Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

CHYNTHIA FEBRI KHARISMA

DESI IKAWATI

DIAN PUSPITASARI

DIAN SHAFA FADHILAH

EKA ALVIANITA

ERINA DWI SARTIKA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PRODI D IV KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
T.A. 2018/2019
Kata Pengantar

Assalamu alaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME , karena karunia-Nyalah kami
dapat menyelesaikan makalah sederhana ini . Tak lupa pula salam dan shalawat Kami
haturkan kepada nabi besar junjungan kita Nabi Muhammad saw. Yang telah
membawa kita keluar dari zaman jahilia ke jaman moderisasi.
Makalah dengan judul ASKEP PERIOPERATIF sebagai salah satu aspek yang
penting untuk bidan pelajari ,karena dengan makalah ini seorang perawat dapat
mengetahui tentang asuhan keperawatan perioperatif.
Makalah ini hadir dengan penjelasannya semoga dapat dipahami oleh pembaca.
Dan semoga makalah ini dapat menjadi suatu acuan bagi kami dan para pembaca agar
dapat menghasilkan karya kedepan yang lebih baik dan sempurna. Kami sudah
berusaha untuk memberikan yang terbaik, namun sebagai manusia biasa, pasti tidak
terlepas dari kesalahan. Untuk itulah kami menanti kritik dan saran yang membangun
dari saudara-saudara sebagai pembaca.
Akhir kata semoga Allah senantiasa menambah hidayah, taufiq, dan rahmatnya
kepada kita semua. Amin

Penulis
Daftrar Isi

Kata Pengantar…………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………….

BAB I Pendahuluan
A.Latar Belakang……………………………………………………..
B.Rumusan Masalah………………………………………………...
C.Tujuan Penulisan………………………………………………….

BAB II Pembahasan
A.Pengertian………………………………………………….……..
B.Pre Operatif……………………...........………………………….
C.Persiapan Akhir Sebelum Operasi di Kamar Operasi………..
D. Intra Operatif……………………………………………………..
E. Post Operatif……..........................................…………………
F. Contoh Askep Perioperatif ….…..……………………………..

BAB III Kesimpulan


A.Kesimpulan…………………………………………………………
B.Saran………………………….…………………………………….
Daftar Pustaka……………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa
kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi rumah
sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan
dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu dengan masalah kesehatan
yang memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan
yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang
kian maju.
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah
perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan,
yaitu? preoperatif phase, intraoperatif phase dan post operatif phase. Masing- masing fase di
mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas
keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan
dan standar praktik keperawatan.
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien.
Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan
dengan kecemasan yang mereka alami. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung
pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait
(dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) disamping peranan pasien yang kooperatif selama
proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah
hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling
mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig
untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah  perioperatif.  Tindakan perawatan
perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pembedahan dan kesembuhan pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana askep pre operatif?
2. Bagaimana askep intra operatif?
3. Bagaimana askep post operatif?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pre operatif.
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan intra operatif.
3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan post operatif.
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak
pasien diterima dilakukan tindakan pembedahan.

Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di
transfer ke wilayah ruang pemulihan.

Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang
dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya

B. PRE OPERATIF

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik
pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).

a. Persiapan Psikologi

Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat
disebabkan karena :

1. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.


2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.

Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi
cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada pasien pra bedah.

1. Penjelasan tentang peristiwa

Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :

– Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).

– Hal-hal yang rutin sebelum operasi.


– Alat-alat khusus yang diperlukan

– Pengiriman ke ruang bedah.

– Ruang pemulihan.

– Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :

 Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.


 Perlu kebebasan saluran nafas.
 Antisipasi pengobatan:
1. Bernafas dalam dan latihan batuk
2. Latihan kaki
3. Mobilitas
4. Membantu kenyamanan

b. Persiapan Fisiologi

1. Diet

8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien
tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anasthesi umum.

Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan.
Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :

– Aspirasi pada saat pembedahan

– Mengotori meja operasi.

– Mengganggu jalannya operasi.

2. Persiapan Perut.

Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau
pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu
pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.

Maksud dari pemberian lavement antara lain :

– Mencegah cidera kolon

– Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.

– Mencegah konstipasi.
– Mencegah infeksi.

3. Persiapan Kulit

Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu
malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus
terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-
kurangnya 10-20 cm2.

