efek
amnesia dan sedasi.10 Sevoflurane memiliki mekanisme yang mirip dengan
Isoflurane.10
Untuk menjamin jalan napas pasien selama tidak sadar, maka
dilakukan pemasangan endotrakeal tube no. 7.5 dan oropharyngeal airway
no.2 dipilih manajemen jalan napas dengan endotrakeal tube karena
pertimbangan operasi yang lama.
Evaluasi post operatif dilakukan pemantauan terhadap pasien, dan
tidak didapatkan keluhan. Selama di PACU (Post Anesthesy Care Unit)
pasien cukup stabil dengan Aldrete Score bernilai 10 dan tidak terdapat
score 0, sehingga pasien dapat dipindahkan ke ruang rawat biasa.
18
BAB V
KESIMPULAN
1. Jenis anestesi yang digunakan pada kasus ini yaitu general anestesi dengan
menggunakan ETT.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Publishing; 2020Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459275/
10. Hawkley TF, Preston M, Maani CV. Isoflurane. [Updated 2020 May 25].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532957/
11. Mahmoodi AN, Kim PY. Ketorolac. [Updated 2020 May 24]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545172/
12. Barash, P. G., Cullen, B. F., Stoelting, R. K., Cahalan, M. K., Stock, M. C.
2009. Handbook of Clinical Anesthesia. 6th edition. USA: Lippincott
Williams & Wilkins
13. National Center for Biotechnology Information. PubChem Database.
Ceftriaxone,CID=5479530,https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/C
eftriaxone (accessed on July 16, 2020)
21