Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN GERONTIK

PANTI WERDHA

DISUSUN OLEH :
1. Nurhidayah (RPL 1914401159)
2. Sokip (RPL 1914401160)
3. Yeni Haryanti (RPL 1914401161)
4. Surono (RPL 1914401162)
5. Ayub Bukhori Alrasid (RPL 1914401163)
6. Yusita Arfianti (RPL 1914401164)
7. Iswandi Koto (RPL 1914401165)
8. Arif Gunawan (RPL 1914401166)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2019 / 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang Allah berikan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka pembelajaran mata kuliah
Keperawatan Anak. Submateri makalah Keperawatan Gerontik ini adalah Panti Werdha.

Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan
kajian pustaka yang diperlukan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun juga menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta kelemahan dalam menyusun makalah ini
karena ilmu pengetahuan yang kami miliki belum maksimal.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kita
semua tentang Panti Werdha. Kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membantu kami.

Bandar Lampung , Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................... .............................. iii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ......................................................................... ............................. 1
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan.................................................................................................. 2

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Pengertian Panti Werdha ........................................................................................ 3
2.2 Fungsi Panti Werdha ............................................................................................... 3
2.3 Tujuan Panti Werdha .............................................................................................. 4
2.4 Sasaran Panti Werdha ............................................................................................. 4
2.5 Visi Misi Panti Werdha .......................................................................................... 4
2.6 Jenis Pelayanan Panti Werdha ................................................................................ 5
2.7 Fase-Fase Kegiatan Panti Werdha .......................................................................... 6
2.8 Prinsi-Prinsip Perancangan Panti Werdha .............................................................. 7

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 10
3.2 Saran ..................................................................................................................... 10

Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No
13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan
usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak
diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut
usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).
Menurut laporan pelaksanaan Home Care Service (2011), indonesia menempati peringkat
ke-10 dunia untuk populasi manusia lansia. Pada 2020 diperikirakan jumlah lansia mencapai
28,8 juta atau 11% dari total populasi penduduk, karena itu masalah lansia tidak boleh
diabaikan karena kesejahteraan lansia adalah tanggung jawab semua pihak, bukan hanya
pemerintah tetapi juga masyarakat.
Menurut Partini Suadirman dalam Sri Salmah (2010), masalah utama yang dihadapi
lansia pada umumnya adalah meliputi Biologi, Kesehatan, Psikis dan Sosial. Masalah-
masalah yang dihadapi oleh lansia tersebut membuat lansia membutuhkan banyak bantuan
dari berbagai pihak. Bantuan-bantuan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan sosial
dalam kehidupannya. Upaya peningkatan kesejahteraan lansia dapat dilaksanakan oleh
pemerintah yaitu Dinas Sosial melalui Panti Werdha, sedangkan masyarakat yaitu
perorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial, dan/atau organisasi kemasyarakatan.
.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar panti werdha
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa Mengetahui Pengertian Panti Werdha

2. Mahasiswa Mengetahui Fungsi Panti Werdha

3. Mahasiswa Mengetahui Tujuan Panti Werdha

4. Mahasiswa Mengetahui Sasaran Panti Werdha

5. Mahasiswa Mengetahui Visi Misi Panti Werdha

6. Mahasiswa Mengetahui Jenis Pelayanan Panti Werdha

7. Mahasiswa Mengetahui Fase-Fase Kegiatan Panti Werdha

8. Mahasiswa Mengetahui Prinsi-Prinsip Perancangan Panti Werdha

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Umum

1. Untuk pengembangan keilmuan dibidang kesehatan

2. Untuk menambah pengetahuan tentang panti werdha

1.3.2 Manfaat Bagi Mahasiswa

Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh siswa dapat berupa adanya penambahan
pengetahuan di bidang kesehatan mengenai panti werdha dalam meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan hidup lansia serta meningktakan angka harapan hidup di Indonesia
melalui program – program tersebut.
1.3.3 Manfaat Institusi Universitas
Kepada institusi, makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan literature atau referensi
pembuatan makalah selanjutnya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Panti Werdha merupakan unit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan sosial
lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia berupa pemberian
penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu
luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial mental serta agama sehingga mereka dapat
menikmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti Panti adalah rumah atau tempat kediaman.
Dan arti dari Panti Werdha adalah rumah tempat memelihara dan merawat orang jompo. Arti
kata jompo sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tua sekali dan sudah
lemah fisiknya; tua renta; uzur. Pengertian panti werdha menurut Departemen Sosial RI
adalah suatu tempat untuk menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan
pelayanan sehingga mereka merasa aman, tentram sengan tiada perasaan gelisah maupun
khawatir dalam menghadapi usia tua.

