PANTI WERDHA
DISUSUN OLEH :
1. Nurhidayah (RPL 1914401159)
2. Sokip (RPL 1914401160)
3. Yeni Haryanti (RPL 1914401161)
4. Surono (RPL 1914401162)
5. Ayub Bukhori Alrasid (RPL 1914401163)
6. Yusita Arfianti (RPL 1914401164)
7. Iswandi Koto (RPL 1914401165)
8. Arif Gunawan (RPL 1914401166)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang Allah berikan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka pembelajaran mata kuliah
Keperawatan Anak. Submateri makalah Keperawatan Gerontik ini adalah Panti Werdha.
Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan
kajian pustaka yang diperlukan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun juga menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta kelemahan dalam menyusun makalah ini
karena ilmu pengetahuan yang kami miliki belum maksimal.
Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kita
semua tentang Panti Werdha. Kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membantu kami.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ......................................................................... ............................. 1
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan.................................................................................................. 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar panti werdha
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa Mengetahui Pengertian Panti Werdha
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Umum
Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh siswa dapat berupa adanya penambahan
pengetahuan di bidang kesehatan mengenai panti werdha dalam meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan hidup lansia serta meningktakan angka harapan hidup di Indonesia
melalui program – program tersebut.
1.3.3 Manfaat Institusi Universitas
Kepada institusi, makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan literature atau referensi
pembuatan makalah selanjutnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Panti Werdha merupakan unit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan sosial
lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia berupa pemberian
penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu
luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial mental serta agama sehingga mereka dapat
menikmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti Panti adalah rumah atau tempat kediaman.
Dan arti dari Panti Werdha adalah rumah tempat memelihara dan merawat orang jompo. Arti
kata jompo sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tua sekali dan sudah
lemah fisiknya; tua renta; uzur. Pengertian panti werdha menurut Departemen Sosial RI
adalah suatu tempat untuk menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan
pelayanan sehingga mereka merasa aman, tentram sengan tiada perasaan gelisah maupun
khawatir dalam menghadapi usia tua.
a. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia (dalam memenuhi kebutuhan pokok lansia).
b. Menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan dan memberikan
kesempatan pula bagi lansia melakukan aktivitas- ativitas sosial-rekreasi.
c. Bertujuan membuat lansia dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat
dan mandiri.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008, yaitu Peraturan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 44 Tahun 2008, Panti werdha tersebut memiliki fungsi sebagai
berikut:
3
2.3 Tujuan Panti Werdha
1) Tujuan Umum
Tercapainya kualitas hidup & kesejahteraan para lansia yang layak dalam tata
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa
sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan tenteram lahir batin.
2) Tujuan Khusus
a) Memenuhi kebutuhan dasar pada lansia
b) Memenuhi kebutuhan rohani pada lansia
c) Memenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatan lansia
d) Memenuhi kebutuhan ketrampilan pada lansia
e) Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan
kesehatan lansia dipanti werdha
2. Upaya preventif
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya.
Kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh petugas kesehatan yang
datang ke panti secara periodik atau di Puskesmas dengan menggunakan KMS
lansia.
b. Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas
maupun petugas panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.
c. Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang
menggunakan buku catatan pribadi.
d. Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi
masing- masing.
e. Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi
kesehatannya masing-masing.
f. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g. Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.
5
h. Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan
sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan
pembatasan terhadap waktu, tempat, dan orang secara optimal.
3. Upaya kuratif
Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti terlatih sesuai
kebutuhan.
4. Upaya rehabilitatif
Upaya pemulihan untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin. Kegiatan ini
dapat berupa rehabilitasi fisik, mental dan vokasional (keterampilan). Kegiatan ini
dilakukan oleh petugas kesehatan dan petugas panti yang telah dilatih.
2. Fase identifikasi
Setelah data terkumpul pada fase orientasi, maka dapat disimpulkan masalah
kesehatan yang terjadi pada lansia di Panti. Kemudian merencanakan tindakan yang
akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada lansia.
3. Fase intervensi
Melakukan tindakan sesuai dengan rencana, misalnya memberikan penyuluhan
kesehatan, konseling, advokasi, kolaborasi dan rujukan
4. Fase resolusi
Pada fase resolusi yang dilakukan adalah menilai keberhasilan tindakan pada fase
intervensi dan menentikan perkembangan kondisi pada lansia.
1. Aspek Fisiologis
7
yang lebih lanjut dapat mengurangi kepercayaan dan penghargaan diri lansia. Lansia
yang mengalami kehilangan memori (pikun) lebih mudah mengalami kehilangan
arah pada gedung dengan rancangan ruangan-ruangan yang serupa (rancangan yang
homogen) dan tidak memiliki petunjuk arah. Adanya penunjuk arah pada area
koridor dapat mempermudah lansia untuk menuju ke suatu tempat. Terkadang lansia
lupa akan jalan pulang, hal tersebut dapat berpengaruh pada psikologis lansia. Jika
lansia sering tersesat maka mereka akan sering mengalami depresi dan akan
berpengaruh terhadap kesehatan mereka.
c. Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan syarat mendasar
untuk lingkungan yang fungsional. Aksesibilitas adalah kendala untuk memperoleh
dan menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi lanjut usia untuk
memperlancar mobilitas lanjut usia. Adanya handrail pada koridor dan area yang lain
dapat membantu lansiadalam berjalan dan beraktivitas selayakanya mereka dapat
melakukan segala hal tanpa bantuan. Sedangkan ramp dapat mempermudah
aksesibilitas bagi para lansia yang menggunakan kursi roda.
2. Aspek Psikologis
a. Privasi, yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang/ temoat mengasingkan
diri dari orang lain atau pengamatan orang lain sehingga bebas dari gangguan yang
tak dikenal. Auditory privacy merupakan poin penting yang harus diperhatikan.
b. Interaksi sosial, yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi dan bertukar pikiran
dengan lingkungan sekeliling (sosial). Salah satu alasan penting untuk melakukan
pengelompokkan berdasarkan unsur lansia di Panti Wredha adalah untuk mendorong
adanya pertukaran informasi, aktivitas rekreasi, berdiskusi dan meningkatkan
pertemanan. Interaksi sosial mengurangi terjadinya depresi pada lansia dengan
memberikan lansia kesempatan untuk berbagi masalah, pengalaman hidup dan
kehidupan sehari-hari mereka.
8
c. Kemandirian, yaitu kesempatan yang diberikan untuk melakukan aktivitasnya sendiri
tanpa atau sedikit bantuan dari tenaga kerja panti wredha, kemandirian dapat
menimbulkan kepuasan tersendiri pada lansia karena lansia dapat melakukan
aktivitas-aktivitas yang dilakukanya sehari- hari tanpa bergantung dengan orang lain.
e. Aspek panca indera, kemudian fisik dalam hal penglihatan, pendengaran, penciuman
yang harus diperhitungkan di dalam lingkungan. Indera penciuman, peraba,
penglihatan, pendengaran, dan perasaan mengalami kemunduran sejalan dengan
berambah tuanya seseorang. Rangsangan indera menyangkut aroma dari dapur atau
taman, warna dan penataan dan tekstur dari beberapa bahan. Rancangan dengan
memperlihatkan stimulus panca indera dapat digunakan untuk membuat rancangan
yang lebih merangsang atau menarik.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Panti Werdha adalahunit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan sosial
lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia berupa pemberian
penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu
luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial mental serta agama sehingga mereka dapat
menikmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin.
Tujuan Panti Werdha secara umum mencapai kualitas hidup & kesejahteraan para
lansia yang layak dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-
nilai luhur budaya bangsa sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan tenteram
lahir batin.
3.2 Saran
Bagi para pembaca, kami harapkan kritik dan saran demi kebaikan makalah di masa
mendatang.
10
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Syahrul, S. (2013). Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi
11