OLEH :
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Konsep Timbang Terima Pasien, Pendelegasian Tugas dan Pengelolaan Obat”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen
Keperawatan.
Selama penulisan makalah ini penulis mengalami banyak kesulitan dalam
penyusunannya, namun kesulitan tersebut dapat diatasi berkat adanya bantuan,
bimbingan serta dorongan baik secara moral maupun materiil dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
turut memberikan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna mengingat
keterbatasan kemampuan, pengetahuan, waktu dan buku-buku penunjang yang
penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk penyempurnaannya.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini, dapat bermanfaat bagi
semua pihak di kemudian hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan.......................................................................................... 37
3.2 Saran................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan
keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara professional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Tuntutan masyarakat
terhadap kualitas pelayanan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspn
oleh perawat. Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar tentang
konsep pelayanan keperawatan dan langkah-langkah konkret dalam
pelaksanaannya.
1
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang
terima dilakukan oleh perawat primer.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting karena
dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keeperawatan yang diberikan
akan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggung jawab
dan tanggung gugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan
dengan baik, maka akan muncul keracunan dari tindakan keperawatan yang
diberikan karena tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar
pemberian tindakan keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan
keperawatan dan menurunkan tingkat kepuasan pasien. Kegiatan timbang terima
yang telah dilakukan perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya
2. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai materi timbang terima pasien,
pendelegasian tugas, dan pengelolaan obat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan
selama 24 jam (Kerr, 2002).
4
tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang terima juga sebagai
dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan selanjutnya.
c. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk
melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat
yang mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan
yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada
pergantian dinas Universitas Sumatera Utara dan tidak dibawa
pulang. Dengan kata lain, proses timbang terima dapat mengurangi
kecemasan yang terjadi pada perawat.
d. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi
untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan
selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung
jawab antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan
pasien secara komprehensif.
e. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien
diantaranya, pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal, dan dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat
bagi perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat
mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien,
5
saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung
bila ada yang belum terungkap.
6
Universitas Sumatera Utara multidisiplin, timbang terima pasien
harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir
untuk pasiennya yang relevan.
d. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi
untuk timbang terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan,
dimana strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat
ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada
pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung
jawab misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain
untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat
penting untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan,
aman dan efektif.
e. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka
dan di sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka
pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan timbang
terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi
yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas
dari gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau
bunyi alat telekomunikasi.
f. Proses timbang terima pasien
1) Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran
peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar
pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar
belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian
dan tindakan yang perlu dilakukan.
2) Kondisi pasien memburuk
7
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan
pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang
terdeteksi.
3) Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan
yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja
dan risiko keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh
staf.
8
e. Timbang terima pasien dan obat-obatan
Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat
dicegah, masalah tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat
mentransfer pasien, pergantian dinas, dan cara pemberitahuan
minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan
pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.
9
2) Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang
perlu disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran
penjaga dan anggota keluarga, bagaimana untuk berbagi
informasi sensitif, apa yang tidak dibahas di depan pasien, dan
bagaimana melindungi privasi pasien.
10
2.1.8 Pelaksanaan Timbang terima yang baik dan benar
Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar
diantaranya:
a. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan
waktu yang cukup panjang agar tidak terburu-buru.
b. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali
dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.
c. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan
untuk mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.
d. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang
terima juga perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.
e. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk
membahas penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa
yang akan dikerjakan.
f. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh,
agar peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat
dipertahankan jika perawat absen untuk waktu yang lama,
misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur.
11
2.1.10 Prosedur timbang terima
Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu:
a. Persiapan
1) Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima
sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan
dinas sebaiknya menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
1) Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.
2) Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat
berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif halhal yang berkaitan
tentang masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang
sudah ada namun belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dibicarakan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diberikan kepada perawat jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah:
a) Identitas pasien dan diagnosis medis.
b) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan.
d) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya, diantaranya operasi,
pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan penunjang
12
lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang dilakukan pada saat
timbang terima dan berhak menanyakan mengenai hal-
hal yang kurang jelas.
g) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat
dan jelas.
h) Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien
tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan penjelasan yang lengkap dan terperinci.
i) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat
primer.
Menurut Yasir (2009) saat pelaksanaan timbang terima
juga dapat:
Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman
data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang.
Metode itu berupa one way communication atau
komunikasi satu arah.
Menggunakan komunikasi oral atau spoken atau
melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
Menggunakan komunikasi tertulis atau written.
Yaitu melakukan pertukaran informasi dengan
melihat pada medical record saja atau media tertulis
lain.
