Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN PERIOPERATIF
ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF

Disusun Oleh :

ADI KUSWANTO ERPIN ANDANI


BUDI UTOMO IVANA DHEA INDRASWARI
DEDI RIYADI MEGA SILVIA
DELLA MONICA FITRIYANTI NURWULANDARI
DEWI SAPUTRI RENDI SETYA PRATAMA
DISKAYOMI TUBAGUS SAIFUL MAKRUF
ENI AGUSTIN

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN REGULER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Asuhan Keperawatan Post Operatif.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Asuhan Keperawatan Post Operatif
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pringsewu, Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Konsep Post Operatif
2.1.1 Definisi Proses Post Operatif ............................................... 2
2.1.2 Intervensi Keperawatan ........................................................ 2
2.1.3 Diagnosa Keperawatan ......................................................... 5
2.1.4 Pengkajian Keperawatan Pasien Post Operatif .................... 5

2.2 Askep Pasien Post Opratif

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah
sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena
belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang
membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak
bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang
matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama
jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan
menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman
dan tidak merugikan klien maupun petugas.

1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan laporan pendahuluan ini adalah mengerti dan memahami
asuhan keperawatan post operasi.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Post Operatif


2.1.1 Definisi Proses Post Operatif
Proses keperawatan pascaoperatif pada praktiknya akan dilaksanakan
secara berkelanjutan baik di ruang pemulihan, ruang intensif, dan ruang rawat
inap bedah. Fase pascaoperatif adalah suatu kondisi dimana pasien sudah
masuk di ruang pulih sadar sampai pasien dalam kondisi sadar betul untuk
dibawa keruang rawat inap.
Ruang pulih sadar (recovery room) atau unit perawatan pasca anastesi
(PACU) merupakan suatu ruangan untuk pemulihan psiologis pasien
pascaoperatif. PACU biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi.
Pasien yang masih di bawah pengaruh anestesi atau yang pulih dari anastesi di
tempatkan di unit ini untuk ke mudahan akses ke : 1). Perawat yang di siapkan
dalam merawat pasien pascaoperatif segera. 2). Ahli anastesi dan ahli bedah.
3). Alat pemantau dan peralatan khusus, medikasi, dan penggantian cairan.
Dalam lingkungan ini, pasien di berikan perawatan spesialis yang di sediakan
oleh mereka yang sangat berkualifikasi untuk memberikannya.

2.1.2 Pengkajian Keperawatan Pasien Post Operatif


Setelah menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien,
perawat mereview catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien,
status fisik dan emosi, sebelum pembedahan dan alergi.
Pemeriksaan Fisik Dan Manifestasi Klinik System Pernafasan Ketika
klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
1) Potency jalan nafas
Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < gangguan
cardiovasculair atau ratarata metabolisme yang meningkat. depresi narcotic,
respirasi cepat, dangkal 10 X / menit ketidakadekuatan expansi paru,
kesimetrisan.
2) Auscultasi paru
Efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.

2
- Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan
diafragma, retraksi sternal Thorax Drain.

3) Sistem Cardiovasculer
Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ),
30 menit (4x). 2 jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi
stabil. Depresi miocard, shock, perdarahan atau overdistensi.
- Penurunan tekanan darah, nadi dan suara jantung shock, nyeri,
hypothermia.
- Nadi meningkat Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna,
temperatur dan ukuran ektremitas). Trombhoplebitis pada ekstrimitas
bawah (edema, kemerahan, nyeri).
- Homan’s saign Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
- Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit,
balutan. NG tube, out put urine, drainage luka, Ukur cairan.
- Kaji intake / out put.
- Monitor cairan intravena dan tekanan darah.

