Anda di halaman 1dari 111

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN

STROKE HEMORAGIK DENGAN INTERVENSI INOVASI TERAPI


MUSIK TRADISIONAL KECAPI SULING SUNDA TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH DI RUANG STROKE
CENTER AFI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA TAHUN 2017

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH
Lynda Rosiaty S. Kep
16.113082.5.0380

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
SAMARINDA
2017
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN (ORISINALITAS)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lynda Rosiaty, S.Kep

NIM : 16.113082.5.0380

Program Studi : Profesi Ners

Judul KIAN : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Stroke


Hemoragik Dengan Intervensi Inovasi Terapi Musik
Tradisional Kecapi Suling Sunda Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Di Ruang Stroke Center AFI Rsud Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2017

Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir yang saya tulis ini benar-banar hasil karya

saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan dan pikiran orang lain

yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Samarinda, Juni 2017

Lynda Rosiaty S. Kep


NIM 16.11.3082.5.0380
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN


STROKE HEMORAGIK DENGAN INTERVENSI INOVASI TERAPI
MUSIK TRADISIONAL KECAPI SULING SUNDA TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH DI RUANG STROKE
CENTER AFI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA TAHUN 2017

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH :
Lynda Rosiaty S. Kep
NIM 1611308250380

Disetujui untuk diujikan


Pada tanggal, 25 Juli 2017

Pembimbing

Ns. Joanggi Wiratrina Harianto, M. Kep


NIDN. 1122018501

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah Elektif

Ns. Siti Khoiroh Muflihatin, M. Kep


NIDN. 1115017703
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN


STROKE HEMORAGIK DENGAN INTERVENSI INOVASI TERAPI
MUSIK TRADISIONAL KECAPI SULING SUNDA TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH DI RUANG STROKE
CENTER AFI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA TAHUN 2017

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH :
Lynda Rosiaty S. Kep
NIM 1611308250380

Diseminarkan dan diujikan


Pada tanggal, 25 Juli 2017

Penguji I Penguji II Penguji III

Ns. Hj. Dorkas Ns.Siti Khoiroh Muflihatin, Ns. Joanggi WH,M.Kep


Agustina,S.Kep M.Kep NIDN. 1122018501
NIP. 19770110 200701.2.021 NIDN.1115017703

Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah Elektif

Ns. Siti Khoiroh Muflihatin, M.Kep


NIDN. 1115017703
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu

memberikan rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam pada

Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan KIA-N ini yang berjudul Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada

Pasien Stroke Hemoragik Dengan Intervensi Inovasi Terapi Musik Tradisional Kecapi

Suling Sunda Terhadap Penurunan Tekanan Darah Di Ruang Stroke Center AFI RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2017. Penyusunan KIA-N ini dibuat

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarinda.

Dalam penyusunan KIA-N ini penulis banyak mengalami kesulitan dan

hambatan akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu melalui kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :

1. Bapak Ghozali, M. Hasyim, M.Kes selaku Ketua Stikes Muhammadiyah

Samarinda yang telah memberikan penulis kesempatan untuk menuntut ilmu

serta menambah pengalaman selama berkuliah di Stikes Muhammadiyah

Samarinda.

2. Bapak dr. Rachim Dinata Marsidi.,Sp.B.,M.Kes selaku pimpinan BLUD

RSUD. Abdul Wahab Syahrani Samarinda.

3. Ibu Ns. Siti Khoiroh Muflihatin,M.Kep selaku ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan dan penguji II dalam ujian sidang KIA-N


4. Ibu Ns. Joanggi WH,M.Kep selaku Penguji III dalam ujian sidang KIA-N

serta pembimbing, atas dukungan dan motivasi kepada penulis untuk

penyelesaian Karya Ilmiah Akhir Ners penulis.

5. Ibu Ns. Hj. Dorkas Agustina S. Kep selaku penguji I dan kepala ruangan

beserta staf ruang unit stroke yang sudah memberi izin tempat praktik klinik

serta bimbingannya.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Stikes Muhammadiyah Samarinda yang telah

banyak membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Kedua orang tua tersayang, Suami tercinta dan anak bunda Syarifa, terima

kasih sedalam-dalamnya atas segala dukungan, nasihat, serta atas segala

bentuk perpanjangan tangan Allah SWT yang lainnya.

8. Teman-teman seperjuangan kelompok II Program Studi Ners angkatan

Keenam STIKES Muhammadiyah Samarinda, terima kasih atas masukan dan

motivasinya serta kebersamaannya.

9. Semua pihak yang turut membantu pelaksanaan pembuatan KIA-N ini yang

mana tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa KIA-N ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai

pihak dalam perbaikan KIA-N yang dibuat oleh peneliti. Dan akhirnya penulis

berharap agar KIA-N penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wasalamualaikum Wr.Wb
Samarinda, Juli 2017

Penulis
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Stroke Hemoragik Dengan
Intervensi Inovasi Terapi Musik Tradisional Kecapi Suling Sunda Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Di Ruang Stroke Center Afi Rsud Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2017