4. Hasil Pemeriksaan

Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

5. Persetujuan Operasi / Informed Consent

Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga
dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.

Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi
tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk
mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.

C. PERSIAPAN AKHIR SEBELUM OPERASI DI KAMAR OPERASI (Serah terima


dengan perawat OK)

1. Mencegah Cidera

Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di
bawah ini :

1. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).


2. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
3. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
4. Lepas perhiasan
5. Bersihkan cat kuku.
6. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
7. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
8. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.
9. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis.
10. Kandung kencing harus sudah kosong.
11. Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;

– Catatan tentang persiapan kulit.

– Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).


– Pemberian premedikasi.

– Pengobatan rutin.

– Data antropometri (BB, TB)

– Informed Consent

– Pemeriksan laboratorium.

2. Pemberian Obat premedikasi

Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan
untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar
pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.

i. Pengkajian Keperawatan Pra Bedah

A. Data Subyektif

1. Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.


a) Tempat
b) Bentuk operasi yang harus dilakukan.
c) Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di
bedah.
d) Kegiatan rutin sebelum operasi.
e) Kegiatan rutin sesudah operasi.
f) Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
2. Bentuk, sifat, rontgen
3. Jangka waktu
4. Pengertian tentang bedah yang dianjurkan
5. Pengalaman bedah terdahulu
6. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
7. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang dianjurkan.
8. Metode-metode penyesuaian yang lazim.
9. Agama dan artinya bagi pasien.
10. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
11. Keluarga dan sahabat dekat :

a) Dapat dijangkau (jarak)


b) Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.

12. Perubahan pola tidur


13. Peningkatan seringnya berkemih.
14. Status Fisiologi
15. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-
komplikasi pascabedah.
16. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
17. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
18. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
19. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi yang
terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
20. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
21. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai terbebas dari
nyeri setelah operasi.

B. Data Obyektif

1. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan (cemas),


kemampuan berbahasa Inggris.
2. Tingkat interaksi dengan orang lain.
3. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk (cemas).
4. Tinggi dan berat badan.
5. Gejala vital.
6. Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
7. Kuli t : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
8. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
9. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas dengan
diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
10. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum bedah
vaskuler atau tubuh.
11. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat duduk,
koordinasi waktu berjalan.

ii. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

1. Takut
2. Cemas
3. Resiko infeksi
4. Resiko injury
5. Kurang pengetahuan

D. INTRA OPERATIF

i. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif

Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :

1. Anggota steril
a) Ahli bedah utama / operator
b) Asisten ahli bedah.
c) Scrub Nurse / Perawat Instrumen
d) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
 Ahli atau pelaksana anaesthesi.
 Perawat sirkulasi
2. Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).

ii. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.

a) Persiapan Psikologis Pasien


b) Pengaturan Posisi

Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis
pasien.

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :

1. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.


2. Umur dan ukuran tubuh pasien.
3. Tipe anaesthesia yang digunakan.
4. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).

Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :

1. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.


2. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya
ditutup dengan duk.
3. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya
dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf
dan jaringan.
4. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan
terjadinya pertukaran udara.
5. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi terjadinya
thrombus.
6. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat
melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
7. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
8. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
9. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara
bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.
10. Pengkajian psikososial

c) Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.


d) Penutupan Daerah Steril
e) Mempertahankan Surgical Asepsis
f) Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
g) Monitor dari Malignant Hyperthermia
h) Penutupan luka pembedahan
i) Perawatan Drainase
j) Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.

iii. Pengkajian

1. Sebelum dilakukan operasi

– Perasaan takut / cemas

– Keadaan emosi pasien

a) Pengkajian Fisik

– Tanda vital : TN, N, R, Suhu.

– Sistem integumentum

 Pucat
 Sianosis
 Adakah penyakit kulit di area badan.

– Sistem Kardiovaskuler

 Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?


 Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
 Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
 Kebiasaan merokok, minum alcohol
 Oedema
 Irama dan frekuensi jantung.
 Pucat

– Sistem pernafasan

 Apakah pasien bernafas teratur ?


 Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.

– Sistem gastrointestinal

 Apakah pasien diare ?

– Sistem reproduksi
 Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?

– Sistem saraf

 Kesadaran ?

– Validasi persiapan fisik pasien

 Apakah pasien puasa ?