13
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggung jawab meliputi faktor informasi yang akan disampaikan
oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran dinas jaga, dimana antara perawat yang akan pulang
dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya
timbang terima itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang
memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang
dinas sebelumnya kepada perawat yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan merupakan aktivitas
dari perawat yang menerima timbang terima untuk melakukan
pengecekan dan informasi pada medical record dan pada pasien
langsung.
14
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
15
timbang terima menjadi beberapa tahapan yaitu tahappersiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap post timbang terima.
1. Definisi SABR
16
tindakan segera terutama terhadap pasien kritis seperti di ruang intensif
(Smith, et al, 2008; Rushton, 2010; JCAHO, 2013).
1) Situation :
- Diagnosa medis
2) Background :
17
- Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan
hasil tes sebelumnya untuk perbandingan
- Riwayat medis
3) Assessment :
4) Recommendation :
18
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini &
hasil pengkajian perawat shift sebelumnya.
1. Situation (S) :
Masalah keperawatan:
2. Background (B) :
3. Assessment (A) :
19
a. Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi
100x/menit, suhu 37 0C, RR 20 x/menit, oedema pada
ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit,
eliminasi faeses baik.
4. Recommendation (R) :
20
parahnya?
B MRS dirawat dengan:
BACKGROUND
Informasi yang Riwayat Penyakit:
berkaitan/mungki
n berkaitan
dengan
problemnya
Informasi Klinis
(Ringkas dan
penting untuk m
enuangkan problem
yang terjadi atau Lap/Pemeriksaan Penunjang lain
untuk menentukan
tindakan
selanjutnya)
Riwayat Alergi:
Tanda Vital saat ini:
Kesadaran: .......................... TD: ........./........ mmHg
Nadi: ..........x/menit Resp:
.........x/menit Temp: ......... 0C SpO2: ........%
Terapi saat ini:
21
(...................)
Paraf Dokter
(...................)
Intruksi atau anjuran dari yang menerima laporaan.**
**catatan: ditulis (writing down), dibaca kembali (read back), diulang kembali
(repeat back), dikonfirmasi oleh pemberi order (check back).
b. Evaluasi Proses
22
dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang
terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil
23
tugas tersebut. Dalam hal ini termasuk otoritas pelaksanaannya walaupun
menggunakan atas nama pimpinan.
24
implisit menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab
d. Manajer perawat/bidan menerima pertanggungjawaban
(akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai.
25
e. Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan
tugas dan wewenang baik secara tertulis maupun lisan.
f. Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan
dengan mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta
memberikan umpan balik prestasi yang dicapai.
g. Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan -
keluhannya.
h. Bantu mereka untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan
ide ide baru yang bermanfaat.
i. Memberikan ‘reward’ atas hasil yang dicapai.
j. Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.
26
8) Kurangnya kepercayaan pada bawahan
9) Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang berlebihan
10) Kurangnya ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan
beban kerja
11) Kegagalan untuk mendelegasikan kewenangan yang sepadan
dengan tanggung jawab.
12) Keseganan untuk mengembangkan bawahan
13) Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang
efektif.
b. Hambatan hambatan pada yang diberi delegasi
1) Kurangnya pengalaman
2) Kurangnya kompetensi
3) Menghindari tanggung jawab
4) Sangat tergantung dengan boss
5) Kekacauan [disorganization]
6) Kelebihan beban kerja
7) Terlalu memperhatikan hal hal yang kurang bermanfaat
27
a. Tetapkan tujuan, perawat/bidan pelaksana harus diberitahu maksud
dan pentingnya tugas yang didelegasikan.
Menurut SK Menkes pada tahun 2004, Semua proses dalam sikus manajemen
obat memerlukan pengawasan, pemeliharaan, pemantauan, administrasi,
pelaporan, dan evaluasi. Tujuan dari pengelolaan obat adalah untuk mengelola
perbekalan farmasi yang efektif dan efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam
pelayanan, meningkatkan kemampuan tenaga farmasi, mewujudkan sistem
informasi manajemen berdaya guna tepat guna, serta melaksanakan pengendalian
mutu pelayanan.Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan salah satu
28
manajemen yang penting karena dapat memberikan dampak negatif terhadap
rumah sakit, baik secara medis maupun ekonomis jika tidak dikelola secara
efisien.Tujuan pengelolaan obat di rumah sakit agar obat yang diperlukan tersedia
setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah mencukupi, mutu yang terjamin, dan harga
yang terjangkau untuk mendukung pelayanan bermutu (good quality care)
(Sabarguna, 2003).Pengolaan obat harus menjamin beberapa hal sebagai berikut:
29
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian dan penggunaan obat.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing tahap
pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian yang terkait, dengan demikian
dimensi pengelolaan obat akan dimulai dari perencanaan pengadaan yang
merupakan dasar pada dimensi pengadaan obat di Rumah Sakit.