2.2 Fungsi Panti werdha

Secara umum Panti Wredha memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia (dalam memenuhi kebutuhan pokok lansia).
b. Menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan dan memberikan
kesempatan pula bagi lansia melakukan aktivitas- ativitas sosial-rekreasi.
c. Bertujuan membuat lansia dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat
dan mandiri.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008, yaitu Peraturan Gubernur Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 44 Tahun 2008, Panti werdha tersebut memiliki fungsi sebagai
berikut:

1. Pusat pelayanan pendampingan dan perlindungan bagi lanjut usia.

2. Pusat informasi tentang kesejahteraan sosial lanjut

3. Pusat pengembangan ilmu pengetahuan tentang usia lanjut.

3
2.3 Tujuan Panti Werdha
1) Tujuan Umum
Tercapainya kualitas hidup & kesejahteraan para lansia yang layak dalam tata
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa
sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan tenteram lahir batin.
2) Tujuan Khusus
a) Memenuhi kebutuhan dasar pada lansia
b) Memenuhi kebutuhan rohani pada lansia
c) Memenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatan lansia
d) Memenuhi kebutuhan ketrampilan pada lansia
e) Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan
kesehatan lansia dipanti werdha

2.4 Sasaran pembinaan di Panti Werdha


1) Lanjut usia : Berusia 60 tahun ke atas, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
kelangsungan hidupnya, tidak mempunyai keluarga dan atau memiliki keluarga tetapi
tidak mampu memelihara lansia tersebut.
2) Keluarga
3) Masyarakat
4) Instansi terkait seperti Departemen Agama (Depag), Dinas Kesehatan (Dinkes),
Pemerintah Daerah (Pemda), dan lain-lain.

2.5 Visi Misi Panti Werdha


Visi dari Panti Wredha hunian vertikal tersebut adalah lanjut usia yang bahagia, sejahtera,
dan berguna. Visi tersebut memiliki misi yaitu:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia yang meliputi:
a. kesehatan fisik, sosial, spiritual, dan psikologi
b. pengetahuan, keterampilan dan rekreasi
c. jaminan sosial dan jaminan kehidupan
d. jaminan perlindungan hukum

2. Meningkatkan profesionalisme pelayanan pada lanjut usia


4
2.6 Jenis Pelayanan Di Panti Werdha
1. Upaya promotif
Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat kesehatan lansia
agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat.
Kegiatannya berupa:
a. Penyuluhan kesehatan danatau pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal:
Masalah gizi dan diet, perawatan dasar kesehatan, keperawatan kasus darurat,
mengenal kasus gangguan jiwa, olahraga, teknik-teknik berkomunikasi.
b. Bimbingan rohani pada lansia, kegiatannya antara lain :Sarasehan, pembinaan
mental dan ceramah keagamaan,pembinaan dan pengembangan kegemaran pada
lansia di panti werdha.
c. Rekreasi
d. Kegiatan lomba antar lansia di dalam atau antar panti werdha.
e. Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat
luas melalui berbagai macam media.

2. Upaya preventif
Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya.
Kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh petugas kesehatan yang
datang ke panti secara periodik atau di Puskesmas dengan menggunakan KMS
lansia.
b. Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas
maupun petugas panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.
c. Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang
menggunakan buku catatan pribadi.
d. Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi
masing- masing.
e. Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi
kesehatannya masing-masing.
f. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g. Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.
5
h. Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan
sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan
pembatasan terhadap waktu, tempat, dan orang secara optimal.

3. Upaya kuratif
Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti terlatih sesuai
kebutuhan.

Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:


a. Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti
yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas
kesehatan/puskesmas.
b. Perawatan kesehatan jiwa.
c. Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
d. Perawatan kesehatan mata.
e. Perawatan kesehatan melalui kegiatan di Puskesmas.
f. Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.

