Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : NI WAYAN ASTINI

NIM : P07120018133

KELAS : 2.4

SEMESTER : EMPAT (4)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

D3 KEPERAWATAN

TAHUN 2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik


saluran napasa yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang
berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada
malam hari atau dini hari yang umumnya bersifat revrsibel baik dengan
atau tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009)

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten,


reversibel dimana trakea dan bronchi berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu (Smeltzer&Bare, 2002).

Asma bronkial adalah proses peradangan di saluran nafas yang


mengakibatkan peningkatan responsive dari saluran nafas terhadap
berbagai stimulus yang dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas
yang menyeluruh dengan gejala khas sesak nafas yang reversible.
(Kaliner, 1991)

Jadi dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit jalan napas


obstruktif yang disebabkan oleh berbagai stimulan, yang ditandai dengan
spasme otot polos bronkiolus.

2. Penyebab/ Faktor Predisposisi


Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma, yaitu :
a. Faktor predisposisi
1. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1. Perubahan cuaca.

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering


mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.

2. Alergen

Alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar


anak dengan asma. Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas
juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas
bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit
dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah
antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan
asma.Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan
dengan bahan alergen berhubungan dengan umur. Bayidan anak
kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya
tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen
pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada bayi dan
anak kecil.

3. Infeksi.

Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak.


Virus yang menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV)
dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri
misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus
dan parasit seperti Askaris.

4. Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok,
bau tajam dari cat, SO2 dan polutan udara lainya dapat memacu
serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat
menimbulkan refleks bronkokonstriksi.

5. Kegiatan jasmani

Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda


dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis
yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal
paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.

6. Infeksi saluran nafas.

Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis


dapat memudahkan terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika
dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.

3. Patofisiologi

Adanya debu,asap rokok,bulu binatang,hawa dingin terpapar pada


penderita. Benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali
oleh sistem tubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda asing
(antigen). Anggapan itu kemudia memicu dikeluarkannya antibodi yang
berperanan sebagi respon reaksi hipersensitif seperti neutrofil,basofil dan
immunoglobulin E. Masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi
antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang membentuk
ikatan seperti key and lock.

Ikatan antigen dan antibodi akan merangsang peningkatan


pengeluaran mediator kimiawi seperti histamin,neutrofil,chemotactic
slow acting,epinefrin,norepinefrin dan prostaglandin. Peningkatan
mediator-mediator kimia tersebut akan merangsang peningkatan
permibialitas kapiler,pembengkakan pada mukosa saluran pernapasa
terutama bronkus. Pembengkakan yang hampir merata pada semua
bagian bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus dan sesak
napas. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang
masuk saat inspirasi sehingga menurunkan oksigen yang darah. Kondisi
ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita
terlihat pucat dan lemah

Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi


mukus dan meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Penderoita jadi
ering batuk dengan produksi mukus yang cukup banyak.

Suatu serangan akut asma akan disertai oleh banyak perubahan


dijalan nafas yang menyebabkan penyempitan: edema dan peradangan
selaput lender, penebalan membrane basa, hipersekresi kalenjar mucus
dan yang lebih ringan kontraksi otot polos. Perubahan histology yang
sama dpat dijumpai pada keadaan tanpa serangan akut akibat pajanan
kronik derajat rendah ke satu atau lebih pemicu asma. Melalui berbagai
jalur, zat-zat pemicu tersebut merangsang degranulasi sel mast dijalan
nafas yang menyebabkan pembebasan berbagai mediator yang
bertanggung jawab untuk perubahan yang terjadi. Obstruksi
menyebabkan peningkatan resistensi jala nafas (terutama pada ekspirasi
karena penutupan jalan nafas saat ekspirasi yang terlalu dini); hiperinflasi
paru; penurunan elastisitas dan frekuensi-dependent compliance paru;
peningkatan usaha bernafas dan dispneu; serta gangguan pertukaran gas
oleh paru. Obstruksi yang terjadi tiba-tiba besar kemungkinannya
disebabkan oleh penyempitan jalan nafas besar, dengan sedikit
keterlibatan jalan nafas halus, dan biasanya berespon baik terhadap terapi
bronkodilator. (Wijayaningsih, 2013)

Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium
pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi
karena iritasi mukosa yang kental dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi
edema dan pembengkakan bronkus. Stadiun kedua ditandai dengan batuk
disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak nafas, berusaha
untuk bernafas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing ).
Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur,
penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru.
Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena
aliran udara kecil, tidak ada batuk,pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur,
irama pernafasan tinggi karena asfiksia. ( Kaliner, 1991)

4. Klasifikasi
Klasifikasi asma menurut Smeltzer & Bare, 2002, yaitu :
a. Asma episode yang jarang

Biasanya terdapat pada anak umur 3 – 8 tahun. Serangan


umumnya dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas.
Banyaknya serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya serangan
dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.

Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi


dapat berlangsung kurang dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat
berlangsung 10 – 14 hari. Manifestasi alergi lainya misalnya, eksim
jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya
baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan
70 – 75 % dari populasi asma anak.

b. Asma episode yang sering

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur


sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan
infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 – 6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas
fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi
serangan 3 – 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari
sampai beberapa minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada
umur 8 – 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang sukar
dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya
gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi
yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan
tergantung frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 – 2
minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat
ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan
pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini merupakan 2-0 % dari
populasi asma pada anak.

c. Asma kronik atau persisten

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi


sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari
50 % anak terdapat mengi yang lama pada dua tahun pertama, dan
50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 – 6 tahun akan
lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan
hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh
batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari
waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan sering memerlukan
perawatan di rumah sakit.

Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan


berat, hanya sesak sedikit dan mengi sepanjang waaktu. Biasanya
setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru menyadari
mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas
mencapai puncakya pada umur 8 – 14 tahun, baru kemudian terjadi
perubahan, biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 %
golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering. Jarang yang
betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan
fisik jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks
seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus
Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan
yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurang sekali,
sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga
sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu.
Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:

a. Ekstrinsik (alergik)

Asma ekstrinsik ditandai dengan adanya reaksi alergik


yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus spesifik (alergen),
seperti serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan
terjadi serangan asthma ekstrinsik. Pasien dengan asma ekstrinsik
biasanya sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi dalam keluarganya.

b. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi


terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih
berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.

c. Asthma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai


karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

5. Gejala Klinis
a. Gejala awal berupa :
- Batuk terutama pada malam atau dini hari
- Sesak napas
- Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien
menghembuskan napasnya
- Rasa berat di dada
- Dahak sulit keluar.
- Belum ada kelainan bentuk thorak
- Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
- BGA belum patologis
b. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam
jiwa atau disebut juga stadium kronik. Yang termasuk gejala yang
berat adalah:
- Serangan batuk yang hebat
- Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
- Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
- Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan
duduk
- Kesadaran menurun
- Thorak seperti barel chest
- Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
- Sianosis
- BGA Pa O2 kurang dari 80%
- Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)

Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2002) manifestasi klinis dari asma,
diantaranya:
- Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan mengi. Serangan
asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak
dalam dada, disertai dengan pernapasan lambat, mengi dan laborius.
- Sianosis karena hipoksia
- Gejala retensi CO2 : diaforesis, takikardia, pelebaran tekanan nadi.
Objektif :
 Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheesing
 Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan
 Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan
 Sianosis, takikardi, gelisah, pulsus paradoksus
 Fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeks dan hilus)
Subyektif :
 Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia
Psikososial :
 Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung
 Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya

Gejala klinis asma yaitu :


 Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.
 Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
 Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan
nafas sempit.
 Tachypnea, orthopnea.
 Diaphoresis
 Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
 Fatigue.
 Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan
bicara.
 Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
 Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat
ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi
hipersonor.
 Serangan yang tiba-tiba atau berangsur.
 Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan / Respirasi

Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea,


barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan
PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada
auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering
musikal.

b. Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c. Sistem Persyarafan / neurologi

Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :


gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.

d. Sistem perkemihan

Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang


akibat sesak nafas.

e. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal

Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap


makan dan minum, mukosa mulut kering.

f. Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

7. Pemeriksaan Diagnostic/ Penunjang


a. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dijumpai napas menjadi cepat dan


dangkal, terdengar bunyi mengi pada pemeriksaan dada (pada
serangan sangat berat biasanya tidak lagi terdengar mengi, karena
pasien sudah lelah untuk bernapas)

b. Pemeriksaan Fungsi Paru


1. Spirometri

Spirometri adalah mesin yang dapat mengukur kapasitas


vital paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1). Pemeriksaan ini sangat tergantung kepada kemampuan
pasien sehingga diperlukan instruksi operator yang jelas dan
kooperasi pasien. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil
nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang diperiksa. Sumbatan jalan napas
diketahui dari nilai VEP1 < 80% nilai prediksi atau rasio
VEP1/KVP < 75%.

Selain itu, dengan spirometri dapat mengetahui


reversibiliti asma, yaitu adanya perbaikan VEP1 > 15 % secara
spontan, atau setelah inhalasi bronkodilator (uji bronkodilator),
atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14 hari, atau setelah
pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2 minggu.Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi
juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.

2. Peak Expiratory Flow Meter (PEF meter)

Sumbatan jalan napas diketahui dari nilai APE < 80%


nilai prediksi. Selain itu juga dapat memeriksa reversibiliti, yang
ditandai dengan perbaikan nilai APE > 15 % setelah inhalasi
bronkodilator, atau setelah pemberian bronkodilator oral 10-14
hari, atau setelah pemberian kortikosteroid (inhalasi/oral) 2
minggu.

Variabilitas APE ini tergantung pada siklus diurnal (pagi


dan malam yang berbeda nilainya), dan nilai normal variabilitas
ini < 20%.

Cara pemeriksaan variabilitas APE

Pada pagi hari diukur APE untuk mendapatkan nilai


terendah dan malam hari untuk mendapatkan nilai tertinggi.

APE malam – APE pagi

Variabilitas harian = ------------------------------------- x 100%

½ (APE malam + APE pagi)

(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)

c. Pemeriksaan Tes Kulit (Skin Test)


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

d. Pemeriksaan Darah

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat


pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.Pemeriksaan ini
hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau
status asmatikus.

8. Diagnose/ Kriteria Diagnosis

Diagnosis asma pada anak ditegakkan berdasarkan terutama pada


anamnesis dan pemeriksaan fisik : pemeriksaan penunjang mempunyai
peran menunjukkan berat ringannya dan untuk kepentingan terapi. Oleh
karena gejala asma pada anak dangat bervariasi maka diagnosis asma
sulit ditegakkan.

Pemeriksaan fisik waktu serangan dapat ditemui frekuensi nafas


meningkat, amplitudo nafas dangkal, sesak nafas, nafas cuping hidung,
sianosis, gerakan dinding dada berkurang, hipersonor, bunyi nafas
melemah, wheezing ekspirasi, ronki kering, ronki basah dan suara lendir.
Pemeriksaan laboratorium, darah tepi ddan secret hidung. IgE total dapat
meningkat. Analisa gas darah dapat menunjukkan asidosis, CO2
meningkat. Pada iju fungsi paru nilai PEFR atau FEV1 menurun.