Tujuan dari pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat
dipertanggung jawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan
efisien, menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku. Sistem pengelolaan
obat mempunyai empat fungsi dasar untuk mencapai tujuan yaitu:
a. Perumusan kebutuhan atau perencanaan (selection)
b. Pengadaan (Procure ment)
c. Distribusi (Distribution)
d. Penggunaan (Use)
30
farmasi serta meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi yang
efektif dan efisien.
b. Pengadaan yaitu proses penyediaan obat yang dibutuhkan di unit
pelayanan kesehatan.
c. Distribusi yaitu suatu proses penyebaran obat secara merata yang
teratur kepada yang membutuhkan pada saat diperlukan.
d. Penggunaan yaitu proses peresepan dan penyerahan obat dan
informasi berdasarkan resep kepada dokter.
a. Desentralisasi
Desentralisasi atau Pengelolaan obat kontrol tidak penuh diserahkan
kepada pasien atau keluarga mendapatkan pengertian yang memadai
seputar penggunaan obat dari perawat.
1) Penerimaan dan Pencatatan Obat
a) Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat.
b) Obat yang diserahkan dicatatan dalam buku masuk obat.
c) Perawat menyerahkan kartu pemberian obat kepada
keluarga / pasien.
d) Keluarga/ pasien mendapatkan penyuluhan tentang : rute
pemberian obat , waktu pemberian obat ,tujuan pemberian
dan efek samping yang mungkin timbul.
e) Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga / pasien ;
pasien / keluarga mendatangi lembar penyuluhan.
2) Pemberian Obat
a) Obat diberikan oleh keluarga atau diminum sendiri oleh
klien,perawat melakukan kontroling terhadap pemberian
obat memungkan.
31
b) Obat yang telah diminum dicek adanya efek samping , juga
dilakukan pengecekan obat tiap hari ( pagi ) untuk
menentukan apakah obat benar-benar diminum tepat dosis.
c) Obat yang hilang / berkurang /jumlah tlarifikasikidak sesuai
dengan perhitungan ; diklasifikasikana pada keluarga/
pasien
3) Penambahan Obat
a) Penambahan obat baru harus dilaporkan pada perawat untuk
dicatat dalam buku masuk obat.
b) Bila terdapat obat jenis baru , maka dilakukan penyuluhan
khusus tentang obat baru tersebut sebelum di serahkan pada
pasien
4) Obat Khusus
a) Penjelasan / penyuluhan tentang obat khusus akan diberikan
oleh perawat primer.
b) Pemberian obat khusus sebaiknya dilakukan oleh perawat
5) Menghitung Keperluan Obat
Memesan obat lebih dari pada yang diperlukan
mengakibatkan pemborosan,karena sebagian obat akan tersisa
sampai lewat batas waktu penggunaanya memesan obat kurang
dari pada yang diperlukan akan mengakibatkan kekurangan ,
dan pasien tetap sakit karena tidak dapat diobati. Oleh karena itu
sangat penting diperkirakan dengan tetap berapajumlah setiap
obat yang diperlukan.
6) Mempersiapkan Untuk Rawat Jalan
Pengobatan dosis penu menggunakan tablet obat tertentu
dapat dipersiapkan dengan cara mengemasannya dalam amplop
kecil atau kertas terlipat sebelum klinik atau bagian rawat jalan
dimulai. Sehingga pada saat pasien memerlukannya obat-obatan
tersebut sudah siap .tindakan ini memiliki beberapa keuntungan:
a) Pasien menerima pengobatan dosis penuh yang tepat.
32
b) Menghemat waktu , sehingga menunggu dan antri saat
taplet dihitung dapat dihindari.
c) Dapat memberi petunjuk tercetak dalam bungkus atau
dituliskan di amplop untuk memberitaukan kepada pasien
bagai mana dan kapan obat di minum. Harus di pikirkan
tanda khusus untuk memberikan keterngan yang sama bagi
pasien buta hurup , misal gambar matahari terbit
menandakan pagi hari .
d) Cara ini terutama barguna untuk klinik tertentu yang
memberikan pengopbatan standat kepada semua pasien,
misal tablet besi dan asam folat untuk wamita hamil .
e) Pengamatan dan pengawasan pengeluaran obat menjadi
lebih mudah.
b. Sentralisasi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya
oleh perawat (nursalam,2002).
