Anda di halaman 1dari 44

PORTOFOLIO PERAWAT TERAMPIL

Disusun oleh:
Dian Cahyo Wibowo, AMK
NIP.199304042015041001

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG


RSUD LAWANG
Jalan Kartini No. 5 Telp. (0341) 426 072 Fax. (0341) 426 072
Email: rsudlawang@ymail.com
LAWANG 65211
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa atas berkat rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Portofolio Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi di Ruang Pemulihan

RSUD Lawang dengan baik. Penulis menyadari bahwa terdapat berbagai

kekurangan yang ada pada Portofolio ini. Oleh karena itu, penulis akan selalu

membuka diri untuk menerima segala kritik yang membangun dari berbagai pihak

guna perbaikan di masa mendatang.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada

kesalahan. Penulis mendoakan agar semua bantuan yang diberikan oleh berbagai

pihak mendapat balasan dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Semoga pula

Portofolio ini dapat diterima sebagai sumbangan pemikiran yang bermanfaat.

Malang, Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………. 1
LATAR BELAKANG ……………………………………………………… 1
TUJUAN …………………………………………………………………. 2
BAB II KOMPONEN PORTOFOLIO …………………………………………… 3
KOMPONEN UTAMA ………………………………………………….. 3

1. Melakukan Asesmen Awal Keperawatan Kepada Pasien ……….. 3


2. Melakukan Edukasi Keperawatan …………………………………. 3
3. Membuat Asuhan Keperawatan di form Catatan Perkembangan
Pasien ………………………………………………………………… 3
4. Membuat Rencana Keperawatan ………………………………… 3

KOMPONEN TAMBAHAN………………………………………………….. 4

LAPORAN KEGIATAN BHAKTI SOSIAL PELAYANAN MOW…………. 4

A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………


B. TUJUAN …………………………………………………………………. 5
C. TANGGAL PELAKSANAAN KEGIATAN ……………….……………. 5
D. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN .…..…………………………. 6
E. SASARAN PELAKSANAAN KEGIATAN .……………………………. 6
F. SERTIFIKAT KEGIATAN BHAKTI SOSIAL …………………………. 7
G. BUKTI DOKUMENTASI KEGIATAN .………………………………… 8
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………… 10
KESIMPULAN ………………………………………………………………. 10
SARAN …………………………………………………………………. 10
Lampiran 1 Assesment Awal Keperawatan
Lampiran 2 Assesment Kebutuhan Edukasi
Lampiran 3 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
Lampiran 4 Rencana Keperawatan
Lampiran 5 Log Book Kerja Harian

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yaitu

suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi

kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis,

psikologis, sosial dan spiritual yang optimal melalui tahapan pengkajian

keperawatan, indentifikasi diagnose keperawatan, penentuan perencanaan

keperawatan, melaksanakan Tindakan keperawatan serta mengevaluasinya

(Suarli & Yahya, 2012).

Asuhan keperawatan perioperatif merupakan asuhan keperawatan

yang diberikan kepada pasien dari periode sebelum pembedahan

(preoperasi), selama pembedahan (durante operasi) dan setelah

pembedahan (post operasi). Periode post operasi merupakan periode yang

kritis dari pasien, observasi yang ketat dan terus menerus merupakan hal

yang penting karena komplikasi akibat pasca operasi rawan terjadi pada

periode ini. Selama periode ini pasien berada di ruang pemulihan dan

dilakukan observasi ketat terhadap fungsi fisiologis tubuh, dan kesadaran

terkait efek pemulihan dari pembedahan dan anestesi yang menurunkan

metabolisme dan suhu tubuh (Potter and Perry, 2005 : Black and Hawks,

2014).