9. Terapi/ Tindakan Penanganan


Terapi/ Tindakan Penanganan yang dapat diberikan pada anak dengan
asma antara lain :
a. Pemberian obat bronkodilator seperti salbutamol dengan dosis rata-
rata yang dapat dipakai 0,1-0,2 mg/kgBB setiap kali pemeberian
bronkodilator
b. Pemberian antibiotik seperti ampisilin atau amoksilin peroral dosis
rata-rata yang dapat dipakai 10-20 mg/kgBB setiap kali pemberian.
Antibiotik ini berfungsi mencegah timbulnya penyakit sekunder
terutama pada bronkus. Penumpukan sekret yang berlebihan atau
gerakan silia yang berlebihan dapat membuat perlukaan pada
jaringan mukosa sehingga dapat menjadi meiator pertumbuhan
mikroorganisme.
c. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan
intravena. Untuk mendapatkan konsentrasi yang dapat memenuhi
kebutuhan dapat diberikan secara bicanule maupun masker dengan
dosis rata-rata 3 liter permenit.
d. Terapi inhalasi bronkodilator kombinasi dengan mukolitik atau
ekspetoran. Kalau di rumah dapat juga memakai terapi uap air
hangat yang dicampur dengan minyak kayu putih atau sejenis.
e. Menghindari anak dari paparan alergen seperti debu, hawa dingin
dengan cara memberi proteksi seperti masker,jaket,tebal.
f. Mengurangi anak dari kelelahan yang berlebihan tetapi jangan over
proteksi. Misalnya membuat kegiatan bermain di rumah dengan cara
mengajak teman sebaya ke rumah. Kalau rumah sakit dipilihkan
aktivitas bermain yang tidak banyak menyita energi.

10. Komplikasi
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal
nafas
b. Chronik persistent bronchitis
c. Bronchiolitis
d. Pneumonia
e. Emphysema.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
1) Riwayat kesehatan masa lalu :
Riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Keluhan sesak napas, keringat dingin.
3) Status mental :
Lemas, takut, gelisah
4) Pernapasan :
Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
5) Gastro intestinal :
Adanya mual, muntah.
6) Pola aktivitas :
Kelemahan tubuh, cepat lelah
b. Pemeriksaan Fisik
1. Dada
a) Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
b) Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
c) Keabnormalan struktur Thorax
d) Contour dada simetris
e) Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna
merata
f) RR dan ritme selama satu menit.
2. Palpasi
a) Temperatur kulit
b) Premitus : fibrasi dada
c) Pengembangan dada
d) Krepitasi
e) Massa
f) Edema
3. Auskultasi
a) Vesikuler
b) Broncho vesikuler
c) Hyper ventilasi
d) Rochi
e) Wheezing
f) Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Spirometri
b) Tes provokasi
c) Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d) Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e) Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f) Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g) Pemeriksaan sputum.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif adalah suatu keadaan ketika seorang
indivdu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada
status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk
secara efektif. (Carpenito, 2012)
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Penyebab
1. Fisiologis
- Spasme jalan napas
- Hipersekresi jalan napas
- Disfungsi neuromuskuler
- Benda asing dalam jalan napas
- Adanya jalan napas buatan
- Sekresi yang tertahan
- Hiperplasia dinding jalan napas
- Proses infeksi
- Respon alergi
- Efek agen farmakologis (mis.anastesi)
2. Situsional
- Merokok aktif
- Merokok pasif
- Terpajan polutan
b. Pola Napas Tidak Efektif adalah keadaan ketika seorang individu
mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang
berhubungan dengan perubahan pola pernapasan. (Carpenito, 2012)
Pola nafas tidak efektif
Penyebab
- Depresi pucat pernapasan
- Hambatan upaya napas (nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
- Deformitas dinding data
- Deformitas tulang dada
- Gangguan neuromaskular
- Gangguan neorologis (cedera kepala, gangguan kejang)
- Penurunan energi
- Obesitas
- Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
- Cedera pada medula spinalis
- Efek agen farmakologis
- Kecemasan
c. Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan ketika seorang individu
mengalami penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida) yang
aktual (atau dapat mengalami potensial) antara alveoli paru – paru dan
sistem vaskular. (Carpenito, 2012)
Gangguan pertukaran gas
Penyebab
- Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
- Perubahan membram alveolus-kapiler
3. INTERVENSI/ RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Hari/ Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Tanggal Keperawatan
1. Bersihan Setelah diberikan Intervensi Utama : Intervensi Utama :
Jalan Nafas asuhan keperawatan Manajemen Jalan Manajemen Jalan
Tidak Efektif selama . . . x 24 jam Nafas Nafas
diharapkan bersihan Observasi : Observasi :
jalan nafas efektif 1. Monitor pola 1. mengetahui
dengan kriteria : napas (mis. pola napas
- Menunjukkan Frekuensi) klien
jalan nafas 2. Monitor 2. mengetahui
bersih bunyi apakah ada
- Suara nafas tambahan bunyi
normal tanpa (mis. tambahan
suara tambahan Mengi,wheez atau tidak
- Tidak ada ing, ronchi
penggunaan otot kering )
bantu nafas Terapeutik : Terapeutik :
- Mampu 3. Posisikan 3. meningkatkan
melakukan pasien semi pengembanga
perbaikan fowler/fowler n diafragma
bersihan jalan Edukasi : Edukasi :
nafas 4. Anjurkan ibu 4. Agar sekret
untuk bisa keluar
memberikan
anaknya air
hangat