Lynda Rosiaty1, Joanggi WH2

INTISARI

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian penyakit jantung dan
pembuluh darah serta di katagorikan the silent killers. Untuk menangani hipertensi
tersebut terdapat dua cara yaitu penganganan farmakologi dan penanganan non
farmakologi. Hipertensi akan meningkatkan beban jantung yang membuat dinding
jantung menjadi semakin membesar dan akhirnya melemah, tekanan darah tinggi yang
terus menerus akan menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri secara
perlahan dengan mengalami proses pengerasan yang di perberat oleh adanya peningkatan
lipid, akhirnya lumen pembuluh darah arteri akan menyempit dan aliran darah berkurang
bahkan bisa berhenti, dan dapat menyebabkan kerusakan jantung dan stroke. Salah satu
penanganan nonfarmakologi yaitu dengan teknik relaksasi melalui terapi musik
tradisional kecapi suling sunda. Karya Ilmiah Aakhir Ners ini bertujuan untuk melakukan
analisis praktek klinik keperawatan pada pasien Stroke Hemoragik dengan intervensi
inovasi terapi musik tradisional kecapi suling sunda terhadap penurunan tekanan darah
di Stroke Center RSUD Abdul Wahab Sjahrani Samarinda 2017. Hasil menunjukkan
bahwa ada perbedaan tekanan darah pada sistolik dan diastolic sebelum dan setelah di
berikan terapi music tradisional kecapi suling sunda.

Kata kunci : Tekanan darah, terapi musik,kecapi suling sunda,

1
Mahasiswa Ners Keperawatan STIKES Muhammadiyah Samarinda
2
Dosen STIKES Muhammadiyah Samarinda
Analysis of Nursing Clinical Practice in Stroke Patients With Intervention
Innovation of Traditional Music Therapy of Sunda Flute Cloth Against Blood
Pressure on Patients With Hypertension in Stroke Center of
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Year 2017

Lynda Rosiaty1, Joanggi WH23

ABSTRACK

Hypertension is one risk factor for the incidence of heart disease and blood vessels and
categorized the silent killers. To deal with hypertension there are two ways of
pharmacological handling and non-pharmacological treatment. Hypertension will
increase the burden of the heart that makes the heart wall becomes more enlarged and
eventually weakened, continuous high blood pressure will cause damage to the arterial
system of the arteries slowly with the process of hardening in perberat by the increased
lipid, eventually lumen arteries will narrow And reduced blood flow can even stop, and
can cause heart damage and stroke. One of nonfarmakologi handling is by relaxation
technique through traditional music therapy kecapi suling sunda. Scientific Works Aakhir
Ners aims to perform the analysis of clinical practice in the presence of patients with
innovation intervention therapy traditional music sunda flute kecapi against blood
pressure in patients at Stroke Center RSUD Abdul Wahab Sjahrani Samarinda 2017. he
results showed that there was a difference in blood pressure in systolic and diastolic
before and after in giving traditional music therapy kecapi suling sunda.

Keyword: Blood pressure, music therapy, kecapi suling sunda

1 Student Ners Nursing STIKES Muhammadiyah Samarinda


2 Lecturer STIKES Muhammadiyah Samarinda
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.....

Halaman Judul. i

Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian............................................. ii

Halaman Persetujuan.. iii

Halaman Pengesahan.. iv

Kata Pengantar v

Abstrak. vii

Daftar isi... ix

Daftar Tabel. xi

Daftar Lampiran. xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang.. 1

B. Rumusan Masalah. 5

C. Tujuan Penelitian...... 5

D. Manfaat Penelitian.... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..... 7

A. Konsep Dasar Teori Stroke...... 7

B. Konsep Teori Tekanan darah 18

C. Konsep Teori Musik Tradisional Kecapi ..... 44

BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN.... 48

A. Pengkajian Kasus.. 48

B. Keluhan Utama. 48
C. Data Khusus.. 49

D. Pengkajian Tambahan 51

E. Pemeriksaan Fisik. 57

F. Pemeriksaan Penunjang. 60

G. Analisa Data.. 63

H. Prioritas Masalah Keperawatan. 64

I. Intervensi Keperawatan 65

J. Implementasi Keperawatan... 69

K. Evaluasi Keperawatan... 75

BAB IV ANALISA SITUASI.... 79

A. Profil Lahan Praktik.. 79

B. Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait... 81

C. Analisis Intervensi Inovasi 84

D. Alternarif Pemecahan Masalah. 89

BAB V PENUTUP.... 91

A. Kesimpulan 91

B. Saran.. 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Tekanan darah menurut JNC VII..................................................... 28

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO/ISH................................ 28

Tabel 3.1 Pola aktifitas sebelum sakit ............................................................. 53

Tabel 3.2 Pola aktivitas saat sakit .................................................................... 53

Tabel 3.3 Pemeriksaan Laboratorium ............................................................. 60

Tabel 3.4 Analisa Data .................................................................................... 63

Tabel 3.5 Rencana Intervensi Keperawatan .................................................... 65

Tabel 3.6 Implementasi Hari I ........................................................................ 69

Tabel 3.7 Implementasi Hari II ....................................................................... 72

Tabel 3.8 Implementasi Hari III ...................................................................... 74

Tabel 3.9 Evaluasi Hari I ................................................................................ 75

Tabel 3.10. Evaluasi Hari II ............................................................................ 76

Tabel 3.11 Evaluasi hari III ............................................................................. 77

Tabel 4.1 Hasil evaluasi nilai tekanan darah mendengarkan terapi musik

tradisional kecapi suling sunda........................................................ 85


Daftar Lampiran

Lampiran 1 Standar Prosedur Operasional

Lampiran 2 NIHSS

Lampiran 3 Hasil CT-Scan Kepala

Lampiran 4 Biodata

Lampiran 5 Jurnal penelitian


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan besar dalam kehidupan

modern saat ini.Jumlah penderitanya semakin meningkat setiap tahun, tidak

hanya menyerang usia tua tetapi juga menyerang usia muda dan produkrif

menurut Lewis (2009). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia

setelah penyakit jantung koroner dan kanker baik di negara maju maupun

negara berkembang. Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke (Ennen,

2004; Marsh & Keyrouz, 2010; American Heart Association, 2014; Stroke

forum, 2015). Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya,

satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke

forum, 2015).

