Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PERIOPERATIF

TEKNIS INSTRUMEN BEDAH THT (TONSILEKTOMI)

DISUSUN OLEH:

AJENG DETA DWI SETYAWATI 20176323002


ARDIANSYAH 20176311007
GERRY GOFINDO SEMBIRING 20176313016
INDI ANDINI 20176322019
JUANA KASANOVA 20176323021
TALITA AMANDA 20176323043

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG
D IV KEPERAWATAN
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.  Segala puji bagi
Allah yang telah memberikan kami limpahan rahmat sehingga  kami mampu menyelesaikan makalah
“PERIOPERATIF” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang telah menuntun kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang.

Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai wahana pembelajaran mata kuliah
Kegawatdaruratan agar dapat dipelajari oleh seluruh mahasiswa/mahasiswi khususnya jurusan
Keperawatan Singkawang.
Kami menyadari  bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna, karena itulah
kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman sangat kami harapkan.

Singkawang , 20 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.…Latar belakang.................................................................................................... 1
B.…Rumusan masalah............................................................................................... 2
C.….Tujuan................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A....Definisi Perioperatif...........................................................................................3
B.….Definisi Tonsilektomi .........................................................................................4
C.…Tujuan Dilakukan Tonsilektomi...........................................................................4
D.….Instrumen..........................................................................................................4
E.….Indikasi ..............................................................................................................7
F.….Kontraindikasi....................................................................................................7
G.…Langkah-Langkah Persiapan Alat……………………………………………………………………..8
H...Prosedur Pembedahan Tonsiloktomi………………………………………………………………..9

BAB III
A.…Askep......................................................................................................10

BAB IV PENUTUP
A..Kesimpulan.............................................................................................21
B...Saran..................................................................................................................21

DAFTAR PUTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan Perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggamb
arkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan
pasien . Kata perioperative merupakan gabungan dari tiga fase pengalaman pembedah
an yaitu : pre operatif, intra operatif dan post operatif. Fase pre operatif merupakan ta
hap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai ketika pasien diterima masuk di
ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan kemeja operasi untuk dila
kukan tindakan pembedahan. Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau
dipindahkan ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan keruang
pemulihan. Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif d
an intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery roo
m)/ pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik ata
u di rumah.
Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan merupak
an peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di
kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak m
emerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulato
ri. Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan men
cakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesilokal, regional a
tau umum.
Operasi amandel atau tonsilektomi adalah prosedur bedah yang dilakukan
untuk mengangkat amandel. Di belakang tenggorokan, terdapat dua kelenjar kecil
yang dapat menghasilkan sel darah putih dan melawan infeksi, kelenjar inilah yang
dikenal dengan amandel atau tonsil.
Fungsi amandel memang untuk melawan infeksi, namun amandel juga dapat
mengalami infeksi dan membuat nya mengalami pembengkakan. Infeksi amandel
disebut tonsilitis. Amandel yang membengkak ini dapat menyebabkan sakit
tenggorokan dan gejala lainnya seperti kesulitan menelan, demam, dan
pembengkakan.