4) Sistem Persyarafan
Semua klien dengan anesthesia umum.
- Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran
depresi fungsi motor.
- Respon pupil, kekuatan otot, koordinasi. Anesthesia umum
- Klien dengan bedah kepala leher

5) Sistem Perkemihan
- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post
anesthesia inhalasi, IV, spinal. retensio urine. Anesthesia, infus IV,
manipulasi operasi abdomen bawah (distensi buli-buli). Pencegahan :
Inspeksi, Palpasi, Perkusi kaji warna, jumlah urine, out put urine
- Dower catheter < komplikasi ginjal 30 ml/jam

3
6) Sistem Gastrointestinal
40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress
dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan
leher serta TIO meningkat.
- Mual muntah
- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.
suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus. Kaji paralitic ileus
- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan
decompresi dan drainase lambung.
 Meningkatkan istirahat.
 Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.
 Memonitor perdarahan.
 Mencegah obstruksi usus.
 Irigasi atau pemberian obat. Jumlah, warna, konsistensi isi lambung
tiap 6 – 8 jam.

7) Sistem Integumen
- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma,
malnutrisi, obat-obat steroid.
- Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.
- Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan:
 Infeksi luka.
 Diostensi dari udema / palitik ileus.
 Tekanan pada daerah luka.
 Dehiscence.
 Eviscerasi.

8) Drain dan Balutan


Semua balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang
PAR, (Jumlah, warna, konsistensi dan bau cairan drain dan tanggal
observasi), dan minimal tiap 8 jam saat di ruangan.

4
9) Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan
posisi intra operative. Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan
tekanan darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah, menangis. Kualitas nyeri
sebelum dan setelah pemberian analgetika.

10) Pemeriksaan Laboratorium.


- Dilakukan untuk memonitor komplikasi
- Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan
dan manifestasi post operative. Test yang lazim adalah elektrolit,
Glukosa, dan darah lengkap

2.1.3 Diagnosa Keperawatan


1) Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia,
imobilisasi, nyeri.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain
dan drainage.
3) Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama
pembedahan.
4) Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi, analgesi.
5) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra
dan post operasi.
6) Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
sekresi.

2.1.4 Intervensi Keperawatan


No. Dx. NOC NIC
Keperawatan
1. Gangguan Kelebihan atau AIRWAY
pertukaran kekurangan dalam MANAGEMENT
gas, oksigenasi dan atau - Buka jalan nafas,
berhubungan pengeluaran guanakan teknik chin lift
dengan efek karbondioksida di atau jaw thrust bila perlu

5
sisa dalam membran kapiler - Posisikan pasien untuk
anesthesia, alveoli. memaksimalkan ventilasi
imobilisasi, - Identifikasi pasien
Respiratory Status :
nyeri perlunya pemasangan
Gas exchange alat jalan nafas buatan
Respiratory Status : - Pasang mayo bila perlu
ventilation - Lakukan fisioterapi dada
Vital Sign Status jika perlu
Kriteria Hasil : - Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
-
- Auskultasi suara nafas,
Mendemonstrasikan
catat adanya suara
peningkatan
tambahan
ventilasi dan
- Lakukan suction pada
oksigenasi yang
mayo
adekuat
- Berika bronkodilator bial
- Memelihara
perlu
kebersihan paru
- Barikan pelembab udara
paru dan bebas dari
- Atur intake untuk cairan
tanda tanda distress
mengoptimalkan
pernafasan
keseimbangan.
-
- Monitor respirasi dan
Mendemonstrasikan
status O2
batuk efektif dan
suara nafas yang
RESPIRATORY
bersih, tidak ada
MONITORING
sianosis dan
- Monitor rata – rata,
dyspneu (mampu
kedalaman, irama dan
mengeluarkan
usaha respirasi
sputum, mampu
- Catat pergerakan
bernafas dengan
dada,amati kesimetrisan,
mudah, tidak ada
penggunaan otot
pursed lips)
tambahan, retraksi otot
- Tanda tanda vital

6
dalam rentang supraclavicular dan
normal intercostal
- Monitor suara nafas,
seperti dengkur
- Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot
diagfragma ( gerakan
paradoksis )
- Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
- Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
- Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

2. Kerusakan Perubahan pada PRESSURE


integritas epidermis dan MANAGEMENT
kulit dermis - Anjurkan pasien untuk
berhubungan menggunakan pakaian
dengan luka NOC : Tissue yang longgar
pemebedahan, Integrity : Skin and - Hindari kerutan padaa
drain dan Mucous tempat tidur
drainage Membranes - Jaga kebersihan kulit

7
Kriteria Hasil : agar tetap bersih dan
- Integritas kulit kering
yang baik bisa - Mobilisasi pasien (ubah
dipertahankan posisi pasien) setiap dua
(sensasi, elastisitas, jam sekali
temperatur, hidrasi, - Monitor kulit akan
pigmentasi) adanya kemerahan
- Tidak ada luka/lesi - Oleskan lotion atau
pada kulit minyak/baby oil pada
- Perfusi jaringan derah yang tertekan
baik - Monitor aktivitas dan
- Menunjukkan mobilisasi pasien
pemahaman dalam - Monitor status nutrisi
proses perbaikan pasien
kulit dan mencegah - Memandikan pasien
terjadinya secara dengan sabun dan air
berulang hangat
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami.
3. Nyeri Sensori yang tidak PAIN
berhubungan menyenangkan dan MANAGEMENT
dengan incisi pengalaman emosional - Lakukan pengkajian
pembedahan yang muncul secara nyeri secara
dan posisi aktual atau potensial komprehensif termasuk
selama kerusakan jaringan atau lokasi, karakteristik,
pembedahan menggambarkan durasi, frekuensi,
adanya kerusakan kualitas dan faktor
(Asosiasi Studi Nyeri presipitasi
Internasional): - Observasi reaksi

8
nonverbal dari
serangan mendadak ketidaknyamanan
atau pelan intensitasnya - Gunakan teknik
dari ringan sampai komunikasi terapeutik
berat yang dapat untuk mengetahui
diantisipasi dengan pengalaman nyeri pasien
akhir yang dapat - Kaji kultur yang
diprediksi dan dengan mempengaruhi respon
durasi kurang dari 6 nyeri
bulan. - Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
Pain Level, - Evaluasi bersama pasien
Pain control, dan tim kesehatan lain
Comfort level tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
Kriteria Hasil : lampau
- Mampu mengontrol - Bantu pasien dan
nyeri (tahu keluarga untuk mencari
penyebab nyeri, dan menemukan
mampu dukungan
menggunakan - Kontrol lingkungan yang
tehnik dapat mempengaruhi
nonfarmakologi nyeri seperti suhu
untuk mengurangi ruangan, pencahayaan
nyeri, mencari dan kebisingan
bantuan) - Kurangi faktor
- Melaporkan bahwa presipitasi nyeri
nyeri berkurang Pilih dan lakukan
dengan penanganan nyeri
menggunakan (farmakologi, non
manajemen nyeri farmakologi dan inter
- Mampu mengenali personal)
nyeri (skala, - Kaji tipe dan sumber

9
intensitas, frekuensi nyeri untuk menentukan
dan tanda nyeri) intervensi
- Menyatakan rasa - Ajarkan tentang teknik
nyaman setelah non farmakologi
nyeri berkurang - Berikan analgetik untuk
- Tanda vital dalam mengurangi nyeri
rentang normal - Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

ANALGESIC
ADMINISTRATION
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
- Tentukan pilihan

10
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

4. Risiko injury Dalam risiko cedera ENVIRONMENT


berhubungan sebagai hasil dari MANAGEMENT
dengan effect interaksi kondisi - Sediakan lingkungan
anesthesia, lingkungan dengan yang aman untuk pasien
sedasi, respon adaptif indifidu - Identifikasi kebutuhan
analgesi dan sumber pertahanan keamanan pasien, sesuai
dengan kondisi fisik dan
Risk Kontrol fungsi kognitif pasien
Kriteria Hasil : dan riwayat penyakit
- Klien terbebas dari terdahulu pasien
cedera - Menghindarkan
- Klien mampu lingkungan yang
menjelaskan berbahaya (misalnya

11
cara/metode memindahkan perabotan)
untukmencegah - Memasang side rail
injury/cedera tempat tidur
- Klien mampu - Menyediakan tempat
menjelaskan factor tidur yang nyaman dan
resiko dari bersih
lingkungan/perilaku - Menempatkan saklar
personal lampu ditempat yang
- Mampu mudah dijangkau pasien.
memodifikasi gaya - Membatasi pengunjung
hidup untuk Memberikan
mencegah injury penerangan yang cukup
- Menggunakan - Menganjurkan keluarga
fasilitas kesehatan untuk menemani pasien.
yang ada - Mengontrol lingkungan
- Mampu mengenali dari kebisingan
perubahan status - Memindahkan barang-
kesehatan barang yang dapat
membahayakan
- Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
5. Kekurangan Penurunan cairan FLUID MANAGEMENT
volume cairan intravaskuler, - Timbang
berhubungan interstisial, dan/atau popok/pembalut jika
dengan intrasellular. Ini diperlukan
kehilangan mengarah ke dehidrasi, - Pertahankan catatan
cairan intra kehilangan cairan intake dan output yang
dan post dengan pengeluaran akurat
operasi sodium - Monitor status hidrasi

12
(kelembaban membran
Fluid balance mukosa, nadi adekuat,
Hydration tekanan darah ortostatik),
Nutritional Status : jika diperlukan
Food and Fluid Intake - Monitor vital sign
Kriteria Hasil : - Monitor masukan
- Mempertahankan makanan / cairan dan
urine output sesuai hitung intake kalori
dengan usia dan harian
BB, BJ urine - Lakukan terapi IV
normal, HT normal - Monitor status nutrisi
- Tekanan darah, - Berikan cairan
nadi, suhu tubuh - Berikan cairan IV pada
dalam batas normal suhu ruangan
Tidak ada tanda - Dorong masukan oral
tanda dehidrasi, - Berikan penggantian
- Elastisitas turgor nesogatrik sesuai output
kulit baik, membran - Dorong keluarga untuk
mukosa lembab, membantu pasien makan
tidak ada rasa haus - Tawarkan snack ( jus
yang berlebihan buah, buah segar )
- Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
- Atur kemungkinan
tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
6. Ketidak Ketidakmampuan AIRWAY SUCTION
efektifan untuk membersihkan - Pastikan kebutuhan oral /
kebersihan sekresi atau obstruksi tracheal suctioning
jalan nafas dari saluran pernafasan - Auskultasi suara nafas
berhubungan untuk mempertahankan sebelum dan sesudah
dengan kebersihan jalan nafas. suctioning.

13
peningkatan - Informasikan pada klien
sekresi Respiratory status : dan keluarga tentang
Ventilation suctioning
Respiratory status : - Minta klien nafas dalam
Airway patency sebelum suction
Aspiration Control dilakukan.
- Berikan O2 dengan
Kriteria Hasil menggunakan nasal
- Mendemonstrasikan untuk memfasilitasi
batuk efektif dan suksion nasotrakeal
suara nafas yang - Gunakan alat yang steril
bersih, tidak ada sitiap melakukan
sianosis dan tindakan
dyspneu (mampu - Anjurkan pasien untuk
mengeluarkan istirahat dan napas dalam
sputum, mampu setelah kateter
bernafas dengan dikeluarkan dari
mudah, tidak ada nasotrakeal
pursed lips) - Monitor status oksigen
- Menunjukkan jalan pasien
nafas yang paten - Ajarkan keluarga
(klien tidak merasa bagaimana cara
tercekik, irama melakukan suksion
nafas, frekuensi - Hentikan suksion dan
pernafasan dalam berikan oksigen apabila
rentang normal, pasien menunjukkan
tidak ada suara bradikardi, peningkatan
nafas abnormal) saturasi O2, dll.
- Mampu
mengidentifikasika AIRWAY
n dan mencegah MANAGEMENT
factor yang dapat - Buka jalan nafas,
menghambat jalan guanakan teknik chin lift

14
nafas atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
- Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
- Lakukan suction pada
mayo
- Berikan bronkodilatori
bila perlu
- Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl
lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.Monitor
respirasi dan status O2

Tambahan diagnosa post operasi


Diagnosa Keperawatan Post Operasi
1) Infeksi yang berhubungan dengan proses inflamasi di daerah peritoneum.
2) Nutrisi kurang dari kenutuhan tubuh yang berhubungan dengan tidak adekuatnya
intakenutrisi ditandai dengan mual, muntah.
3) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri post operasi.
4) Gangguan pola eliminasi yang berhubungan dengan efek dari obat bius.
15
2.2 Asuhan Keperawatan Pasien Post Opratif
1. Pengkajin awal
1) Status Respirasi, Meliputi :
 Kebersihan jalan nafas
 Kedalaman pernafasaan.
 Kecepatan dan sifat pernafasan.
 Bunyi nafas

2) Status sirkulatori, Meliputi :


 Nadi
 Tekanan darah
 Suhu
 Warna kulit

3) Status neurologis, Meliputi : tingkat kesadaran

4) Balutan, Meliputi :
 Keadaan drain
 Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.

5) Kenyamanan, Meliputi :
 Terdapat nyeri
 Mual
 Muntah

6) Keselamatan, Meliputi :
 Diperlukan penghalang samping tempat tidur.
 Kabel panggil yang mudah dijangkau.
 Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.

7) Perawatan, Meliputi :
 Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
 Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.

16
8) Nyeri, Meliputi :
 Waktu
 Tempat
 Frekuensi
 Kualitas
 Faktor yang memperberat / memperingan

2. Analisa Data
a) Data Subyektif
Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan
setelah ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang.
Pertanyaan-pertanyaan yang langsung misalnya :”Bagaimana perasaan anda?”,
dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada daerah
yang spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali
meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur.
Sangat penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan
intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar
kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif
pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat narkotika yang cukup banyak.

b) Data Objektif
 Sistem Respiratori
 Status sirkulatori
 Tingkat Kesadaran
 Balutan
 Posisi tubuh
 Status Urinari / eksresi.

3. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari
prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga
tanda fisik yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah,
dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.

17
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat
medis, dan manifestasi klinik post operasi. Pemeriksaan laboratorium lab post
operasi secara umum anatara lain :
 Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.
 Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko
dehidrasi dan insufisisensi ginjal.

5. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul


A. Diagnosa Umum
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari
anaesthesi.
b) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
c) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
d) Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-
obatan (penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.
B. Diagnosa Tambahan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
b) Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan
kurang gerak.
c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan.
e) Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan
elektrolit.
f) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
h) Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi

6. Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
keperawatan.

18
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan askep.
Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi
yang relevan, dengan keperawatan kesehatan berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien. Fase ini merupakan komponen yang memberikan
mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah tindakan keperawatan
yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan serta
keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.

2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien, tanggal dan
waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.

7. Evaluasi
A. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai
atau tidak.

B. Jenis evaluasi
a) Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera ( pendokumentasian dan implementasi ).

b) Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus klien
pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).

19
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif.
Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasiem
pada keadaan equilibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan
komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali
pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman, dan nyaman.
Komplikasi dari post operatif, yaitu : syok, hemorrhagi, thrombosis vena profunda
(TVP), embolisme pulmonal, sepsis, retensi urine, komplikasi gastrointestinal.
Jadi, upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah
masalah yang kemungkinan muncul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang
cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama
perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini,
asuhan keperawatan post operatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu
sendiri.

20
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002),


Philadelphia.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

21
1

Anda mungkin juga menyukai