Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DEMAM BERDARAH DANGUE (DBD)

DISUSUN OLEH :

Lisnawati (RPL 1914401153)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2019 / 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang Allah berikan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka pembelajaran mata
kuliah Keperawatan Anak. Submateri makalah Keperawatan Anak ini adalah Asuhan
Keperawatan Anak dengan DBD.

Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
mengumpulkan kajian pustaka yang diperlukan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun
juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta kelemahan dalam
menyusun makalah ini karena ilmu pengetahuan yang kami miliki belum maksimal.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
kita semua tentang Asuhan Kerperawatan Anak dengan DBD. Kami sebagai penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu kami.

Bandar Lampung , Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................... ............................ iii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ......................................................................... ............................. 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Pengertian Demam Berdarah .................................................................................. 2
2.2 Klasifikasi Demam Berdarah ................................................................................... 2
2.3 Etiologi Demam Berdarah ....................................................................................... 3
2.4 Patofisiologi ............................................................................................................. 3
2.5 Manifestasi Klinis .................................................................................................... 4
2.6 Pemeriksaan Diagnostik ........................................................................................... 5
2.7 Penatalaksanaan ........................................................................................................ 5
2.8 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Demam Berdarah ............................................ 6

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 15
3.2 Saran ..................................................................................................................... 15

Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang
ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae) dengan manifestasi klinis demam akut
selama 2-7 hari, nyeri kepala, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD ditandai
pembesaran plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. (Sudoyo Aru,dkk 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) 2014. Penyakit DBD pertama kali
dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar
keberbagai Negara. Dengue di Asia Tenggara menyebar ke negara-negara tropis dan
subtropis dan sekelilingnya, Cina Selatan dan Taiwan Selatan, lalu menurun ke negara-
negara kepulauan Malaysia , Filipina, Guinea Baru, Australia, dan beberapa pulau di
Pasifik, Penularan hiperendemis berlangsung di Vietnam, Thailand, Pakistan, India dan
Indonesia. Populasi didunia diperkirakan beresiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-
3 miliar terutama yang tinggal didaerah perkotaan di Negara tropis dan subtropis.
diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan
500.000 kasus DBD yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya
adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah kematian oleh penyakit
DBD mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya. Sekitar 2,5% dari
mereka tidak dapat diselamatkan (meninggal dunia).
DBD yang terlambat ditangani akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang
dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut disebabkan karena penderita mengalami
defisit volume cairan dan elektrolit akibat dari meningkatnya permeabilitas atau
kemampuan yang dimiliki zat/membrane partikel yang menembus kapiler pembuluh
darah sehingga penderita mengalami syok hipovolemik yang dapat menyebabkan
kegagalan system organ yang berujung pada kematian, sehingga pemberian cairan sangat
penting untuk mengatasi masalah itu. (Anas Tamsuri, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Anak Dengan Demam Berdarah Dangue?
1.3 Tujuan
Mahasiswa mengetahui Asuhan Keperawatan Anak Dengan Demam Berdarah Dangue

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus dengue
(arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang
apabila terlambat ditangani akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang dapat
menyebabkan kematian. Hal tersebut disebabkan karena penderita mengalami defisit
volume cairan akibat dari meningkatnya permeabilitas atau kemampuan yang dimiliki
zat/membrane partikel menembus kapiler pembuluh darah sehingga penderita mengalami
syok hipovolemik yang dapat menyebabkan Kegagalan system organ yang berujung pada
kematian, sehingga pemberian cairan sangat penting untuk mengatasi masalah itu.

2.2 Klasifikasi Demam Berdarah Dengue


a. Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi
perdarahan dengan uji tourniquet positif.
b. Derajat II : Derajat I disertai manifestasi perdarahan lain.
c. Derajat III : Ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi,
nafas cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi, disertai
kulit dingin, lembab dan gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat, nadi tidak teraba, terdapat DSS (dengue syok sindrom)
dengan nadi dan tekanan darah tak terukur.

Sari wijayaningsih, K. (2013), mengklasifikasikan DBD dalam empat derajat. Derajat 1,


demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi perdarahan dengan uji
tourniquet positif. Derajat II (sedang), derajat I disertai manifestasi perdarahan lain.
Derajat III, ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi, nafas cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi, disertai kulit dingin, lembab
dan gelisah. Derajat IV renjatan berat, nadi tidak teraba, terdapat DSS (dengue syok
sindrom) dengan nadi dan tekanan darah tak terukur.

2
2.3 Etiologi
Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempat ditemukan diindonesia dengan
den-3 serotype terbanyak. Infeksi satu serotype terbanyak akan menimbulkan antibodi
terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotype lain tersebut. Seseorang yang tinggal didaerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus
dengue dapat ditemukan diberbagai daerah diindonesia (Sudoyo Aru,dkk 2009).
Wati (2009), menyatakan bahwa kejadian DBD pada responden yang pernah sakit
DBD terdapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD.
Penelitian yang dilakukan Dardjito pada tahun 2008 menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara kebiasaan tidur siang dengan kejadian DBD.
Nursalam, dkk (2008), menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang menyebabkan
DBD sering kali di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang, bak yang jarang di kuras dan gantungan baju di kamar).
Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit pada siang hari jam 10.00-12.00 dan sore hari
pada jam 16.00-18.00. Menurut Soedjas (2011), menyebutkan bahwa nyamuk dari
tetangga mungkin terbang ke rumah sekitarnya, karena nyamuk memiliki daya jelajah
hingga 100 meter.