 Lavement ?
 Kapter ?
 Perhiasan ?
 Make up ?
 Scheren / cukur bulu pubis ?
 Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
 Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?
2. Selama dilaksanakannya operasi

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi
total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal
ditambah dengan pengkajian psikososial.

Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a) Pengkajian mental

Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya
perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan
agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.

b) Pengkajian fisik

– Tanda-tanda vital

(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).

– Transfusi

(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan
juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).

– Infus

(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti
dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
– Pengeluaran urin

Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL

Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi
adalah sebagai berikut :

1. Cemas
a) Resiko perlukaan/injury
b) Resiko penurunan volume cairan tubuh
c) Resiko infeksi
d) Kerusakan integritas kulit

iv. Fase Pasca Anaesthesi

Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus
mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi
mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.

Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi
tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :

a) Mempertahankan ventilasi pulmonari


b) Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan
rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.
c) Saluran nafas buatan.

Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum untuk
mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien
tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction.

1. Terapi oksigen

O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia.
Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.

2. Mempertahankan sirkulasi.

Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi
pada pasien post anaesthesi.
Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang pemulihan.

3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.

Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah
kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.

4. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan

Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat
tekanan kepada saraf otot dan persendian.

Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program
dokter.

Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa
sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang
sedang dilakukan.

v. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room

Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk
lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :

1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan
umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.

Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis

– Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau > dari 90
mmHg.

– HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit

– Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.


– Meningkatnya kegelisahan pasien

– Tidak BAK + 8 jam post operasi.

Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room

Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :

1. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.


2. Tanda-tanda vital harus stabil.
3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
6. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan.
7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran
pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan
dipindahkan.
9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan
menerima pasien tersebut.

Pengangkutan Pasien keruangan

Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :

– Keadaan penderita serta order dokter.

– Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.

– Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-waktu,
dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.

E. Post Operasi

a. Pengkajin awal

1. Status Respirasi

Meliputi :

– Kebersihan jalan nafas

– Kedalaman pernafasaan.

– Kecepatan dan sifat pernafasan.


– Bunyi nafas

2. Status sirkulatori

Meliputi :

– Nadi

– Tekanan darah

– Suhu

– Warna kulit

3. Status neurologis

Meliputi : tingkat kesadaran

4. Balutan

Meliputi :

– Keadaan drain

– Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.

5. Kenyamanan

Meliputi :

– Terdapat nyeri

– Mual

– Muntah

6. Keselamatan

Meliputi :

– Diperlukan penghalang samping tempat tidur.

– Kabel panggil yang mudah dijangkau.

– Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.


7. Perawatan

Meliputi :

– Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.

– Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan
jumlah drainage.

8. Nyeri

Meliputi :

– Waktu

– Tempat.

– Frekuensi

– Kualitas

– Faktor yang memperberat / memperingan

A. Data Subyektif

Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah ditempatkan


ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung
misalnya :”Bagaimana perasaan anda?”, dapat memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa
memfokuskan pada daerah yang spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri
sering kali meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat
penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan
bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.

Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi mual bila
perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat
narkotika yang cukup banyak.

B. Data Objektif
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.
C. Pengkajian Psikososial

Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur pembedahan
dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan
termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis, dan


manifestasi klinik post operasi.

Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :

1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.


2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.
Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

A. Diagnosa Umum

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.

c. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.

d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan (penenang,
analgesik) dan imobil terlalu lama.

B. Diagnosa Tambahan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.

d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur pembedahan.

e. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan elektrolit.

f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksoia, lemah,


nyeri, mual.
h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

F. CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


1. IDENTITAS KLIEN

Nama pasien : Tn. M

Umur : 74 Tahun

Status : Menikah

Agama : Islam

No RM : 475473

Alamat : Pengasih, Kulon Progo

Tanggal masuk : 12 Maret 2014

Sumber info : Klien dan Rekam Medik

Diagnosa : BPH

A. FASE PRE OPERASI

1. Pengkajian Kesehatan

Dx Medis : BPH

Jenis operasi : Prostatectomy

Jenis anastesi : Spinal Anastesi

Rewayat pemakaian obat-obatan : tidak ada

Riwayat merokok : ya

Riwayat mengkonsumsi alcohol : tidak ada

Riwayat penyakit kronik (RPK) : tidak ada

2. Kondisi umum dan penampilan

Kondisi klien baik (composmentis) :

Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis, Kesadaran : Composmentis, Tekanan
darah : 110/80 mmHg, Nadi :88 x/menit Warna kulit : Sawo matang, Respirasi : 26 x/menit
3. Status emosional dan tingkat kesadaran

Klien mengatakan takut karena sebelumnya belum pernah melakukan Operasi

4. Rentang Gerak (ekstremitas)

a. Kekuatan otot : 5

b. tidak ada kelainan pada ekstremitas

5. Pernafasan

a. RR : 26 x/menit

b. Suara nafas : vesikuler

c. Otot bantu nafas : tidak ada

6. Sirkulasi

a. Nadi : 88 x/menit

b. Turgor kulit : Lembab

7. Reaksi alergi

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun lingkungan

8. Pemakaian obat-obatan pre operasi

Obat : antibiotic ceftriaxone 1 gram

Persiapan Operasi

No Item Observasi Observasi

Ya Tidak

1 Pencukuran area yang akan √


dioperasi

2 Baju operasi √

3 Cat kuku √
4 Make up √

5 Infom consent √

6 Assesoris, jam, gelang, jepit √


rambut, cincin

7 Gigi palsu √

8 Pemeriksaan penunjang √

Darah √

Urin √

Radiologi √

USG √

9 Personal hygine √

10 Premedikasi preoperative √

11 Pemasangan kateter √

9. Masalah yang ditemukan

S :Klien mengatakan takut dengan tindakan operasi BPH yang akan dilakukan, klien mengatakan bahwa ini
pengalaman pertamanya operasi

O :Klien terlihat bertanya-tanya tentang prosedur operasi, klien terlihat takut/cemas, gelisah

 FASE PRE OPERASI

1. Analisa Data
No. DATA PROBLEM ETIOLOGI

1 Ds : Ansietas Stres pre operasi

Klien mengatakan takut dengan tindakan


operasi BPH yang akan dilakukan, klien
mengatakan bahwa ini pengalaman
pertamanya operasi

Do :

- wajah tampak gelisah

- pasien terlihat tegang

- pasien menenangkan diri dengan berdoa

- N : 88 x/menit , TD: 110/80 mmHg, rr : 26


x/m

- Klien terlihat bertanya-tanya tentang


prosedur operasi, klien terlihat takut/cemas,
gelisah

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Ansietas berhubungan dengan stres : pre operasi

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC

Ansietas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction (5820)


berhubungan keperawatan selama 1 x 15 menit
dengan stres : diharapkan klien tidak cemas · Gunakan pendekatan yang menenangkan
pre operasi lagi dengan kriteria hasil :
· Jelaskan prosedur selama tindakan operasi
· Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan · Temani pasien untuk memberikan keamanan
menunjukkan tehnik untuk dan mengurangi takut
mengontol cemas
· Identifikasi tingkat kecemasan
· Vital sign dalam batas normal
ü TD : 120/80 mmHg · Dengarkan dengan penuh perhatian

ü RR : 15-20 x/menit. · Anjurkankepada pasien menggunakan teknik


relaksasi (nafas dalam)
ü N : 80-100 x/menit
· Anjurkan kepada pasien untuk selalu berdoa
· Ekspresi wajah menunjukkan sesuai agamanya.
berkurangnya cemas.

4. Catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal

12/03/201 08.44 · Menggunakan pendekatan 09.20 edy


4 yang menenangkan
09.15 S : Klien mengatakan masih agak
· Menjelaskan prosedur takut.
selama tindakan operasi
O:
· Mengidentifikasi tingkat
kecemasan - Wajah tampak masih agak gelisah

· Mendengarkan dengan - N : 84 x/menit


penuh perhatian
- R : 24 x/menit
· Menganjurkankepada
pasien menggunakan teknik A : Masalahkepewatan teratasi
relaksasi (nafas dalam) sebagian : vital sign dalam batas
normal dan ekspresi wajah
· Menganjurkan kepada menunjukkan berkurangnya cemas.
pasien untuk selalu berdoa
sesuai agamanya. P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital dan cemas.

· Lakukan prosedur operasi dan tetap


damping pasien.