1
Infeksi amandel atau tonsillitis terkadang dapat sembuh dengan sendirinya.
Selain itu, infeksi amandel dapat juga diatasi dengan menggunakan antibiotik, karena
umum nya tonsillitis disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun apabila kondisinya lebih
parah, operasi tonsilektomi terkadang dibutuhkan untuk mengatasi kondis ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan perioperative ?
2. Apa yang di maksud dengan tonsilektomi ?
3. Apa tujuan di lakukan tonsilektomi ?
4. Apa saja instrument untuk dilakukan pembedahan tonsilektomi ?
5. Bagaimana prosedur di lakukan nya pembedahan tonsilektomi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang perioperatif.
2. Untuk mengetahui tentang tonsilektomi.
3. Untuk mengetahui tentang tujuan di lakukan nya tonsilektomi.
4. Untuk mengetahui tentang instrument apa saja yang di gunakan pada pembedahan
tonsilektomi.
5. Untuk mengetahui tentang prosedur di lakukan nya pembedahan tonsilektomi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Perioperatif
Perawatan peri operatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi b
erlangsung. Keperawatan perioperative adalah istilah yang di gunakan untuk mengga
mbarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembeda
han pasien. Keperawatan perioperative adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang
merupakan pengalaman yang unik bagi pasien.
Kata perioperative adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase pen
galaman pembedahan yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.
a. Fase Praoperatif
Merupakan ijin tertulis yang di tanda tangani oleh klien untuk melindungi dalam p
roses operasi yang akan di lakukan. Prioritas pada prosedur pembedahan yang uta
ma adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang
tindakan yang akan di lakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan klien
tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petu
gas kesehatan dari klien dan keluarga nya mengenai tindakan tersebut. Pada perio
de pre operatif yang lebih di utamakan adalah persiapan psikologis dan fisik sebel
um operasi.

b. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika pasien masuk kebagian atau ruang bedah dan berakhir saat pasien
di pindahkan keruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang infus,
memberikan medikasi intra vena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh se
panjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
c. Fase Post operatif
Dimulai pada saat pasien masuk keruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktifitas keperawatan, me
ngkaji efek agenanestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikas
i. Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, ruju
kan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti denga
n pemulangan.

3
B. Definisi Tonsilektomi
Operasi amandel atau tonsilektomi adalah prosedur bedah yang dilakukan untuk
mengangkat amandel. Di belakang tenggorokan, terdapat dua kelenjar kecil yang
dapat menghasilkan sel darah putih dan melawan infeksi, kelenjar inilah yang dikenal
dengan amandel atau tonsil.
Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan tonsil palatina. Ia
merupakan prosedur yang paling sering dilakukan terutama pada anak-anak. Pada
decade terakhir ini, tonsilektomi tidak hanya dilakukan untuk tonsillitis berulang,
namun juga untuk berbagai kondisi yang lebih luas termasuk kesulitan makan, tounge
thrust, halitosis, mendengkur, dangan gangguan bicara (Hermani B, 2010).

C. Tujuan Dilakukan Tonsilektomi


Tujuan tonsilektomi juga dapat mengobati penyakit lain, termasuk apnea atau
gangguan pernapasan, dan penyakit amandel lainnya.Operasi amandel atau
tonsilektomi adalah prosedur pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat atau

membuat jaringan amandel.

D. Instrumen Tonsilektomi

No Nama Barang/ I Gambar Fungsi


nstrumen
1. Bengkok Tempat alat / kotoran2
Pada waktu bekerja /
operasi

2. Towel clip Untuk menjepit duk drappi


ng

3. Kom Tempat untuk menaruh


kasa, betadine,kasa yang
steril

4
4. Klemarteri Untuk menghentikan
pendarahan pembuluh
darah kecil dan
menggenggam jaringan
lainnya dengan tepat tanpa
menimbulkan kerusakan
yang tidak di butuhkan
5. Toungspatel Untuk memeriksa lidah pa
sien

6. Pincet bayonet Menjepit atau mengambil s


uatu benda

7. spuit Untuk injeksi anastesi

8. Gunting jaringa Untuk memotong atau insi


n si jaringan

9. Gunting benang Untuk memotong benang

10. Hemostatik forc Untuk hemostasis atau pe


eps misahan jaringan

5
11. Selang ett Untuk saluran nafas tetap b
ebas

12. Koherlurus Untuk menjepit/ memegan


g jaringan keras

13. Sluder ballenger

14. Selang suction Untuk menghisap cairan at


au lendir di dalam tubuh

15. Kanul suction Untuk menghisap cairan di


dalam tubuh

16. Naldvoeder Untuk menjahit/ memegan


g jarum

17. kasa Untuk mengdeep

18. Duk sedang Untuk membatasi daerah t


ubuh tertentu

6
19. Laringoscopy Untuk melihat bagian bela
kang tenggorokan

20. Bisturi Untuk melakukan pembed


ahan atau memotong jaring
an

21. skalpel Untuk melakukan pembed


ahan atau memotong jaring
an

E. Indikasi
Indikasi absolut Tonsilektomi: 1) Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi
saluran napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardio-pulmoner. 2) Abses
peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase. 3) Tonsilitis yang
menimbulkan kejang demam.