2.4 Patofisiologi
a. Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody,
dalam sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi dan C5
akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
b. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal
DHF.
c. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia

3
dan diathesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
d. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah dan mengalami hypovolemik.

2.5 Manifestasi Klinis


a. Demam tinggi selama 2-7 hari
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
c. Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri
d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

Menurut Ngastiyah, 2014 penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah,
nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala- gejala
tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul
bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa
perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis,
sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung,
melena, dan juga hematuria massif.
Susilaningrum dkk (2013), Gejala khas DBD berupa perdarahan pada kulit atau
tanda perdarahan lainnya seperti purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis,
ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Menurut
Nursalam dkk (2008), mengatakan kasus DBD ditandai dengan manifetasi klinis
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa peradarahan
spontan mulai dari petekie (muncul pada hari-hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh dan muka sampai
epistaksis dan peradarahan gusi.
Menurut penelitian Zein, dkk (2015), mengatakan bahwa didapatkan jumlah

4
anak yang mengalami nyeri abdomen lebih banyak yaitu 34 penderita (68%).
Menurut Suriadi & Yuliani (2010) mengatakan manifestasi klinis pada anak DBD
adanya nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi virus dengue
adalah :
a. Uji rumple leed/tourniquet positif
b. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
c. Serologi : uji HI (hemoaglutination inhibition test) dipakai untuk menentukan
adanya infeksi virus dengue
d. Rontgen thoraks : effusi pleura

2.7 Penatalaksanaan
a. Minum banyak 1,5 - 2 liter/24 jam atau 1 sendok makan tiap 3-5 menit. Minuman
berupa air teh manis, sirup, susu, sari buah, soft drink, atau oralit.
b. Kolaborasi pemberian antipiretik jika terdapat demam.
c. Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena, dilakukan jika pasien mengalami
kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat. Menurut penelitian
Andriani, dkk (2014), penatalaksanaan terapi DBD pada anak terdiri dari 2 terapi
yaitu terapi suportif dan terapi simptomatik. Terapi suportif pada penderita DBD
berupa pergantian cairan intravena akibat terjadinya dehidrasi. Data terapi
suportif terbanyak ialah pemberian cairan kristaloid sebanyak 62 penderita
(83.78%). Pada terapi DBD derajat I dan II jenis cairan yang diberikan ialah
kristaloid berupa RL/Asering/NaCl 0,9%. Sedangkan untuk terapi simptomatik ada
beberapa jenis yang diberikan salah satunya terapi antipiretik. Pada terapi
antipiretik, data hasil penelitian menunjukkan terapi terbanyak ialah pemberian
sanmol sebanyak 58 penderita (78.38%).

Ngastyah (2014), mengatakan bahwa pengobatan yang diberikan biasanaya bersifat


penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot-otot atau sendi seperti
sanmol. Pemberian minum pada anak sedikit demi sedikit yaitu 1,5 - 2 liter dalam 24
jam, infus diberikan pada klien apabila klien terus menerus muntah, tidak dapat
minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cenderung

5
meningkat.

Sesuai dengan pernyataan (Tarwoto dan Wartonah, 2012) mengatakan bahwa


kebutuhan cairan pada anak usia 10 tahun yaitu 2000- 2500 ml per 24 jam, pemberian
cairan 1500 cc per hari atau 6 gelas ( 1 gelas = 200cc) ditujukan untuk memberikan
cairan yang cukup agar tidak terjadi dehidrasi dan mengembalikan keseimbangan
cairan.

2.8 Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Anak Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

Nama, umur (pada DBD sering menyerang anak dengan usia kurang 15 tahun),
jenis kelamin, alamat, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang
tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil.
Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, anak anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual,
muntah anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakkan bola mata terasa pegal, serta
adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena
hematemesis.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD, anak biasanya mengalami
serangan ulangan DBD dengan tipe virus yang lain.
4) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat beberapa
faktor predisposisinya. Anak biasanya sering tidur pada siang hari dan pada

6
sore hari ,tidak memakai kelambu dan tidak memakai lotion anti nyamuk.

c. Kebersihan

Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk memebersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti, dan tidak
adanya keluarga melakukan 3m plus yaitu menutup, mengubur, menguras dan
menebar bubuk abate.

d. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum :
 Tingkat kesadaran
Biasanya ditemukan kesadaran menurun, terjadi pada grade III dan grade IV
karena nilai hematokrit meningkat menyebabkan darah mengental dan oksigen
ke otak berkurang.
 Keadaan umum
Lemah
 Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan nadi lemah dan kecil (grade III), nadi tidak teraba (grade IV),
tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), suhu

tinggi (diatas 37,5oC).


 Kepala
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
 Mata
Konjungtiva anemis
 Hidung
Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV.
 Telinga
Terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III, IV)
 Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi,
dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan mengalami hyperemia pharing.
 Leher
Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran.

7
 Dada/thorak
Inspeksi : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Perkusi : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun
pada paru
Auskultasi : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat
pada grade III, dan IV.
 Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Palpasi : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Perkusi : Terdengar redup
Auskultasi : Adanya penurunan bising usus
 Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet.
Turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan
uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah
anak. Selanjutnya diberikan tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat
ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit,
perhatikan timbulnya petekie di bagian volar lengan bawah (Soedarmo, 2008).
 Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
 Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidak

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien demam berdarah dengue (DBD)
adalah sebagai beriukut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya asupan makanan
d. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus Dengue

8
3. Intervensi dan implementasi
a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
Tujuan : Setelah berikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan
cairan.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan urine output, Ht normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
a) Mengobservasi tanda-tanda vital
b) Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis,
ubun-ubun cekung, produksi urin menurun
c) Mengobservasi dan mencatat intake dan output yang akurat
d) Monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa lembab, denyut nadi
adekuat, dan tekanan darah)
e) Dorong klien menambah asupan oral, misalnya minum banyak, 1,5-2
liter/hari atau 1 sendok makan tiap 3-5 menit. Minum berupa air putih, sirup,
susu, sari buah, soft drink, atau oralit.
f) Memonitor nilai laboratorium
g) Mempertahankan intake dan output yang adekuat
h) Kolaborasi pemberian cairan melalui intravena

b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan


Tujuan :
Setelah berikan asuhan keperawatan diharapkan Capillary refill, nadi dan tekanan
darah dalam batas normal.
Kriteria hasil :
1) Capillary refill pada jari-jari tangan dalam batas normal (< 2 detik)
2) Capillary refill pada jari-jari kaki dalam batas normal (< 2 detik)
3) Tekanan darah sistolik dalam batas normal (< 120 mmHg)
4) Darah diastolic dalam batas normal (< 90 mmHg)
5) Tekanan nadi dalam batas normal (60-100 x/menit)

9
6) Tidak terjadi edema pada perifer
Intervensi :
a) Mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi denyut
nadi, tekanan darah, capillary refill)
b) Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu, kelembaban,
warna)
c) Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti
dingin, nyeri, pembengkakan kaki).

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurangnya asupan makanan
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil :
1) Klien mengalami peningkatan nafsu makan
2) Adanya peningkatan berat badan
3) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
4) Tidak ada tanda-tanda mallnutrisi
5) Tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi :
a) Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saaat selera makan anak
meningkat
b) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan
kualitas intake nutrisi
c) Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik
porsi kecil tapi sering
d) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dengan skala yang
sama
e) Membersihkan kebersihan mulut pasien
f) Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk kesembuhan
penyakit.

10
d. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan suhu tubuh klien dalam
batas normal.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal
2) Kulit klien tidak teraba hangat
Intervensi :
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Beri kompres Hangat dilipatan seperti ketiak.
c) Anjurkan untuk minum yang banyak
d) Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat
e) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

Menurut soedjas (2011), mengatakan bahwa fase penyembuhan yang terjadi


pada hari ke-7 atau ke-8, ditunjukkan adanya keadaan umum membaik dan demam
sudah turun sebagai bagian dari rekasi tahap ini.

4. Evaluasi
Pengumpulan data selama tindakan keperawatan, misal (tanda- tanda vital, turgor
kulit, asupan dan haluaran cairan, serta pengukuran berat badan) di samping
menentukan apakah kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut masing-masing
diagnosis telah tercapai atau belum.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus dengue
(arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang
apabila terlambat ditangani akan menyebabkan Dengue Syok Sindrom (DSS) yang dapat
menyebabkan kematian.

Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

a. Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi


perdarahan dengan uji tourniquet positif.
b. Derajat II : Derajat I disertai manifestasi perdarahan lain.
c. Derajat III : Ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi,
nafas cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi,
disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
d. Derajat IV : Renjatan berat, nadi tidak teraba, terdapat DSS (dengue syok
sindrom) dengan nadi dan tekanan darah tak terukur.
Asuhan keperawatan pada anak dengan DBD dapat dilakukan dengan tahap pengkajian,
intervensi/ rencana, implementasi serta evaluasi.

3.2 Saran
Bagi para pembaca, kami harapkan kritik dan saran demi kebaikan makalah di masa
mendatang.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.poltekkes-kdi.ac.id.asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-demam-
berdarah-dangue diakses pada 4 februari 2020
https://pendidikan.blogspot.com/2012/10/asuhan-keperawatan-anak-pada-pasien.html?=1
diakses pada 4 februari 2020
https://www.scribd.com/doc/26152276/Asuhan-Keperawatan-Pada-Anak-Dengan-Dhf-
Gangguan-Trombosit diakses pada 4 februari 2020
Kartika, Wijayaningsih Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta : Trans Info Media
Huda, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keoerawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC NOC, Jilid 1, Yogyakarta : MediAction
Tarwoto dan Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Medika

13
14

Anda mungkin juga menyukai