Anda di halaman 1dari 42

KONSEP TIMBANG TERIMA PASIEN,

PENDELEGASIAN TUGAS, DAN PENGELOLAAN


OBAT

OLEH :

KELOMPOK 5, KELAS 2.4

1. NI KADEK AYU SANTI ASTUTI (P07120018126)


2. NI LUH PUTU VELINIA WIJAYANTI (P07120018130)
3. SANG AYU NYOMAN SUDIANTARI (P07120018154)
4. DESAK PUTU SRI SHANTI WINDITHA (P07120018155)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Konsep Timbang Terima Pasien, Pendelegasian Tugas dan Pengelolaan Obat”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen
Keperawatan.
Selama penulisan makalah ini penulis mengalami banyak kesulitan dalam
penyusunannya, namun kesulitan tersebut dapat diatasi berkat adanya bantuan,
bimbingan serta dorongan baik secara moral maupun materiil dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
turut memberikan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna mengingat
keterbatasan kemampuan, pengetahuan, waktu dan buku-buku penunjang yang
penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk penyempurnaannya.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini, dapat bermanfaat bagi
semua pihak di kemudian hari.

Denpasar, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

1.4 Manfaat Penulisan............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Timbang Terima Pasien...................................................... 3

2.2 Konsep Pendelegasian Tugas........................................................... 22

2.3 Konsep Pengelolaan Obat................................................................ 28

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan.......................................................................................... 37

3.2 Saran................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan
keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara professional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Tuntutan masyarakat
terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspn
oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar tentang
konsep pelayanan keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam
pelaksanaannya.

Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan


mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar pearawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat prgantian shift,
yaitu saat timbang terima klien. Timbang terima merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan dan enerima seuatu (informasi) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Timbang terima klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat yang sudah dilakukan/ belum dan perkembangan klien
saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan
oleh perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.

Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan


menerima informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga

1
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang
terima dilakukan oleh perawat primer.

Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting karena
dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keeperawatan yang diberikan
akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggung jawab
dan tanggung gugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan
dengan baik, maka akan muncul keracunan dari tindakan keperawatan yang
diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar
pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan
keperawatan dan menurunkan tingkat kepuasan pasien. Kegiatan timbang terima
yang telah dilakukan perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah konsep timbang terima pasien ?
2. Bagaimanakah konsep pendelegassian tugas?
3. Bagaimanakah konsep pengelolaan obat ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana konsep timbang terima pasien
2. Mengetahui bagaimana konsep pendelegasian tugas
3. Mengetahui bagaimana konsep pengelolaan obat
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi pembaca
Dapat memberikan wawasan mengenai materi timbang terima pasien,
pendelegasian tugas, dan pengelolaan obat

2. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai materi timbang terima pasien,
pendelegasian tugas, dan pengelolaan obat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Timbang Terima Pasien


2.1.1 Pengertian
Timbang terima adalah transfer tentang informasi selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup pertanyaan,
klasifikasi, konfirmasi tentang pasien, tanggung jawab utama dan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan
melanjutkan perawatan.
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008)
menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang
tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs
juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggung
jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke
perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat
disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan. Timbang terima merupakan sistem
kompleks yang didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-
nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Timbang terima dinas

3
berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan
selama 24 jam (Kerr, 2002).

Menurut Australian Medical Association/AMA (2006), timbang


terima merupakan pengalihan tanggung jawab profesional dan
akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau
kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara
sementara atau permanen. Timbang terima merupakan komunikasi yang
terjadi pada saat perawat melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan
yang spesifik yaitu mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien
pada asuhan keperawatan sebelumnya.

2.1.2 Tujuan Timbang Terima


Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA
(2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi,
mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai
pengaturan kesehatan. Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan
timbang terima adalah:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

2.1.3 Manfaat timbang terima


Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:
a. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan.
Misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya
kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien.
b. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga
merupakan sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh
perawat. Timbang terima mengandung unsur-unsur kebudayaan,

4
tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang terima juga sebagai
dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan selanjutnya.
c. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk
melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat
yang mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan
yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada
pergantian dinas Universitas Sumatera Utara dan tidak dibawa
pulang. Dengan kata lain, proses timbang terima dapat mengurangi
kecemasan yang terjadi pada perawat.
d. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi
untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan
selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung
jawab antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan
pasien secara komprehensif.
e. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien
diantaranya, pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal, dan dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat
bagi perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat
mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien,

5
saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung
bila ada yang belum terungkap.