Menurut WHO (2010) mendefinisikan stroke adalah manifestasi klinis

dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang

berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan

kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler. Penyakit stroke

sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini

diakibatkan oleh cukup tingginya insidensi (jumlah kasus baru) kasus stroke

yang terjadi di masyarakat. Menurut WHO, setiap tahun 15 juta orang di

seluruh dunia mengalami stroke. Sekitar lima juta menderita kelumpuhan

permanen. Di kawasan Asia tenggara terdapat 4.4 juta orang mengalami

stroke (WHO, 2010).

Pada tahun 2020 diperkirakan 7.6 juta orang akan meninggal


dikarenakan penyakit stroke ini (Misbach, 2010). Berdasarkan data yang

berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), masalah

stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di

Indonesia adalah terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah

kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia

diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Yastroki, 2012).

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang

memberi gejala berlanjut pada target organ, seperti stroke untuk otak,

penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot

jantung (Amiruddin, 2007). WHO menyatakan tekanan darah yang normal

bagi orang dewasa adalah 120/80. Hipertensi telah menjadi masalah utama

dalam kesehatan masyarakat sehingga WHO tahun 2000 menunjukkan, di

seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap

hipertensi. Indonesia di perkirakan akan meningkat kejadian hipertensi

sebanyak 80% di tahun 2025.

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian

penyakit jantung dan pembuluh darah serta dikategorikan sebagai the silent

killers. Untuk menangani hipertensi tersebut terdapat dua cara yaitu

penanganan farmakologi dan penanganan non farmakologi. Salah satu

penanganan non farmakologi yaitu dengan teknik relaksasi melalui terapi

musik tradisional kecapi suling Sunda (Supriadi 2015).

Negara Indonesia mempunyai banyak lansia yang menderita hipertensi

diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi

terkontrol, prevalensi 6-15% pada orang lanjut usia, 15% diantaranya tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk

menjadi hipertensi berat karena mereka tidak menyadari dan tidak

mengetahui faktor-faktor resikonya dan 90% merupakan hipertensi esensial

saat ini penyakit degeneratif dan cardiovascular sudah merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Junaidi, 2010).

Pencegahan hipertensi, umumnya dilakukan dengan mengubah gaya

hidup seperti pengurangan berat badan pada anak yang obes, pengaturan diet

makanan, olah raga teratur dan mengurangi stres. Rangkaian ini merupakan

tatalaksana non farmakologi. Pengaturan diet makanan dan olahraga teratur

umumnya telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Tetapi ada metode

non farmakologi lain yang dapat menurunkan tekanan darah yaitu dengan

menggunakan musik, namun penggunaan musik sebagaitatalaksana non

farmakologik dalam hal menurunkan tekanan darah masih dalam tahap

perkembangan (Junaidi, 2010).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013,

prevalensi penderita stroke di Indonesia sebanyak 57.9 %, sedangkan

prevalensi penderita stroke di Kalimantan Timur adalah sebanyak 7.7%.

Menurut data dari Rekam Medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda

jumlah pasien di ruang Unit Stroke dari bulan Maret 2017 sampai mei 2017

yaitu sebanyak 134 pasien, dimana Stroke Non Hemoragik berjumlah 74

pasien dan Stroke Hemoragik berjumlah 59 pasien.

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan irama. Denyut nadi

dan degup jantung manusia pun memiliki irama khusus. Belahan otak kanan

menunjukkan aktivitas kerja ketika diperdengarkan musik. Reaksi yang


diperlihatkan otak tergantung jenis musik yang mempengaruhinya (Sari,

2005).

Terapi musik tidak hanya terkait dengan bidang ilmu seperti psikologi,

tetapi juga dapat dimanfaatkan di kalangan medis dan keperawatan. Terapi

musik sekarang digunakan secara lebih komprehensif termasuk untuk

mengatasi rasa sakit, manajemen stres atau stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan bayi (Djohan, 2006). Selera seseorang terhadap musik tertentu

akan menimbulkan efek yang bervariasi. Dalam hal penurunan tekanan darah

diduga bahwa konsentrasi katekolamin plasma mempengaruhi pengaktifan

simpatoadrenergik dan menyebabkan terjadinya pelepasan hormon-hormon

stres. Mendengarkan musik dengan irama lambat akan mengurangi pelepasan

katekolamin kedalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi katekolamin

dalam plasma menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami

relaksasi, denyut jantung berkurang dan tekanan darah menjadi turun

(Muslim, 2009; Saing, 2007).