Hipotermia adalah komplikasi yang sering muncul pada proses

pembedahan dan anestesi, dan dapat menjadi serius apabila tidak ditangani

secara benar. Sepertiga pasien akan mengalami hipotermia selama operasi

apabila tidak dilakukan intervensi. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat

1
sekunder dari suhu yang rendah di ruang operasi, infus dengan cairan yang

dingin, luka yang terbuka, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau agen

obat- obatan yang digunakan, seperti anestesi dan vasodilator (Smeltzer,

2002). Kejadian hipotermia sering ditemukan pada pasien ketika tiba di

ruangan pemulihan. Sebanyak 33% pasien pasca anestesi regional

mengalami kejadian hipotermia di ruang pulih sadar. Sementara 5-65%

pasien pasca operasi dengan anestesi umum, akan tetapi angka kejadian

hipotermia pada pasien pasca anestesi umum dapat ditekan apabila

dilakukan intervensi selama operasi berlangsung (Buggy DJ, 2016).

Kejadian hipotermia sangat sering terjadi pada pasien dengan operasi

pembedahan di ekstremitas bawah, dikarenakan pembedahan tersebut

menggunakan anestesi regional, seperti pada pasien dengan fraktur femur.

Hal ini disebabkan karena tindakan operasi ini berlangsung cukup lama, insisi

yang cukup besar sehingga tubuh dapat kehilangan panas dikarenakan luka

yang terbuka cukup luas dan cukup lama terekspos. Serta dilakukannya

proses irigasi luka dengan NS 0,9% yang cukup banyak. Selain itu, pasien

fraktur femur didominasi oleh pasien dengan usia lanjut. Pasien lansia

termasuk golongan yang ekstrem, sehingga risiko terjadi hipotermia cukup

tinggi. Golongan usia geriatri merupakan factor risiko urutan enam besar

sebagai penyebab hipotermia perioperative (xxxx dalam Harahap, 2014).

Hipotermia pada pasien geriatric disebabkan oleh adanya perubahan

fungsi kardiovaskuler (turunnya elastisitas pembuluh arteri, peningkatan

tahanan pembuluh perifer, dan penurunan curah jantung); kekakuan organ

paru sehingga ventilasi, difusi, dan oksigenasi tidak efektif; serta penurunan

fungsi metabolic tubuh.

2
Hipotermia post operasi sangatlah merugikan bagi pasien karena

dapat menyebabkan risiko pendarahan meningkat, disritmia jantung, iskemia

miokardium, gangguan penyembuhan luka operasi, risiko infeksi, menggigil,

syok, dan penurunan tingkat kenyamanan pasien (Marta, 2013).

Hipotermia yang terjadi pada pasien pasca operasi di ruang pulih sadar

harus segera diatasi. Penatalaksanaan hipotermia dapat dilakukan dengan

tindakan nonfarmakoligis dan farmakologis. Salah satu terapi

nonfarmakologis yang dapat dilakukan perawat adalah pemberian selimut

hangat.

B. TUJUAN

Mengerti dan memahami asuhan keperawatan pasca operatif klien dengan

post operasi pemasangan AMP

3
BAB II

KOMPONEN PORTOFOLIO

A. KOMPONEN UTAMA
1. Melakukan Asesmen Awal Keperawatan Kepada Pasien
a. Form asesmen awal keperawatan (lampiran 1)
b. Logbook kegiatan kerja harian (lampiran 5)
2. Melakukan Edukasi Keperawatan
a. Form Kebutuhan Edukasi
b. Logbook kegiatan kerja harian (lampiran 5)
3. Membuat Asuhan Keperawatan
a. Form analisa data dan diagnose keperawatan
b. Logbook kegiatan kerja harian (lampiran 5)
4. Membuat Rencana Keperawatan
a. Form Rencana Keperawatan (lampiran 4)

Checklist target kompetensi

ASKEP I Pengkajian kep dasar


Nyeri Beri lingk kondusif, sketsel
Ansietas Beri o2 sederhana, komunikasi
terapetik, KIE px

Risiko bleeding
Risiko cairan tdk seimbang Kdm cairan elektrolit
Risiko hipotermi