B. FASE INTRA OPERASI

1. Persiapan Perawat

Persiapan Operator, Asisten dan Instrumen


- mencuci tangan steril

- mengeringkan tangan dengan lap/ handuk tangan steril

- memakai baju operasi steril

- memakai handscone steril

- perawat instrument menyiapkan instrument

Cek :

- APD : menggunakan

- Cuci tangan steril : ya

- Cek nama pasien : ya

- Cek tindakan OP : ya

- Time out :

Tim Operasi

a. Operator : dr suemadji Sp. B

b. Anestesi : dr.eko

c. Ass Bedah : Yatman

d. perawat Anestesi : Yudi

e. Instrumen : Susilo

f. On loop : nana

g. Recovery : Irawan

1. Prosedur anastesi

- Jenis anastesi : Regional Anestesi

- Teknik : Spinal Anestesi diantara lumbal 3 dan 4

- Obat : Ducain 0,5 % 4 ml

- Posisi : Duduk membungkuk di tempat tidur operasi

2. Persiapan alat dan ruang

a. Persiapan Kamar Operasi

- meja instrumen
- lampu operasi

- monitor

- mesin suction

- O2

- mesin anastesi dan obat-obatan anastesi

- cairan anastesi

- tromol kassa (besar/kecil) 1

- tromol depper 1

- korentang steril 1

- kotak benang steril 1

- tromol duk steril 1

- selang suction

- standart infus

- tempat sampah

b. Persiapan tenun

- Duk besar buntu 2

- Duk besar lubang 1

- Duk kecil buntu 2

- Duk meja instrumen 1

- Duk tanggung 2

c. Instrumen

- Kocher 2

- Pean bengkok 4

- Nidle holder 2

- Pinset anatomis 2

- Pinset chirurgis 2

- Gunting jaringan 1
- Gunting benang 1

- Tang depper 1

- Scapel mess 1

- ovarium klem 1

- arteri klem 4

- Hak langen 1

- Duk klem 6

- bisturi no 20 1

- Kasa besar dan kecil 10/ 10

- Kasa deppers 10

- Bengkok 1

- Kom 2

- Spuit 10 cc 1

- Selang three way kateter 1

- Canul suction 1

- Tang disinfektan 1

- Jarum ( round, tajam )

- benang jahit : -cat gut plain no 2, cat gut chromic no 2 dan chromic 0, seide 2/0

3. Prosedur Operasi

a. Pasien masuk ruang operasi pukul 09.20 WIB

b. Pasien dilakukan pembiusan Regional Anestesi dengan teknik spinal anestesi dengan posisi membungkuk

c. Sebelum dilakukan operasi, pasien diposisikan supine

d. Jenis Operasi yang dilakukan adalah prostatectomy

e. Operator melakukan disinfeksi pada daerah yang dioperasi dengan kasa betadine dari prosesus xipoidus
sampai paha.

f. Mempersempit daerah operasi dengan memasang duck steril (lubang dan buntu)

g. Drapping/ pemasangan duk, duk besar atas bawah, duk kecil kanan kiri difiksasi dengan duk klem. Pasang
slang suction dan couter difiksasi dengan duk klem, kemudian ditutup dengan duk lobang
h. Time Out

i. Insisi area op buka perlapis ( dari lapisan kulit, sub kutis, facia, otot sampai buli ), buli ditest dengan aspirasi
menggunakan spuit 10cc,tusuk balon kateter, lepas kateter terpasang

j. Buli diinsisi sambil disuction air yang keluar dari buli, pasang hak prostat 3 (atas 2, bawah 1). Insisi bledder
neck hak dilepas, enuklease prostat, setelah prostat terangkat smua sambil disuction siapkan jahitan cromic 1.0,
sambil assist suction perdarahan yang keluar, pasang hak, jahit bledder neck yang tadi diinsisi

k. Pasang three way cateter, spulling dari kateter sampai lancar, isi balon 30-50 cc. cuci buli untuk
mengevaluasi perdarahan, traksi three way cateter.

l. Tutup buli dengan jahitan cromic no1,klem atas bawah, setelah dijahit cek buli dengan cara spulling dari
Three way cateter untuk mengevaluasi perdarahan

m. Basahi buli yang sudah dijahit dengan kasa betadin, pasang drain fiksasi dengan side 2/0

n. Menutup luka op lapis demi lapis dengan urutan menutup luka otot dengan plain no 2.0 , setelah otot dijahit
pasang drain, menutup luka fasia dg cromik 1.0 dari atas kebawah, sub kutis dg plain no 2/0, kulit dengan side
no 2/0

o. Tutup luka dengan kassa,fiksasi

p. Fiksasi traksi Three way Cateter sebelum duk dilepas semua

q. Pindah pasien sambil evaluasi output dan warna urine

r. Setelah selesai pasien dirapikan dan dipindahkan ke tempat tidur pasien dengan transfer bed kemudian
pakaian operasi pasien diganti dengan pakaian dari ruangan.

s. Alat-alat perlengkapan operasi dirapikan dan dikembalikan kpada tempat semula, alat-alat instrument
direndam dengan savlon dan dicuci kemudian dikeringkan.

t. Operasi selesai pukul 10.15 WIB

4. Selama prosedur operasi

a. IV line: jenis : RL banyak: 800cc

b. Posisi pembedahan : supine

c. Restrain : tidak

d. Posisi ground : -

e. Persiapan area operasi : ya. Daerah perut, dengan menggunakan Alkohol dan Betadine

f. Monitor TTV :

Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi


09.25 127/78 86 22 - -

09.50 123/69 86 24 - -

ANALISA DATA

FASE INTRA OPERASI

KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB

1. DS : -- Resiko defisit Perdarahan aktif


volume cairan (berlangsungnya
DO : proses pembedahan)

Pasien sedang dilakukan operasi,

Tampak ada luka operasi yang banyak


mengeluarkan darah, darah yang
dikeluarkan ± 300 cc, Pasien tampak
dengan resiko pendarahan

2 Ds :- Resiko infeksi Tindakan invasive :


operasi BPH.
Do :

Tampak terlihat pembedahan BPH

Terdapat luka sayatan ± 6 cm

N : 86 x/menit

RR : 22 x/menit

3 Ds :-- Resiko cedera faktor resiko:


Gangguan persepsi
Do: sensori karena
anestesi
penggunaan jarum, benang, kasa,
intrument dalam prosedur operasi BPH
Diagnosa :

1. Resiko defisit volume cairan b.d perdarahan aktif (berlangsungnya proses pembedahan)

2. Resiko infeksi b.d Tindakan invasive : operasi BPH.

3. Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC

1. Resiko defisit v Fluid balance Fluid management


volume cairan b.d
perdarahan aktif v Hydration v Monitor status hidrasi (kelembaban
(berlangsungnya membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
proses v Nutritional Status : Food darah ortostatik)
pembedahan) and Fluid Intake
v Monitor vital sign
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 jam v Monitor masukan makanan / cairan selama
diharapkan defisit volume proses pembedahan
cairan tidak terjadi dengan
v Monitor status perdarahan
Kriteria Hasil :
v Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
v Tekanan darah, nadi, muncul meburuk
suhu tubuh dalam batas
normal v Atur kemungkinan tranfusi

v Tidak ada tanda tanda v Persiapan untuk kemungkinan tranfusi


dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan

 
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infeksi control , intra operatif (6545)
berhubungan keperawatan selama 1 x 30
dengan tindakan menit diharapkan klien · Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
invasif : operasi tidak mengalami nresiko tangan
BPH. infeksi dengan kriteria
hasil : · Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
· Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi · Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
· Vital sign dalam batas
normal · Pertahankan lingkungan aseptik selama
proses pembedahan
ü TD : 120/80 mmHg
· Berikan terapi antibiotik bila perlu
ü RR : 15-20 x/menit.
· Monitor tanda dan gejala infeksi
ü N : 80-100 x/menit.
· Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
ü S : 36,5 ºC -37ºC
· Monitor tanda-tanda vital.

 
Resiko cedera v control resiko Surgical precousen Aktifitas
dengan faktor
resiko: Gangguan Setelah dilakukan tindakan Tidurkan klien pada meja operasi
persepsi sensori keperawatan selama 1 x 30 dengan posisi sesuai kebutuhan
karena anestesi menit diharapkan klien Monitor penggunaan instrumen,
tidak mengalami resiko jarum dan kasa
injuri/cedera dengan Pastikantidak ada instrumen, jarum
kriteria hasil : atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien

Klien terbebas dari


cedera
Dapat mengetahui
pemakaian intrumen,
jarum dan kasa. Dengan
tertinggalnya benda asing
dapam tubuh klien dapat
menimbulkan bahaya

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal

12/03/14 09.22 1. Memonitor vital sign 12/03/14 10.15 edy

09.25 2. Memonitor status S:-


hidrasi (kelembaban
09.30 membran mukosa, nadi O:
adekuat, tekanan darah
09.55 ortostatik) 1. Klien nampak tenang, konjungtiva
tidak anemis
3. Memonitor masukan
cairan selama proses 2. Jam 09.25 TD : 127/78 mmHg, N :
pembedahan 86 x/menit, Respirasi : 22 x/menit

4. Memonitor vital sign 3. Jam 09.55 TD : 123/69 mmHg, N :


86 x/menit, Respirasi : 24 x/menit
5. Memonitor perdarahan perdarahan ± 300 cc

6. Mengkolaborasikan A:
dengan dokter jika tanda
cairan berlebih muncul Masalah resiko deficit volume cairan
memburuk teratasi sebagian

P:

1. Lanjutkan intervensi

2. Pantau perdarahan

 
09.22 1. Mempertahankan 10.15 edy
lingkungan aseptik selama
09.55 proses pembedahan. S : -

2. Memonitor tanda dan O:


gejala infeksi
- Tampak terlihat pembedahan BPH
3. Menginspeksi kondisi
luka / insisi bedah - Terdapat luka sayatan ± 6 cm

- Terdapat jahitan : 7-8

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

N : 86 x/menit

RR : 24 x/menit

SPO2 : 99%

A : Masalah keperawatan teratasi


penuh : klien tidak terdapat tanda-
tanda infeksi.

P : Lanjutkan intervensi :
Pantau tanda-tanda vital dan tanda-
tanda infeksi

  Monitor
09.22 penggunaan instrumen, 10.15 edy
jarum dan kasa
09.55 Pastikan tidak ada S : -
instrumen, jarum atau kasa
yang tertinggal dalam O:
tubuh klien
- Intrument lengkap tidak ada yang
tertinggal di area pembedahan

- Jarum lengkap

- Kasa lengkap yang digunakan dan


tersisa

- Area pembedahan bebas dari


benang sisa dari jahitan

A : Masalah keperawatan teratasi


penuh : klien terbebas dari resiko
cedera

P : Lanjutkan intervensi :

Pantau kembali kelangkapan kasa,


jarum, intrument

FASE POST OPERASI

4. Tanda-tanda vital

Waktu TD Nadi RR Masalah Intervensi

10.16 124/80 86 22 - -

10.36 112/82 88 20 - -

5. Kondisi Umum Pasien


Hasil Observasi Kapan Reflek kembali

Reflek muntah Ada -

Reflek batuk Ada -

Kesadaran Composmentis -

6. Balance cairan

Total Intake Total output

Jenis Jumlah Jenis Jumlah

Cairan infuse 800 CC Dain -

Tranfusi - Urine 200cc

Perdarahan 300cc

Lain-lain 50cc

Total 800 cc Total 550 cc

Keluhan utama saat ini :

Subyek : Klien mengatakan kaki belum dapat digerakkan.

Obyek : Klien nampak tenang, konjungtiva tidak anemis

Aldredte Score

Area pengkajian Poin nilai Score


 
Pernapasan 2 : kemampuan untuk bernapas dengan dalam dan batuk

1 : upaya bernapas terbatas

0 : tidak ada upaya napas spontan

 
Sirkulasi 2 : > 80% dari tingkat pra anastetik

1 : 50% - 80% dari tingkat pra anastetik

0 : < 50% dari tingkat pra anastetik

 
Tingkat kesadaran 2 :respon verbal terhadap pertanyaan dan terorientasi
terhadap waktu

1 : terbangun ketika dipanggil namanya

0 : tidak memberi respon terhadap perintah

 
Warna 2 : warna kulit normal

1 : warna kulit pucat, agak kehitaman, ikterik

0 : sianosis

 
Aktivitas 2 : kemampuan untuk menggerakkan semua ekstremitas

1 : kemampuan untuk menggerakkan 2 ekstremitas

0 : tidak mampu mengontrol setiap ekstremitas

Bromage score

Grade Criteria Degree of block

I Free movement of leg and feet Nil (0%)

