MANGUNKUSUMO JAKARTA
Disusun Oleh
Kelompok III
Ari Yansyah
Aulia Ramadhani
Ratih Wardaningsih
Moh Asrori
Tiurmaida M.T.N
Acep Supriatna
Usman
Puji syukur kelompok ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
MANGUNKUSUMO JAKARTA”
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
ini, kelompok menyadari banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada kepada:
4. Kepala Ruangan dan Pembimbing Ruangan (PJT, ICU, IPBT, PESC, KENCANA)
Bantuan tersebut dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah, Amin.
Akhir kata kelompok mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dengan harapan
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................
B. Tujuan..........................................................................................
4. Ruang Pemulihan
6. Kriteria Pengeluaran
1. Defenisi
2. Klasifikasi
3. Etiologic
4. Manifestasi Klinis
5. Patofisiologi
6. Komplikasi
7. Gambaran Klinis
8. Penatalaksanaan
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………..
3. Intervensi Keperawatan…………………………………….
4. Implementasi Keperawatan………………………………...
5. Evaluasi Keperawatan……………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
proses lama pulih sadar, seperti adanya kejadian sumbatan jalan nafas, thrombosis
waktu yang dibutuhkan pasien di ruang pulih sadar setelah operasi dengan general
responden yang mengalami terlambat pindah 313 (93,4%) sedangkan yang tidak
score adalah 35,8 menit dan pada saat di ruang pulih sadar adalah 169,4 menit.
Room yang dengan masa pemulihan bermacam- macam, ada yang kurang dari
120 menit (2 jam) dan ada yang lebih dari 120 menit (Priyanto 2014). Menurut
waktu 30 menit pasien post operasi dengan general anestesi bisa dipindah ke
ruangan itupun harus memenuhi kriteria pengeluaran sesuai observasi modified
aldrete score.
Pasien pasca bedah dengan anestesi akan dirawat di recovery room dengan
pasien dan menjaga posisi pasien ditidurkan tanpa bantal di kepala. Posisi ini
memungkinkan drainase mucus atau muntah. Jika pasien dibiarkan tidur dengan
posisi yang sama dalam jangka waktu tersebut, tentunya akan berdampak pada
proses pemulihan semakin lama. Terdapat 2 (dua) kriteria yang dapat digunakan
di ruang pulih sadar yaitu modified aldrete score dan Post Anesthesia Discharged
memindahkan penderita dari ruang pulih sadar ke ruangan asal di rawat. Post
modified aldrete score untuk memindahkan penderita dari ruang pulih sadar
langsung pulang ke rumahnya, sehingga score ini dapat digunakan sebagai alat
aldrete score akan diketahui lama tinggal (length of stay) penderita yang
menjalani operasi di ruang pulih sadar. Meskipun tidak ada literatur yang
menyebutkan lama tinggal ideal di ruang pulih sadar, akan tetapi hal tersebut akan
Pemulihan dari anestesi umum atau anestesi regional secara rutin dikelola
di ruang pemulihan (Recovery Room) atau disebut juga Post Anesthesia Care
Unit (PACU). Idealnya adalah bangun dari anestesi secara bertahap, tanpa
keluhan dan mulus dengan pengawasan dan pengelolaan secara ketat sampai
dengan keadaan stabil. Efek fisiologis yang ditimbulkan tubuh seseorang dalam
menjalani operasi berbeda - beda, tergantung dari kondisi fisik pasien, jenis bedah
yang dilakukan, jenis anestesi yang dipakai, jenis obat yang diberikan, dan juga
banyaknya dosis obat yang diberikan. Semua hal itu dapat berpengaruh terhadap
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
diruang pemulihan
2. Tujuan Khusus
pasien post tindakan TEE KIV ASO off ASD diruang pemulihan
keperawatan pasien post tindakan TEE KIV ASO off ASD diruang
pemulihan
pasien post tindakan TEE KIV ASO off ASD diruang pemulihan
post tindakan TEE KIV ASO off ASD diruang pemulihan dan kapan pasien
boleh dipindahkan
Bagaimana proses pemantauan diruang pemulihan pada pasien post operasi yang
PENJELASAN MATERI
a. Pasien yang belum sadar baik atau belum pulih dari pengaruh
dislokasi sendi.
d. Pada pasien yang sirkulasinya belum stabil bisa terjadi syok atau
hipotensi.
lancar.
terjadi.
a. Kelompok I
b. Kelompok II
c. Kelompok III
Pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan rawat jalan. Pasien
pada kelompok ini bukan hanya fungsi respirasinya tetapi harus bebas
dari rasa ngantuk, ataksia, nyeri dan kelemahan otot, sehingga pasien
4. Ruang Pemulihan
Periode pulih sadar dimulai segera setelah pasien meninggalkan
meja operasi dan langsung diawasi oleh ahli anestesi. Semua komplikasi
dapat terjadi setiap saat, termasuk pada waktu pemindahan pasien dari
pengelolaan secara ketat pada pasien yang baru saja menjalani operasi
berdekatan dengan ruang operasi dan mudah di jangkau oleh dokter ahli
didalamnya. Hal ini dapat diartikan karena pada masa transisi tersebut
yang sangat di rasakan dimana pengaruh obat anestesi dan trauma pasca
operasi masih belum hilang dan masih mengancam status respirasi dan
penerangan cahaya cukup, dan Jumlah tempat tidur sesuai dengan jumlah
tidur 1,5 kali jumlah 2 ruang operasi. Area yang digunakan per tempat
sekurang-kurangnya 1,50 m.
keadaan darurat
gawat)
c. Peralatan :
4) Resusitasi set
e. Balance cairan
menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi
eleminasi pasien.
tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya
nyerinya.
Skor Aldrete
Penilaian dilakukan :
a. Saat masuk
sampai tercapai nilai total 10. Nilai untuk pengiriman pasien adalah
10.
adalah:
nilai pengkajian post anestesi adalah >7-8. Lama tinggal di ruang pulih
support).
ruang pemulihan
a. Hemodinamik stabil
c. Nyeri terkontrol
d. Suhu normal
1. Definisi
Atrial septal defeck ( ASD ) adalah penyakit jantung bawaan lubang (defek)
pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan
fungsi interatrial semasa janin, atrial septal defect adalah suatu lubang pada
dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas ( atrium kiri dan
kanan ).
dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup ( Markum, 1991).
ASD adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan.
Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan dimana terdapat lubang
( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium kiri dan
kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa janin.
2. Klasifikasi
c. Sinus venosus defek, lubang berada di antara vena kava superior dan
atrium kanan
3. Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
a. Faktor Prenatal
2) Ibu alkoholisme
b. Faktor Genetik
5) Faktor Hemodinamik
Tekanan di atrium kiri lebih tinggi dari pada tekanan di natrium kanan
4. Manifestasi Klinis
(asimptomatik) pada masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat
5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat pada dekade ke-4 dan ke-5,
yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi saluran
nafasbagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan panas hilang timbul
(tanpapilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD besar) dapat berupa
sesak napas, kesulitanmenyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat
capai saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar. Selanjutnya dengan
e. Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin sama sekali
Aritmia.
5. Patofisiologi
dipastikan banyak kasus mungkin terjadi akibat aksi trotogen yang tidak
terbentuk kecuali duktus arteriosis paten yaitu saluran normal untuk status
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui
defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium
kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang
pada atrium kanan 5 mmHg) . Adanya aliran darah menyebabkan penambahan
beban pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium
kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang melalui arteri pulmonalis
arteri pulmonalis. Maka tekanan pada alat–alat tersebut naik., dengan adanya
tekanan ini, timbul suatu bising sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD
trikuspidalis juga ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadi stenosis
pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri
pulmunalis dan akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang
permanen. Tapi kejadian ini pada ASD terjadinya sangat lambat ASD I
sebagian sama dengan ASD II. Hanya bila ada defek pada katup mitral atau
katup trikuspidal, sehingga darah dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan
mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium kanan pada waktu systole.
Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga
a. Endokarditis
c. Aritmia
d. Henti jantung
7. Gambaran Klinik
(asimptomatik) pada masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat
5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat pada dekade ke-4 dan ke-5,
yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi saluran
nafasbagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan panas
hilang timbul (tanpapilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD besar)
bayi atau cepat capai saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar.
Aritmia.
8. Penatalaksanaan
operasi.
lebih pada kepercayaan terhadap data dari pada alasan yang diberikan.
Dengan terbuktinya defek sekat atrium dengan shunt dari kiri ke kanan
pada anak yang umurnya lebih dari 3 tahun, penutupan adalah beralasan.
merupakan bukti cukup untuk maju terus. Dalam tahun pertama atau
kedua, ada beberapa manfaat menunda sampai pasti bahwa defek tidak
Dari 430 penderita yang dioperasi di Rumah Sakit Anak Boston, tidak
ada mortalitas kecuali untuk satu bayi kecil yang amat sakit yang
atrium
digunakan untuk menutup banyak defek sekat atrium. Defek yang lebih
kecil dan terletak lebih sentral terutama cocok untuk pendekatan ini.
bangunan lain, seperti orifisium vena kava, adalah nyata dan hingga
tepat mengenai jumlah, ukuran dan lokasi defek. Defek yang lebih besar
dari pada diameter 25 mm, defek multipel termasuk defek di luar fosa
ovalis, defek sinus venosus yang meluas ke dalam vena kava, dan defek
dengan tepi jaringan kurang dari 3-6 mm dari katup trikuspidal atau
penutupan pada defek tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara
masa dewasa. Namun kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat
tergantung pada besar kecilnya aliran darah (pirau) dan ada tidaknya
Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak
yang menjalani operasi di usia kurang dari 11 tahun. Semakin tua usia
darah paru
Aso adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe sekundum
lewat pembuluh darah di lipat paha (arteri femoralis). Alat ini terdiri dari
BAB III
PENJELASAN KASUS
1. PENGKAJIAN KLIEN
a. IDENTITAS KLIEN
Nama : Nn. DZ
No. RM : 4544591
Umur : 18 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Penanggung : BPJS
b. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (RPS)
a. Keluhan utama
Lemes, agak sesak, nyeri selangkangan kanan
b. Alasan masuk RS
Pasien mengatakan punya penyakit SLE, kemudian dikonsulkan ke
spesialis jantung dan dilakukan ECHO, dan hasilnya terdapat ASD
2. Riwayat Perawatan
Sejak April tahun 2021 pasien didiagnosa penyakit SLE. Pasien mengatakan
badan lemah, nyeri-nyeri dan kadang-kadang sesak nafas bila banyak
beraktivitas.
Penampilan umum : Pasien tampak sakit sedang, post Tindakan TEE KIV ASO
Berat badan : 60 Kg
Tinggi Badan : 150 cm
Keluhan : Kesadaran masih apatis post Tindakan. Saat diruang pulih pasien kompos
mentis, mengeluh sedikit sesak, nyeri pada selangkangan kanan skala nyeri 6
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologi
c. EKG
4. THERAPY MEDIS
IVFD : RL 20 tts/mnt
Injeksi : Fentanyl 50 mcg IV, Ketamin 10 mg IV, Propofol 80 mg IV, Roculak 30 mg,
SA 0,5 mg IV + Neostigmin 1 mg IV, Paracetamol 1 gr IV, Metoclopramide 10 mg IV
1 DS: Pasien mengeluh agak sesak Hipersekesi jalan Bersihan jalan napas
DO: napas tidak efektif
KU post tindakan tampak sakit sedang.
Kesadaran masih apatis dalam
pengaruh obat dengan GCS 13.
Suara terdengar sedikit stridor
Produksi saliva ada
RR 24- 26 x/m
Saturasi 98 %
CRT 2 detik
Akral hangat
Saat ekstubasi dapat reverse
DS: -
DO
KU tampak sakit sedang
Post dilakukan tindakan TEE KIV
ASO
Hasil PT 10,3 APTT 43,7
Jumlah pendarahan 50 ml
Daerah insersi di femoralis kanan,
terdapat balutan tekan yang tebal
Kaki kanan tidak boleh mobilisasi
selama 2 jam
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Manajemen Jalan Napas (I.01011)
napas tidak efektif 60menit Tindakan:
b/d Hipersekesi jalan maka diharapkan bersihan jalan napas membaik dengan Observasi:
napas kriteria hasil: 1. Monitor pola napas (frekuensi,
1. Bersihan jalan napas (L.01001) kedalaman, usaha napas)
2. Batuk efektif meningkat (5) 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
3. Produksi sputum menurum (5) gurgling, mengi, wheezing, ronchi
4. Dispnea menurun (5) kering)
5. Frekuensi napas membaik (5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
6. Pola napas membaik (5)
Terapeutik:
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head- tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servical)
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
3. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
4. Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
5. Keluarkan sumbatan
Edukasi:
1. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3 Risiko Perdarahan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 60 menit Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
diharapkan Tingkat perdarahan menurun dengan kriteria 60 menit diharapkan Tingkat perdarahan
hasil : menurun dengan kriteria hasil :
1. Kelembapan membarane mukosa meningkat 1. Kelembapan membarane mukosa
2. Kelembapan kulit meningkat meningkat
3. Kognitif meningkat 2. Kelembapan kulit meningkat
4. Perdarahan pasca operasi menurun 3. Kognitif meningkat
5. Hemoglobin membaik 4. Hemoptisis menurun
6. Hematokrit membaik 5. Hematemesis menurun
7. Tekanan darah membaik 6. Hematuri menurun
8. Denyut nadi apikal membaik 7. Perdarahan anus menurun
9. Suhu tubuh membaik 8. Distensi abdomen menurun
9. Perdarahan vagina menurun
10. Perdarahan pasca operasi menurun
11. Hemoglobin membaik
12. Hematokrit membaik
13. Tekanan darah membaik
14. Denyut nadi apikal membaik
15. Suhu tubuh membaik
Edukasi
1. Ajarkan meminimalkan penekanan
pada area insisi
2. Ajarkan cara merawat area insisi.
Edukasi:
Ajarkan tehnik batuk efektif dan
memiringkan kepala saat saliva banyak
insisi.