Banyak musik yang dapat digunakan sebagai terapi untuk penyembuhan

seperti musik klasik ataupun musik tradisional, salah satunya yaitu musik

tradisional kecapi suling. Kecapi suling merupakan alat musik Sunda yang

terdapat hampir di setiap daerah di tatar Sunda. Alat musik tersebut terdiri

dari kecapi dan suling. Kecapi suling disajikan secara instrumental yang

menghasilkan alunan nada yang harmoni dan indah. Selain disajikan secara

instrumental, kecapi suling juga dapat digunakan untuk mengiringi Juru Sekar

yang melantunkan lagu secara Anggana Sekar atau Rampak Sekar. Lagu yang

disajikannya di antaranya Sinom Degung, Kaleon, Talutur dan lain (Supriadi,


2015).

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan inovasi terhadap

terapi musik tradisional kecapi suling sunda terhadap tekanan darah pada

pasien di srtoke center.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan masalahnya adalah

Bagaimanakah analisis praktik klinik keperawatan pada pasien stroke

dengan intervensi inovasi terapi music tradisional kecapi suling sunda

terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di Stroke Center RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2017 ?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penulisan Karya Ilmiah Akhir-Ners (KIA-N) ini bertujuan untuk

melakukan analisis praktik klinik keperawatan pada pasien stroke dengan

intervensi inovasi terapi music tradisional kecapi suling sunda terhadap

tekanan darah pada pasien hipertensi di Stroke Center RSUD Abdul

Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisa kasus kelolaan dengan diagnosa Stroke Hemoragik

dengan hipertensi.

b. Penulis mampu menganalisa tekanan darah pada pasien sStroke

Hemoragik menggunakan terapi music tradisional kecapi suling sunda.


c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang dapat

dilakukan terkait dengan penyakit Stroke Hemoragik untuk

menurunkan takanan darah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

Karya Ilmiah Ners ini diharapkan dapat digunakan bagi perawat sebagai

alternatif untuk mengetahui pengaruh terapi musik tradisional kecapi

suling Sunda terhadap tekanan darah pada pasien Stroke Hemoragik.

2. Manfaat Teoritis

a. Karya ilmiah ini dapat menjadi dasar dalam mengembangkan pelayanan

asuhan keperawatan yang berfokus terhadap terapi alternatif/

nonfarmakologi sebagai peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

b. Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan acuan pembelajaran

mengenai pengaruh musik terhadap tekanan darah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Stroke

1. Pengertian stroke

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran

darah otak (Corwin, 2009). Menurut Muttaqin (2008) Stroke merupakan

penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat

dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak

yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa

terjadi pada siapa saja dan kapan saja.

Stroke atau gangguan vaskuler otak atau dikenal dengan cerebro

vaskuler disease (CVD) adalah suatu kondisi susunan sistem saraf pusat

yang patologis akibat adanya gangguan peredaran darah (Satyanegara,

2010). Srtoke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak

yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Wijaya dan

Putri,2013).

2. Klasifikasi

Menurut Muttaqin (2008) Stroke dibagi menjadi dua yaitu :

a. diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:

1) Stroke Hemoragik

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan

subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada

daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas

atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:

a) Perdarahan Intra Serebral

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama

karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan

otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan

menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,

dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.

Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering

dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan serebelum.

b) Perdarahan Subaraknoid

Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau

AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah

sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar

parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid

menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya

struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral

yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan

kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik,

dll).

2) Stroke Non Hemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,

biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau

di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.


Kesadaran umumnya baik.

b. Klasifikasi Menurut Perjalanan Penyakit dan Stadiumnya

1) TIA (Trans Iskemik Attack)

Adalah gangguan neurologis setempat yang terjadi selama

beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan

hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24

jam.

2) Stroke Involusi

Adalah stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana

gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk.

Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.

3) Stroke Komplit

Adalah dimana gangguan neurologi yang timbul sudah

menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit

dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

3. Etiologi

Menurut Muttaqin (2008) penyebab stroke yaitu :

a. Trombosis Cerebral

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami

oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat

menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya

terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat

terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan

darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala


neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.

Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak

yaitu :

1) Aterosklerosis

Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu

penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti

koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007).

Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :

a) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran

darah

b) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis

c) Merupakan tempat terbentuknya trombus, kemudian melepaskan

kepingan trombus (emboli)

d) Dinding arteri menjadi lemah, dan kemudian terjadilah aneurisme

yang dapat pecah dan mengakibatkan perdarahan

2) Hyperkoagulasi pada pilysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit

meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

3) Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak

oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal

dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri

serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang

dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan


emboli :

a) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease

(RHD)

b) Infark Myocard

c) Fibrilasi : Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk

pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil

dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan

embolus-embolus kecil.

d) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebab kanker

bentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

b. Hemoragik

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan

dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.

Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.

Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah

kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,

pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak

akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,

oedema, dan mungkin herniasi otak.

c. Hipoksia Umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum

adalah Hipertensi yang parah, Cardiac Pulmonary Arrest, Cardiac

output turun akibat aritmia.


d. Hipoksia Setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat

adalah Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan subarachnoid,

Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migraine.

4. Patofisiologi

Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter

100-400 mcmeter mengalami perubahan patologik padadinding pembuluh

darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya

aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari cabang-cabang

lentikulostriata, cabang tembus arterio talamus (talamo perforate arteries)

dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilaris mengalami

perubahan-perubahan degenaratif yang sama. Kenaikan darah yang

abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat

menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore

hari (Muttaqin 2008).

Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut

sampai dengan 6 jam dan jika volumenya besarakan merusak struktur

anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik. Jika perdarahan yang timbul

kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merasuk dan menyela di

antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan ini

absorbsi darah akan diikutioleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi.

Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,

peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan

herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum (Muttaqin
2008).

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer

otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke

batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga

kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons. Selain

kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak

akan mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan menyebabkan

menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak

(Muttaqin 2008). Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta

kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan

neuron- neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan

lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume

darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan

dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan

serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan

kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah

berakibat fatal (Muttaqin 2008).

5. Manifestasi Klinis

Menurut Wijaya dan Putri (2013), gejala utama stroke adalah:

a. Timbulnya defisit neorologis sacara mendadak atau subakut didahului

gejala prodromal terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan

kesadaran biasanya tak menurun kecuali bila embolus cukup besar.

b. Gejala yang muncul pada perdarahan intraserebral adalah gejala

prodomal yang tidak jelas kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Sifat
nyeri kepala hebat sekali, mual muntah seringkali teradi sejak

permulaan serangan.

c. Kesadaran biasanya menurun cepat termasuk koma (65% terjadi kurang

dari setengah jam, 23 % antara setengah sampai dua jam dan 12%

terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).

d. Pada perdarahan subaraknoid didapatkan gejala prodomal berupa nyeri

kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat

bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsangan meninggal.

e. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena

pecahnya aneurisma pada arteri karotis interna.

f. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya

gangguan pembuluh darah dan lokasinya , gejala yang muncul dapat

berupa kelumpuhan wajah dan anggota badan satu atau lebih anggota

badan, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan,

prubahan mendadak status mental, afasia (bicara tidak lancer), ataksia

anggota badan, vertigo, mual muntah atau nyeri kepala.

g. Gejala khusus pada pasien stroke adalah kehilangan motorik misalnya

hemiplegia, hemiparesis, menurunnya tonus otot abnormal.

h. Kehilangan komunikasi misalnya disartria yaitu kesulitan bicara

disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk

menghasilkan bicara, disfasia atau afasia kehilangan bicara yang

terutama ekpresif/ represif.

i. Gangguan persepsi yaitu berupa homonimus hemianopsia yaitu

kehilangan setengah lapang pandang dimana sisi visual yang terkena


berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis, amforfosintesis yaitu

keadaan dimana cenderung berpaling

j. Gangguan visual spasia yaitu gangguan dalam mendapatkan hubungan

dua atau lebih objek dalam area spasial.

k. Kehilangan sensori antara lain tidak mampu merasakan posisi dan

gerakan bagian tubuh (kehilangan propriosetik) sulit

mengintepretasikan stimulasi visual , taktil dan auditorius.

6. Komplikasi

Menurut Pudiastuti (2011) komplikasi stroke diantaranya :

a. Akibat Berbaring Lama

1) Bekuan Darah

Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan

penimbunan cairan, pembengkakan selain itu juga menyebabkan

embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu

arteri yang mengalirkan darah ke paru.

2) Dekubitus

Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul , pantat,

sendi kaki dan tumit bila memar ini tidak dapat dirawat dapat

menjadi infeksi.

3) Pneumonia

Pasien stroke tidak dapat batuk dan menelan dengan sempurna,

hal ini menyebabkan cairan berkumpul di paru- paru dan selanjutnya

menimbulkan pneumonia.
4) Atrofi Otot dan Kekakuan Sendi

Pasien stroke mengalami kelemahan yang membuatnya tidak

mampu bergerak dan mobilisasi. Apabila ini terjadi dalam jangka

waktu yang lama, maka akan mengakibatkan atrofi otot dan

kekakuan sendi.

b. Komplikasi Lain Dari Stroke

1) Dysritmia

2) Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)

3) Kontraktur

4) Gagal nafas

5) Kematian

c. Akibat Dari Stroke

1) 80-90% bermasalah dalam berpikir danmengingat

2) 80% penurunan parsial/ total gerakan lengan dantungkai

3) 70% menderitadepresi.

4) 30% mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan

dankiri

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Pudiastuti (2011) pemeriksaan yang dapat dilakukan pada

penderita stroke adalah :

a. Ultrasongrafi Doppler mengidentifikasikan penyakit artiovena (masalh

system arteri karotis (arteri darah atau munculplak).

b. Aniografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara

spesifik seperti perdarahan darah atau obstruksi arteri adalah titik


obstruksi ataurupture.

c. CT Scan memperlihatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan

adanyainfark.

d. Lumbal Pungsi untuk menunjukkan adanya hemoragik Malformasi

Arterivenousa (MAV)

e. Sinar X tengkorak menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal

daerah yang berlawanan dari masa yangmeluas.

f. EEG mengidentifikasikan masalh didasarkan pada gelombang otak dan

mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanan stroke menurut Wijaya dan Putri (2013) adalah:


a. Penatalaksanaan Umum

1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat , posisi lateral dekubitus

bila disertai muntah. Boleh di mulai mobilisasi bertahap bila

hemodinamikstabil.

2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu

berikan oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasilAGD.

3) Kosongkan kandung kemih dengan kateter bila penuh.

4) Kontrol tekanan darah dipertahankan normal.

5) Suhu tubuh harus dipertahankan, apabila demam kompres dan berikan

antipiretik sesuai indikasi.

6) Nutrisi peroral hanya boleh di berikan setelah tes fungsi menelan baik

bila terdapat gangguan menlan atau pasien yang kesadaran menurun

dianjurkan pasangNGT

7) Mobilisasidanrehabilitasidinijikatidakadakontraindikasi
b. Penatalaksanaan Medis

1) Trombolitik (Streptokinase)

2) Antiplatelet atau antitrombolitik (Acetosal dan Ticlopidin)

3) Antikoagulan (Heparin)

4) Hemorhagea (Pentoxyfilin)

5) Antagonis serotonin (Naftidrofuryl)

6) Antagonis calcium (Nifedipine dan Piracetam)

c. Penatalaksanaan Khusus/Komplikasi

1) Atasi kejang

2) Atasi TIK yang meninggi manitol, gliserol, furosemid, intubasi,

stroiddll)

3) Atasi dekompresi (Kraniotomi)

d. Penatalaksanaan Faktor Risiko

1) Atasi hipertensi

2) Atasi hiperglikemia

3) Atasi hiperurisemia

B. Konsep Teori Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah


Tekanan darah adalah tekanan aliran darah di arteri. Tekanan di

arteri tersebut direspon baik oleh tubuh. Tubuh dibekali kemampuan

yang hebat dalam mengatur keseimbangan tekanan darah. Ginjal dan

jantung merupakan organ yang menjadi tulang punggung dalam

mengatur tekanan darah, sedangkan prosesnya dikendalikan oleh

elektrolit, saraf, dan sistem endokrin (Lingga, 2012).

Tekanan yang ditimbulkan oleh darah terhadap seluruh permukaan


dinding pembulu darah. Tekanan darah ini ditentukan oleh jumlah darah

yang dipompa dari jantung keseluruh organ dan jaringan tubuh, serta

daya tahan dinding pembulu darah arteri. Arteri-arteri adalah pembulu-

pembuluh yang mengangkut darah dari jantung yang memompa

keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Suprapto, 2014).

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami.

Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh

lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah biasanya tidak sama

sepanjang hari. Saat pemeriksaan yang paling baik adalah ketika bangun

tidur pagi, karena setelah beraktivitas tekanan darah akan naik. Namun,

jika keadaan tidak memungkinkan, tekanan darah dapat diukur setelah

beristirahat dulu selama 5-10 menit (Suprapto, 2014).

Tekanan darah antara orang yang satu dengan yang lainnya tentunya

berbeda, sama halnya dengan tekanan darah orang dewasa dengan anak-

anak yang tentunya berbeda pula. Tekanan darah bayi dan anak-anak

lebih rendah dibandingkan dewasa. Hal yang mempengaruhi tekanan

darah seseorang aktivitas keseharian yang dilakukannya, pola makan,

gaya hidup, lingkungan, dan faktor psikologi seseorang. Tekanan darah

akan mengalami peningkatan saat melakukan aktivitas dan akan menurun

saat beristirahat. Tekanan darah pada umumnya akan naik atau tinggi

pada pagi hari dan menurun atau rendah pada saat tidur malam hari

(Suprapto, 2014).

Cara mengetahui tekanan darah adalah dengan mengambil dua

ukuran yang umumnya diukur menggunakan alat yang disebut


dengan tensimeter. Misalnya saja, setelah diukur diketahui bila

tekanan darah adalah 120/80 mmHg. Angka 120 menunjukan

tekanan darah atas pembulu arteri dari denyut jantung yang disebut

tekanan darah sistolik, kemudian angka 80 merupakan tekanan darah

bawah saat tubuh sedang beristirahat tanpa melakukan aktivitas

apapun yang disebut tekanan darah diastolik. Cara yang paling

efektif untuk mengetahui tekanan darah seseorang secara pasti,

benar, dan akurat pada saat tubuh sedang beristirahat dan dalam

keadaan duduk ataupun berbaring (Suprapto, 2014).

Secara umum tekanan darah digolongkan menjadi dua, tekanan

sistolik (angka atas) yang merupakan tekanan yang timbul akibat

pengerutan bilik jantung sehingga akan memompa darah dengan

tekanan terbesar dan tekanan diastolik (angka bawah) yang

merupakan kekuatan penahan pada dinding pembulu darah saat

jantung mengembang. Pada saat jantung dalam keadaan

mengembang tekanan darah akan berkurang (Suprapto, 2014).

Mengempis dan mengembangnya jantung ini berpengaruh

terhadap tekanan pada dinding arteri atau pembulu darah. Tekanan

darah dikatakan tinggi bila lebih besar daripada tekanan yang

diperlukan untuk memelihara aliran darah tetap. Saat seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal artinya ia

menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi. Saat itu volume

darah meningkat dan saluran darah terasa lebih sempit sehingga

untuk dapat meyuplai oksigen dan zat-zat makanan ke setiap sel di


dalam tubuh jantung harus memompa lebih keras. Beban jantung dan

pembulu darah menjadi lebih berat sehingga meningkatkan peluang

terjadinya penyumbatan pembulu arteri (Suprapto, 2014).

Tekanan darah normal sangat dibutuhkan untuk mengalirkan

darah keseluruh tubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat

nutrisi yang penting untuk tubuh. Darah mengalir melalui pembulu

darah dan memiliki kekuatan untuk menekan dinding pembulu darah

tersebut. Inilah yang disebut sebagai tekanan darah. Tekanan darah

terendah ada pada pembulu darah sedangkan tekanan darah tertinggi

ada dalam arteri terbesar. Detak jantung yang dirasakan berkisar

antara 60-70 kali per menit dalam keadaan tenang atau sedang

beristirahat menunjukan bahwa jantung sedang memompa darah

melewati pembulu darah. Dinding pembulu darah bersifat elastis dan

memiliki ketahanan yang kuat sehingga muncul tekanan setiap kali

berdenyut (Suprapto, 2014).

a. Fisiologi Hipertensi

Kenaikan tekanan darah terjadi melalui mekanisme sebagai berikut

(Lingga, 2012) :

1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan cairan lebih

banyak setiap detik.