4. Upaya rehabilitatif
Upaya pemulihan untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin. Kegiatan ini
dapat berupa rehabilitasi fisik, mental dan vokasional (keterampilan). Kegiatan ini
dilakukan oleh petugas kesehatan dan petugas panti yang telah dilatih.

2.7 Fase-Fase Pelaksanaan Kegiatan Di Panti Werdha


1. Fase orientasi
Melakukan pengumpulan data pada lansia secara individu atau kelompokdan situasi
dan kondisi Panti Werdha. Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a. Data Identitas panti dan sejarah pendirian
b. Situasi dan kondisi panti dalam pencapaian tujuan, visi, misi dan motto panti
c. Sarana dan prasarana pelayanan keperawatan dipanti
d. Sumber Daya Manusia (SDM) Panti
e. Fasilitas pendukung pelayanan keperawatan
f. Faktor pendukung lain yang dapat digunakan sebagai pencapaian tujuan
6
g. Data kesehatan lansia : Data tentang penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan,
observasi kondisi fisik dan mental lansia

2. Fase identifikasi
Setelah data terkumpul pada fase orientasi, maka dapat disimpulkan masalah
kesehatan yang terjadi pada lansia di Panti. Kemudian merencanakan tindakan yang
akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada lansia.
3. Fase intervensi
Melakukan tindakan sesuai dengan rencana, misalnya memberikan penyuluhan
kesehatan, konseling, advokasi, kolaborasi dan rujukan
4. Fase resolusi
Pada fase resolusi yang dilakukan adalah menilai keberhasilan tindakan pada fase
intervensi dan menentikan perkembangan kondisi pada lansia.

2.8 Prinsip-PrinsipPerancangan Panti Wredha


Dalam artikel “Pynos dan Regnier” (1991) tertulis tentang 12 macam prinsip yang
diterapkan pada lingkungan dalam fasilitas lansia untuk membantu dalam kegiata-kegiatan
lansia. Kedua-belas prinsip tersebut dikelompokkan dalam aspek fisiologis dan psikologis,
yaitu sebagai berikut:

1. Aspek Fisiologis

a. Keselamatan dan keamanan, yaitu penyediaan lingkungan yang memastikan setiap


penggunanya tidak mengalami bahaya yang tidak diinginkan. Lansia memiliki
permasalahan fisik dan panca indera sepeti gangguan penglihatan, kesulitan mengatur
keseimbangan, kekuatan kaki berkurang, dan radang persendian yang dapat
mengakibatkan lansia lebih mudah jatuh atau cedera. Penurunan kadar kalsium di
tulang, seiring dengan proses penuaan, juga dapat meningkatkan resiko lansia
mengalami patah tulang. Permasalahan fisik ini menyebabkan tingginya kejadia
kecelakaan pada lansia.

b. Signage/orientation/wayfindings, keberadaan penunjuk arah di lingkungan dapat


mengurangi kebingungan dan memudahkan menemukan fasilitas yang tersedia.
Perasaan tersesat merupakan hal yang menakutkan dan membingungkan bagi lansia

7
yang lebih lanjut dapat mengurangi kepercayaan dan penghargaan diri lansia. Lansia
yang mengalami kehilangan memori (pikun) lebih mudah mengalami kehilangan
arah pada gedung dengan rancangan ruangan-ruangan yang serupa (rancangan yang
homogen) dan tidak memiliki petunjuk arah. Adanya penunjuk arah pada area
koridor dapat mempermudah lansia untuk menuju ke suatu tempat. Terkadang lansia
lupa akan jalan pulang, hal tersebut dapat berpengaruh pada psikologis lansia. Jika
lansia sering tersesat maka mereka akan sering mengalami depresi dan akan
berpengaruh terhadap kesehatan mereka.

c. Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan syarat mendasar
untuk lingkungan yang fungsional. Aksesibilitas adalah kendala untuk memperoleh
dan menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi lanjut usia untuk
memperlancar mobilitas lanjut usia. Adanya handrail pada koridor dan area yang lain
dapat membantu lansiadalam berjalan dan beraktivitas selayakanya mereka dapat
melakukan segala hal tanpa bantuan. Sedangkan ramp dapat mempermudah
aksesibilitas bagi para lansia yang menggunakan kursi roda.

d. Adaptabilitas, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkuang,


lingkungan harus dirancang sesuai dengan pemakainya, termasuk yang menggunakan
kursi roda maupun tongkat penyangga. Kamar mandi dan dapur merupakan ruangan
dimana aktivitas banyak dilakukan dan keamanan harus menjadi pertimbangan
utama.

2. Aspek Psikologis

a. Privasi, yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang/ temoat mengasingkan
diri dari orang lain atau pengamatan orang lain sehingga bebas dari gangguan yang
tak dikenal. Auditory privacy merupakan poin penting yang harus diperhatikan.

b. Interaksi sosial, yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi dan bertukar pikiran
dengan lingkungan sekeliling (sosial). Salah satu alasan penting untuk melakukan
pengelompokkan berdasarkan unsur lansia di Panti Wredha adalah untuk mendorong
adanya pertukaran informasi, aktivitas rekreasi, berdiskusi dan meningkatkan
pertemanan. Interaksi sosial mengurangi terjadinya depresi pada lansia dengan
memberikan lansia kesempatan untuk berbagi masalah, pengalaman hidup dan
kehidupan sehari-hari mereka.
8
c. Kemandirian, yaitu kesempatan yang diberikan untuk melakukan aktivitasnya sendiri
tanpa atau sedikit bantuan dari tenaga kerja panti wredha, kemandirian dapat
menimbulkan kepuasan tersendiri pada lansia karena lansia dapat melakukan
aktivitas-aktivitas yang dilakukanya sehari- hari tanpa bergantung dengan orang lain.

d. Dorongan/tantangan, yaitu memberi lingkungan yang merangsang rasa aman tetapi


menantang. Lingkungan yang mendorong lansia untuk beraktivitas didapat dari
warna, keanekaragaman ruang, pola-pola visual dan kontras.

e. Aspek panca indera, kemudian fisik dalam hal penglihatan, pendengaran, penciuman
yang harus diperhitungkan di dalam lingkungan. Indera penciuman, peraba,
penglihatan, pendengaran, dan perasaan mengalami kemunduran sejalan dengan
berambah tuanya seseorang. Rangsangan indera menyangkut aroma dari dapur atau
taman, warna dan penataan dan tekstur dari beberapa bahan. Rancangan dengan
memperlihatkan stimulus panca indera dapat digunakan untuk membuat rancangan
yang lebih merangsang atau menarik.

f. Ketidak-asingan/ keakraban, lingkungan yang aman dan nyaman secara tidak


langsung dapat memberikan perasaan akrab pada lansia terhadap lingkungannya.
Tinggal dalam lingkungan rumah yang baru adalah pengalaman yang
membingungkan untuk sebagian lansia. Menciptakan keakraban dengan para lansia
melalui lingkungan baru dapat mengurangi kebingungan karena perubahan yang ada.

g. Estetik/penampilan, yaitu suatu rancangan lingkungan yang tampak menarik.


Keseluruhan dari penampilan lingkungan mengirimkan suatu pesan simbolik atau
pesepsi tertentu pada pengunjung, teman, dan keluarga tentang kehidupan dan
kondisi lansia sehari-hari.

h. Personalisasi, yaitu menciptakan kesempatan untuk menciptakan lingkungan yang


pribadi dan menandai sebagai “miliki” seorang individu.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Panti Werdha adalahunit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan sosial
lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia berupa pemberian
penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu
luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial mental serta agama sehingga mereka dapat
menikmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin.
Tujuan Panti Werdha secara umum mencapai kualitas hidup & kesejahteraan para
lansia yang layak dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-
nilai luhur budaya bangsa sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan tenteram
lahir batin.

3.2 Saran
Bagi para pembaca, kami harapkan kritik dan saran demi kebaikan makalah di masa
mendatang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (2005). Pedoman pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta

Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syahrul, S. (2013). Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Panti_werdha diakses pada 10 Februari 2020

https://www.e-jpurnal.uajy.ac.id.tinjauan-pustaka-panti-werda diakses pada 10 Februari 2020

11

Anda mungkin juga menyukai