DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
DESI IKAWATI
DIAN PUSPITASARI
EKA ALVIANITA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME , karena karunia-Nyalah kami
dapat menyelesaikan makalah sederhana ini . Tak lupa pula salam dan shalawat Kami
haturkan kepada nabi besar junjungan kita Nabi Muhammad saw. Yang telah
membawa kita keluar dari zaman jahilia ke jaman moderisasi.
Makalah dengan judul ASKEP PERIOPERATIF sebagai salah satu aspek yang
penting untuk bidan pelajari ,karena dengan makalah ini seorang perawat dapat
mengetahui tentang asuhan keperawatan perioperatif.
Makalah ini hadir dengan penjelasannya semoga dapat dipahami oleh pembaca.
Dan semoga makalah ini dapat menjadi suatu acuan bagi kami dan para pembaca agar
dapat menghasilkan karya kedepan yang lebih baik dan sempurna. Kami sudah
berusaha untuk memberikan yang terbaik, namun sebagai manusia biasa, pasti tidak
terlepas dari kesalahan. Untuk itulah kami menanti kritik dan saran yang membangun
dari saudara-saudara sebagai pembaca.
Akhir kata semoga Allah senantiasa menambah hidayah, taufiq, dan rahmatnya
kepada kita semua. Amin
Penulis
Daftrar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………….
BAB I Pendahuluan
A.Latar Belakang……………………………………………………..
B.Rumusan Masalah………………………………………………...
C.Tujuan Penulisan………………………………………………….
BAB II Pembahasan
A.Pengertian………………………………………………….……..
B.Pre Operatif……………………...........………………………….
C.Persiapan Akhir Sebelum Operasi di Kamar Operasi………..
D. Intra Operatif……………………………………………………..
E. Post Operatif……..........................................…………………
F. Contoh Askep Perioperatif ….…..……………………………..
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pre operatif.
2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan intra operatif.
3. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan post operatif.
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak
pasien diterima dilakukan tindakan pembedahan.
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di
transfer ke wilayah ruang pemulihan.
Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang
dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya
B. PRE OPERATIF
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik
pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
a. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat
disebabkan karena :
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi
cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada pasien pra bedah.
– Ruang pemulihan.
b. Persiapan Fisiologi
1. Diet
8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien
tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan anasthesi umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan.
Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum pembedahan antara lain :
2. Persiapan Perut.
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau
pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu
pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.
– Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.
– Mencegah konstipasi.
– Mencegah infeksi.
3. Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu
malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus
terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-
kurangnya 10-20 cm2.
4. Hasil Pemeriksaan
Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga
dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.
Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi
tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk
mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin.
1. Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di
bawah ini :
– Pengobatan rutin.
– Informed Consent
– Pemeriksan laboratorium.
Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan
untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar
pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.
A. Data Subyektif
B. Data Obyektif
1. Takut
2. Cemas
3. Resiko infeksi
4. Resiko injury
5. Kurang pengetahuan
D. INTRA OPERATIF
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan
kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
1. Anggota steril
a) Ahli bedah utama / operator
b) Asisten ahli bedah.
c) Scrub Nurse / Perawat Instrumen
d) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :
Ahli atau pelaksana anaesthesi.
Perawat sirkulasi
2. Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis
pasien.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
iii. Pengkajian
a) Pengkajian Fisik
– Sistem integumentum
Pucat
Sianosis
Adakah penyakit kulit di area badan.
– Sistem Kardiovaskuler
– Sistem pernafasan
– Sistem gastrointestinal
– Sistem reproduksi
Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
– Sistem saraf
Kesadaran ?
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi anaesthesi
total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi anaesthesi lokal
ditambah dengan pengkajian psikososial.
a) Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya
perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan
agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.
b) Pengkajian fisik
– Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
– Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti dan
juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).
– Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera diganti
dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).
– Pengeluaran urin
Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama pelaksanaan operasi
adalah sebagai berikut :
1. Cemas
a) Resiko perlukaan/injury
b) Resiko penurunan volume cairan tubuh
c) Resiko infeksi
d) Kerusakan integritas kulit
Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus
mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi
mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.
Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi
tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :
Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum untuk
mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien
tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction.
1. Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia.
Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.
2. Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi
pada pasien post anaesthesi.
Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang pemulihan.
Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah
kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.
Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman
sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat
tekanan kepada saraf otot dan persendian.
Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program
dokter.
Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa
sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang
sedang dilakukan.
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk
lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan / observasi diruang pemulihan :
1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan
umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
– Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau > dari 90
mmHg.
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :
– Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-waktu,
dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.
E. Post Operasi
a. Pengkajin awal
1. Status Respirasi
Meliputi :
– Kedalaman pernafasaan.
2. Status sirkulatori
Meliputi :
– Nadi
– Tekanan darah
– Suhu
– Warna kulit
3. Status neurologis
4. Balutan
Meliputi :
– Keadaan drain
5. Kenyamanan
Meliputi :
– Terdapat nyeri
– Mual
– Muntah
6. Keselamatan
Meliputi :
Meliputi :
– Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung, sifat dan
jumlah drainage.
8. Nyeri
Meliputi :
– Waktu
– Tempat.
– Frekuensi
– Kualitas
A. Data Subyektif
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan terjadi mual bila
perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat
narkotika yang cukup banyak.
B. Data Objektif
1. Sistem Respiratori
2. Status sirkulatori
3. Tingkat Kesadaran
4. Balutan
5. Posisi tubuh
6. Status Urinari / eksresi.
C. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur pembedahan
dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan
termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.
Pemeriksaan Laboratorium
A. Diagnosa Umum
d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan (penenang,
analgesik) dan imobil terlalu lama.
B. Diagnosa Tambahan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang gerak.
Umur : 74 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
No RM : 475473
Diagnosa : BPH
1. Pengkajian Kesehatan
Dx Medis : BPH
Riwayat merokok : ya
Keadaan umum : Baik, wajah tidak pucat, konjungtiva tidak anemis, Kesadaran : Composmentis, Tekanan
darah : 110/80 mmHg, Nadi :88 x/menit Warna kulit : Sawo matang, Respirasi : 26 x/menit
3. Status emosional dan tingkat kesadaran
a. Kekuatan otot : 5
5. Pernafasan
a. RR : 26 x/menit
6. Sirkulasi
a. Nadi : 88 x/menit
7. Reaksi alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi pada obat, makanan, minuman, ataupun lingkungan
Persiapan Operasi
Ya Tidak
2 Baju operasi √
3 Cat kuku √
4 Make up √
5 Infom consent √
7 Gigi palsu √
8 Pemeriksaan penunjang √
Darah √
Urin √
Radiologi √
USG √
9 Personal hygine √
10 Premedikasi preoperative √
11 Pemasangan kateter √
S :Klien mengatakan takut dengan tindakan operasi BPH yang akan dilakukan, klien mengatakan bahwa ini
pengalaman pertamanya operasi
O :Klien terlihat bertanya-tanya tentang prosedur operasi, klien terlihat takut/cemas, gelisah
FASE PRE OPERASI
1. Analisa Data
No. DATA PROBLEM ETIOLOGI
Do :
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Catatan Perkembangan
Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
1. Persiapan Perawat
Cek :
- APD : menggunakan
- Cek tindakan OP : ya
- Time out :
Tim Operasi
b. Anestesi : dr.eko
e. Instrumen : Susilo
f. On loop : nana
g. Recovery : Irawan
1. Prosedur anastesi
- meja instrumen
- lampu operasi
- monitor
- mesin suction
- O2
- cairan anastesi
- tromol depper 1
- korentang steril 1
- selang suction
- standart infus
- tempat sampah
b. Persiapan tenun
- Duk tanggung 2
c. Instrumen
- Kocher 2
- Pean bengkok 4
- Nidle holder 2
- Pinset anatomis 2
- Pinset chirurgis 2
- Gunting jaringan 1
- Gunting benang 1
- Tang depper 1
- Scapel mess 1
- ovarium klem 1
- arteri klem 4
- Hak langen 1
- Duk klem 6
- bisturi no 20 1
- Kasa deppers 10
- Bengkok 1
- Kom 2
- Spuit 10 cc 1
- Canul suction 1
- Tang disinfektan 1
- benang jahit : -cat gut plain no 2, cat gut chromic no 2 dan chromic 0, seide 2/0
3. Prosedur Operasi
b. Pasien dilakukan pembiusan Regional Anestesi dengan teknik spinal anestesi dengan posisi membungkuk
e. Operator melakukan disinfeksi pada daerah yang dioperasi dengan kasa betadine dari prosesus xipoidus
sampai paha.
f. Mempersempit daerah operasi dengan memasang duck steril (lubang dan buntu)
g. Drapping/ pemasangan duk, duk besar atas bawah, duk kecil kanan kiri difiksasi dengan duk klem. Pasang
slang suction dan couter difiksasi dengan duk klem, kemudian ditutup dengan duk lobang
h. Time Out
i. Insisi area op buka perlapis ( dari lapisan kulit, sub kutis, facia, otot sampai buli ), buli ditest dengan aspirasi
menggunakan spuit 10cc,tusuk balon kateter, lepas kateter terpasang
j. Buli diinsisi sambil disuction air yang keluar dari buli, pasang hak prostat 3 (atas 2, bawah 1). Insisi bledder
neck hak dilepas, enuklease prostat, setelah prostat terangkat smua sambil disuction siapkan jahitan cromic 1.0,
sambil assist suction perdarahan yang keluar, pasang hak, jahit bledder neck yang tadi diinsisi
k. Pasang three way cateter, spulling dari kateter sampai lancar, isi balon 30-50 cc. cuci buli untuk
mengevaluasi perdarahan, traksi three way cateter.
l. Tutup buli dengan jahitan cromic no1,klem atas bawah, setelah dijahit cek buli dengan cara spulling dari
Three way cateter untuk mengevaluasi perdarahan
m. Basahi buli yang sudah dijahit dengan kasa betadin, pasang drain fiksasi dengan side 2/0
n. Menutup luka op lapis demi lapis dengan urutan menutup luka otot dengan plain no 2.0 , setelah otot dijahit
pasang drain, menutup luka fasia dg cromik 1.0 dari atas kebawah, sub kutis dg plain no 2/0, kulit dengan side
no 2/0
r. Setelah selesai pasien dirapikan dan dipindahkan ke tempat tidur pasien dengan transfer bed kemudian
pakaian operasi pasien diganti dengan pakaian dari ruangan.
s. Alat-alat perlengkapan operasi dirapikan dan dikembalikan kpada tempat semula, alat-alat instrument
direndam dengan savlon dan dicuci kemudian dikeringkan.
c. Restrain : tidak
d. Posisi ground : -
e. Persiapan area operasi : ya. Daerah perut, dengan menggunakan Alkohol dan Betadine
f. Monitor TTV :
09.50 123/69 86 24 - -
ANALISA DATA
KEMUNGKINAN
NO DATA MASALAH
PENYEBAB
N : 86 x/menit
RR : 22 x/menit
1. Resiko defisit volume cairan b.d perdarahan aktif (berlangsungnya proses pembedahan)
3. Resiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infeksi control , intra operatif (6545)
berhubungan keperawatan selama 1 x 30
dengan tindakan menit diharapkan klien · Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
invasif : operasi tidak mengalami nresiko tangan
BPH. infeksi dengan kriteria
hasil : · Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
· Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi · Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
· Vital sign dalam batas
normal · Pertahankan lingkungan aseptik selama
proses pembedahan
ü TD : 120/80 mmHg
· Berikan terapi antibiotik bila perlu
ü RR : 15-20 x/menit.
· Monitor tanda dan gejala infeksi
ü N : 80-100 x/menit.
· Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
ü S : 36,5 ºC -37ºC
· Monitor tanda-tanda vital.
Resiko cedera v control resiko Surgical precousen Aktifitas
dengan faktor
resiko: Gangguan Setelah dilakukan tindakan Tidurkan klien pada meja operasi
persepsi sensori keperawatan selama 1 x 30 dengan posisi sesuai kebutuhan
karena anestesi menit diharapkan klien Monitor penggunaan instrumen,
tidak mengalami resiko jarum dan kasa
injuri/cedera dengan Pastikantidak ada instrumen, jarum
kriteria hasil : atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
6. Mengkolaborasikan A:
dengan dokter jika tanda
cairan berlebih muncul Masalah resiko deficit volume cairan
memburuk teratasi sebagian
P:
1. Lanjutkan intervensi
2. Pantau perdarahan
09.22 1. Mempertahankan 10.15 edy
lingkungan aseptik selama
09.55 proses pembedahan. S : -
N : 86 x/menit
RR : 24 x/menit
SPO2 : 99%
P : Lanjutkan intervensi :
Pantau tanda-tanda vital dan tanda-
tanda infeksi
Monitor
09.22 penggunaan instrumen, 10.15 edy
jarum dan kasa
09.55 Pastikan tidak ada S : -
instrumen, jarum atau kasa
yang tertinggal dalam O:
tubuh klien
- Intrument lengkap tidak ada yang
tertinggal di area pembedahan
- Jarum lengkap
P : Lanjutkan intervensi :
4. Tanda-tanda vital
10.16 124/80 86 22 - -
10.36 112/82 88 20 - -
Kesadaran Composmentis -
6. Balance cairan
Perdarahan 300cc
Lain-lain 50cc
Aldredte Score
Sirkulasi 2 : > 80% dari tingkat pra anastetik
Tingkat kesadaran 2 :respon verbal terhadap pertanyaan dan terorientasi
terhadap waktu
Warna 2 : warna kulit normal
0 : sianosis
Aktivitas 2 : kemampuan untuk menggerakkan semua ekstremitas
Bromage score
II Just able to flex knees with free movement of feet Partial (33%)
III Unable to flex knees, but with free movement of feet Almost complete (66%)
DATA PENUNJANG
Hmt 39,8 %
Gol darah B
Ureum 32 mg/dl
Operasi
hampir selesai
1. Analisa Data
- TD : 124/80 mmHg
- N : 86 x/menit
- RR : 22 x/menit
- Bromage Score : 2
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. catatan Perkembangan
Hari/
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Tanggal
RR : 21 x/menit
P : Lanjutkan intervensi :
B. Saran
a) Dalam menyusun makalh sebaiknya menggunakan banyak referensi agar dapat
menghasilkan tugas yang lengkap dan maksimal
b) Dalam menyelesaikan tugas kelompok sebaiknya di biutuhkan kekompakan dari
masing-masing anggota kelompok , agar tugas dapat terselesaikan dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A.Aziz.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan Buku 2. Salemba Medika. Jakarta
Alimul Hidayat, A.Aziz.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan Buku 1. Salemba Medika. Jakarta
NANDA. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Jakart: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. Jakarta: EGC.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.