II Just able to flex knees with free movement of feet Partial (33%)
III Unable to flex knees, but with free movement of feet Almost complete (66%)

IV Unable to move legs or feet Complete (100%)

DATA PENUNJANG

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil

11/03/2014 Hb 13,0 g/dl

Hmt 39,8 %

Leukosit 9,36x 10 3/ ul

Trombosit 263x 10 3/ul

Eritrosit 4,24x 103/ul

PCT (plateletcrit) 0,210 %

Gol darah B

GDS 106 mg/dl

 
Ureum 32 mg/dl

Kreatinin 1,18 mg/dl

TERAPI YANG DIBERIKAN

Tanggal Jenis Rute Dosis Waktu Indikasi


Terapi

12/03/2014 Ceftriaxon IV 1000mg 60 menit Sebagai Antibiotik


sebelum untuk mencegah
Decain Spinal 0,5 % (4 operasi terjadinya infeksi
ml) dilakukan
Ketorolac IV Sebagai obat bius
30 mg Sebelum pada saat operasi
operasi
Kalnex IV 500 mg dimulai Analgetik

Saat operasi Anti perdarahan

Operasi
hampir selesai

             

1. Analisa Data

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI

1 Ds :- Resiko jatuh Kondisi post


operasi
Do :

- Kesadaran compos mentis: E : 4 M : 6 V : 5

- Klien baring ditempat tidur

- Klien tampak lemah.

- TD : 124/80 mmHg

- N : 86 x/menit

- RR : 22 x/menit

- Saturasi oksigen: 99%

- Bromage Score : 2

2. Diagnosa Keperawatan

Ø Resiko jatuh berhubungan dengan faktor resiko pengobatan (anastesi).

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC

Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Environment Management


berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 15 menit
kondisi post operasi diharapkan klien tidak mengalami
resiko jatuh dengan kriteria hasil : · Sediakan lingkungan yang aman
untuk klien
· Klien terbebas dari jatuh
· Identifikasi kebutuhan
· Menggunakan fasilitas kesehatan keamanan klien, sesuai dengan
yang ada kondisi fisik dan fungsi kognitif
klien dan riwayat penyakit
· Mampu mengenali perubahan terdahulu klien
status kesehatan
· Pasang side rail tempat tidur

· Menyediakan tempat tidur yang


nyaman dan bersih

· Pindahkan barang-barang yang


dapat membahayakan

· Berikan penjelasan pada klien


atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

4. catatan Perkembangan

Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal

12/03/2014 10.16 · Memobilisasi klien dari bed 10.36 Edy


tindakan ke bed mobilisasi
10.36 S : Klien mengatakan kepalanya
· Mengidentifikasi keamanan pusing, badannya lemas dan masih
klien dan kemampuan fisik kaku untuk digerakan
klien
O:
· Memasang side rail tempat
tidur Kesadaran CM

· Mengantarkan klien ke ruang Ekstremitas bawah baru bisa


RR digerakan sedikit

· Meletakan tempat tidur Klien baring ditempat tidur dengan


kedaerah yang aman dan dipasang side rail
terhidar dari barang-barang
berbahaya Klien tampak lemah

· Memberikan penerangan TD : 112/82 mmHg


yang cukup
N : 88 x/menit

RR : 21 x/menit

A : Masalah kepewatan teratasi


penuh : klien terbebas dari jatuh

P : Lanjutkan intervensi :

· Pantau tanda-tanda vital.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi
untuk Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima dilakukan tindakan pembedahan.
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila
pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Asuhan keperawatan perioperatif meliputi: identitas klien, fase pre operasi, fase intra
operasi, fase post operasi.

B. Saran
a)   Dalam menyusun makalh sebaiknya menggunakan banyak referensi agar dapat
menghasilkan tugas yang lengkap dan maksimal
b)   Dalam menyelesaikan tugas kelompok sebaiknya di biutuhkan kekompakan dari
masing-masing anggota kelompok , agar tugas dapat terselesaikan dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A.Aziz.2006. Pengantar  Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan Buku 2.  Salemba Medika. Jakarta
Alimul Hidayat, A.Aziz.2006. Pengantar  Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan Buku 1.  Salemba Medika. Jakarta
NANDA. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Jakart: EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. Jakarta: EGC.

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai