oleh:
M. Avif Ababil, S.Ked
NIM : 712019024
Pembimbing Klinik:
dr. Isma Yulianti, SP.S
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
judul:
Hemiplegi Dextra Tipe Spastik + Parese N.VII dan N.XII Dextra Tipe Sentral +
Gerak Rangsang Meningeal Positif et causa Subarachnoid Hemmorhagic
Oleh
NIM: 712019024
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di bagian Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah.
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul “Hemiplegi
Dextra Tipe Spastik + Parese N.VII dan N.XII Dextra Tipe Sentral + Gerak
Rangsang Meningeal Positif et causa Subarachnoid“sebagai syarat mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Saraf Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita,
nabi besar Muhammad Shallallahu alaihi wassalam beserta para keluarga, sahabat,
dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di
masa mendatang.
1. Allah subhanahu wata ‘ala, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya
keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr.Isma Yulanti,SP.S selaku pembimbing referat.
Semoga Allah subhanahu wata ‘ala memberikan balasan pahala atas segala amal
yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis. Aamiin.
Palembang,Januari 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH..........................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................53
iv
BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1 Identifikasi
Nama : Ny. Y
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Palembang
Agama : Islam
1.2 Anamnesa
Ny.Y, 50 tahun datang dibawa keluarganya ke IGD RSUD Palembang Bari
tidak bisa berjalan karena mengalami kelumpuhan sesisi tubuh bagian kanan seca
ra tiba-tiba.
Sejak 1 jam SMRS Penderita mengalami kelemahan sesisi tubuh kanan saat
sedang beraktifitas, keluhan terjadi secara tiba tiba tanpa disertai kehilangan kesa
daran. Kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan dirasakan sama berat.
Saat sebelum serangan penderita mengalami sakit kepala hebat, ada mual dan mu
ntah, tanpa disertai kejang dan demam, tanpa disertai gangguan rasa pada sisi
yang lemah.Penderita dapat mengungkapkan isi pikirannya secara tulisan dapat
mengungkapkan secara lisan. Penderita juga masih mengerti isi pikiran orang
lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Saat bicara mulut
penderita mengot dan terdapat pelo saat berbicara.
Saat serangan penderita tidak disertai dada berdebar-debar, sesak tidak ada.
Penderita tidak pernah mengalami nyeri pada tulang panjang, riwayat diabetes
melitus tidak ada, riwayat trauma kepala tidak ada, riwayat kolesterol tidak ada,
riwayat penyakit jantung tidak ada. Penderita tidak merokok dan juga tidak
meminum alcohol. Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang
lalu.
1
Keluhan ini diderita untuk pertama kalinya.
1.3 Pemeriksaan
Status Praesens
Kesadaran : GCS (E4V5M6)
Gizi : Belum Diperiksa
Suhu Badan : 36.5° C
Nadi : 90 x/m reguler
Pernapasan : 24 x/m
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Status Internus
Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anggota Gerak : Akral hangat, pucat (-), edema (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Psikiatrikus
Sikap : Kooperatif Ekspresi Muka : Wajar
Perhatian : Ada Kontak Psikis : Ada
Status Neurologikus
A. Kepala
Bentuk : Brachiocephali
Ukuran : Normochepali
Simetris : Simetris
B. Leher
Sikap : Lurus Deformitas : Tidak ada
2
Torticolis : Tidak ada Tumor : Tidak ada
Kuduk kaku : Tidak Ada (-) Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
Campus visi
3
conjugae
- Gerakan bola Baik ke segala arah Baik ke segala arah
mata
Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Diameter 3 mm 3 mm
- Isokor/anisokor Isokor Isokor
- Midriasis/miosis Normal Normal
- Reflek cahaya
- Langsung Positif Positif
- Konsekuil Positif Positif
- Akomodasi Positif Positif
- Argyl Robetson Negatif Negatif
Motorik
- Mengerutkan dahi Simetris
- Menutup mata Simetris
- Menunjukkan gigi Sudut mulut kanan tertinggal
- Lipatan nasolabialis Bagian kanan datar
- Bentuk muka Asimetris Simetris
- Istirahat Simetris
- Berbicara/bersiul Asimetris
Sensorik
- 2/3 depan lidah Normal
Otonom
- Salivasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Lakrimasi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
- Chvostek sign Negatif Negatif
4
6. N. Cochlearis Kanan Kiri
Kanan Kiri
Arcus pharingeus Simetris Simetris
Uvula Ditengah Ditengah
Gangguan menelan Tidak ada Tidak ada
Suara serak/sengau Tidak Ada Tidak Ada
Denyut jantung BJ I/II normal,reguler
Reflek
- Muntah Normal
- Batuk Normal
- Okulokardiak Normal
- Sinus karotikus Normal
Sensorik
- 1/3 belakang lidah Normal
D. Columna Vertebralis
5
Kyphosis : Tidak ada
6
Reflek patologis
- Babinsky Positif Negatif
- Chaddock Negatif Negatif
- Oppenheim Negatif Negatif
- Gordon Negatif Negatif
- Schaeffer Negatif Negatif
- Rossolimo Negatif Negatif
- Mendel Bechtereyev Negatif Negatif
Reflek kulit perut
- Atas Positif
- Tengah Positif
- Bawah Positif
Trofik Negatif
Pengkuran VAS
7
F. GAMBAR
Hiperrefleks
Keterangan: Hemiparase Dextra Tipe Spastik + Parese Nervus VII &Nervus XII Dextra Tipe
UMN
Kekuatan : 0
Refleks fisiologis:
Hiperrefleks
Hipertonus
8
G. Gejala Rangsang Meningeal
Gait
Hemiplegic : Ada
9
Keseimbangan
I. Gerakan Abnormal
J. Fungsi Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
10
K. Fungsi Luhur
L. Skor Siriraj
Konstanta - 12
11
M. Gajah Mada Skor
Rumus:
12
1.5 Diagnosa
Diagnosa Klinik : Hemiparese Dextra Tipe Spastik + Parese Nervus
VII dan Nervus XII Dextra Tipe Sentral + Gerak
Rangsang Meningeal Positif Et Causa Subarachnoid
Hemorage
Diagnosa Topik : Lesi Hemisferium Serebri Sinistra
1.6 Tatalaksana
Non Farmakologi
Tirah baring, edukasi diet rendah garam,dan fisioterapi.