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan,sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Penggunaan obat hanya merupakan salah satu segi pelayanan
kesehatan tetapi merupakan yang paling penting. Obat itu penting
manajemen penyediaan obat-obatan dalam unit kesehatan Merupakan
salah satu tanggung jawab pekerja kesehatan Obat itu mempunyai
kekuatan obat harus digunakan dengan ketrampilan ,pengetahuan dan
ketepatan, bila obat dapat berbahaya obat itu mahal pemborosan dan
penggunaan obat yang salah dapat mengakibatkan berkurangnya
persediaan, yang menyebabkan beberapa pasien tidak dapat diobati
sebagaimana mestinya.
1) Tehnik pengolahan obat (sentralisasi)
33
Teknik pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang di berikan kepada pasien baik obat oral maupun
obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada perawat
(Nursalam,2007). Penanggung jawab pengelolaan obat adalah
kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan
kepada staf yang ditunjuk (Nursalam.2002). Pengeluaran dan
pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien
atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat tersebut : Prinsip Enam Benar.
2)Penerimaan Obat
a) Obat yang telah diresepkan di tunjukkan kepada perawat
dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan
kepada perawat dengan menerima lembar terima obat.
b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat,
jumlah dan sediaan dalam kartu control, dan diketahui
oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat.
Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan
kapan atau bilamana obat tersebut akan habis. Serta
penjelasan tentang 6 benar.
c) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan
obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat.
d) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disampaikan oleh
perawat dalam kotak obat (Nursalam, 2002).
3) Pembagian Obat
a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam
buku daftar pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan
oleh perawat dengan memerhatikan alur yang tercantum
dalam buku daftar penerimaan obat: dengan terlebih
dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan
dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
34
c) Pada saaat pemberian obat, perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping.
Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat
setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada
pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi
oleh kepala ruang atau petugas yang ditujukan dan
didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-obatan
yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga
dan kemudian dimintakan resep kepada dokter
penganggung jawab pasien (Nursalam, 2002).
4) Menyimpan persediaan obat (sentralisasi obat)
a) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat,
jumlah obat, dan menulis etiket dan alamat pasien
(pedoman, 1997). Penyimpanan stok (persediaan) yang
teratur dengan baik merupakan bagian penting dari
manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku
besar persediaan atau dalam kartu persediaan
(Nursalam,2007)
b) System kartu persediaan: Sebuah kartu persediaan (kartu
stok) kadang-kadang digunakan untuk menggantikan buku
persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar
persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan
menambahkan barang yang diterima dan mengurangi
dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku
besar persediaan, masing-masing barang ditempatkan pada
halaman yang terpisah, tetapi dalam system kartu
persediaan, masing-masing barang dituliskan dalam kartu
terpisah.
c) Lemari obat: Periksa keamanan mekanisme kunci dan
penerangan lemari obat serta lemari pendingin. Periksa
35
persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan
oral (untuk diminum) dan obat luar.
a. Memeriksa ulang tas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, dan
menulis eriket dan alamat pasien (Pedoman, 1997). Penyimpanan stok
(persediaan) yang teratur dengan baik merupaka bagian penting dari
manajemen obat.
b. Sistem kartu persediaan kadang-kadang digunakan untuk menggantikan
buku besar persediaan.karnu ini berfungsi seperti buku besar pesediaan,
yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan barang yang diterima
dan megurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam hal ini
buku persediaan, masing-masing barang ditempakan pada halaman yang
terpisah, tetapi dalam sistem kartu persediaan, masing-masing barang
yang dituliskan dalam kartu yang terpisah.
c. Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemri obat serta
lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan anatara obat untuk
penggunaan oral dan obat luar (Pedoman,1990).
d. Obat-obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang terkunci atau ari
lemari penyimpanan oleh orang-orang yang bertugas menangani
persediaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu.
e. Kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan pengeluaran obat akan
memungkinkan perawat mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang,
mencocokkan pemakain obat dengan pengobatan psien, segera tidak
dasar akan ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa peubahan
pemakain obat (Mc Mahon,1999).
36
a. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
b. Menjelaskan tujuan dilaksanaannya sentralisasi obat
c. Menjelaskan manfaat dilaksanaanya sentralisasi obat
d. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
e. Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat selama
pasien dirawat
f. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi
g. Perawat primer lain dan supervisor
h. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan malpraktik
i. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
j. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi
37
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
38
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Charles. JP. Amalia Lia,2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Cetakan. I, Penerbit EGC, Jakarta.
Syamsuni, H.A. Drs. Apt. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
39