F. Kontraindikasi
Kontraindikasi : 1) Diskrasia darah kecuali di bawah pengawasan ahli hematologi 2) Usia
di bawah 2 tahun bila tim anestesi dan ahli fasilitasnya tidak mempunyai pengalaman khusus
terhadap bayi 3) Infeksi saluran nafas atas yang berulang 4) Perdarahan atau penderita
dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol.

G. Langkah-langkah dan Persiapan Alat

A. Persiapan ruangan:

siapkan mesin anastesi (General anastesi) dan obat anastesi sesuai instruksi dokter anastesi

siapkan perlak 1 buah untuk alas + pengalas untuk bagian atas

dekatkan posisi mesin suction ke atas meja oprasi

siapkan ganjelan Nacl 1000 cc untuk mengganjal leher atau punggung pasien

persiapan alat:

bengkok 1 buah

7
doek klem 1 buah

kom betadin

spenser klem

toung spatel

spenser klem

mouth hack (sesuai ukuran pasien)

gunting jaringan dan guting benang

prepare 40+90

adenoid + tonsilen haken hurt + disector + knife tonsilen

koher lurus 2 buah + deper kecil

sluder balenger (ssuai uk pasien) + complete sluder

selang sution + kanul suction

nald voeder + laso (benang side/silk 2-0/0)

kasa 5x6 10-20 lembar

tusuk sate bila diperlukan

duk sedang 1 buah, duk lubang 1 buah.

Langkah2:

lakukan disinfektan pada daerah mulut hingga merata

siapkan selang suction dan pasang canulnya

berikan mounth hack ke dokter operator

berikan tounge spatel ke dokter operator

berikan complete sluderballenger ke doktr operator

siapkan kasa untuk menaruh tonsil

siapkan depper + sambil menyaction

berikan nald voder + laso

siapkan prepare 40 kemudian prepare 90

siapkan gunting benang (sampai semuanya selesai)

bila sudah selesai rapi, bersih2

validasi jumlah alat

8
B. Persiapan pasien

Pada tahap persiapan operasi, pastikan Anda memberi tahu dokter mengenai kondisi
kesehatan Anda, obat‐obatan yang sedang dikonsumsi, maupun segala macam alergi yang Anda
miliki. Dokter anestesi akan menjelaskan prosedur pembiusan dan memberi instruksi lebih lanjut.
Pastikan Anda mengikuti seluruh instruksi dokter termasuk larangan makan dan minum sebelum
operasi.Pada umumnya Anda diwajibkan untuk berpuasa selama enam jam sebelum proses
pembedahan dilakukan. Namun, Anda mungkin diperbolehkan untuk mengonsumsi minuman
seperti kopi beberapa jam menjelang operasi.

H. Prosedur Pembedahan Tonsilektomi


1. Lakukan disinfektan pada daerah mulut hingga merata
2. Siapkan selang suction dan pasang canul nya
3. Berikan mounth hack kedokter operator
4. Berikan toungespatel kedokter operator
5. berikan complete sluder Ballenger kedokter operator
6. siapkan kasa untuk menaruh tonsil
7. siapkan depper + sambil mensaction
8. berikan naldvoder + laso
9. siapkan prepare 40 kemudian prepare 90 siapkan gunting benang (sampai
semuanya selesai)
10. bila sudah selesai rapi, bersih2
11. validasi jumlah alat.