Farmakologi
-IVFD NaCl gtt 20 x/menit
1.7 Prognosa
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
fisuraparieto-oksipitalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya
ingat verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.
c. Lobusparietalis
LobusParietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di
gyruspostsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan
pendengaran.
d. Lobusoksipitalis
Lobusoksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
dari nervusoptikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain & memori.
e. LobusLimbik
Lobuslimbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi
dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui
pengendalian atas susunan endokrin dan susunan otonom.
15
2. Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Memiliki peran koordinasi
yang penting dalam fungsi motorik yang didasarkan pada informasi
somatosensori yang diterima, inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan
output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang
menerima dan menyampaikan informasi ke bagian lain dari sistem saraf
pusat. Cerebellum merupakan pusat koordinasi untuk keseimbangan dan
tonus otot. Mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal.
Bagian-bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobusmedialis dan
lobusfluccolonodularis.10
16
medullaspinalisdibawahnya. Strukturstruktur fungsional batang otak yang
penting adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara
medullaspinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang
saraf cranial. Secara garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu
mesensefalon, pons dan medullaoblongata.11
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis
dan arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk
circulus willisi. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis
komunis yang berakhir pada arten serebri anterior dan arteri serebri medial. Di
dekat akhir arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri
communicans posterior yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri
posterior. Arteri serebri anterior saling berhubungan melalui arteri
communicans anterior. Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria
subklavia sisi yang sama. Arteria subklavia kanan merupakan cabang dari
17
arteria inominata, sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung
dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum,
setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu
membentuk arten basilaris.12
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus - sinus duramater,
suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater. Sinus
- sinus duramater tidak mempunyai katup dan sebagian besar berbentuk
triangular. Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke dalam sinus
longitudinalis
superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama
adalah vena anastomoticamagna yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis
superior dan vena anastomoticaparva yang mengalir ke dalam sinus transversus.
Vena -vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia. 12
18
Cabang-cabang dari arteri vertebralis dan arteri karotis interna bersatu
membentuk sirkulus willisi. Sistem ini memungkinkan pembagian darah di dalam
kepala untuk mengimbangi setiap gerakan leher jika aliran darah dalam salah satu
pembuluh nadi leher mengalami kegagalan.11
19
parasimpatis sekretomotorik untuk glandula submandibularis,
lacrimalis, sublingualis, dan kelenjar dihidung.
Kedua radiks muncul dari permukaan anterior otak diantara pinggir bawah
pons dan medula oblongata berjalan kelateral dan depan fossa cranii posterior
bersama N.vestibulochoclearis lalu ke meatus acusticus internus masuk
kanalis fasialis berjalan kelateral diatas vestibulum labbyrinthus sampai
dinding medial cavum timpani masuk ke foramen stylomastoideus, fungsi :
1. Motoris : Motoris mempersarafi otot-otot wajah, kulit kepala, dan
telinga (m.bucinator, m.platysma, m.styloideus dan venter posterior m.
Digastricus.
2. Sensoris : pengecap
B. Nervus Hypoglosus
saraf motoris : yang menyuplai semua otot interinsik lidah ditambah m.
Styloglossus, m.hipoglosus, dan m. Genioglosus. Berfungsi ; mempersarafi
otot-otot palatum molle, pharinx, larynx, m. Sternocleidomastoideus,
m.trapezius, otot-otot lidah.
20
Gambar 2.6 Nervus Cranialis
1.Traktus Piramidal
a. Tractus Corticospinal
21
cortex cerebri. Dua pertiga serabut ini berasal dari gyrus precentralis dan
sepertiga dari gyrus postcentralis. Serabut desendens tersebut lalu mengumpul
di corona radiata, kemudian berjalan melalui crus posterius capsula interna.
Pada medulla oblongata tractus corticospinal nampak pada permukaan ventral
yang disebut pyramid.
b. Tractus Corticobulbar
22
Tractuscoricobulbar menjalankan fungsi kontrol volunter otot skelet
yang terdapat pada mata, dagu, muka dan beberapa otot pada faring dan leher.
Seperti halnya dengan tractuscorticospinal, tractuscorticobulbar pun
mengalami persilangan namun persilangannya terdapat pada tempat keluarnya
motor neuron tersebut.
2. Traktus Ekstrapiramidal
23
Gambar 2.7 Traktus Piramidalis
2.4 Epidemiologi
Setiap tahun, 15 juta orang di dunia menderita stroke. Dari 15 juta orang
tersebut, 5 juta orang meninggal, dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan
permanen. Stroke jarang ditemukan pada orang di bawah 40 tahun. 70% kasus
24
stroke ditemukan di negara dengan penghasilan rendah dan menengah, 87%
kematian akibat stroke juga ditemukan pada negara-negara tersebut. Sedangkan
pada negara dengan penghasilan tinggi, insidensi stroke telah berkurang
sebanyak 42% dalam beberapa dekade terakhir.14
Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar795.000 orang mengalami stroke
yang baruatau berulang. Dari jumlah tersebut, sekitar610.000 merupakan
serangan awal, dan185.000 merupakan stroke berulang. Studiepidemiologi
menunjukkan bahwa sekitar 87%dari stroke di Amerika Serikat ialah
iskemik,10% sekunder untuk perdarahan intraserebral,dan lainnya 3% mungkin
menjadi sekunderuntuk perdarahan subaraknoid.4,5.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke
adalah 200 per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.000
penduduk, maka 200 orang akan menderita stroke.2Sebanyak 28,5% penderita
meninggal dunia dan sisanya menderita kelumpuhan sebagian atau total.
Hanya15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dankecacatan.3
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, kelompok umur terlihat bahwa
kejadian penyakit stroke lebih banyak pada usia 55-64 tahun (33,3%) dan paling
sedikit umur 15-24 tahun (1,2%). Kejadian stroke antara laki laki dan perempuan
mempunyai proporsi yang sama. Sebagian besar penduduk yang nengalami
stroke berpendidikan SD (29,5%). Sebagian besar penderita stroke tinggal di
daerah perkotaan (63,9), sedangkan di pedesaan sebesar (36.1%).15
25
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis
kelamin,ras/suku, dan faktor genetic.6
2.6 Klasifikasi
Stroke dapat dibagi dua kelompok besar yaitu:
1. Stroke Iskemik (Stroke Non-Hemoragik)
Terganggunya sel neuron dan glia karena kekurangan darah akibat
sumbatan arteri pada otak atau akibat perfusi otak yang inadekuat.
Sumbatan dapat dibedakan oleh 2 keadaan yaitu:
Berdasarkan kausal
a. Trombosis dengan gambaran defisit neurologis dapat memberat dalam
24 jam pertama atau lebih.
b. Emboli dengan gambaran defisit neurologi pertama kali muncul sangat
berat, biasanya sering timbul saat beraktifitas. Penderita embolisme
biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung,
sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari
penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme,
tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagian–bagian
yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberi
adalah arteriacerebri media, terutama bagian atas.
26
b. ReversibleIschemicNeurologicalDeficit(RIND) Gejala deficit
neurologi yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari 7 hari.
c. Progressive Stroke
Kelainan atau defisit neurologiyang berlangsung secara bertahap
dari yang ringan sampai yang kelamaan bertambah berat.
d. Completed Stroke
Kelainan neurologi sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh karena adanya
perdarahan suatu arteri serebralis yang menyebabkan kerusakan otak dan
gangguan fungsi saraf.
a. Intraserebral
Sebuah perdarahan intraserebral dimulai tiba-tiba. Di sekitar setengah
dari jumlah penderita, serangan dimulai dengan sakitkepala parah,
sering selama aktivitas. Namun, pada orang tua, sakitkepala mungkin
ringan atau tidak ada. Gejala disfungsi otakmenggambarkan
perkembangan yang terus memburuk sebagaiperdarahan. Beberapa
gejala,seperti kelemahan, kelumpuhan,hilangnya sensasi, dan mati
rasa, sering hanya mempengaruhi satusisi tubuh.Orang mungkin tidak
dapat berbicara atau menjadibingung.Visi dapat terganggu atau hilang.
Mata dapat menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh.
Mual,muntah, kejang, dan hilangnya kesadaran yang umum dan
dapatterjadi dalam beberapa detik untuk menit
b. Subaraknoid
keadaan terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan
subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena pecahnya aneurisma
(50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV (5%), berasal dari
PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.
27
2.6.1 Perdarahan Subarachnoid
Pendarahan subarakhnoid ialah suatu kejadian saat adanya darah pada rongga
subarakhnoid yang disebabkan oleh proses patologis. Perdarahan
subarakhnoid ditandai dengan adanya ekstravasasi darah ke rongga
subarakhnoid yaitu rongga antara lapisan dalam (piamater) dan lapisan tengah
(arakhnoid matter) yang merupakan bagian selaput yang membungkus otak
(meninges). Adanya keadaan kegawatdaruratan yang ditandai oleh nyeri
kepala yang sangat hebat, “worst headache ever” (VAS 9-10) yang muncul
akut/tiba-tiba akibat perdarahan di ruang subarahnoid 3,16.
28
Aneurisma ini terjadi pada titik bifurkasio arteri intrakranial. Lokasi tersering
aneurisma sakular adalah arteri komunikans anterior (40%), bifurkasio arteri
serebri media di fisura sylvii (20%), dinding lateral arteri karotis interna
(pada tempat berasalnya arteri oftalmika atau arteri komunikans posterior
30%), dan basilar tip (10%). Aneurisma dapat menimbulkan deficit
neurologis dengan menekan struktur disekitarnya bahkan sebelum rupture.
Misalnya, aneurisma pada arteri komunikans posterior dapat menekan nervus
okulomotorius, menyebabkan paresis saraf kranial ketiga (pasien mengalami
dipopia).
2. Aneurisma fusiformis
29
3. Aneurisma mikotik
Aneurisma mikotik umumnya ditemukan pada arteri kecil di otak. Terapinya
terdiri dari terapi infeksi yang mendasarinya dikarenakan hal ini biasa
disebabkan oleh infeksi. Aneurisma mikotik kadang-kadang mengalami
regresi spontan; struktur ini jarang menyebabkan perdarahan subarachnoid.
Malformasi arterivenosa (MAV) adalah anomaly vasuler yang terdiri dari
jaringan pleksiform abnormal tempat arteri dan vena terhubungkan oleh satu
atau lebih fistula. Pada MAV arteri berhubungan langsung dengan vena tanpa
melalui kapiler yang menjadi perantaranya. Pada kejadian ini vena tidak
dapat menampung tekanan darah yang datang langsung dari arteri, akibatnya
vena akan merenggang dan melebar karena langsung menerima aliran darah
tambahan yangberasal dari arteri. Pembuluh darah yang lemah nantinya akan
mengalami ruptur dan berdarah sama halnya seperti yang terjadi pada
aneurisma.21 MAV dikelompokkan menjadi dua, yaitu kongenital dan
didapat. MAV yang didapat terjadi akibat thrombosis sinus, trauma, atau
kraniotomi.20
30
ditimbulkan keadaan sistemik ini sangat cepat, karena otak tidak mendapatkan
glukosa dan oksigen yang merupakan substansi utama untuk metabolismenya.2
Hipertensi adalah penyebab tersering dari stroke hemoragik. Hipertensi
yang berlangsung lama menghasilkan degenerasi media, kerusakan lamina
elastis, dan fragmentasi otot polos arteri. Etiologi yang paling sering
menyebabkan perdarahan subarakhnoid adalah ruptur aneurisma salah satu
arteri di dasar otak dan adanya malformasi arteriovenosa (MAV). 3 Aneurisma
intrakranial khas terjadi pada titik-titik cabang arteri serebral utama. Hampir
85% dari aneurisma ditemukan dalam sirkulasi anterior dan 15% dalam
sirkulasi posterior. Secara keseluruhan, tempat yang paling umum adalah arteri
communicans anterior diikuti oleh arteri communicans posterior dan arteri
bifucartio cerebri. Dalam sirkulasi posterior, situs yang paling lebih besar
adalah di bagian atas bifurkasi arteri basilar ke arterie otak posterior.18
Pada umumnya aneurisma terjadi pada sekitar 5% dari populasi orang
dewasa, terutama pada wanita. Penyebab pembentukan aneurisma intrakranial
dan rupture tidak dipahami; Namun, diperkirakan bahwa aneurisma intrakranial
terbentuk selama waktu yang relatif singkat dan baik pecah atau mengalami
perubahan sehingga aneurisma yang utuh tetap stabil. Pemeriksaan patologis
dari aneurisma ruptur diperoleh pada otopsi menunjukkan disorganisasi bentuk
vaskular normal dengan hilangnya lamina elastis internal dan kandungan
kolagen berkurang. Sebaliknya, aneurisma yang utuh memiliki hampir dua kali
kandungan kolagen dari dinding arteri normal, sehingga peningkatan ketebalan
aneurisma bertanggung jawab atas stabilitas relatif yang diamati dan untuk
resiko rupture menjadi rendah.18
Meskipun masih terdapat kontroversi mengenai asosiasi ukuran dan
kejadian pecah, 7 mm tampaknya menjadi ukuran minimal pada saat ruptur.
Secara keseluruhan, aneurisma yang ruptur cenderung lebih besar daripada
aneurisma yang tidak rupture.18
Puncak kejadian aneurisma pada PSA terjadi pada dekade keenam
kehidupan. Hanya 20% dari aneurisma yang rupture terjadi pada pasien berusia
31
antara 15 dan 45 tahun. Tidak ada faktor predisposisi yang dapat dikaitaan
dengan kejadian ini, mulai dari tidur, kegiatan rutin sehari-hari, dan aktivitas
berat.18
Hampir 50% dari pasien yang memiliki PSA, ketika dianamnesis pasti
memiliki riwayat sakit kepala yang sangat berat atau sekitar 2-3 minggu
sebelum perdarahan besar. Hampir setengah dari orang-orang ini meninggal
sebelum tiba di rumah sakit. Puncak kejadian perdarahan berikutnya terjadi
pada 24 jam pertama, tetapi tetap ada risiko hari-hari berikutnya dapat
mengalami perdarahan. Sekitar 20-25% kembali rupture dan mengalami
perdarahan dalam 2 minggu pertama setelah kejadian pertama. Kematian terjadi
terkait perdarahan kedua hampir 70%.18
Aliran darah di sistem intrakranial dan ekstrakranial berkurang karena
perdarahan hingga terjadi proses kompensasi. Jika keadaan ini terus
berlangsung, mekanisme kompensasi dapat mengalami kegagalan. Jika hal ini
terjadi dapat menyebabkan penurunan perfusi ke otak yang berujung pada
kematian sel-sel otak.14 Perdarahan tersebut menyebabkan gangguan serabut
32
saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh hematom yang
menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya.14
33
menimbulkan paresis okulomotorius, defek medan penglihatan,
penurunan visus, dan nyeri wajah disuatu tempat. Aneurisma pada
arteri karotis internus didalam sinus kavernosus, bila tidak
menimbulkan fistula karotiko-kavernosus, dapat menimbbulkan
sindrom sinus kavernosus.19
Aneurisma pada arteri serebri media dapat menimbulkan disfasia,
kelemahan lengan fokal, atau rasa baal. Aneurisma pada bifukarsio
basiaris dapat menimbulkan paresis okulomotorius.19
Hasil pemeriksaan fisik penderita PSA bergantung pada bagian dan
lokasi perdarahan. Pecahnya aneurisma dapat menimbulkan PSA saja
atau kombinasi dengan hematom subdural, intraserebral, atau
intraventrikular. Dengan demikian tanda klinis dapat bervariasi mulai
dari meningismus ringan, nyeri kepala, sampai defiist neurologis berat
dan koma. Semnetara itu, reflek Babinski positif bilateral.19
Gangguan fungsi luhur, yang bervariasi dari letargi sampai koma,
biasa terjadi pada PSA. Gangguan memori biasanya terjadi pada
beberapa hari kemudian. Disfasia tidak muncul pada PSA tanpa
komplikasi, bila ada disfasia maka perlu dicurigai adanya hematom
intraserebral. Yang cukup terkenal adalah munculnya demensia dan
labilitas emosional, khususnya bila lobus frontalis bilateral terkena
sebagai akibat dari pecahnya aneurisma pada arteri komunikans
anterior.19
Disfungsi nervi kraniales dapat terjadi sebagai akibat dari a) kompresi
langsung oleh aneurisma; b) kompresi langsung oleh darah yang
keluar dari pembuluh darah, atau c) meningkatnya TIK. Nervus
optikus seringkali terkena akibat PSA. Pada penderita dengan nyeri
kepala mendadak dan terlihat adanya perdarahan subarachnoid maka
hal itu bersifat patognomik untuk PSA.19
Gangguan fungsi motorik dapat berkaitan dengan PSA yang cukup
luas atau besar, atau berhubungan dengan infark otak sebagai akibat
34
dari munculnya vasospasme. Perdarahan dapat meluas kearah
parenkim otak. Sementara itu, hematom dapat menekan secara ekstra-
aksial. 19
Iskemik otak yang terjadi kemudian erupakan ancaman serta pada
penderita PSA. Sekitar 5 hari pasca-awitan, sebagian atau seluruh
cabang-cabang besar sirkulus Willisi yang terpapar darah akan
mengalami vasospasme yang berlangsung antara 1-2 minggu tau lebih
lama lagi. 19
a. Hemisfer serebri
Hemisfer serebri dibagi menjadi dua belahan, yaitu hemisfer serebri
sinistra (kiri) dan hemisfer serebri dextra (kanan). Hemisfer serebri
kiri mengendalikan kemampuan memahami dan mengendalikan
bahasa serta berkaitan dengan berpikir ”matematis” atau ”logis”,
sedangkan hemisfer serebri dextra berkaitan dengan ketrampilan,
perasaan dan kemampuan seni.
b. Ganglion Basalis
Fungsional peranan umum ganglion basal adalah untuk bekerja
sebagai stasiun-stasiun pemprosesan yang menghubungkan korteks
serebrum dengan nucleus thalamus tertentu dan akhirnya berproyeksi
ke korteks serebrum. Kerusakan pada ganglion basalis akan
mengakibatkan penderita mengalami kesukaran untuk memulai gerak
yang diinginkan.
c. Batang Otak
35
Batang otak adalah bagian otak yang masih tersisa setelah hemisfer
serebri dan serebelum diangkat. Medula oblongota, pons dan otak
tengah merupakan bagian bawah atau bagian infratentorium batang
otak. Kerusakan pada batang otak akan mengakibatkan gangguan
berupa nyeri, suhu, rasa kecap, pendengaran, rasa raba, raba
diskriminatif, dan apresiasi bentuk, berat dan tekstur.
d. Serebelum
Serebelum terbagi menjadi tiga bagian, yaitu archiserebelum berfungsi
untuk mempertahankan agar seseorang berorientasi terhadap ruangan.
Kerusakan pada daerah ini akan mengakibatkan ataxia tubuh, limbung.
Paleoserebelum, mengendalikan otototot antigravitas dari tubuh,
apabila mengalami kerusakan akan menyebabkan peningkatan reflex
regangan pada otot-otot penyokong. Neoserebelum, berfungsi sebagai
pengerem pada gerakan di bawah kemauan, terutama yang
memerlukan pengawasan dan penghentian, serta gerakan halus dari
tangan. Kerusakan pada neoserebelum akan mengakibatkan dysmetria,
intention tremor dan ketidakmampuan untuk melakukan gerakan
mengubah-ubah yang cepat.
2.9 Diagnosis
Diagnosis stroke perdarahan didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari
hasil pemeriksaan.23 Untuk pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), Magnetic Resonance Imaging
(MRI), Elektrokardiografi (EKG), Elektroensefalografi (EEG), Ultrasonografi
(USG) dan Angiografi cerebral.24
Hemoragik Iskemik
Intraserebral Subaraknoid Trombosis Emboli
Sering pada usia Penyebab Sering Gejala
36
dekade 5-8 terbanyak didahului mendadak
Tidak ada gejala pecahnya aneurisma dengan TIA Sering
prodormal yang jelas. Sering terjadi pada Sering terjadi terjadi pada
Kadang hanya berupa dekade 3-5 dan 7 pada waktu waktu
nyeri kepala hebat, Gejala prodormal istirahat dan bergiat
mual, muntah. yaitu nyeri kepala bangun pagi Umumnya
Sering terjadi waktu hebat Biasanya kesadaran
siang, waktu bergiat, Kesadaran sering kesadaran bagus
waktu emosi terganggu bagus Sering
Sering disertai Rangsang Sering terjadi terjadi pada
penurunan kesadaran meningeal positif pada dekade 6- dekade 2-3
8 dan 7.
Harus ada
sumber
emboli
Hasil CT Scan: hiperdens Hasil CT Scan: Hasil CT Scan: Hasil CT
hiperdens hipodens Scan:
hipodens
Selain dari sisi gejala klinik dalam mendiagnosis kasus stroke juga bisa
menggunakan skor siriraj dan algoritma gajah mada.12
37
Gambar 4. Siriraj Score
Kesimpulan:
<-1: stroke iskemik
-1 – 1: meragukan
>1: stroke hemoragik.11
Adapun untuk algoritma Gadjah Mada
38
Gambar 5. Skor Gajah Mada
39
Tabel 3. Perbedaan Stroke
Gejala Klinis PIS PSA Non Hemoragik
Defisit fokal Berat Ringan Berat ringan
Onset Menit/jam 1-2 menit Pelan (jam/hari)
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan
Muntah pada Tidak, kecuali lesi
Sering Sering
awalnya di batang otak
Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali
Penurunan
Ada Ada Tidak ada
kesadaran
Kaku kuduk Jarang Ada Tidak ada
Hemiparesis Sering di awal Permulaan tidak ada Sering dari awal
Gangguan bicara Bisa ada Jarang Sering
Likuor Berdarah Berdarah Jernih
Paresis/gangguan
Tidak ada Bisa ada Tidak ada
NIII
2.10 Tatalaksana16
a. Tatalaksana Umum :
Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan)
Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
Analgetik dan antipiterik
Gastroprotektor, jika diperlukan
Manajemen nutrisi
Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau LMWH
b. Tatalaksana Spesifik
Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium
Antagonist, Beta blocker, Diuretik)
Manajemen gula darah (insulin, anti diabetic oral)
Pencegahan perdarahan ulang (Vit. K, antifibrinolitik)
Pencegahan vasospasme (Nimodipin)
Neuroproektor
40
Perawatan di Unit Stroke
Neurorestorasi
c. Tindakan Intervensi/Operatif
Clipping Aneurisma
Standar terapi aneurisma adalah klipping neurosurgical.Aliran
darah ke aneurisma dihentikan dengan memasang klip sementara
pada bagian proksimal arteri feeding dan atau cabang-cabangnya,
sebuah teknik yang dinamakan jebakan aneurisma. Cara ini
membuat aneurisma tidak terlalu pulsatil untuk persiapan klip
permanen dan mengendalikan perdarahan yang mungkin bisa
terjadi akibat rupture aneurisma prematur intraoperasi.
Coiling aneurisma
International Subarachnoid Aneurysm Trial (ISAT) tahun 2002
membandingkan pasien dengan aneurisma yang diterapi dengan
klipping dan yang diterapi dengan coiling endovaskular. Hasilnya,
dalam 1 tahun paska terapi, rerata kematian dan angka
ketergantungan secara signifikan menurun pada kelompok pasien
dengan coiling. Prosedur coiling dengan kateter yang kurang
invasive dibandingkan klipping neurosurgical, menurunkan angka
morbiditas terutama pada pasien tua. Coiling endovaskular telah
menjadi standar terapi pada lesi vertebrobasilar yang sulit di
operasi, terutama pada apeks arteri basilaris.
VP Shunt / external drainage, sesuai indikasi
d.Edukasi
Penjelasan mengenai rencana perawatan, biaya, pengobatan, prosedur,
masa dan tindakan pemulihan dan latihan
Penjelasan mengenai prosedur/tindakan yang akan dilakukan serta risiko
dan komplikasi
Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan rekurensi
program pemulangan pasien (Discharge Planning)
41
2.11 Kewenangan berdasar Tingkat Pelayanan Kesehatan16
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Semua pasien dicurigai TIA dan stroke akut setelah diberikan penanganan
awal ABC, segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis saraf.
2.12 Komplikasi
Menurut Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke
yaitu:2
a. Dekubitus
Dapat terjadi akibat tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat
mengakibatkan luka/ lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat
berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, bokong dan tumit. Luka dekubitus
jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
b. Trombosis
Mudah terjadi pada kaki yang lumpuh dan penumpukan cairan.
42
c. Kekuatan otot melemah
Terbaring lama akan menimbulkan kekauan pada otot atau sendi.
Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu dapat
terjadi kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
d. Osteopenia dan osteoporosis
Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral pada tulang.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan
terhadap sinar matahari.
e. Depresi dan efek psikologis
Dikarenakan kepribadian penderita atau karena umur sudah tua. 25%
menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi pada 3
bulan pasca stroke.
f. Inkontinensia dan konstipasi
Pada umumnya penyebab adalah imobilitas, kekurangan cairan dan intake
makanan serta pemberian obat.
g. Spastisitas dan kontraktur
Umumnya sesuai pola hemiplegi dan nyeri bahu pada bagian di sisi yang
lemah. Kontraktur dan nyeri bahu (shoulderhandsyndrome) terjadi pada
27% pasien stroke.
43
b. Vasospasme: Sekitar 3 sampai 10 hari setelah pendarahan itu, arteri di otak
dapat berkontraksi, membatasi aliran darah ke otak. Kemudian, jaringan
otak tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan dapat mati, seperti pada
stroke iskemik. Vasospasm dapat menyebabkan gejala mirip dengan
stroke iskemik, seperti kelemahan atau hilangnya sensasi pada satu sisi
tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami bahasa, vertigo, dan
koordinasi terganggu.
c. Pecah kedua: Kadang-kadang pecah kedua terjadi, biasanya dalam
seminggu.
2.13 Prognosis
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease,
disability, discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek
prognosis tersebut terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk
mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua
penderita stroke akut harus dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan
umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh
secara terus-menerus selama 24 jam setelah serangan stroke.11
44
3. Handicaps adalah halangan atau gangguan pada seseorang penderita stroke
berperan sebagai manusia normal akibat “impairment” atau “disability”
tersebut.
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
45
Ny.Y, 50 tahun datang dibawa keluarganya ke IGD RSUD Palembang Bari
tidak bias berjalan karena mengalami kelemahan sesisi tubuh bagian kanan secara tib
a-tiba sejak 1 jam SMRS. Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secaramendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda
yang sesuai dengan daerah yang terganggu sebagai hasil dari infark cerebri(stroke
iskemik), perdarahan intraserebral atau perdarahan subarachnoid. Kelemahan pada
sisi kanan sendiri menunjukkan bahwa area otak yang mengalami masalah adalah sisi
yang berlawanan atau kontralateral yang mana pada kasus ini yang mengalami
gangguan adalah pada hemisfer kiri serebri.6
Penderita mengalami kelemahan sesisi tubuh kanan saat sedang beraktifitas
keluhan terjadi secara tiba tiba tanpa disertai kehilangan kesadaran. Hal ini dapat
terjadi karena pada stroke hemoragik (subarcahnooid) terjadi rupture aneurima yang
di pacu oleh peningkatan tekanan darah karena melakukan aktifitas. Berdasarkan
gejala klinis dari stroke hemoragik (subarachnoid) yaitu ditemukannya hemiparese
secara tiba tiba dengan sering terjadi penurunan kesadaran. Namun pada kasus ini
tidak terjadi penurunan kesadaran dikarenakan perdarahan subarachnoid masih
sedikit.6 Kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan dirasakan sama berat. Saat
sebelum serangan penderita mengalami sakit kepala hebat, ada mual dan muntah,
tanpa disertai kejang dan demam, tanpa disertai gangguan rasa pada sisi yang lemah.
Adanya sakit kepala yang hebat dikarenakan adanya pembuluh darah yang pecah
mual dan muntah menunjukan adanya peningkatan tekanan intrakanial.19 Keluhan ini
dapat digunakan sebagai gejala klinis untuk menyingkirkan dari diagnosis stroke non
hemoragik.6 Tidak adanya kejang mengarahkan pada letak lesi kemungkinan bukan
terdapat di korteks serebri, karena pada lesi yang terletak di korteks serebri biasanya
terjadi kejang akibat aktivitas neuronal motorik berlebihan.6
Penderita dapat mengungkapkan isi pikirannya secara tulisan dan isyarat
dapat mengungkapkan secara lisan. Penderita juga masih mengerti isi pikiran orang
lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Hal ini menunjukan bahwa
tidak ada afasia motorik kortikal. Saat bicara mulut penderita mengot dan terdapat
46
pelo saat berbicara. Mulut mengot dan bicara pelo menunjukkan terdapat lesi pada
nervus fasialis (N. VII) dan lesi pada nervus hypoglossus (N. XII).6
Saat serangan penderita tidak disertai dada berdebar-debar, sesak tidak ada.
Hal ini membuktikan menunjukan bahwa etiologi dari penyakit ini bukan dari emboli
serebri dan trombolitik serta tidak ada penyakit jantung. Karena trombus mural
jantung merupakan sumber tersering: infark miokardium, fibrilasi atrium, penyakit
katup jantung, katup jantung buatan, dan kardiomiopati iskemik yang dapat
menyebabkan terjadinya sumbatan mendadak pembuluh darah besar otak. 12 Penderita
sering mengeluh sakit kepala pada bagian belakang yang timbul pada pagi hari dan
berkurang pada malam hari. Hal ini disebabkan karena adanya riwayat hipertensi
pada penderita. Tekanan darah yang tinggi, seringkali menyebabkan rupturnya
pembuluh darah utama di otak, yang diikuti oleh kematian pada sebagian besar otak.
Karena terjadinya vasokontrikisi pembuluh darah suplai ke jaringan otak menurun
sehingga menyebabkan rasa sakit pada kepala.22
Penderita tidak pernah mengalami nyeri pada tulang panjang, riwayat diabetes
melitus tidak ada, riwayat trauma kepala tidak ada, riwayat kolesterol tidak ada,
riwayat penyakit jantung tidak ada. Penderita tidak merokok dan juga tidak meminum
alcohol. Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Hal ini
menunjukan bahwa etiologi dari penyakit yang di derita pasien karena adanya
hipertensi yang kronis.16,22.
Pada pemeriksaan fisik pasien juga terdapat refleks Babinsky yang positif dan
adanya gerak rangsang meningeal kakuk kuduk positif yang menunjukan adanya di
Refleks Babinsky menunjukkan adanya lesi upper motor neuron (UMN) yang berarti
kerusakan berada pada saraf pusat. Kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi
menimbulkan kelumpuhan UMN pada belahan tubuh sisi kontralateral. Keadaan
tersebut dikenal sebagai hemiparalisis atau hemiplegia. Kerusakan yang menyeluruh,
tetapi belum membutuhkan semua neuron korteks piramidalis sesisi, menimbulkan
kelumpuhan pada belahan tubuh kontralateral yang ringan sampai sedang. Dalam hal
ini digunakan istilah hemiparesis.6
47
Pemeriksaan penunjang yang disarankan pada kasus ini yaitu pemeriksaan
laboratorium: hitung darah lengkap untuk melihat penyebab stroke seperti
trombositosis, trombositopenia, polistemia, selain itu juga pemeriksaan laju endap
darah untuk mendeteksi terjadi giant cell arteritis atau vaskulitis lainnya, selanjutnya
gula darah untuk melihat DM, hipoglikemia atau hiperglikemia, kemudian lipid
serum untuk melihat faktor risiko stroke.13
Selain itu pada pasien juga dilakukan pemeriksaan CT Scan Kepala Non
Kontras untuk melihat apakah ada lesi hipoden pada daerah capsula
interna.Pemeriksaan CT scan non kontras adalah pilihan utama/gold standart karena
sensitivitasnya tinggi dan mampu menentukan lokasi perdarahan lebih akurat;
sensitivitasnya mendekati 100% jika dilakukan dalam 12 jam pertama setelah seranga
n.23 CT‐scan dan MRI merupakan pemeriksaan yang penting untuk membedakan
stroke non hemoragik, perdarahan intraserebral, perdarahan, subarakhnoid,
malformasi arteriovenosus dan trombosis sinus/vena. Untuk mendeteksi perdarahan
CT‐scan lebih banyak dipilih, sedangkan MRI dapat mendeteksi lesi iskemik.
48
Kelemahan lengan dan tungkai Terdapat kelemahan sama berat pada lengan
sama berat dan tungkai.
- Gejala defisit sensorik pada sisi - Tidak terdapat gejala sensorik pada sisi kan
yang lemah an
49
Diagnosis Banding Etiologi
1) Hemorrhagic
Pada penderitaditemukangejala :
- Kehilangankesadaran> 30 menit
- Tidak ada penurunan kesadaran
- Terjadisaataktivitas
- Terjadisaataktivitas
- Didahuluisakitkepala, mual dan
- Nyeri kepala, mual dan muntah
atautanpamuntah
- Memiliki riwayat hipertensi
- Riwayat Hipertensi
Jadi, kemungkinan etiologi hemoragik dapat ditegakkan
50
Pada pasien ini diberikan obat antihipertensi amlodipin 1x10mg. Amlodipine
merupakan golongan dihidropiridin yang bersifat vaskuloselektif yaitu menurunkan
resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung. Karena efek inotropik negative
rendah pada amlodipine. Selain itu, perlu pmeberian antibiotik sebagai pencegahan
terhadap infeksi sekunder. Pada pasien ini diberikan ceftazidime 2x1gr. Dan juga
neuroprotektor Neurodex 1x1 untuk melindungi sel-sel saraf. Keuntungan-
keuntungan dari pemakaian neurodex, yaitu mengatur metabolisme saraf terutama
pada saraf tepi, membantu proses pembentukan energy.27
Pemberian Asam traneksamat,antifibrinolitik yang menghambat pemutusan
benang fibrin. Asam traneksamat digunakan untuk profilaksis dan pengobatan
pendarahan yang disebabkan fibrinolisis yang berlebihan dan angiodema hereditas.
Dosis oral 1-1.5 gr (15-25 mg/Kg) 2-4 kali sehari. Dosis injeksi inravena perlahan
0.5-1 gr (10 mg/KgBB) 3 kali sehari. Dosis infus kontinyu 25-50 mg per Kg setiap
hari. Sediaan kapsul 250 mg, tablet 500 mg, injeksi 50 ml.27
Pemberian Calcium Channel Blocker nimodipine 60mg/4 jam untuk
pencegahan vasospasme . Nimodipin diindikasikan untuk perbaikan hasil neurologis
dengan mengurangi insiden dan keparahan defisit iskemik pada pasien dengan
perdarahan subarakhnoid dari aneurisma pecah yang di baik kondisi neurologis
pasca-tekanan ritmik.30. Dan pemberian ketorolac 2x30mg/hari digunakan untuk
keluhan nyeri kepala yang hebat.29. Sitikoline merupakan bentuk vitamin B kolin yang
dapat ditemukan pada semua sel. obat ini berfungsi mencegah kerusakan otak dan
membantu pembentukan membrane sel pada otak dengan cara meningkatkan sintesis
fosfatidhilkolin dan sfingomielin yang dapat menjamin keseimbangan aktivitas
neurontranmisi Na+K+ATPase antar sel di system saraf pusat.28
51
Daftar Pustaka
52
14. Johnson W, Onuma O, Owolabi M, Sachdev S. Stroke: a global
responseisneeded. Bulletinofthe World HealthOrganization. 2016 Sep
1;94(9):634.
15. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2018. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS). Kementrian Kesehatan Reprublik Indonesia.
16. Persatuan Dokter Saraf Indonesia. 2011. Guideline Stroke. Jakarta:
PERDOSSI. Hal. 157-159
17. Baehr M, Frotcsher M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi,
Tanda, Gejala. 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
18. Jones R, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA. Subarachnoid Hemorrhage.
Netter's Neurology2014. p. 526-37.
19. PERDOSSI. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gajah Mada University
Pres; 2011.
20. Setyopranoto I. Penatalaksanaan Perdarahan Subarakhnoid. Continuing
Medical Education. 2012;39.
21. Zuccarello M, McMahon N. Arteriovenous Malformation (AVM). Mayfield
Clinic. 2013
22. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559173/
23. Smith WS, Johnston SC, Easton JD. Cerebrovasculardiseases. Dalam: Kasper
DL, Braunwald E, Hauser S,Longo D, Jameson JL, Fauci AS, editor. Edisi ke-
16.Harrison's principles of internal medicine. New York:McGraw-Hill; 2005.
hlm. 2372-92.
24. Sutrinso A. Stroke? You must know before you get it!.Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama; 2007. hlm. 52-68.
25. Chipko, N. A. V. 2019. Gangguan Berbahasa pada Penderita Afasia Motorik K
ortikal. Prosiding Senasbasa Volume 3 Nomor 2; 795-802.
26. Magistris F, Bazak S, Martin J.Intracerebral hemorrhage: pathophysiology,
diagnosis and management. MUMJ. 2013;10(1): 15‐22.
53
27. Julianti,Norma. “ Hemorrhagic stroke on erdelry man With Uncontrolled
Hypertension”. (Laporan Kasus).Faculty Of Medicine Lampung University.
JAgromed Unila Vol 2 No 1 Februari 2015 33-38.
28. Doijad RC,Pathan AB,Pawar NB,Baraskar SS,Maske VD,Gaikwad SL.
Therapeutic Applications of Citicoline and Piracetam as
Fixed Dose Combination. Asian J Biomedical and Pharm Sci.
2012; 2(12):15-20
29. Gilroy J.Cerebrovascular Disease. In: Gilroy J Basic Neurology, 3rd
edition.2000 New York: McGraw Hill. Hal. 225-8.
30. Harsono. “The Characteristics of Subarachnoid Hemorrhage” Majades
Kedokteran Indonesia.2009. Vol. 59, No. 1, p. 20-26.
54