Bersihan jalan napas Suction sputum, OPA


hipotermia Ganti linen basah
Risiko cidera Pasang side rail, amankan airway,

4
restrain

Askep I

A. PENGKAJIAN UMUM
 Identitas pasien waktu pengkajian: xxxxxxxxxx
o Nama
o Tanggal lahir
o No rm
 Riwayat kesehatan pasien:
o Pasien mengeluhkan nyeri perut sejak 3 bulan sebelum masuk RS,
hanya diberi pengobatan sendiri dengan obat warung. Akhirnya tidak
tertahankan dan dibawa ke IGD.
 Diagnoa medis: Appendiksitis perforasi
1. Tahap pre operasi
a. Pengkajian
Data subyektif:
Pasien mengatakan nyeri pada lapang perut,takut akan operasi, karena
baru pertama kali menjalani operasi.
Data obyektif
 B1 (Breath)
 B2 (Blood)
 B3 (Brain)
 B4 (Bladder)
 B5 (Bowel)
 B6 (Bone)
 Vital signs
TD : 140/90 mmHg
HR : 96 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,8 C
SpO2 : 100%
 Pengkajian focus lainnya

5
Pengkajian nyeri
Pasien menunjukkan respon nyeri nonverbal, skala nyeri 8

6
b. Analisa data dan diagnosa keperawatan

Jam Data focus Etiologic Masalah


kep
DS: Agen cidera Nyeri
DO: fisik
Px
mengeluhkan
nyeri secara
verbal, skala
nyeri 7, px
gelisah
DS: Proses ansietas
Px takut akan pembedahan
operasi
pertama, tidak
tahu proses
penyakit
DO:
Px gelisah,
wajah pucat
terlihat cemas

c. Intervensi

Jam Diagnosa Tujuan Intervensi


kriteria hasil kep
Nyeri b.d
agen cidera
fisik
Ansietas b.d
proses
pembedahan

d. Implementasi

Jam dx Implementasi Respon px

e. Evaluasi

Jam dx Evaluasi paraf


keperawatan
2. Tahap intra operasi
a. pengkajian
Data subyektif:
Pasien mengatakan nyeri pada lapang perut,takut akan operasi, karena
baru pertama kali menjalani operasi.
Data obyektif
 B1 (Breath)
 B2 (Blood)
 B3 (Brain)
 B4 (Bladder)
 B5 (Bowel)
 B6 (Bone)
 Vital signs
TD : 110/70 mmHg
HR : 110 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,0 C
SpO2 : 100%
 Pengkajian focus lainnya

dafdaf

1
asa

a. Analisa data dan diagnosa keperawatan

Jam Data focus Etiologic Masalah


kep
DS: Agen cidera Nyeri
DO: fisik
Px
mengeluhkan
nyeri secara
verbal, skala
nyeri 7, px
gelisah
DS: Proses ansietas
Px takut akan pembedahan
operasi
pertama, tidak
tahu proses
penyakit
DO:
Px gelisah,
wajah pucat
terlihat cemas

b. Intervensi

Jam Diagnosa Tujuan Intervensi


kriteria hasil kep
Nyeri b.d
agen cidera
fisik
Ansietas b.d
proses
pembedahan

c. Implementasi

Jam dx Implementasi Respon px


d. Evaluasi

Jam dx Evaluasi paraf


keperawatan

fadfda
3. Tahap post operasi
Data subyektif: (-)
Data obyektif
Pasien keluar dari OK, dan ditransport ke RR menggunakan brankar,
pasien Nampak menggigil, menggunakan opa 9, ekstensi kepala,
napas spontan nrbm 6lpm. Pada saat bangun gaduh gelisah
b. pengkajian
Data subyektif:
Pasien mengatakan nyeri pada lapang perut,takut akan operasi, karena
baru pertama kali menjalani operasi.
Data obyektif
 B1 (Breath)
 B2 (Blood)
 B3 (Brain)
 B4 (Bladder)
 B5 (Bowel)
 B6 (Bone)
 Vital signs
TD : 120/80 mmHg
HR : 90 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 35,3 C
SpO2 : 100%
 Pengkajian focus lainnya