Kolaborasi : Kolaborasi :
5. Kolaborasikan 5. Mempercepat
pemberian mukolitik kesembuhan pasien
atau ekspetoran
2. Pola Nafas Setelah diberikan Intervensi Utama : Intervensi Utama :
Tidak asuhan keperawatan Manajemen Jalan Manajemen Jalan
Efektif selama . . . x 24 jam Nafas Nafas
diharapkan pola Observasi : Observasi :
nafas efektif dengan 1. Monitor pola 1. mengetahui
kriteria : napas (mis. pola napas
- Menunjukkan Frekuensi) klien
pola nafas 2. Monitor 2. mengetahui
efektif dengan bunyi apakah ada
frekuensi nafas tambahan bunyi
16-24 kali/menit (mis. tambahan
dan irama Mengi,wheez atau tidak
teratur ing, ronchi
- Mampu kering )
menunjukkan Terapeutik : Terapeutik :
perilaku 3. Posisikan 3. meningkatkan
peningkatan pasien semi pengembanga
fungsi paru fowler/fowler n diafragma
Edukasi : Edukasi :
4. Anjurkan ibu 4. Agar sekret
untuk bisa keluar
memberikan
anaknya air
hangat

Kolaborasi : Kolaborasi :
5. Kolaborasikan 5. Mempercepat
pemberian mukolitik kesembuhan pasien
atau ekspetoran
3. Gangguan Setelah diberikan Intervensi Utama : Intervensi Utama :
Pertukaran asuhan keperawatan Pemantauan Pemantauan
Gas selama . . . x 24 jam Respirasi Respirasi
diharapkan Observasi : Observasi :
mempertahankan 1. Monitor 1. Mengetahui
pertukaran gas yang frekuensi, kesadaran
normal dengan irama dan kondisi
kriteria : kedalaman tubuh dalam
- Menunjukkan dan upaya keadaan
perbaikan nafas normal atau
ventilasi dan tidak
oksigenasi 2. Monitor pola 2. Mengetahui
jaringan nafas pola nafas
- Tidak ada gejala dalam
distress keadaan
pernafasan normal atau
tidak
Terapeutik : Terapeutik :
3. Dokumentasi 3. Mengetahui
kan hasil hasil dari
pemantauan pemantauan
yang
dilakukan
Edukasi : Edukasi :
4. Jelaskan 4. Mengetahui
tujuan dan tujuan dari
prosedur pemantauan
pemantauan

4. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi.

5. EVALUASI
a. Evaluasi formatif (proses)
Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari
proses keperawatan dan hasil kualitas peayanan asuhan keperawatan.
Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas
intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan
hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data
dalam evaluasi proses terdiri atas analisis rencana asuhan keperawatan,
pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan
form evaluasi. Ditulis pada catatan perawatan. Contoh: membantu pasien
duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa pusing.
b. Evaluasi Sumatif (hasil)
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan.
Focus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini
dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta


:EGC
Depkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta : EGC
Direktorat BIna Farmasi dan Klinik. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Asma. Departemen Kesehatan RI

Kaliner, MA. 1991. Astma its Pathology and Treatment. National Institutes of
Health Bethesda, Maryland.

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth. Jakarta : EGC. 2002

Wijayaningsih Kartika Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Trans


Info Media

Tim Pokja PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:DPP


PPNI

Tim Pokja PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:DPP


PPNI

Tim Pokja PPNI. 2017. Standar Diagnosa Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta:DPP PPNI

Denpasar, .............................. 2020

Nama Mahasiswa
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ASMA

Ilustrasi Kasus :

An. S usia 3 tahun dirawat di RSUD Klungkung. Ibu Klien mengeluh


anaknya sesak nafas 1 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit, klien tidak
batuk, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar bunyi wheezing.
Klien tampak pucat dan tampak gelisah. Ibu klien mengatakan klien ada
alergi terhadap udara dingin. Klien dan ibu klien tampak cemas. Ibu klien
belum mengetahui tentang penyakit asma. TTV: Nadi : 92 x/menit, Suhu :
37˚C, dan RR : 38 x/menit.

I. PENGKAJIAN
i. IDENTITAS
a. Anak
1. Nama : An. S
2. Umur : 3 Tahun
3. Anak yang ke : 1 (Pertama)
4. Tanggal lahir/umur : 08 Agustus 2015
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Agama : Hindu
b. Orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. B (kandung)
b. Umur : 33 Tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Klungkung
2. Ibu
a. Nama : (kandung/tiri)
b. Umur : 30 Tahun
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
d. Pendidikan : SMA
e. Agama : Hindu
f. Alamat : Klungkung

ii. ALASAN DIWARAT


1. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan anaknya sesak sejak 1 hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit :
Pada hari sabtu tanggal 25 September 2018 Pukul 10.00 Wita klien
dibawa ke Puskesmas karena klien sesak nafas sejak 1 hari sebelum
ke puskesmas, ibu klien mengatakan klien tidak batuk, klien ada
alergi dingin, menurut hasil dari pemeriksaan, klien didiagnosa asma
sehingga klien harus menjalani pengobatan dan dokter menganjurkan
agar klien dibawa ke RSUD Klungkung.
Pada tanggal 25 September 2018 pukul 11.15 Wita oleh keluarga
klien dibawa ke IGD RSUD Klungkung. Tiba di IGD RSUD
Klungkung Pukul 11.30 Wita dilakukan pengkajian, Ibu klien
mengatakan klien sesak nafas sejak 1 hari SMRS, klien tidak batuk,
terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar bunyi
wheezing. Klien tampak pucat dan nafsu makan klien menurun. Ibu
klien mengatakan klien ada alergi terhadap udara dingin. Klien dan
ibu klien tampak gelisah dan cemas. Ibu klien belum mengetahui
tentang penyakit asma. Di IGD RSUD Klungkung dilakukan
pemeriksaan : TTV: Nadi : 92 x/menit, Suhu : 370C, dan RR : 38
x/menit. Terapi : Oksigen 3 liter/ menit,infus RL 20 tpm, dan
nebulizer.

iii. RIWAYAT ANAK (0 – 6 TAHUN)


1. Perawatan dalam masa kandungan :
d. Dilakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur
e. Berapa kali : 4 kali
f. Kapan : pada usia kehamilan 1 bulan, 3 bulan, 5 bulan,
dan 8 bulan.
g. Tempat kelahiran klien di : Bidan.
h. Kesan pemeriksaan tentang kehamilan : ibu klien mengatakan
tidak mempunyai masalah khusus, hanya merasa mual dan
sering muntah.
i. Obat-obat yang telah diminum : selama kehamilan ibu klien
hanya meminum susu kehamilan dan jika sakit kepala, batuk
maupun pilek ibu klien hanya meminum obat-obatan dari apotek
dan langsung dibawa ke dokter terdekat.
j. Imunisasi : TT (tetanus) dapat mencegah terjadinya infeksi
tetanus pada bayi baru lahir.
k. Pemeriksaan lain tidak ada
l. Penyakit yang pernah diderita ibu : ibu klien mengatakan tidak
pernah mengalami penyakit yang serius hanya saja pernah
mengalami sakit kepala ringan, batuk serta pilek.
m. Penyakit dalam keluarga : tidak ada penyakit keturunan dalam
keluarga
2. Perawatan pada waktu kelahiran:
a. Umur kehamilan : 39 minggu
b. Dilahirkan di : Bidan
c. Di tolong oleh : Bidan dan asistennya
d. Berlangsungnya kelahiran biasa dan normal
e. Lamanya proses persalinan : kurang lebih 2 jam
f. Keadaan bayi setelah lahir : presentasi bawah kepala, ketuban
berwarna jernih, setelah lahir klien langsung menangis.
g. BB lahir 3500 gram, PBL 50cm, LK 35 cm, LD 32 cm.

iv. KEBUTUHAN BIO – PSIKO – SOSIAL - SPIRITUAL DALAM


KEHIDUPAN SEHARI-HARI
a. Bernafas
1. Kesulitan bernafas : Ada kesulitan dalam bernafas
2. Kesulitan dirasakan : menarik (terdapat tarikan dinding dada
kedalam)
3. Keluhan yang dirasa : ibu klien mengatakan anaknya susah
bernafas
4. Suara nafas : terdapat suara nafas tambahan atau
wheezing
b. Makan dan minum Bayi:
ASI/ PASI :
ASI diberikan sampai umur 6 bulan tanpa makanan pendamping ASI
karena disarankan oleh Bidan agar tumbuh kembang anak optimal.)

Makanan pendamping ASI :

- Makanan cair yang diberikan berupa air buah diberi umur 7


bulan pertama kali.
- Bubur susu diberi umur 6,5 bulan pertama kali
- Nasi tim saring diberi umur 6,5 bulan pertama kali
- Nasi tim diberi umur 8 bulan pertama kali
- Makanan tambahan lainnya sayuran, nasi, lauk pauk yang lunak
diberi umur 1 tahun pertama kali

Pola makan berapa kali sehari/selang-selingASI) :

- Sebelum sakit Ibu klien mengatakan pasien susah makan, makan


3x sehari porsi sedikit, dan tidak suka sayur klien hanya makan
sedikit nasi dan lauknya saja. Minum 6 gelas per hari. BB : 14,5
kg.
- Saat dikaji : Klien makan 2x/sehari sesuai diit dari RS tetapi
tidak habis. Minum 4 gelas per hari. BB: 14 kg.
c. Eliminasi(BAB/BAK)
Klien biasanya tidak bisa memberitahu Ibu dan melakukannya
ditolong oleh ibu.
- Sebelum sakit : BAB 1x sehari warna kuning konsistensi
lembek berbau khas, BAK 4-5x perhari warna kuning jernih
berbau khas.
- Saat dikaji : Klien belum BAB sejak dirawat di RS, BAK 2x,
warna kuning
d. Aktifitas
- Sebelum sakit : Klien aktif bermain dengan teman
sebayanya.
- Saat dikaji : Klien dibantu oleh ibunya dalam
melakukan aktivitasnya, seperti mandi, makan, ganti baju, dan
pasien hanya terlihat berbaring ditempat tidur.
e. Rekreasi
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah diajak berekreasi hanya
saja diajak ke rumah kakeknya.
f. Istirahat dan tidur Kebiasaan istirahat
Kebiasaan tidur : mengompol, sering terjaga
- Sebelum sakit : Klien tidur 9 jam sehari, tidur siang
kurang lebih 2 jam.
- Saat dikaji : Klien susah tidur dan sering terbangun
pada malam hari. Lama tidur 7 jam sehari.
g. Kebersihan diri Mandi:
- Mandi : dibantu oleh ibu di kamar mandi, Memakai sabun
khusus anak dan Dikeringkan dengan handuk
- Gosok gigi : ditolong oleh ibu, menggunakan pasta gigi,
waktu menggosok gigi kurang lebih 2-3 menit
h. Pengaturan suhu tubuh : anak biasanya ditaruh ditempat yang
sedikit hangat karena anak tidak beranai atau takut dengan suhu yang
dingin karena menyebabkan sesak nafas atau asma.
i. Rasa nyaman : nyaman dengan keluarga dan
lingkungannya
j. Rasa aman : merasa aman saat bersama orang tuanya
k. Belajar (anak dan orang tua)
Pengetahuan tentang makanan ibu mengakatan mengetahui makanan
bagi anaknya, ibu mengakatan kurang mengetahui sebab dari
penyakit anaknya, kesehatan lingkungannya baik dan sehat , personal
hygiene anak baik karena dibantu orang tuanya, tumbuh kembang
anak kurang baik, pendidikan seks anak baik.
l. Prestasi
Tidak terlihat kepandaian yang dimiliki oleh anak
m. Hubungan sosial anak
- Sebelum sakit : Klien mampu berkomunikasi dengan
kata-kata sederhana. Hubungan klien dengan orangtua dan
keluarga baik.
- Saat dikaji : Klien lebih nyaman ditemani oleh ibunya.

Melaksanakan ibadah (kebiasaan, bantuan yang diperlukan terutama


saat anaksakit)

- Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien mulai ikut


sembahyang dengan ibunya.
- Saat dikaji : Ibu klien mengatakan klien tidak bisa
sembahyang dan klien hanya bisa berdoa.
vii. PENGAWASAN KESEHATAN
Bila sehat : diawasi ya di rumah oleh orang tua.
Bila sakit : minta pertolongan kepada dokter terdekat atau
puskesmas
Kunjungan ke Posyandu : melakukan kunjungan rutin ke posyandu
Pengawasan anak dirumah : anak diawasi dengan baik oleh kedua
orang tuanya
Imunisasi ( 1 – 5 tahun) : Klien sudah mendapat imunisasi lengkap
: BCG, Polio I, II, III, ; DPT I, II, III ; dan campak.

Imunisasi Umur Tgl diberikan Reaksi Tempat


Imunisasi
BCG 1 bulan 8 September
2015
DPT I, II, 2,3,4
III bulan 8 Oktober 2015,
8 November
2015, 8 Tubuh
0,1,6 Desember 2015 menerima
HB I, II, III bulan dan Bidan
8 Agustus 2015, imunisasi
8 September lancar
9 bulan 2015, 8 Februari
CAMPAK 2016
2, 4, 18
Polio I, II, bulan 8 Mei 2016
III, IV
Tambahan / anjuran 8 Oktober 2015
8 Desember
2015
8 Februari 2017

viii. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Tidak pernah menderita penyakit sebelumnya. Ini baru penyakit pertama


yang diderita klien.

No Jenis Akut/Kronis Umu Lamanya Pertolongan


Penyai /Menular/tidak r saat
t Sakit
- - - - - -

ix. KESEHATAN LINGKUNGAN

Lingkungan rumah pasien bersih, memiliki jendela fentilasi ruangan dan


memiliki toilet/jamban keluarga.

x. PERKEMBANGAN ANAK (0 – 6 tahun)


(Motorik kasar,motorik halus, bahasa, personal sosial)
Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami keterlambatan dalm proses
tumbuh kembang.
a. Perkembangan motorik : klien mampu berjalan dengan tegak, lari-
lari kecil, melompat, dan berdiri dengan 1 kaki selama 3 detik.
b. Bahasa : klien mampu berbasaha walaupun sedikit susah
c. Personal sosial : klien mulai mampu menggosok gigi sendiri, dan
menncoba memakai baju.
xi. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesan Umun : tubuh anak bersih, pergerakan anak normal dan
aktif, postur tubuh anak normal, bentuk tubuh anak normal tidak ada
cacat, status gizi anak normal.
b. Warna kulit : normal
c. Suara waktu menangis : menangis dengan keras
d. Tonus otot : normal
e. Turgor kulit : normal, kembali dalam waktu 1 detik
f. Udema : tidak ada
g. Kepala :
- Bentuk : normal bulat
- Keaadaan rambut :
 Kebersihan : Bersih.
 Warna : Hitam.
 Tekstur : Kasar.
 Distribusi rambut : Merata.
 Kuat/mudah tercabut : Kuat.
- Kulit kepala : Bersih
- UUB : Sudah keras
h. Mata :
- Bentuk bola mata : Bulat normal
- Pergerakannya : Normal
- Keadaan pupil : Normal warna hitam
- Konjungtiva : Anemis
- Keadaan kornea mata : Normal
- Sclera : Anikterik
- Bulu mata : Lentik dan lebat
- Ketajaman penglihatan : Baik
i. Hidung :
- Adanya secret : ada sedikit secret
- Pergerakkan cuping hidung : terdapat pergerakan cuping
hidung
- Adanya suara saat bernafas : ada suara bernafas
(wheezing)
j. Telinga :
- Kebersihan : Bersih tidak ada secret
- Keadaan alat pendengaran : Mendengar normal
- Kelainan :-

k. Mulut :
- Kebersihan daerah sekitar mulut : Kurang bersih
- Keadaan selaput lendir : Ada secret dan
selaput lendir
- Keadaan tenggorokan : Normal
- Keadaan gigi (berlubang, karang gisi, kebersihan gigi,
gusi, kerusakan lain) : Gigi berlubang/prumpung, tidak
terdapat karang gigi, kebersihan gigi dan gusi kurang.
l. Leher :
- Pembesaran kelenjar/ pembuluh dara : tidak ada
pembesaran kelenjar
- Kaku kuduk : tidak ada
- Pergerakan leher : normal
m. Thoraks :
- Bentuk dada : normal
- Irama pernafasan : irama nafas cepat
dan dangkat
- Tarikan otot bantu pernafasan : terdapat tarikan
dinding dada
- Adanya suara nafas : suara nafas
wheezing
n. Jantung :
- Bunyi : S1 dan S2 bunyi reguler
- Pembesaran : tidak terdapat pembesaran jantung
o. Persarafan :
- Reflek fisiologi :
- Reflek patologis :
p. Abdomen :
- Bentuk : datar
- Pembesaran organ : tidak ada
- Keadaan pusat : normal
- Teraba skibala : teraba sedikit
- Massa : adanya massa, klien belum BAB
- Nyeri pada perabaan : tidak terasa nyeri
- Distensia : tidak ada
- Hernia : tidak ada
- Peristaltik : normal
q. Ekstremitas :
- Kelainan bentuk : tidak ada kelaianan
- Pergerakan : tidak ada gangguan gerak,
gerakan normal
- Reflek lutut : reflek cepat dan segera
- Adanya udem : tidak ada udem
- Keadaan ujung ekstremitas : normal

r. Alat kelamin : perempuan, tidak terpasang DC/cateter


s. Anus : tidak ada lesi
t. Antropometri (ukuran pertumbuhan :
- BB : 14 kg
- TB : 70 cm
- Lingkar kepala : 54 cm
- Lingkar dada : 50 cm
- Lingkar lengan : 16 cm
u. Gejala kardinal :
- Suhu : 370 C
- Nadi : 92 kali/ menit
- Pernafasan : 38 kali/ menit
- Tekanan darah :-

i. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujuk

Hemoglobin 10,8 g/dl 10,7 – 13,1


Leukosit 14,6 10’3/uL 6,0-17,5
Hematokrit l 32 % 33-43
Eritrosit 4.50 10’6/uL 3,60-5,20
Trombosit 489 10’3/uL 229-553
MCH L 22 Dg 23-31
MCHC H 33 g/dl 28-32
MCV L 65 FL 79-102
Esinfil L 0,00 % 1-5
Basofil 0,10 % 0-1
Nekofil 02, 50 % 50-70
Limfosit 25,70 % 20-70
Monosit H 21,70 % 1-11
Kimia darah
GDS H 124 Mg/dl 80-110

ii. HASIL OBSERVASI


a. Interaksi anak dengan orang tua : interaksinya baik
b. Bentuk/arah komunikasi : verbal maupun nonverbal, dua
arah atau saling bersangkutan dalam berkomuniakasi
c. Ambivalensi/kontradiksi Prilaku : tidak ada
d. Rasa aman anak : anak aman saat dilindungi atau
dirawat orang tuanya sendiri

ANALISA DATA
Tanggal/ Data Fokus Interpretasi/ Etiologi
Jam penyebab
25 DS : Spasme Jalan Nafas
September - Ibu klien mengatakan klien Wheezing, batuk
2018/ sesak nafas tidak efektif,pola
- Ibu klien mengatakan nafas beribah,
11.30 anaknya tidak ada batuk sputum berlebihan
Wita - Terdapat secret yang
berlebih
DO : Bersihan jalan
- RR : 38 x/menit napas tidak efektif
- Terdengar suara wheezing
- Terdapat pernafasan cuping
hidung Spasme jalan nafas
- Terdapat tarikan dinding
dada ke dalam

II. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal TTD


muncul teratasi
1. 25 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
September berhubungan dengan Spasme Jalan Nafas
2018/ dibuktikan dengan ibu klien mengeluh anaknya
sesak napas, ibu klien mengatakan anaknya
11.30 Wita tidak batuk, terdapat sekret yang berlebih , RR :
38 kali/menit, terdengar suara wheezing,
terdapat pernpasan cuping hidung dan terdapat
tarikan dinding dada ke dalam

III. INTERVENSI/ RENCANA KEPERAWATAN


RENCANA TINDAKAN

No Hari/ Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Tanggal Keperawatan Kriteria Hasil
1. Senin, Bersihan Jalan Setelah dilakukan Intervensi Utama : Intervensi Utama
25 Napas Tidak Efektif tindakan Manajemen Jalan : Manajemen
September berhubungan dengan keperawatan selama Nafas Jalan Nafas
2018 Spasme Jalan Nafas 2x24 jam diharapkan Observasi : Observasi :
dibuktikan dengan bersihan jalan napas 1. Monitor pola 1. mengetahui
ibu klien mengeluh efekti dengan napas (mis. pola napas
11.30 anaknya sesak napas, kriteria hasil : Frekuensi) klien
Wita ibu klien 2. Monitor 2. mengetahui
mengatakan anaknya 1. Produksi bunyi apakah ada
tidak batuk, terdapat sputum tambahan bunyi
sekret yang berlebih menurun (mis. tambahan
, RR : 38 kali/menit, 2. Wheezing Mengi,wheez atau tidak
terdengar suara menurun ing, ronchi
wheezing, terdapat 3. Frekuensi kering )
pernpasan cuping napas Terapeutik : Terapeutik :
hidung dan terdapat membaik 3. Posisikan 3.meningkatkan
tarikan dinding dada pasien semi pengembang
ke dalam fowler/fowler an diafragma
Edukasi : Edukasi :
4. Anjurkan ibu 4. Agar sekret
untuk bisa keluar
memberikan
anaknya air
hangat
Kolaborasi : Kolaborasi :
5. Kolaborasikan 5. Mempercepat
pemberian kesembuhan pasien
bronkodilator,
mukolitik atau
ekspetoran

IV. IMPLEMENTASI/ TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari, No Implementasi Evaluasi
No Tanggal/ DX Nama/
Jam TTD
1 Sabtu, 25 1 Memonitor pola napas DS : -
Agustus (mis.frekuensi napas) DO : Pasien nampak
2018/ tenang saat dimonitor
pola napas, RR : 38
11.30 kali/menit
Wita

11.45 1 Memonitor bunyi napas DS :_


Wita tambahan DO : masih terdengar
(mis.wheezing,mengi,ronchi suara wheezing
kering)

12.00 1 Memberikan posisi semi DS:-


Wita fowler/fowler DO : Pasien nampak
tenang saat diatur
posisinya

12.15 1 Menganjurkan ibu kien untuk DS: Ibu pasien


Wita memberikan air hangat mengatakan sudah
mengerti atas apa yang
dianjurkan
DO : Ibu pasien
kooperatif

14.00 1 Memonitor pola napas (mis. DS:-


Wita Frekuensi) DO : RR pasien 36
kali/menit

14.15 1 Memonitor bunyi napas DS:-


Wita tambahan (mis. Wheezing, DO: masih terdengar
mengi, ronchi kering0 suara wheezing

16.00 1 Mengkololaborasikan pemberian DS: ibu pasien


Wita bronkodilator, mukolitik atau mengatakan mau
ekspetoran diberikan obat
DO: Pasien sudah
diberikan obat

16.15 1 Memonitor pola napas DS: -


Wita (mis.frekuensi) DO: RR pasien 32
kali/menit

19.00 1 Mengkolaborasikan pemberian DS: ibu pasien


Wita bronkodilator, mukolitik atau mengatakan mau diberi
ekspetoran obat
DO: Pasien sudah
diberikan obat

Minggu, 1 Memonitor pola napas DS:-


26 (mis.frekuensi) DO: RR pasien 32
September kali/menit
2018

08.30
Wita

08.45 1 Memberikan posisi semi DS:-


Wita fowler/fowler DO: Pasien nampak
tenang saat diatur
posisinya

09.00 1 Memonitor bunyi napas DS:-


Wita tambahan DO: masih terdengar
suara wheezing

09.30 1 Menganjurkan ibu untuk DS: Ibu pasien


Wita memberikan anaknya mium air mengatakan sudah
hangat menegrti atas apa yang
dianjurkan
DO: Ibu pasien nampak
sudah mengerti

11.00 1 Mengkolaborasikan pemberian DS: ibu pasien


Wita bronkodilator, mukolitik atau mengatakan mau diberi
ekspetoran obat
DO: Pasien sudah
diberikan obat
11.15 1 Memonitor pola napas DS: -
Wita (mis.frekuensi) DO: RR pasien 30
kali/menit

11.30 1 Memonitor adanya bunyi napas DS:-


Wita tambahan DO: masih terdengar
suara wheezing

11.45 1 Memberikan pasien posisi semi DS: -


Wita fowler/fowler DO: Pasien nampak
tenang saat diatur
posisinya

14.00 1 Memonitor pola napas DS-


Wita (mis.frekuensi) DO: RR pasien 28
kali/menit

19.00 1 Mengkolaborasikan pemberian DS : -


Wita bronkodilator, mukolitik atau DO : pasien tampak
ekspetoran diberikan obat
bronkodilator,
mukolitik atau
ekspetoran

19.15 1 Memonitor pola napas DS-


Wita (mis.frekuensi) DO: RR pasien 30
kali/menit

Senin, 27 1 Mengkolaborasikan pemberian DS : ibu pasien


September bronkodilator, mukolitik atau mengatakan mau
2018 ekspetoran diberikan obat
07.00 DO : pasien tampak
Wita diberikan obat
bronkodilator,
mukolitik atau
ekspetoran

07.15 1 Memonitor pola napas DS-


Wita (mis.frekuensi) DO: RR pasien 28
kali/menit

08.00 1 Memberikan posisi semi DS: -


Wita fowler/fowler DO: Pasien nampak
tenang saat diatur
posisinya

09.00 1 Memonitor adanya bunyi napas DS:-


Wita tambahan DO: masih terdengar
suara wheezing

09.15 1 Menganjurkan ibu untuk DS: Ibu pasien


Wita memberikan anaknya mium air mengatakan sudah
hangat mengerti atas apa yang
dianjurkan
DO: Ibu pasien
kooperatif
V. EVALUASI

Hari, No Evaluasi Keperawatan Nama/


Tanggal/Jam DX TTD
Senin, 27 1
September S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
2018/ sesak lagi dan tidak ada secret yang berlebih

09.30 O : RR : 28 kali/menit
Masih terdengar suara wheezing

A : Masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi


(Bersihan jalan napas tidak efektif) Belum Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
Observasi :
1. Monitor pola napas (mis. Frekuensi)
2. Monitor bunyi tambahan (mis.
Mengi,wheezing, ronchi kering )
Terapeutik :
3. Posisikan pasien semi fowler/fowler
Edukasi :
4. Anjurkan ibu untuk memberikan anaknya air
hangat
Kolaborasi :
5. Kolaborasikan pemberian bronkodilator,
mukolitik atau ekspetoran

Anda mungkin juga menyukai