BAB III

ASKEP

KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

TONSILEKTOMI

A. PENGKAJIAN
1. DATA DEMOGRAFI
a. IDENTITAS KLIEN
Nama insial : Tn. M

9
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Karya Bakti no.46 Siantan Hilir, Pontianak Utara
No.mr : 58-22-56
Ruang rawat : Dewi sartika
Tanggal masuk : 3 September 2020
Diagnosa Medik : Tonsilitis
Tindakan : Tonsilektomi
Dr. Operasi : dr. N, Sp THT
Dr. Anastesi : dr. E W, Sp An

b. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. S
Umur : 50 thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Karya Bakti no.46 Siantan Hilir, Pontianak Utara

c. ALASAN MASUK
Klien mengeluh sakit pada tenggorokan, susah menelan dan demam sejak
3 hari yang lalu. Nafsu makan klien berkurang. Nyeri bertambah hebat
jika klien makan atau minum. Kemudian keluarga memutuskan untuk
membawa klien ke RSUD Dr. Sudarso pada tanggal 1 September, dan di
anjurkan untuk di operasi.

d. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
I. Pre Operatif

10
Klien sampai ke ruangan IBS pukul 17.00, klien di antar oleh
keluarga. Klien mengeluh sakit pada tenggorokan, susah
menelan dan demam sejak 3 hari yang lalu. Klien sudah puasa
dari jam 13.00. Klien tampak cemas di saat di lakukan
pengkajian. Klien selalu bertanya tanya apakah operasinya akan
tersa sakit, dan klien juga bertanya apakah operasinya akan
meninggalkan bekas luka pada leher nya. Expresi klien terlihat
meringis dan senyum senyum. Klien terlihat memegang2
lehernya. Klien di siapkan untuk di bawa ke OK 1.
II. Intra Operatif
Klien masuk ruangan OK 1 pukul 17.30, kemudian di
pindahkan ke meja operasi dan di monitoring TTV. Klien di
anestesi umum dengan intubasi ETT. Kemudian klien di
desinfeksi di daerah mulut dengan betadine, kemudian di
lakukan drapping. Setelah itu di lakukan pemasangan alat
pembuka mulut dan tindakan tonsilektomi di lakukan oleh
dokter THT . setelah tonsil di angkat tampak terjadi perdarahan
dari rongga mulut, kemudian darah di suction dan di lakukan
pengikatan pembuluh darah pada daerah yang terbuka. Tonsil
yang di angkat diameternya lebih kurang 1 cm. Daerah mulut
klien kemudian dibesihkan dari sisa sisa darah. Kemudian di
lakukan extubasi, Klien di atur posisi sims kanan dan di
pindahkan ke RR.
III. Post operatif
Klien masuk keruangan RR pukul 18.15. klien belum sadar,
klien terpasang infus RL dan gudel. Klien tidur masih dalam
posisi SIM kanan dan di monitoring TTV.
Pukul 18.30 WIB klien tampak bangun dan menanyakan
apakah operasinya sudah selesai. Namun klien tampak masih
mengantuk kemudian gudel di lepas. Sisa sisa darah yang
keluar dari rongga mulut dibersihkan. Kemudian klien tampak
tidur kembali.
Pukul 18.40 klien sadar penuh dan mengatakan agak nyeri pada

11
tenggorokan.
Pukul 18.45 klien di jemput dan di pindahkan ke ruang rawat
inap.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Klien belum pernah dioperasi
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
DM, hipertensi, jantung, dan lainnya.

2. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


a. Kepala
Bentuk nesochepal,tidak ada udem.
b. Rambut
Rambut pendek dan bersih
c. Mata
Sklera tidak icteric, konjunctiva tidak anemis, pupil isokor, refleks cahaya
ada, tidak memakai alat bantu penglihatan.
d. Hidung
Tidak ada benda asing, tidak ada sekret
e. Telinga
Bersih, simetris kiri dan kanan
f. Mulut dan gigi
1) Pre op
Mukosa bibir kering , tidak ada karies, berbicara kurang jelas, napas
bau, uvula simetris, terdapat pembesaran pada jaringan limfatik kedua
sisi orofaring, Tonsil = T3 ( kiri dan kanan )
2) Intra op
Tampak darah mengalir dari Tonsil : T0 ( kiri dan kanan )
Tidak ada pembesaran jaringan imfatik di kedua sisi orofaring Tonsil
yang di angkat diameternya lebih kurang 1 cm.
3) Post op
Tonsil : T0 ( kiri dan kanan )

12
Tidak ada pembesaran jaringan imfatik di kedua sisi orofaring Darah
yang keluar dari rongga mulut dibersihkan
g. Leher
Tak ada pembesaran kelenjar getah bening, tak ada kaku kuduk
h. Thoraks
1) Paru-Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri kanan
Palpasi : Vocal premitus sama kiri kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan, Vesikuler
2) Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus Cordis terlihat di ICS 5
Palpasi : Ictus Cordis teraba 2 jari di ICS 5
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Irama jantung tunggal (regular)
i. Abdomen
Asites tidak ada, perut datar
j. Genitalia
Tidak di lakukan pengkajian
k. Extremitas
Tidak ada kelainan
l. Integumen
Keadaan kulit bersih, tonus baik, turgot baik, akral hangat

3. DATA PSIKOLOGIS
Klien tampak sering bertanya-tanya, expresi klien tampak meringis dan
tegang. Keluarga klien ada yang mendampingi.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
PEMERIKSAA
HASIL NILAI NORMAL
N
Hb 13 g/dl 13 – 16
Leukosit 11.000 mm3 9000-12000/ mm3

13
Trombosit 340.000 200.000 – 400.000 mel/ darah
Trombosit 340.000 200.000 – 400.000 mel/ darah
Hematokrit 39 P = 40-48, W = 37-43 %
Eritrosit 4,47 P = 4,5-585, W = 4-5 jt/ul
LED 10 P = 0-10, W = 0-15 mm/j

5. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Obat obat anestesi umum :
1) Recofol : 60 cc
2) Fentanyl : 1 ampul
3) Midozolam : 1 ampul
4) Isofluren : 30 cc
b. Obat obatan
1) Infus RL : 20 tetes/menit
2) Injeksi Cefotaxin : 2x1 g
3) Ketolorac 30 mg :1 ampul

B. ANALISA DATA
PRE OPERASI

No Data Etiologi Masalah


1 DS Akan di lakukan Cemas
tindakan operasi
Klien mengatakan sedikit cemas
dalam melakukaan operasi

DO

Klien tampak cemas

Klien gelisah

Klien sering bertanya

INTRA OPERASI
No Data Etiologi Masalah

14
DS Efek dari Ketidak

Tak Terkaji anastesi umum efektifan jalan


nafas

DO
Klien terpasang OPA
Kien tidak sadar
Pasien terlentang selama
40 menit.
P :14 x/menit
Td : 111/ 65
N : 75 x/menit
SAT : 86 %

POST OPERASI
No Data Etiologi Masalah
DS Bekas luka Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri pada bekas operasi
operasi

DO
Klien tampak menahan sakit
Klien meringis
Klien tampak gelisah
Td : 130/85
N : 84
P : 18 x/menit
SAT : 95 %

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
Cemas berhubungan dengan akan di lakukannya tindakan opersi
2. Intra Operasi
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d efek anastesi

15
3. Post Operasi
Nyeri b.d adanya luka bekas operasi

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

16
INTERVENSI KEPERAWATAN PRE OPERASI

Diagnosa Noc Nic Implementasi Evaluasi

Cemas
Klien menunjukan Penurunan Membina S : klien mengatakan cemas
berhubungan
rasa cemas Kecemasan hubungan saling
dengan akan
berkurang dalam percaya dengan O : klien tampak cemas
di Bina
waktu 30 menit klien
lakukannya hubungan A : cemas klien sedikit
sebelum operasi
tindakan saling teratasi dengan adanya
dengan kriteria :
operasi percaya hubungan saling percaya
1. Klien mampu dengan klien
mengungkapkan P: intervensi di lanjutkan
pasrah kepada
tuhan.