1
f. Analisa data dan diagnosa keperawatan

Jam Data focus Etiologic Masalah


kep
DS: Agen cidera Nyeri
DO: fisik
Px
mengeluhkan
nyeri secara
verbal, skala
nyeri 7, px
gelisah
DS: Proses ansietas
Px takut akan pembedahan
operasi
pertama, tidak
tahu proses
penyakit
DO:
Px gelisah,
wajah pucat
terlihat cemas

g. Intervensi

Jam Diagnosa Tujuan Intervensi


kriteria hasil kep
Nyeri b.d
agen cidera
fisik
Ansietas b.d
proses
pembedahan

h. Implementasi

Jam dx Implementasi Respon px

i. Evaluasi

Jam dx Evaluasi paraf


keperawatan
ASKEP II

1
Form intervensi keperawatan

1.PRE OPERASI

No Nursing Diagnosis Nursing Outcome Nursing Interventions and Activities


1. Ansietas b.d Setelah dilakukan intervensi Mengidentifikasi status psikososial (A.510)
ancaman pada 1x10 menit diharapkan : (Menilai faktor psikososial yang memengaruhi perawatan
status terkini O.500: Pengetahuan tentang pasien dan mengembangkan serta menerapkan rencana
perawatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut)
respon psikososial
X4-00146 ● Pasien mengungkapkan Layar untuk penyalahgunaan zat (A.510.5)
Domain 3A urutan kejadian yang ● Memantau tanda vital
Respon perilaku - diharapkan sebelum dan
pasien dan segera setelah operasi Menilai mekanisme koping (A.510.6)
● Tinjau pola koping pasien dan keefektifannya
keluarga: ● Pasien menyatakan harapan ● Minta pasien untuk mendeskripsikan metode
pengetahuan yang realistis mengenai penanganan stres saat ini
pemulihan dari prosedur ● Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
● Menentukan metode komunikasi dan dukungan yang
● Pasien dan anggota keluarga paling efektif
mengidentifikasi tanda dan ● Mengevaluasi ketersediaan dan efektivitas sistem
gejala untuk dilaporkan kepada pendukung
ahli bedah atau penyedia
Mengidentifikasi pasien dan dukungan yang
layanan kesehatan ditunjuk kebutuhan pendidikan seseorang
(A.530) (Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan
relatif terhadap
prosedur pasien, persyaratan perawatan perioperatif
dan status psikososial)
Menerapkan tindakan untuk memberikan dukungan
psikologis (Im.510)
● Menilai tanda dan gejala kecemasan atau ketakutan
(misalnya, insomnia pra operasi, ketegangan otot, tremor,
lekas marah, perubahan dalam [mungil, gelisah,
diaphoresis, takipnea, takikardia, tekanan darah tinggi,
wajah pucat atau kemerahan, perilaku menarik diri)
● Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dengan
jujur
● Memberikan suasana perhatian dan perhatian
(misalnya, pendekatan tanpa penilaian privasi,
empati, rasa hormat)
● Menawarkan metode alternatif untuk
meminimalkan kecemasan (misalnya, musik,
humor)
● Jelaskan tujuan persiapan pra operasi sebelum
pelaksanaan.

Termasuk pasien atau orang yang mendukung


dalam pengajaran perioperatif (Im. 700)
(Mengidentifikasi pasien dan pengetahuan orang
pendukung yang ditunjuk dan memberikan pendidikan
dan dukungan)

Menjelaskan urutan kejadian yang diharapkan (Im.


700.2) (Menjelaskan rutinitas dan protokol yang terkait
dengan perawatan perioperatif)

Mengevaluasi respons psikososial terhadap


rencana perawatan (E.520)
● Mengevaluasi efektivitas sistem pendukung
● Memverifikasi kemampuan pasien untuk memahami
informasi
● Menyediakan waktu yang diperlukan untuk
memproses informasi
● Meninjau rencana asuhan keperawatan dengan
pasien dan anggota keluarga
INTRA OPERASI