2.1.4 Prinsip Timbang Terima


Prinsip timbang terima Friesen, White dan Byers (2009)
memperkenalkan enam standar prinsip timbang terima pasien, yaitu :

a. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien


Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta
dalam kegiatan timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat
penting untuk mengelola timbang terima pasien di klinis.
Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari
proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin.
Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi
pasien yang memburuk.
b. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman
bahwa timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan
bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam
merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk
menghadiri timbang terima pasien yang relevan untuk mereka.
Meninjau jadwal dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir
dan mendukung kegiatan timbang terima pasien. Membuat solusi-
solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya
kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.
c. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan
mereka dalam tinjauan berkala tentang proses timbang terima
pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan
pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai
peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim

6
Universitas Sumatera Utara multidisiplin, timbang terima pasien
harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir
untuk pasiennya yang relevan.
d. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi
untuk timbang terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan,
dimana strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat
ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada
pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung
jawab misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain
untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat
penting untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan,
aman dan efektif.
e. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka
dan di sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka
pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan timbang
terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi
yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas
dari gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau
bunyi alat telekomunikasi.
f. Proses timbang terima pasien
1) Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran
peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar
pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar
belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian
dan tindakan yang perlu dilakukan.
2) Kondisi pasien memburuk

7
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan
pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang
terdeteksi.
3) Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan
yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja
dan risiko keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh
staf.

2.1.5 Jenis timbang terima


Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang
berhubungan dengan perawat, antara lain:
a. Timbang terima pasien antar dinas
Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode, antara lain secara lisan,
catatan tulisan tangan, dilakukan di samping tempat tidur pasien,
melalui telepon atau rekaman, nonverbal, dapat menggunakan
laporan elektronik, cetakan computer atau memori.
b. Timbang terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit
keperawatan selama mereka tinggal di rumah sakit.
c. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit
pemeriksaan diagnostik. Pasien sering dikirim dari unit
keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama rawat inap.
Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik
telah dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan.
d. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas
yang lain sering terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda.
Pengiriman berlangsung antar rumah sakit ketika pasien
memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.

8
e. Timbang terima pasien dan obat-obatan
Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat
dicegah, masalah tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat
mentransfer pasien, pergantian dinas, dan cara pemberitahuan
minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan
pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.

2.1.6 Macam-macam timbang terima


Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:
a. Timbang terima secara verbal Scovell (2010) mencatat bahwa
perawat lebih cenderung untuk membahas aspek psikososial
keperawatan selama laporan lisan.
b. Rekaman timbang terima Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa
rekaman timbang terima dapat merusak pentingnya dukungan
emosional. Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr bahwa rekaman
timbang terima membuat rendahnya tingkat fungsi pendukung.
c. Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya
adalah:
1) Persiapan (pasien dan informasi).
2) Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk,
pengamatan, dan penjelasan kepada pasien.
3) Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan
pasien.
Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan bedside timbang terima adalah:
1) Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf
yang tidak hadir pada timbang terima untuk mengakses
informasi.

9
2) Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang
perlu disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran
penjaga dan anggota keluarga, bagaimana untuk berbagi
informasi sensitif, apa yang tidak dibahas di depan pasien, dan
bagaimana melindungi privasi pasien.

d. Timbang terima secara tertulis


Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat
mendorong pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman
timbang terima, ada potensi akan kurangnya kesempatan untuk
mengklarifikasi pertanyaan tertentu.

2.1.7 Langkah-langkah pelaksanaan timbang terima


Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan
timbang terima adalah:
a. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
b. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang akan disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas
yang selanjutnya meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
4) Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien.

10
2.1.8 Pelaksanaan Timbang terima yang baik dan benar
Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar
diantaranya:
a. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan
waktu yang cukup panjang agar tidak terburu-buru.
b. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali
dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.
c. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan
untuk mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.
d. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang
terima juga perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.
e. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk
membahas penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa
yang akan dikerjakan.
f. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh,
agar peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat
dipertahankan jika perawat absen untuk waktu yang lama,
misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur.

2.1.9 Pemilihan tempat untuk pelaksanaan timbang terima


AMA (2006) menyatakan bahwa tempat yang tepat pada saat akan
dilakukan pelaksanaan timbang terima adalah:
a. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station.
b. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan
memungkinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang
terima.
c. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan
kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan
penerimaan informasi yang tidak tepat.
d. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya.

11
2.1.10 Prosedur timbang terima
Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu:
a. Persiapan
1) Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima
sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan
dinas sebaiknya menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
1) Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.
2) Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat
berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif halhal yang berkaitan
tentang masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang
sudah ada namun belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dibicarakan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diberikan kepada perawat jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah:
a) Identitas pasien dan diagnosis medis.
b) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan.
d) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya, diantaranya operasi,
pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan penunjang

12
lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang dilakukan pada saat
timbang terima dan berhak menanyakan mengenai hal-
hal yang kurang jelas.
g) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat
dan jelas.
h) Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien
tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan penjelasan yang lengkap dan terperinci.
i) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat
primer.
Menurut Yasir (2009) saat pelaksanaan timbang terima
juga dapat:
 Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman
data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang.
Metode itu berupa one way communication atau
komunikasi satu arah.
 Menggunakan komunikasi oral atau spoken atau
melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
 Menggunakan komunikasi tertulis atau written.
Yaitu melakukan pertukaran informasi dengan
melihat pada medical record saja atau media tertulis
lain.

2.1.11 Tahapan dan bentuk pelaksanaan timbang terima


Lardner (1996) proses timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:

13
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggung jawab meliputi faktor informasi yang akan disampaikan
oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran dinas jaga, dimana antara perawat yang akan pulang
dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya
timbang terima itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang
memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang
dinas sebelumnya kepada perawat yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan merupakan aktivitas
dari perawat yang menerima timbang terima untuk melakukan
pengecekan dan informasi pada medical record dan pada pasien
langsung.

2.1.12 Hambatan dalam pelaksanaan timbang terima


Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al.,
(2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menghambat dalam pelaksanaan timbang terima, diantaranya adalah:
a. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima
b. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat
yang keluar masuk pada saat pelaksanaan timbang terima
c. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak
dapat memenuhi kebutuhan pasien mereka saat ini

2.1.13 Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan
dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan
apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.

14
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.

b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan


lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.

c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai


informasi mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009)

2.1.14 Timbang Terima dengan SBAR

Komunikasi efektif saat timbang terima yang dilaksanakan dengan


baik dapat membantu mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi
kesinambungan perawatan pasien. Prinsip komunikasi efektif dalam timbang
terima menurut. 

Komunikasi yang tidak efektif dapat mengancam keselamatan pasien di


rumah sakit. Alvarado, et al (2006) mengatakan ketidakakuratan informasi
dapat menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hamper 70% kejadian
sentinel yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
di rumah sakit disebabkan karena buruknya komunikasi.  Sejalan dengan
prinsip komunikasi efektif di atas, Nursalam (2012) membagi kegiatan

15
timbang terima menjadi beberapa tahapan yaitu tahappersiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap post timbang terima. 

Menurut Jefferson (2012), dalam melakukan timbang terima ada


perkembangan alternatif komunikasi efektif yang dapat dilakukan yaitu
metode SBAR. Rekomendasi WHO2 pada tahun 2007, mewajibkan untuk
anggota Negara WHO dalam memperbaiki pola komunikasi pada saat
melakukan operan jaga harus menggunakan suatu standard yang strategis
yaitu dengan mengunakan metode komunikasi S-BAR. Proses komunikasi S-
BAR terbukti telah menjadi alat komunikasi yang efektif dalam pengaturan
perawatan akut untuk tingkatan komunikasi yang urgen, terutama antara
dokter dan perawat, 

1.  Definisi SABR 

Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang dilaksanakan secara face


to face yang terdiri dari 4 komponen yaitu: 

1)      S (Situation): merupakan suatu gambaran yang terjadi pada saat


itu. 

2)      B (Background): merupakan sesuatu yang melatar belakangi situasi


yang terjadi.

3)      A (Assessment): merupakan suatu pengkajian terhadap suatu


masalah. 

4)      R (Recommendation): merupakan suatu tindakan dimana meminta


saran untuk tindakan yang benar yang seharusnya dilakukan untuk
masalah tersebut.(Jefferson,2012).

Penggunaan komunikasi yang tepat dengan read back telah menjadi salah


satu sasaran dari program keselamatan pasien yaitu peningkatan komunikasi
yang efektif. Selain itu dengan menggunakan komunikasi SBAR dapat
menghemat waktu sehingga perawat yang akan dinas dapat melakukan

16
tindakan segera terutama terhadap pasien kritis seperti di ruang intensif
(Smith, et al, 2008; Rushton, 2010; JCAHO, 2013). 

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi


penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi
terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR
juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara
shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan
semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi
pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan
untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.

2.  Ruang Lingkup SBAR

Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,


Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan
oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka
dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan
perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. sehingga tenaga kesehatan
lain dapat mengetahui perkembangan pasien.

1)      Situation :

Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan 

-          Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien.

-          Diagnosa medis

-          Apa yang terjadi dengan pasien yang memprihatinkan

2)      Background : 

Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi

-          Obat saat ini dan alergi

-          Tanda-tanda vital terbaru

17
-          Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan
hasil tes sebelumnya untuk perbandingan

-          Riwayat medis

-          Temuan klinis terbaru

3)      Assessment : 

berbagai hasil penilaian klinis perawat

-          Apa temuan klinis ? 

-          Apa analisis dan pertimbangan perawat ? 

-          Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?

4)      Recommendation :

Apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?

-          Apa tindakan / rekomendasi yang diperlukan untuk


memperbaiki masalah?

-          Apa solusi yang bisa perawat tawarkan dokter ? 

-          Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk


memperbaiki kondisi pasien?

-          Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini


terjadi ? 

Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :

1.      Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.

2.      Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang


berhubungan dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.

3.      Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah


keperawatan yang harus dilanjutkan.

18
4.      Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini &
hasil pengkajian perawat shift sebelumnya.

5.      Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana


perawat harian.

Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :

1.      Situation (S) :

Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013


sudah 3 hari perawatan, DPJP :dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis :
Gagal ginjal kronik.

Masalah keperawatan:

a.       Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih

b.      Perubahan kebutuhan nutrisi kurang

2.      Background (B) :

a.       Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan


1000 cc/ 24 jam.

b.      Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.

c.       Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.

d.      Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit

e.       Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal


kronik

f.       Diet : rendah protein 1 gram

3.      Assessment (A) :

19
a.       Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi
100x/menit, suhu 37 0C, RR 20 x/menit, oedema pada
ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit,
eliminasi faeses baik.

b.      Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum


237 mg/dl

c.       Pasien masil mengeluh mual.

4.      Recommendation (R) :

a.       Awasi balance cairan

b.      Batasi asupan cairan

c.       Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter

d.      Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit


3 x 1 amp

e.       Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien

f.       Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur

D.    Contoh Format SBAR 


Tanggal:                                                                      Jam:
Lembar Komunikasi SBAR

S Pelapor (nama & jabatan) : Penerima Laporan:


SITUASION
Apa yang terjadi
Nama Pasien:                  Umur:    tahun   Pav/Kamar:
pada saat ini?
Problem:
Apa problemnya,
kapan terjadinya
dan bagaimana

20
parahnya?
B MRS dirawat dengan:
BACKGROUND
Informasi yang Riwayat Penyakit:
berkaitan/mungki
n berkaitan
dengan
problemnya
Informasi Klinis

(Ringkas dan
penting untuk m
enuangkan problem
yang terjadi atau Lap/Pemeriksaan Penunjang lain
untuk menentukan
tindakan
selanjutnya)

Riwayat Alergi:
Tanda Vital saat ini:
Kesadaran: ..........................  TD: ........./........ mmHg
Nadi: ..........x/menit       Resp:
.........x/menit      Temp: ......... 0C      SpO2: ........%
Terapi saat ini:

A Problem ini menurut Anda disebabkan:


Assessment
R Usulan & mohon petunjuk:
Recommendation Pemeriksaan/tindakan lanjut/konsul/pindah rawat (misal: ke
Apa yang dapat ICU)
dilakukan untuk
mengatasi problem
Paraf Pelapor

21
(...................)
 
Paraf Dokter

(...................)
 
Intruksi atau anjuran dari yang menerima laporaan.**

**catatan: ditulis (writing down), dibaca kembali (read back), diulang kembali
(repeat back), dikonfirmasi oleh pemberi order (check back).

2.1.15 Evaluasi dalam Timbang Terima


a. Evaluasi Struktur

Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang


telah tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan
kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan
timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke
sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam
dipimpin oleh perawat primer.

b. Evaluasi Proses

Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan


dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift. Perawat primer malam menyerahkan ke perawat
primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama
dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke
nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum

22
dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang
terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil

Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.


Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi
antar perawat berjalan dengan baik.

2.2 Konsep Pendelegasian Tugas


2.2.1 Pengertian Pendelegasian

Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan antara


tiga komponen utama, yaitu tanggung jawab, kemampuan, dan wewenang.
Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu rasa tanggung jawab
terhadap penerimaan suatu tugas. Kemampuan (accountability) adalah
kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas yang didelegasikan.
Wewenang (authority) adalah pemberian hak dan kekuasaan kepada
delegasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang
dilimpahkan.

Pendelegasian adalah proses penyerahan tugas dari seseorang


kepada orang lain. Pendelegasian merupakan pengambilan keputusan,
tugas-tugas mana yang dikerjakan manajer sendiri serta mana yang
diserahkan kepada dan dikerjakan oleh orang lain ( karyawan / staf ).
Pendelegasian ditujukan sebagai proses pembelajaran kepada karyawan /
staf yang lebih yunior, serta pengembangan keperibadian dan tanggung
jawab karyawan yang menerima tugas dari pimpinan. Syarat dari
penyerahan tugas adalah karyawan / staf yang berkompoten dan dipercaya
untuk menerima penyerahan tugas tersebut.

Pendelegasian bukan semata-mata hanya penyerahan tugas, tetapi


juga berikut tanggung jawab pelaksanaannya oleh mereka yang menerima

23
tugas tersebut. Dalam hal ini termasuk otoritas pelaksanaannya walaupun
menggunakan atas nama pimpinan.

Tahapan pendelegasian diawali dengan kegiatan analisis, kemudian


janji, briefing, control dan evaluasi. Dalam tahapan analisis maka atasan
memilah tugas apa saja yang didelegasikan kepada bawahannya. Hal ini
penting dilakukan agar tugas yang dipilah sesuai dengan kebutuhan
pengembangan organisasi. Kemudian atasan melangkah pada tahap janji
untuk menentukan siapa bawahan yang menerima pendelegasian tugas.
Setelah menentukan siapa yang diberi tugas, maka atasan wajib
menjelaskan secara rinci tentang jenis tugas yang diberikan dalam suatu
briefing. Hal ini penting agar pada saat pelaksanaan tugas tersebut
bawahan tidak mengalami distorsi pekerjaan. Pada saat pelaksanaan
pendelagasian tugas berjalan, atasan tetap wajib melakukan pematauan dan
pemotivasian pada karyawan. Hal ini penting untuk menghindari deviasi
pencapaian tujuan dari pendelegasian. Pada tahapan akhir dilakukan
evaluasi dalam bentuk mereview dan hasilnya dipakai untuk memperbaiki
pendelegasian tugas.

Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu


elemen penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat dan
bidan menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih produktif
dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang
adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada
bawahannya. Ada empat kegiatan dalam delegasi wewenang:

a. Manager perawat/bidan menetapkan dan memberikan tugas dan


tujuannya kepada orang yang diberi pelimpahan

b. Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai


tujuan
c. Perawat/bidan yang menerima delegasi baik eksplisit maupun

24
implisit menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab
d. Manajer perawat/bidan menerima pertanggungjawaban
(akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai.

2.2.2 Alasan Pendelegasian


Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan.

a. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai


hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.

b. Agar organisasi berjalan lebih efisien.

c. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat


memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih
penting.

d. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh


dan berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan
informasi untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.

Manajer perawat/bidan seharusnya lebih cermat dalam


mendelegasikan tugas dan wewenangnya, mengingat kegiatan perawat dan
bidan berhubungan dengan keselamatan orang lain (pasen). Oleh karena
itu sebelum mendelegasikan tugas/wewenang hendaknya dipahami benar
tingkat kemampuan dari perawat/bidan yang akan diberikan delegasi.

2.2.3 Cara Melakukan Pendelegasian


Cara manajer perawat/bidan dalam melakukan pendelegasian
a. Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah.
b. Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
c. Menyetujui standar kerja
d. Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan

25
e. Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan
tugas dan wewenang baik secara tertulis maupun lisan.
f. Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan
dengan mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta
memberikan umpan balik prestasi yang dicapai.
g. Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan -
keluhannya.
h. Bantu mereka untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan
ide ide baru yang bermanfaat.
i. Memberikan ‘reward’ atas hasil yang dicapai.
j. Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.

2.2.4 Teknik Pendelegasian


Manajer perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan
tugas-tugas yang dapat didelegasikan dari eksekutif perawat sampai
eksekutif departemen atau kepala unit, dan dari kepala unit sampai
perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup kewenangan untuk persetujuan,
rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas seharusnya dirangking dengan
waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya dan sebaiknya satu
kewajiban didelegasikan pada satu waktu.

2.2.5 Hambatan Dalam Delegasi


a. Hambatan pada delegator
1) Kemampuan yang diragukan oleh dirinya sendiri
2) Meyakini bahwa seseorang “mengetahui semua rincian”
3) “Saya dapat melakukannya lebih baik oleh diri saya sendiri” buah
pikiran yang keliru.
4) Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam
mendelegasikan
5) Rasa tidak aman
6) Takut tidak disukai
7) Penolakan untuk mengakui kesalahan

26
8) Kurangnya kepercayaan pada bawahan
9) Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang berlebihan
10) Kurangnya ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan
beban kerja
11) Kegagalan untuk mendelegasikan kewenangan yang sepadan
dengan tanggung jawab.
12) Keseganan untuk mengembangkan bawahan
13) Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang
efektif.
b. Hambatan hambatan pada yang diberi delegasi
1) Kurangnya pengalaman
2) Kurangnya kompetensi
3) Menghindari tanggung jawab
4) Sangat tergantung dengan boss
5) Kekacauan [disorganization]
6) Kelebihan beban kerja
7) Terlalu memperhatikan hal hal yang kurang bermanfaat

c. Hambatan hambatan dalam situasi


1) Kebijakan tertuju pada satu orang
2) Tidak ada toleransi kesalahan
3) Kekritisan keputusan
4) Urgensi, tidak ada waktu untuk menjelaskan [krisis manajemen]
5) Kebingungan dalam tanggung jawab dan kewenangan.
6) Kekurangan tenaga

2.2.6 Delegatif Dapat Efektif

Agar pendelegasian menjadi efektif, diperlukan cara untuk


menanggulangi hambatan tersebut diatas, Louis Allen mengemukakan
beberapa teknik khusus untuk membantu manager perawat dan bidan
dalam melakukan delegasi:

27
a. Tetapkan tujuan, perawat/bidan pelaksana harus diberitahu maksud
dan pentingnya tugas yang didelegasikan.

b. Tegaskan tanggung jawab dan wewenangnya dan berikan


informasi yang jelas apa yang harus dipertanggungjawabkan serta
sumber-sumber yang tersedia untuk pelaksanaan tugasnya sebagai
perawat/bidan

c. Berikan motivasi dan dorongan agar percaya diri dalam menerima


tanggung jawab.

d. Meminta penyelesaian tugas yang didelegasikan dalam batas waktu


yang jelas.

e. Berikan latihan untuk mengembangkan pekerjaannya agar menjadi


lebih baik

f. Adakan pengawasan yang memadai baik langsung maupun melalui


laporan. Tegaskan kapan laporan harus selesai dan hal-hal yang
diperlukan dalam laporan (singkat dan padat).

2.3 Konsep Pengelolaan Obat

Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan
Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh
Instalasi Farmasi sistem satu pintu.

Menurut SK Menkes pada tahun 2004, Semua proses dalam sikus manajemen
obat memerlukan pengawasan, pemeliharaan, pemantauan, administrasi,
pelaporan, dan evaluasi. Tujuan dari pengelolaan obat adalah untuk mengelola
perbekalan farmasi yang efektif dan efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam
pelayanan, meningkatkan kemampuan tenaga farmasi, mewujudkan sistem
informasi manajemen berdaya guna tepat guna, serta melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan.Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan salah satu

28
manajemen yang penting karena dapat memberikan dampak negatif terhadap
rumah sakit, baik secara medis maupun ekonomis jika tidak dikelola secara
efisien.Tujuan pengelolaan obat di rumah sakit agar obat yang diperlukan tersedia
setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah mencukupi, mutu yang terjamin, dan harga
yang terjangkau untuk mendukung pelayanan bermutu (good quality care)
(Sabarguna, 2003).Pengolaan obat harus menjamin beberapa hal sebagai berikut:

 Ketersediaan rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang


sesuaikebutuhan pelayanan kesehatan dasar.
 Ketersediaan anggaran pengadatan obat yang dibutuhkan sesuai
denganwaktu
 Pelaksanaan pengadaan obat yang efektif dan efisien
 Keterjaminan penyimpanan obat dengan mutu yang baik
 Keterjaminan distribusi obat yang efektif dengan waktu tunggu yang
singkat
 Pemenuhan kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kesehatan dasar
sesuai dengan jenis, jumlah, dan waktu yang dibutuhkan
 Ketersediaan sumber daya manusia dengan jumlah tepat
 Penggunaan obat secara rasional sesuai dengan pedoman pengobatan
yangdisepakati
 Ketersediaan informasi pengelolaan dan penggunaan obat yang shahih
danmutakhir.

2.3.1 Definisi Pengelolaan atau Kontroling

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut


aspek perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat
dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana,
sarana dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan.

29
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian dan penggunaan obat.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing tahap
pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian yang terkait, dengan demikian
dimensi pengelolaan obat akan dimulai dari perencanaan pengadaan yang
merupakan dasar pada dimensi pengadaan obat di Rumah Sakit.
Tujuan dari pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat
dipertanggung jawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan
efisien, menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku. Sistem pengelolaan
obat mempunyai empat fungsi dasar untuk mencapai tujuan yaitu:
a. Perumusan kebutuhan atau perencanaan (selection)
b. Pengadaan (Procure ment)
c. Distribusi (Distribution)
d. Penggunaan (Use)

Keempat fungsi tersebut didukung oleh sistem penunjang pengelolaan


yang terdiri dari:
a. Organisasi (Organitation)
b. Pembiayaan dan kesinambungan (Financing and Sustainnability)
c. Pengelolaan informasi (Information Management)
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia (Human
Resorces Management)

Keempat tahap pengelolaan obat tersebut dapat didefinisikan sebagai :

a. Seleksi dan perumusan kebutuhan, yaitu kegiatan menyusun


kebutuhan perbekalan farmasi yang tepat dan sesuai kebutuhan,
mencegah terjadinya kekosongan atau kekurangan perbekalan

30
farmasi serta meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi yang
efektif dan efisien.
b. Pengadaan yaitu proses penyediaan obat yang dibutuhkan di unit
pelayanan kesehatan.
c. Distribusi yaitu suatu proses penyebaran obat secara merata yang
teratur kepada yang membutuhkan pada saat diperlukan.
d. Penggunaan yaitu proses peresepan dan penyerahan obat dan
informasi berdasarkan resep kepada dokter.

2.3.2 Metode Pengelolaan Obat dan Kontroling

a. Desentralisasi
Desentralisasi atau Pengelolaan obat kontrol tidak penuh diserahkan
kepada pasien atau keluarga mendapatkan pengertian yang memadai
seputar penggunaan obat dari perawat.
1) Penerimaan dan Pencatatan Obat
a) Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat.
b) Obat yang diserahkan dicatatan dalam buku masuk obat.
c) Perawat menyerahkan kartu pemberian obat kepada
keluarga / pasien.
d) Keluarga/ pasien mendapatkan penyuluhan tentang : rute
pemberian obat , waktu pemberian obat ,tujuan pemberian
dan efek samping yang mungkin timbul.
e) Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga / pasien ;
pasien / keluarga mendatangi lembar penyuluhan.
2) Pemberian Obat
a) Obat diberikan oleh keluarga atau diminum sendiri oleh
klien,perawat melakukan kontroling terhadap pemberian
obat memungkan.

31
b) Obat yang telah diminum dicek adanya efek samping , juga
dilakukan pengecekan obat tiap hari ( pagi ) untuk
menentukan apakah obat benar-benar diminum tepat dosis.
c) Obat yang hilang / berkurang /jumlah tlarifikasikidak sesuai
dengan perhitungan ; diklasifikasikana pada keluarga/
pasien
3) Penambahan Obat
a) Penambahan obat baru harus dilaporkan pada perawat untuk
dicatat dalam buku masuk obat.
b) Bila terdapat obat jenis baru , maka dilakukan penyuluhan
khusus tentang obat baru tersebut sebelum di serahkan pada
pasien
4) Obat Khusus
a) Penjelasan / penyuluhan tentang obat khusus akan diberikan
oleh perawat primer.
b) Pemberian obat khusus sebaiknya dilakukan oleh perawat
5) Menghitung Keperluan Obat
Memesan obat lebih dari pada yang diperlukan
mengakibatkan pemborosan,karena sebagian obat akan tersisa
sampai lewat batas waktu penggunaanya memesan obat kurang
dari pada yang diperlukan akan mengakibatkan kekurangan ,
dan pasien tetap sakit karena tidak dapat diobati. Oleh karena itu
sangat penting diperkirakan dengan tetap berapajumlah setiap
obat yang diperlukan.
6) Mempersiapkan Untuk Rawat Jalan
Pengobatan dosis penu menggunakan tablet obat tertentu
dapat dipersiapkan dengan cara mengemasannya dalam amplop
kecil atau kertas terlipat sebelum klinik atau bagian rawat jalan
dimulai. Sehingga pada saat pasien memerlukannya obat-obatan
tersebut sudah siap .tindakan ini memiliki beberapa keuntungan:
a) Pasien menerima pengobatan dosis penuh yang tepat.

32
b) Menghemat waktu , sehingga menunggu dan antri saat
taplet dihitung dapat dihindari.
c) Dapat memberi petunjuk tercetak dalam bungkus atau
dituliskan di amplop untuk memberitaukan kepada pasien
bagai mana dan kapan obat di minum. Harus di pikirkan
tanda khusus untuk memberikan keterngan yang sama bagi
pasien buta hurup , misal gambar matahari terbit
menandakan pagi hari .
d) Cara ini terutama barguna untuk klinik tertentu yang
memberikan pengopbatan standat kepada semua pasien,
misal tablet besi dan asam folat untuk wamita hamil .
e) Pengamatan dan pengawasan pengeluaran obat menjadi
lebih mudah.

b. Sentralisasi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya
oleh perawat (nursalam,2002).
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan,sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Penggunaan obat hanya merupakan salah satu segi pelayanan
kesehatan tetapi merupakan yang paling penting. Obat itu penting
manajemen penyediaan obat-obatan dalam unit kesehatan Merupakan
salah satu tanggung jawab pekerja kesehatan Obat itu mempunyai
kekuatan obat harus digunakan dengan ketrampilan ,pengetahuan dan
ketepatan, bila obat dapat berbahaya obat itu mahal pemborosan dan
penggunaan obat yang salah dapat mengakibatkan berkurangnya
persediaan, yang menyebabkan beberapa pasien tidak dapat diobati
sebagaimana mestinya.
1) Tehnik pengolahan obat (sentralisasi)

33
Teknik pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang di berikan kepada pasien baik obat oral maupun
obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada perawat
(Nursalam,2007). Penanggung jawab pengelolaan obat adalah
kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan
kepada staf yang ditunjuk (Nursalam.2002). Pengeluaran dan
pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien
atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat tersebut : Prinsip Enam Benar.
2)Penerimaan Obat
a) Obat yang telah diresepkan di tunjukkan kepada perawat
dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan
kepada perawat dengan menerima lembar terima obat.
b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat,
jumlah dan sediaan dalam kartu control, dan diketahui
oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat.
Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan
kapan atau bilamana obat tersebut akan habis. Serta
penjelasan tentang 6 benar.
c) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan
obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat.
d) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disampaikan oleh
perawat dalam kotak obat (Nursalam, 2002).
3) Pembagian Obat
a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam
buku daftar pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan
oleh perawat dengan memerhatikan alur yang tercantum
dalam buku daftar penerimaan obat: dengan terlebih
dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan
dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.

34
c) Pada saaat pemberian obat, perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping.
Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada
pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi
oleh kepala ruang atau petugas yang ditujukan dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-obatan
yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga
dan kemudian dimintakan resep kepada dokter
penganggung jawab pasien (Nursalam, 2002).
4) Menyimpan persediaan obat (sentralisasi obat)
a) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat,
jumlah obat, dan menulis etiket dan alamat pasien
(pedoman, 1997). Penyimpanan stok (persediaan) yang
teratur dengan baik merupakan bagian penting dari
manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku
besar persediaan atau dalam kartu persediaan
(Nursalam,2007)
b) System kartu persediaan: Sebuah kartu persediaan (kartu
stok) kadang-kadang digunakan untuk menggantikan buku
persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar
persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan
menambahkan barang yang diterima dan mengurangi
dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku
besar persediaan, masing-masing barang ditempatkan pada
halaman yang terpisah, tetapi dalam system kartu
persediaan, masing-masing barang dituliskan dalam kartu
terpisah.
c) Lemari obat: Periksa keamanan mekanisme kunci dan
penerangan lemari obat serta lemari pendingin. Periksa

35
persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan
oral (untuk diminum) dan obat luar.

2.3.3 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengelolaan Obat

a. Memeriksa ulang tas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, dan
menulis eriket dan alamat pasien (Pedoman, 1997). Penyimpanan stok
(persediaan) yang teratur dengan baik merupaka bagian penting dari
manajemen obat.
b. Sistem kartu persediaan kadang-kadang digunakan untuk menggantikan
buku besar persediaan.karnu ini berfungsi seperti buku besar pesediaan,
yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan barang yang diterima
dan megurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam hal ini
buku persediaan, masing-masing barang ditempakan pada halaman yang
terpisah, tetapi dalam sistem kartu persediaan, masing-masing barang
yang dituliskan dalam kartu yang terpisah.
c. Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemri obat serta
lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan anatara obat untuk
penggunaan oral dan obat luar (Pedoman,1990).
d. Obat-obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang terkunci atau ari
lemari penyimpanan oleh orang-orang yang bertugas menangani
persediaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu.
e. Kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan pengeluaran obat akan
memungkinkan perawat mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang,
mencocokkan pemakain obat dengan pengobatan psien, segera tidak
dasar akan ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa peubahan
pemakain obat (Mc Mahon,1999).

2.3.4 Peran Perawat dalam Pengelolaan Obat

Peran dalam sentralisasi obat (Nursalam, 2007)

36
a. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
b. Menjelaskan tujuan dilaksanaannya sentralisasi obat
c. Menjelaskan manfaat dilaksanaanya sentralisasi obat
d. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
e. Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat selama
pasien dirawat
f. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi
g. Perawat primer lain dan supervisor
h. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan malpraktik
i. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
j. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi

37
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Timbang terima adalah transfer tentang informasi selama


perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup pertanyaan,
klasifikasi, konfirmasi tentang pasien, tanggung jawab utama dan
kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan
melanjutkan perawatan. Timbang terima memiliki beberapa istilah lain.
Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout,
signover dan cross coverage.
Pendelegasian merupakan pengambilan keputusan, tugas-tugas
mana yang dikerjakan manajer sendiri serta mana yang diserahkan kepada
dan dikerjakan oleh orang lain.
Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah
sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan, karena ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan
obat akan memberi dampak negatif terhadap rumah sakit, baik secara
medik, sosial maupun secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit
adalah satu – satu unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung
jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan
obat / perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit.
3.2. Saran

Diharapkan mahasiswa keperawatan memahami bagaimana cara


melakukan timbang terima dan pendelegasian yang baik. Dan dapat di aplikasikan
dalam praktik

38
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, A. (2017). GAMBARAN PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA


PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA. Repository- UNJAYA, 13(3),
1576–1580. Retrieved from https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=2ahUKEwig6du_lfvj
AhXMknAKHfaWCGQQFjABegQIAhAC&url=http%3A%2F
%2Frepository.unjaya.ac.id%2F2271%2F8%2FANDI
%2520PRAYITNO_2213122_pisah.pdf&usg=AOvVaw0byQxcNB3sSv
wfUuGnQY8D
Anonime. Konsep Timbang Terima Pasien. Diperoleh dari
https://edoc.pub/download/konsep-timbang-terima-pasien-2-pdf-
free.html. Diakses pada 25 Maret 2020

Riberu imel. 2017. Konsep Dasar Timbang Terima. Diperoleh dari


https://www.academia.edu/35568575/Konsep_dasar_timbang_terima.
Diakses pada 25 Maret 2020

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi Keperawatan Profesional


(p. 342). Salemba Medika.

Siregar, Charles. JP. Amalia Lia,2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Cetakan. I, Penerbit EGC, Jakarta.

Syamsuni, H.A. Drs. Apt. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Am Zebua. 2015. Penerapan timbang terima pasien. Diperoleh dari


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/590494/Chapter%2011.pdf.
Diakses pada tanggal 25 Maret 2020

39

Anda mungkin juga menyukai