2. Klien mampu
mengungkapkan
siap di operasi.

3. Klien dapat
beradaptasi saat di
ruang premedikasi
maupun di ok.

4. Tanda-tanda
vital stabil

5. Wajah Rileks

17
INTERVENSI KEPERAWATAN INTRA OPERASI

Diagnosa Noc Nic Implementasi Evaluasi

Ketidak Tujuan : napas tidak Manajemen Memberikan O2 S : tak terkaji


efektifan sesak jalan napas dengan
jalan nafas menggunakan O: Kien terpasang OPA
b.d efek Kriteria hasil : Berikan O2 nasal
anastesi dengan A: Klien tidak sesak
Menunjukan jalan menggunakan
napas paten ( klien nasal Memonitor P: Intervensi di lanjutkan
tidak merasa status oksigen
tercekik, frekuensi pasien
pernapasan dalam Monitor status
rentang normal oksigen
pasien

INTERVENSI KEPERAWATA POST OPERASI

Diagnosa Noc Nic Implementasi Evaluasi

Nyeri b.d untuk


Kriteria hasil : Manajemen Mengkaji skala nyeri
adanya luka mengurangi
Nyeri :
bekas nyeri. .Mengkolaborasi pemberian
1. Klien
operasi analgetik untuk mengurangi
melaporkan nyeri · Kaji skala
nyeri · Evaluasi nyeri
berkurang dg scala 2-
tindakan
3
· Ajarkan pengurang . Mengevaluasi tindakan
2. Ekspresi teknisk nyeri pengurangan nyeri
wajah tenang relaksasi
· Monitor . Memonitor TTV
napas dalam
3. klien dapat TTV
untuk
istirahat dan tidur mengetasi
nyeri.

· Kolaborasi
pemberian
analgetik

18
S : klien
mengataa
n nyeri
pada
tenggorok
an

O: Klien
tampek
meringis

A: setelah
melakuka
n
pengkajia
n skala
nyeri,
maka
nyeri klien
teratasi,
berikan
analgetik
apabila
nyeri
datang.
Evaluasi
tindakan
penguran
gan nyeri.
Setelah
itu pantau
TTV klien

P: intervensi
di lanjutkan

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tonsilitis adalah suatu penyakit yang harus ditangani dengan cepat


dan tepat. Yaitu dengan cara pengangkatan tonsil yang ada pada faring
dengan salah satu caraoperasiyaituoperasi tonsilektomi. Dalam pemberian
asuhan keperawatan pada Nn. A dengan tonsilitis diperlukan adanya
pengkajian untuk mendapatkan data – data secara akurat sebagai dasar
untuk merumuskan sebuah masalah. Maka di perlukan adanya komunikasi
yang baik dengan klien / keluarga maupun dengan dokter.

B. Saran
Sebagai perawat hendaknya mengetahui tentang tekhnik dan
perawatan pada klien dengan Tonsilektomi

20
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, FW. 2013. Hubungan antara Pengetahuan dan Pola Makan Dengan
Kejadian Tonsilitis pada Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Minasatene Kab. Pangkep. Jurnal kesehatan. Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013.
ISSN : 2302-1721

Azwar. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukur. Edisi kedua. Yokyakarta:
Pustaka Pelajar.

Budioro, B. 2002. Pengantar Pendidikan (Penyuluhan) Kesehatan Masyarakat.


Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Bundahembing, 2005 Antigen dan Antibodi, dalam Imunologi Dasar, edisi ke-7,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Dahlan, M.S. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika

Jurnal kesehatan. Volume 2 Nomor 1 Tahun 2013. ISSN : 2302-1721

21

Anda mungkin juga menyukai