No Nursing Diagnosis Nursing Outcome Nursing Interventions and Activities


1. Risiko Setelah dilakukan intervensi Identifikasi faktor-faktor yang terkait dengan
peningkatan risiko perdarahan dengan peningkatan
perdarahan X75- 3x60 menit diharapkan : risiko perdarahan cairan dan elektrolit e
00206 0.320: Status kardiovaskular ketidakseimbangan (A.310)
pasien ditingkatkan dari level ● Menilai keluhan vital
Domain 1 Safety baseline ● Menilai kondisi pasien mengenai cedera traumatis
untuk perdarahan abnormal
- vital pasien berada dalam ● Identifikasi risiko pasien untuk perdarahan atau
kisaran yang diharapkan hipovolemia sehubungan dengan prosedur pembedahan
setelah keluar dari ruang OR ● Verifikasi status hidrasi perioperatif pasien
atau ruang prosedur atau ● Berkomunikasi dengan dokter dari penyedia
PACU perawatan anestesi jika penilaian Data atau tanda
- Perfusi jaringan perifer atau gejala yang tidak biasa dari cairan, elektrolit,
pasien konsisten dengan atau ketidakseimbangan asam basa dicatat.
meningkat dari status pra-
● Pastikan pasokan cangkir hisap, spons, dan agen
operasi saat keluar dari ruang
hemostatik yang tidak biasa
operasi prosedur

Koperasi dengan bank darah untuk memastikan suplai


darah atau memastikan suplai darah atau monitor
pengganti plasma prameter fisiologis (Im. 370):
● Perkirakan kehilangan darah dan cairan memantau
tanda-tanda hipovolemia
● Monitor untuk kehilangan asam
● Monitor untuk gejala gagal pernapasan
● Monitor untuk perfusi jaringan
● Monitor untuk parameter hemodinamik, termasuk CVP,
MAP, level PCWP, jika tersedia
● Pantau efek pengobatan pada parameter hemodinamik
dan
kehilangan cairan dan elektrolit
2. Resiko Setelah dilakukan intervensi 3x60 Mengidentifikasi status fisiologis (A.210)
menit diharapkan : - Mengevaluasi membran bukal, sklera, dan kulit
cedera X29- (misalnya, kekeringan, sianosis, ikterus)
O. 10: Pasien bebas dari benda
dan gejala cedera yang Laporkan penyimpangan dalam hasil studi
00035 diagnostik (A.340)
berhubungan dengan sumber
panas - Mengkomunikasikan status kesehatan fisiologis
Domain 1 (misalnya, laporan verbal, catatan pasien) kepada
- Kondisi kulit pasien, selain
sayatan bedah, tidak berubah anggota tim yang sesuai
Keselamata
antara masuk dan keluar dari Berkolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan
n ruang OR atau prosedur lain mengenai hasil studi diagnostik atau temuan
- Pasien melaporkan penilaian enilai kondisi kulit dasar (A.240)
kenyamanan di lokasi - Mengevaluasi keberadaan denyut nadi perifer,
perangkat termoregulasi meminta informasi pasien persepsi nyeri, dan
- Statistik neuromuskuler pasien mengidentifikasi gangguan mobilitas saat pasien
Kami tidak berubah antara terjaga
masuk dan keluar dari OR atau - Menilai kondisi kulit pasien
ruang prosedur - Menilai risiko cedera kulit pasien terkait dengan
sumber
termal
- Menilai kulit untuk cedera dari perangkat invasif
(misalnya, tabung, saluran pembuangan, kateter yang
tinggal, kabel)
- Mengidentifikasi diagnosis keperawatan yang
menggambarkan derajat risiko pasien untuk cedera
kulit
terkait bahaya termal.
Menerapkan perangkat keselamatan (Im.80)
- Memeriksa lingkungan bedah untuk peralatan atau
kondisi
yang menimbulkan risiko keselamatan dan mengambil
tindakan korektif
- Memilih perangkat keselamatan berdasarkan
kebutuhan pasien dan prosedur operasi atau invasif
yang direncanakan
- Menerapkan perangkat keselamatan pada pasien
sesuai rencana perawatan, pedoman praktik yang
berlaku, kebijakan fasilitas, dan petunjuk dokumentasi
produsen.
Memastikan bahwa perangkat keselamatan tersedia,
bersih, bebas dari ujung yang tajam, dilapisi
sebagaimana mestinya, dan dalam kondisi kerja
sebelum digunakan monitor parameter psikologis (Im.
370)
- Pantau tanda vital (mis., Tekanan darah, monitor
jantung atau laju EGC dan ritme, laju pernapasan,
suhu)
- Pantau pasien untuk perubahan integritas kulit
(misalnya, denyut perifer, warna kulit, suhu, turgor, isi
ulang kapiler, jika sesuai).
Mengevaluasi tanda dan gejala cedera sik pada kulit
dan jaringan (E.10)
- Memeriksa dan mengevaluasi kulit pasien, tonjolan
tulang, tempat tekanan, area yang disiapkan, dan
jaringan yang berdekatan untuk tanda-tanda irigasi
atau cedera (misalnya, perubahan warna, ruam, lecet,
lecet, area yang menonjol)
- Permintaan keluhan nyeri atau ketidaknyamanan di
area selain sayatan bedah solicits untuk keluhan mati
rasa atau kesemutan (misalnya, situs perangkat
termoregulasi, situs memposisikan bantu)
- Laporan varians tak terduga kepada anggota sesuai
dari tim perawatan kesehatan.
POST OPERASI

No Nursing Diagnosis Nursing Outcome Nursing Interventions and Activities


1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi Menilai pengendalian nyeri (A.360)
cedera fisik - Meninjau (Menggunakan skala spain yang
(prosedur bedah) 1x30 menit diharapkan : divalidasi untuk menilai pengendalian nyeri)
X38-00132 - penilaian pasien untuk jenis nyeri yang dirawat
O.330: Pasien menunjukkan dan /
atau melaporkan kontrol nyeri dan
yang
Domain 2 memadai kondisi medis
Respon fisiologis - Pasien bekerja sama dengan - Meninjau potensi interaksi obat nyeri dengan obat
lain
berbaring diam selama prosedur atau makanan yang setara dengan pasien secara verbal
intraoperatif menggunakan keefektifan pengobatan dengan penilaian yang diakui alat
anestesi lokal blok. (mis. skala numerik, skala wajah)
- Tanda vital pasien saat keluar - meminta verbalisasi ekspektasi pasien terhadap skor
nyeri
dari OR sama dengan atau yang dapat diterima
meningkat dari nilai sebelum - Menawarkan informasi kepada pasien dan anggota
operasi. keluarga tentang nyeri, ukuran pereda nyeri, skala
- Pasien secara verbal mengontrol penilaian, dan data penilaian lainnya untuk
dilaporkan
rasa sakit. - Pantau pasien untuk kesesuaian verbal dan
nonverbal
isyarat.
Menerapkan pedoman nyeri (Im.310)
- Meninjau penilaian pasien untuk jenis nyeri yang
dirawat,
kondisi medis, dan status kesehatan
- Meninjau pedoman nyeri fasilitas
- Dokumen tingkat nyeri yang dinyatakan pasien saat
ini
- Posisi untuk kenyamanan kecuali kontraindikasi
- Menentukan apakah rejimen memenuhi kebutuhan
pasien yang diidentifikasi
- Monitor hubungan pasien kemajuan ke
pengendalian nyeri
Memantau efektivitas pedoman nyeri Menerapkan
metode alternatif pengendalian nyeri (Im.310.1)
(Menggunakan sentuhan terapeutik, meditasi, pernapasan,
dan posisi untuk menambah metode pengendalian nyeri)
- Mengulas pengobatan nyeri non-pengobatan (mis.
gangguan Musio, terapi relaksasi)
- Menawarkan informasi tentang metode yang akan
membantu dalam pengendalian nyeri.
Mengevaluasi respons terhadap intervensi(E.250)
Manajemen Nyeri
- Menilai respons pasien terhadap intervensi
manajemen nyeri termasuk parameter fisiologis dan
temuan subjektif dan objektif.
- Mengidentifikasi dan mendokumentasikan
bagaimana pasien mengekspresikan nyeri
(misalnya, ekspresi wajah, lekas marah, res
keletihan, verbalisasi)
- Mengevaluasi sifat nyeri dan setiap perubahan
tingkat
nyeri setelah intervensi manajemen nyeri
2. Risiko Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipotermia
Infeksi X28- 1x30 menit diharapkan : Observasi
00004 ▪ Suhu tubuh membaik - Monitor suhu pasien menggunakan alat pengukuran
Domain 2 ▪ Mengigil menurun dan rute yang paling tepat
Physiologic ▪ Pucat mambaik - Mengidentifikasi penyebab hipotermia (misal
response terpapar suhu lingkungan yang rendah, pakaian
tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
metabolisme, kekurangan lemak sub kutan)
- Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang hangat (atur suhu
lingkungan)
- Ganti pakaian atau linen yang basah
- Lakukan penghangatan pasif (misal memberi
selimut, penutup kepala, selimut tebal)
- Lakukan penghangatan aktif (misal infus cairan
hangat, oksigen hangat, lavase periotoneal dengan
cairan hangat)
Edukasi
- Anjurkan makan/minum hangat
▪ kemih yang tidak tidak dimasuki. Luka bersih terutama
ditutup, dan jika perlu, dikeringkan dengan drainase
tertutup.
▪ Kelas 2 (terkontaminasi bersih), luka operasi di mana
saluran pernafasan, saluran genital atau saluran kemih
dimasukkan dalam kondisi terkontrol dan tanpa kondisi
yang tidak biasa.
▪ Kelas 3 (luka yang terkontaminasi) luka terbuka, segar,
tidak disengaja, prosedur pembedahan dengan
kerusakan besar dalam teknik steril atau tumpahan kotor
dari saluran cerna dan insisi yang ditemui peradangan
akut dan tidak bernanah. Luka
▪ kelas IV (infeksi kotor): luka traumatis lama yang tersisa
jaringan yang rusak dan yang melibatkan infeksi klinis
yang ada atau organ dalam yang berlubang. Definisi ini
menunjukkan bahwa organisme penyebab Infeksi pasca
operasi hadir di lapangan operasi sebelum prosedur
pembedahan.

Menerapkan teknik aseptik (Im.300)


▪ Menetapkan dan memelihara bidang steril.
▪ Menerapkan prinsip-prinsip teknik aseptik
▪ Mempertahankan bidang steril,
▪ Mencegah kontaminasi luka terbuka
▪ Mengisolasi tempat operasi dari lingkungan fisik
nonsteril di sekitarnya

Melindungi kontaminasi silang bentuk (Gambar 300.1)


▪ Meminimalkan kontaminasi silang dengan
memahami dan menerapkan praktik pengendalian
infeksi saat menyiapkan instrumen dan perlengkapan
untuk digunakan
▪ Pribadi: mempromosikan dan mendemonstrasikan
kesehatan dan kebersihan pribadi, melakukan
kebersihan tangan secara umum.

Melakukan preparat kulit (Im. 270)


▪ status kesehatan pasien secara keseluruhan
▪ MenilaiMenilai kondisi kulit pasien, termasuk: warna,
drainase, edema, jaringan rapuh, kelembaban, suhu
tekstur, turgor, vascu; aity

Memantau tanda dan gejala infeksi (Im. 360)


▪ Mengevaluasi data penilaian pasien indikasi infeksi
termasuk: demam, nyeri atau bengkak, infeksi
sebelumnya
▪ Kaji ulang uji diagnostik laboratorium untuk indikasi
infeksi, termasuk tetapi tidak terbatas abnormal (WBC,
Urinalisis, budaya atau serologi)
▪ A Ssess untuk tanda dan gejala peradangan atau
infeksi: mengamati manifestasi lokal peradangan seperti
kemerahan, panas, nyeri, bengkak, kehilangan fungsi.
Mengamati tanda dan gejala infeksi paru seperti
hipoksia, perubahan mental pasien, peningkatan suhu
tubuh, peningkatan produksi sekresi atau
perubahan warna sekret)
b. Logbook kegiatan kerja harian (lampiran 5)

5. Melakukan implementasi keperawatan


6. Melakukan evaluasi keperawatan
B. KOMPONEN TAMBAHAN

LAPORAN KEGIATAN BHAKTI SOSIAL PELAYANAN MOW


RSUD LAWANG

A. LATAR BELAKANG
Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju

pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah

mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk, semakin besar

usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat tertentu kesejahteraan rakyat.

Laju pertumbuhan penduduk ditentukan oleh tingkat kelahiran dan kematian, adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan

tingkat kematian penduduk rendah, sedangkan laju tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini merupakan penyebab utama ledakan jumlah

penduduk dan kemudian tingginya angka kelahiran merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana (KB)

(Kemenkes RI, 2014).

Laporan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pengguna kontrasepsi lebih dari 100 juta wanita

menggunakan kontrasepsi yang memiliki efektivitas, dengan pengguna kontrasepsi hormonal lebih dari 75% dan 25% menggunakan

non hormonal. Dan pengguna kontrasepsi didunia pada tahun 2005 mencapai 89%. Tahun 2007 angka pengguna KB modern

diperkotaan mencapai 58% sedangkan dipedesaan mencapai 57% dan di Afrika tercatat sebanyak 82% penduduknya tidak
menggunakan kontrasepsi, di Asia Tenggara, Selatan, dan Barat sebanyak 43% yang menggunakan kontrasepsi (Kemenkes

RI,2014).

Berdasarkan Hasil prevalensi KB di Indonesia berdasarkan Survei Pemantauan Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2013 mencapai

angka 65.4% dengan metode KB yang didominasi oleh peserta KB suntikan (36%), pil KB (15.1%), Implant (5.2%), Intra Uterine

Device (IUD) (4.7%), dan Metode Operatif Wanita (MOW) (2.2%). Hasil tersebut sedikit menurun jika dibandingkan dengan hasil

survei tahun 2009 prevalensi KB cenderung tetap pada kisaran angka 67.5%. Secara nasional sampai bulan Juli 2014 sebanyak

4.309.830 peserta KB baru didominasi oleh peserta Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu sebesar 69.99%,

sedangkan untuk peserta Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) hanya sebesar 30.01% ( Herman,dkk,2017).

Kontrasepsi permanen pada wanita disebut dengan tubektomi atau biasa disebut dengan Metode Operasi Wanita (MOW) adalah

tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran tersebut,

dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan dan tubektomi merupakan

alat kontrasepsi yang efektif dan efisien untuk mencegah kehamilan. Namun demikian masih banyak PUS yang tidak memilih

metode ini dikarenakan beberapa faktor, faktor-faktor tersebut perlu di indentifikasi sehingga dapat memberikan rekomendasi

intervensi untuk upaya peningkatan jumlah pengguna kontrasepsi ini (Sufiati,dkk, 2014).

B. TUJUAN

Tujuan dilaksanakannya program bakti sosial MOW adalah untuk mempermudah calon akseptor KB untuk mendapatkan pelayanan

kontrasepsi, khususnya MOW.


C. TANGGAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Program bakti sosial MOW dilaksanakan pada tahun September – November 2021 dalam rangka hari jadi kab. Malang yang ke

1261.

Sehubungan dengan suksesnya acara tersebut, serta tingginya animo masyarakat untuk mengikuti kegiatan, maka dinas DPPKB

Kabupaten Malang bersama RSUD Lawang laksanakan pelayanan Metode Operasi Wanita (MOW) untuk akseptor KB seluruh

Kabupaten Malang, dan akan dilaksanakan sepanjang tahun 2022.

D. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN

Program bakti sosial MOW ini dilaksanakan di RSUD Lawang Kabupaten Malang.

E. SASARAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Sasaran kegiatan bakti sosial mow ini adalah akseptor KB seluruh Kabupaten Malang yang memenuhi kriteria.
F. SERTIFIKAT KEGIATAN BHAKTI SOSIAL MOW
G. BUKTI DOKUMENTASI KEGIATAN BHAKTI SOSIAL MOW
TAHUN 2021
TAHUN 2022
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dengan tersusunnya portofolio ini kita bisa menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan sangat berperan penting pada

profesi keperawatan dalam melakukan tugasnya sebagai pemberi asuhan pada pasien. Sehingga target pelayanan kepada

pasien terpenuhi.

B. SARAN

Pelaksanaan Uji Kompetensi di tahun 2022 berjalan sangat baik dan sesuai standart yang ditetapkan dari tim penguji.

Semoga untuk kegiatan selanjutnya bisa dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai