Pulih Sadar
Andi Samsi Alam, S.Ked* dr. Andi Hutarius, Sp. An**
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pulih Sadar
Oleh:
Andi Samsi Alam, S.Ked
G1A220027
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat yang diberikan Allah SWT, dan atas segala kemudahan yang
diberikannya sehingga laporan refrat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tidak lupa shalawat dan salam kepada junjungan dan teladan kita nabi Muhammad
SAW.
Refrat dengan judul “Pulih Sadar” dibuat sebagai salah satu syarat pada
kepaniteraan klinik senior di Bagian Anestesi RSUD Raden Mattaher Jambi. Ucapan
terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setingi-tingginya saya berikan kepada
dr. Andi Hutarius, Sp. An selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis saat mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian Anestesi RSUD
Raden Mattaher Jambi.
Penulis menyadari bahwa refrat ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dapat
diharapakan untuk kesempurnaan di masa yang akan datang. Saya berharap semoga
refrat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTRAR ISI
PENDAHULUAN
Pulih dari anestesi umum atau dari analgesia regional secara rutin dikelola di
ruang pemulihan (Recovery Room) atau disebut juga Post Anesthesia Care Unit (PACU).
Idealnya adalah bangun dari anestesi secara bertahap, tanpa keluhan dan mulus dengan
Prosedur pembedahan harus menjalani anestesi dan melalui tahap pasca bedah,
maka setiap pasien yang selesai menjalani operasi dengan anestesi umum ataupun
anestesi regional terlebih dahulu dirawat di ruang pemulihan sebelum pindah keruang
Ruang pemulihan adalah ruangan yang berdekatan dengan kamar operasi untuk
merawat pasien pasca operasi yang masih dibawah pengaruh anestesi. Di ruang ini dokter
bedah, anestesi dan perawat memantau keadaan pasien setelah menjalani operasi.
Fase pasca operatif dapat terjadi kegawatan, sehingga perlu pengamatan serius
dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis sampai pengaruh anestesi berkurang dan
perawatan pada pasien pasca operatif. Peranan perawat pada pasien di ruang pemulihan
Studi prospektif yang baru juga mengatakan bahwa lebih dari 12.000 pasien yang
telah dilaporkan, ternyata 7% dari komplikasi yang bermakna terjadi di ruang pulih
1
sadar. Pasca operasi anestesi umum dapat terjadi komplikasi ringan sampai dengan
berakibat fatal, yang berupa hipovolemia, kegagalan napas, pengelolaan pasca bedah
Potensi komplikasi yang mengancam jiwa biasanya terjadi dalam beberapa jam
pertama setelah anestesi atau operasi. Ini didukung oleh hasil analisis ASA. Mekanisme
yang paling umum dari cedera ini adalah peristiwa pernapasan pada periode pasca
operasi. Selanjutnya, peristiwa ini dianggap dapat dicegah dengan melihat denyut nadi
dalam periode pemulihan. Oleh karena itu, yang mengenai semua pasien dari jenis
anestesi setelah selesainya operasi harus dirawat diruang pemulihan. Setelah efek anestesi
mulai hilang, pasien kemudian dapat dipindahkan keluar dari ruang pemulihan atau ke
menit.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
a) Pemulihan dari anestesi:3,4
1) Pada anestesi umum, pasien harus terjaga dan keadaan
mentalnya kembali normal.
2) Pada anestesi spinal, pasien harus mampu merasakan dan
menggerakkan kaki sebagaimana pasien dapat menggerakkan
kakinya sebelum operasi.
b) Tanda-tanda vital harus stabil dan suhu dasar harus normal.
c) Rasa nyeri harus terkontrol.
d) Jika terjadi mual atau muntah, maka pasien butuh untuk tinggal
lebih lama di Recovery Room.
e) Menggigil berlebihan dan hilangnya panas tubuh karena anestesi
juga membutuhkan waktu untuk tinggal lebih lama di Recovery
Room.
f) Tergantung pada operasi dan jenis anestesinya, pasien mungkin
membutuhkan obat yang membantu mengontrol detak jantung,
tekanan darah, pernapasan, atau gangguan seperti diabetes, dan
membutuhkan waktu tinggal lebih lama di Recovery Room.
Jika semua kriteria terpenuhi, pasien dapat ke Ruang Rawat Inap
atau Unit Bedah Harian.
a. Aldrete score
4
Organizations (JCAHO), khususnya untuk menilai kemampuan
mengevaluasi kondisi pasien yang telah menjalani anestesi umum.5
5
Tabel 2.1.1 Aldrete Scoring System6
RECOVERY SCORE
KRITERIA
In 15 30 45 60 Out
2 2 2 2 2 2
Dapat bergerak 4 anggota gerak
Aktifitas volunter atau atas 2 anggota gerak 1 1 1 1 1 1
perintah
0 0 0 0 0 0
0 anggota gerak
Mampu bernapas dan batuk secara 2
2 2 2 2 2
bebas
Respirasi 1 1 1 1 1 1
Dyspnea, nafas dangkal atau terbatas
0 0 0 0 0 0
Apnea
Tensi 20 mmHg 2
2 2 2 2 2
preop
Tensi 20 – 50
Tensi pre-op …. 1
Sirkulasi mmHg dari 1 1 1 1 1
mmHg
preop
Tensi 50 mmHg 0
0 0 0 0 0
preop
Sadar penuh 2 2 2 2 2 2
Normal 2 2 2 2 2 2
Warna 1
Pucat kelabu 1 1 1 1 1
kulit
Sianotik 0 0 0 0 0 0
6
2.2 Anestesi Inhalasi
Anestesi inhalasi cukup banyak digunakan sebagai pilihan
anestesi saat ini dikarenakan cukup aman, meskipun peralatannya
rumit dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit 6. Keunggulan
anestesi inhalasi adalah konsentrasi obat anestesi yang
dapat lebih tinggi pada darah arteri karena obatnya masuk melalui
sirkulasi paru6. Selain itu, potensinya juga tinggi dan konsentrasinya
dapat dikendalikan melalui mesin sehingga memungkinkan titrasi
dosis sesuai respon yang diinginkan. Campuran dari obat anestesi
dan oksigen melalui jalur pernafasan masuk ke dalam paru-paru dan
akan berdifusi dari alveoli ke pembuluh-pembuluh kapiler sesuai
sifat masing-masing obat anestesi inhalasi itu sendiri, kemudian
akan beredar dalam darah menuju jaringan atau organ dimana obat
anestesi itu bekerja, seperti ke otak, jantung, serta otot. Dalamnya
anestesi tergantung pada kadarnya di sistem saraf pusat. Kadar
tersebut ditentukan oleh faktor yang memengaruhi transfer
anestesi dari alveoli paru ke darah dan dari darah ke jaringan otak.
Faktor yang menentukan kecepatan transfer anestesi di jaringan otak
ditentukan oleh (1) kelarutan zat anestesi, (2) kadar anestesi dalam
udara yang dihirup pasien atau disebut tekanan parsial anestesi, (3)
ventilasi paru, (4) aliran darah paru, dan (5) perbedaan antara
tekanan parsial anestesi di darah arteri dan di darah vena. 6,7
Dalam praktek, kelarutan zat inhalasi dalam darah merupakan
faktor utama yang penting dalam menentukan kecepatan induksi dan
pemulihannya. Induksi dan pemulihan berlangsung cepat pada zat
yang tidak larut dan lambat pada yang larut. Kadar Alveolus
Minimal (KAM) atau Minimum alveoli concentration
(MAC) adalah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada
tekanan satu atmosfir yang diperlukan untuk mencegah gerakan pada
50% pasien yang dilakukan insisi standar. 6,7
Pada umumnya imobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika
kadarnya dinaikkan di atas 30% nilai KAM. Dalam keadaan
seimbang, tekanan parsial zat anestestik dalam alveoli sama dengan
tekanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.
7
2.2.1 Konsentrasi uap anestesi dalam alveoli selama induksi
ditentukan oleh:8
a. Konsentrasi inspirasi
Secara teoritis apabila saturasi uap anestesi di dalam jaringan
sudah penuh, maka ambilan paru berhenti dan konsentrasi uap
inspirasi sama dengan alveoli. Berbeda dengan prakteknya,
induksi akan semakin cepat jika konsentrasi semakin tinggi,
tetapi jika tidak terjadi depresi napas atau kejang laring.
b. Ventilasi alveoli
Ventilasi alveoli meningkat, konsentrasi alveoli semakin tingi
dan sebaliknya.
c. Koefisien darah/gas
Semakin tinggi angkanya, semakin cepat larut dalam darah,
semakin rendah konsentrasi dalam alveoli dan sebaliknya.
d. Curah jantung atau aliran darah paru
Semakin tinggi curah jantung, semakin cepat uap diambil.
e. Hubungan ventilasi perfusi
Gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestesi.
Jumlah uap dalam mesin anestesi bukan merupakan gambaran
yang sebenarnya, karena sebagian uap tersebut hilang dalam
tabung sirkuit anestesi atau ke atmosfir sekitar sebelum
mencapai pernafasan.
8
5. ASA 5 : pasien yang tidak diharapkan hidup setelah 24 jam
meski dioperasi atau tidak.
6. ASA 6 : pasien dengan kematian batang otak dan organnya
dapat diambil.
Nitrous
Oxide
Anestesi Inhalasi
(N₂O) Halotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran
Berat molekul 44 197 184 184 168 200
Titik didih (°C) -68 50.2 56.6 48.5 22.8 58.5
Tekanan uap 5200 243-244 172-174.5 238-240 669-673 160-170
(mmHg; 20°C)
Bau Manis Organik Eter Eter Eter Eter
Pengawet - Perlu - - - -
Turunan eter Bukan Bukan Ya Ya Ya Ya
Koefisien partisi 0.46 2.54 1.90 1.46 0.42 0.65
darah/gas
Anestesi inhalasi paling banyak dipakai untuk induksi pada pediatri atau pasien
anak-anak dimana cukup sulit apabila dilakukan lewat jalur intravena. Di sisi lain,
bagi pasien dewasa biasanya dokter anestesi lebih menyukai induksi cepat dengan
agen intravena. Meskipun demikian, sevofluran masih menjadi obat induksi pilihan.
Perbandingan anestesi inhalasi secara fisik-kimia maupun secara klinik farmakologi
dapat dilihat pada tabel berikut.8
2.3 Isofluran
a. Sifat umum
Isofluran yang memiliki nama kimia 1-chloro- 2,2.trifluoroethyl difluoromethyl ether
merupakan eter metil etil terhalogenasi eter yang dikemas dalam bentuk cairan, tidak
berwarna, tidak eksplosif, tidak mengandung zat pengawet dan relatif tidak larut
dalam darah, namun baunya relatif tajam sehingga kadar obat yang tinggi dalam udara
inspirasi cukup iritatif sehingga membuat pasien menahan nafas dan batuk. Sifatnya tidak
10
mudah meledak/terbakar, stabil, mendidih pada 48,5°C pada 760 mmHg tekanan atmosfer,
batas keamanan yang cukup lebar dan kemampuan relaksasi otot yang baik membuatnya
digunakan secara luas dan banyak menjadi pilihan bagi kalangan medis.
Penelitian oleh Frink dkk, pasien yang dianestesi dengan isofluran kurang dari 1 jam,
dapat membuka mata dengan perintah kira – kira 7 menit setelah anestesi dihentikan.
Pemberian yang lebih lama, yaitu selama 5 – 6 jam, munculnya respon dengan perintah
relatif cepat, kira – kira 11 menit setelah isofluran dihentikan.
11
Tabel 2.3 Farmakologi klinik anestesi inhalasi8
Nitrous
Anestesi Inhalasi Oxide
(N₂O) Halotan Enfluran Isofluran Desfluran Sevofluran
Kardiovaskuler
Tekanan Darah TB ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓
Laju nadi TB ↓ ↑ ↑ TB atau ↑ TB
Respirasi
Volume tidal ↓ ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓ ↓
Laju napas ↑ ↑↑ ↑↑ ↑ ↑ ↑
PaCO2 istirahat TB ↑ ↑↑ ↓ ↓↓ ↓
Serebral
Aliran darah ↑ ↑↑ ↑ ↑ ↑ ↑
Tekanan ↑ ↑↑ ↑↑ ↑ ↑ ↑
Intrakranial
Seizure ↓↓ ↓ ↑ ↓ ↓ ↓
Blokade
Pelumpuh otot non- ↑↑ ↑ ↑ ↑ ↑
↑
depolarisasi
Ginjal
Aliran darah ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓ ↓
Laju filtrasi ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓↓ ? ?
glomerulus
Hepar
Aliran darah ↓ ↓↓ ↓↓ ↓ ↓ ↓
Metabolisme 0,04% 15-20% 2-5% 0,2% <0,1% 2-3%
12
lainnya, kelarutan gas darah isofluran sangat bergantung pada konsentrasinya alveoli.
Isofluran memiliki kelarutan yang sangat rendah di dalam darah dan jaringan dibandingkan
jenis anestesi inhalasi lainnya. Konsentrasinya dalam alveolus dan darah arterial mencapai
50% konsentrasi yang diberikan pada 4-8 menit pertama, dan 60% dalam 15 menit.10,11
13
1. Sistem saraf pusat
Apabila isofluran diberikan sesuai dengan dosisnya, maka
tidak menimbulkan kelainan EEG, vasodilatasi dan perubahan
serebral serta mekanisme autoregulasi aliran darah otak tetap stabil.
2. Kardiovaskular
Efek depresinya pada otot jantung dan pembuluh darah lebih
ringan dibanding dengan obat anestesi inhalasi yang lain.
3. Respirasi
4. Otot rangka
14
kardiovaskuler, dan tidak menimbulkan efek eksitasi SSP .11
2.3.4 Kelemahan
Isofluran memerlukan kombinasi degan obat lain, dikarenakan analgesi dan
relaksasinya yang kurang. Memiliki batas keamanan yang sempit sehingga membuat
mudah terjadi kelebihan dosis dan cukup iritatif terhadap mukosa jalan nafas.13
2.3.5 Dosis
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2.0 –
3.0% bersama-sama dengan N₂O
2.4 Sevofluran
a. Sifat Umum
Sama halnya dengan isofluran, sevofluran juga merupakan halogenasi eter
dalam bentuk cairan, yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak iritatif sehingga
baik untuk induksi inhalasi. Agen inhalasi ini, paling cepat dalam induksi dan
proses pemulihannya, bila dibandingkan dengan agen inhalasi lain. 6,13
Koefisien partisi darah/gas pada 37°C adalah 0,59. Dimana semakin kecil
nilainya maka semakin zat tersebut tidak larut dalam darah. Kelarutan yang
rendah ini menimbulkan induksi anestesi yang cepat dan lebih cepat juga pasien
untuk sadar karna zat tersebut cepat dieliminasi di dalam darah.
Sevofluran sering digunakan untuk induksi pada anak karena berbau enak,
tidak merangsang jalan nafas dan tidak meningkatkan sekresi saluran nafas.
Sevofluran mungkin paling tidak iritasi pada saluran nafas dibanding jenis
anestesi inhalasi lain yang dipakai saat ini. Sevofluran hampir mempunyai semua
sifat yang membuatnya ideal sebagai anestesi inhalasi.
b. Indikasi dan kontraindikasi
Sevofluran diindikasikan untuk induksi dan komponen hipnotik dalam
pemeliharaan anestesi umum. Pada bayi dan anak-anak yang tidak kooperatif,
15
sevofluran sangat baik digunakan untuk induksi.
(2) Farmakodinamik
Sevofluran memiliki nilai MAC sebesar 2,0. Koefisien partisi darah/gas
pada 37°C adalah 0,59. Kelarutannya yang menengah dalam darah ini
menimbulkan induksi anestesi yang cepat dan juga recovery yang cepat.
16
i. Sistem saraf pusat
Hampir sama dengan isofluran. Aliran darah ke otak sedikit meningkat
sehingga meningkatkan tekanan intrakranial. Laju metabolisme otak
juga menurun cukup bermakna, sama seperti isofluran.
ii. Kardiovaskular
Relatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia selama induksi. Tahan
vaskular dan curah jantung sedikit menurun sehingga tekanan darah
sedikit menurun.
iii. Respirasi
Sama dengan anestesi inhalasi yang lain, sevofluran juga menimbulkan
depresi pernapasan terkait dengan dosis yang diberikan sehingga
volume tidal tidak akan menurun, tapi frekuensi napas sedikit
meningkat.
iv. Otot rangka
Efeknya terhadap tonus otot rangka lebih lemah dibandingkan dengan
isofluran.
v. Ginjal
Aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus lebih ringan dibanding
dengan isofluran terkait dengandosis yang diberikan.
vi. Hati
Aliran darah hati sedikit menurun.
2.4.2 Keuntungan
Induksi sevofluran cepat dan lancer, tidak iritatif terhadap mukosa
jalan nafas, dan pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan agen
volatil yang lain.
17
2.4.3 Kelemahan
Sevofluran memiliki kelemahan yang sama seperti isofluran, yaitu
memiliki batas keamanan yang sempit sehingga mudah terjadi kelebihan
dosis.
2.4.4 Dosis
(1) Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah
3.0 – 5.0% bersama-sama dengan N₂O
(2) Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya
berkisar 2.0 – 3.0 %, sedangkan untuk nafas kendali, berkisar antara
0.5 – 1.0%.12
18
BAB III
KESIMPULAN
Pulih sadar merupakan bangun dari efek obat anestesi setelah proses pembedahan
dilakukan. Lamanya waktu yang dihabiskan pasien di recovery room tergantung kepada
berbagai faktor termasuk durasi dan jenis pembedahan, teknik anestesi, jenis obat dan
dosis yang diberikan dan kondisi umum pasien.
Penilaian dilakukan saat masuk recovery room, selanjutnya dinilai dan dicatat
setiap 5 menit sampai tercapai nilai minimal 8. Pasien bisa dipindahkan ke ruang
perawatan jika nilai pengkajian pasca anestesi adalah 8-10. Lama tinggal di ruang
pemulihan tergantung dari teknik anestesi yang digunakan
Studi prospektif yang baru juga mengatakan bahwa lebih dari 12.000 pasien yang
telah dilaporkan, ternyata 7% dari komplikasi yang bermakna terjadi di ruang pulih
sadar. Pasca operasi anestesi umum dapat terjadi komplikasi ringan sampai dengan
berakibat fatal, yang berupa hipovolemia, kegagalan napas, pengelolaan pasca bedah
yang tidak kuat bahkan bisa terjadi kematian.
19
DAFTAR PUSTAKA
20