2) Kelenturan arteri besar menurun sehingga tidak dapat

mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri

tersebut. Dengan cara yang sama terjadi vasokontriksi, yaitu


kondisi ketika arteriola untuk sementara waktu mengerut karena

rangsangan saraf otonom atau hormon yang ada dalam darah.

3) Kelainan fungsi ginjal menyebabkan peningkatan jumlah cairan

yang bersirkulasi dalam darah. Volume darah meningkat karena

ginjal tidak dapat membuang kelebihan cairan dan garam

sehingga akhirnya tekanan darah meningkat.

Pengendalian tekanan darah yang utama dilakukan oleh saraf

otonom. Tekanan darah sesaat diatur oleh saraf simpatik melalui

mekanisme sebagai berikut :

1) Tekanan darah meningkat sebagai reaksi terhadap ancaman dari

luar, misalnya ketika kaget atau emosi memuncak.

2) Meningkatkan kecepatan dan denyut jantung, mempersempit

sebagian ariola,dan memperlebar ariola otot rangka untuk

memasok oksigen lebih banyak.

3) Mengatur pembuangan air dan garam dalam ginjal sehingga

volume dalam darah meningkat.

4) Melepas epinefrin (ephinephrine) dan norpinefrin

(norphinephrine) yang merangsang jantung dan pembulu darah.

Kerja sama antara jantung, ginjal, dan saraf otonom yang

serasi akan memelihara kestabilan tekanan darah. Jika salah satu di

antaranya tidak bekerja dengan baik, maka kestabilan tekanan darah

terganggu.
b. Penyebab

Menurut Lany Gunawan, (2001 dalam Padila, 2013) hipertensi

berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar

yaitu :

1) Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang

tidak diketahui penyebabnya.

2) Hipertensi non essensial (hipertensi sekunder) yaitu hipertensi

yang disebabkan oleh penyakit lain.

Menurut Padila, (2013) hipertensi primer terdapat pada lebih

dari 90% penderita hipertensi sedangkan 10% sisanya disebabkan

oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum

diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah

menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1) Faktor keturunan.

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan.

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah

meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari

perempuan) dan ras (ras kulithitam lebih banyak dari kulit

putih).
3) Kebiasaan hidup.

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr),

kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain

misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan,

(ephedrine, prednison, epineprin).

c. Gejala hipertensi.

Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam kerena

sering tanpa gejala yang memberi peringatan akan adanya masalah.

Kadang-kadang orang mengaggap sakit kepala, pusing, atau hidung

berdarah sebagai gejala peringatan meningkatnya tekanan darah.

Padahal hanya sedikit orang yang mengalami perdarahan di hidung

atau pusing jika tekanan darahnya meningkat (Junaedi dkk, 2013).

Pada sebagian kasus hipertensi tidak menimbulkan gejala

apapun dan bisa saja baru muncul gejala setelah terjadi komplikasi

pada organ lain, seperti ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala seperti

sakit kepala, migrain, sering ditemukan sebagai gejala

klinishipertensi primer, walaupun tidak jarang yang berlangsung

tanpa adanya gejala. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat

berbagai keluhan yang dikaitkan dengan hipertensi, seperti sakit

kepala, mudah marah, telinga berdengung, suka tidur, dan rasa berat

ditengkuk (Junaedi dkk, 2013).

Menurut Edward K Chung, (1995 dalam Padila, 2013, hal.

359) gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


1) Tidak ada gejala.

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak

akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2) Gejala yang lazim.

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai

hipertensi meliputi nyeri kepala, dan kelelahan.

d. Jenis-jenis hipertensi.

Menurut Bustan, (2007) hipertensi di kelompokan sebagai berikut:

1) Menurut kausanya.

a) Hipertensi essensial ( hipertensi primer), yaitu hipertensi

yang tidak diketahui penyebabnya.

b) Hipertensi non essensial (hipertensi sekunder), yaitu

hipertensi yang disebabkan penyakit lain.

2) Menurut gangguan tekanan darah.

a) Hipertensi sistolik, yaitu peninggian tekanan darah sistolik.

b) Hipertensi diastolik, yaitu peninggian tekanan darah

diastolik.

3) Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah.

a) Hipertensi ringan.

b) Hipertensi sedang.

c) Hipertensi berat.

Dikenal berbagai macam batasan tingginya tekanan darah untuk


dapat disebut hipertensi.

Menurut WHO jika hipertensi TDS >160 mmHg atau

TDD > 95 mmHg, maka hipertensi ringan TDDnya 90-110

mmHg, hipertensi sedang TDnya 110-130 mmHg, hipertensi

berat > 130 mmHg. Disini tampak bahwa WHO memakai

tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang dipakai dalam

kriteria diagnosis dan klasifikasi. Tekanan darah manusia

meliputi tekanan darah sistolik, yaitu tekanan darah saat jantung

menguncup dan tekanan darah diastolik yakni tekanan darah

waktu jantung istirahat. Selain untuk diagnosis dan klasifikasi

dalam hal patofisiologis, pengobatan, dan prognosis maka

tekanan diastolik memang lebih penting daripada sistolik

(Bustan, 2007).

e. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu

hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran.

Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan

peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan

diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik

berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung

berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan

maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan

darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar. Hipertensi

diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan


diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya

ditemukan pada anakanak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik

terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal,

sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang

melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah

diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam

keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran

merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,

yaitu:

1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar

95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti

genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem

renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na 10

dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko,

seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5%

kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan

estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,

feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan, dan lain-lain. 28 Menurut The Seventh

Report of The Joint National Committee on Prevention,


Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

(JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi

menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan

derajat II.

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik

(mmHg) Tekanan Darah Diastolik (mmHg) Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120 139 80 89 Hipertensi derajat I 140 159

90 99 Hipertensi derajat II 160 100 11.

Tabel 2.2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH

Klasifikasi Tekanan Darah, Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

dan Tekanan Darah Diastolik (mmHg) Hipertensi berat 180/ 110


mmHg, Hipertensi sedang 160-179/100-109 mmHg, Hipertensi

ringan 140-159/90-99 mmHg, Hipertensi perbatasan 120-149/90-

94 mmHg, Hipertensi sistolik perbatasan 120-149/<90 mmHg,

Hipertensi sistolik terisolasi >140 / <90 mmHg, Normotensi <140 /

<90 mmHg, dan Optimal <120 / <80 mmHg.

f. Patofisiologi

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan

tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan

sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan

darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem

saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan

tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang

mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ

terutama ginjal.

1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang

ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri.

Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial. Terjadi

inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit

substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium

dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah.

Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah

lapisan tunika intima akan memperkecil lumen pembuluh

darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan


suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. Sel

endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam

pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara

memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida

nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak

terjadi pada kasus hipertensi primer.

2) Sistem renin-angiotensin

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui

terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin

I-converting enzyme (ACE). Angiotensin II inilah yang

memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah

melalui dua aksi utama.

a) Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan

rasa haus. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin

yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga

menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan

ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian

intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang

pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

b) Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron

akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi


NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan

volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

meningkatkan volume dan tekanan darah.

c) Sistem saraf simpatis Mekanisme yang mengontrol

konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke

ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah.

g. Faktor-faktor Risiko Hipertensi

Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain:

1) Usia Tekanan darah cenderung meningkat dengan

bertambahnya usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih

dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia

lebih dari 55 tahun.


2) Ras atau Etnik Hipertensi bisa mengenai siapa saja.

Bagaimanapun, biasa sering muncul pada etnik Afrika

Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.

3) Jenis Kelamin Pria lebih banyak mengalami kemungkinan

menderita hipertensi daripada wanita.

4) Kebiasaan gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan

hipertensi, antara lain minum minuman beralkohol, kurang

berolahraga, dan merokok.

a) Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan

dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin.

Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh

pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan

diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan

memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas

epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan

pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih

berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. Tembakau

memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan

darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh

darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga

dapat merusak dinding pembuluh darah. Karbon

monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan

oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan

darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk


memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan

jaringan tubuh lainnya. Karbon monoksida dalam asap

rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal

tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena

jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen

yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.

b) Kurangnya aktifitas fisiksangat mempengaruhi stabilitas

tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan

kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut

jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot

jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin

keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin

besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri

sehingga meningkatkan tahanan perifer yang

menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya

aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan

berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi

meningkat. Studi epidemiologi membuktikan bahwa

olahraga secara teratur memiliki efek antihipertensi

dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg

pada penderita hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan

dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik

dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan


menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan

dengan peran obesitas pada hipertensi.

h. Diagnosis Hipertensi

Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat

menggunakan sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan

lebih dari satu kali pengukuran dalam posisi duduk dengan siku

lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan

menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung.

Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan

tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat

mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi

kolesterol, alkohol dan sebagainya. Pasien yang terdiagnosa

hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :

1) Menentukan sejauh mana penyakit hipertensi yang diderita

Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan

tepat sejauh mana penyakit ini telah berkembang, apakah

hipertensinya ganas atau tidak, apakah arteri dan organ-organ

internal terpengaruh, dan lain- lain.

2) Mengisolasi penyebabnya tujuan kedua dari program diagnosis

adalah mengisolasi penyebab spesifiknya.

3) Pencarian faktor risiko tambahan aspek lain yang penting

dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor risiko

tambahan yang tidak boleh diabaikan.


4) Pemeriksaan dasar setelah terdiagnosis hipertensi maka akan

dilakukan pemeriksaan dasar, seperti kardiologis, radiologis,

tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan rontgen.

5) Tes khusus Tes yang dilakukan antara lain adalah :

a) X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan

suatu zat warna yang digunakan untuk memvisualisasi

jaringan arteri aorta, renal dan adrenal.

b) Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat

electroencefalografi (EEG), alat ini menyerupai

electrocardiography (ECG atau EKG).

i. Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah terdiri dari 2 komponen : sistolik dan diastolik.

Bila tekanan sistolik di atas 160mmHg dan tekanan diastolic lebih

dari 90mmHg, maka dapat berpotensi menimbulkan serangan

cerebro vaskuler disease (CVD), terlebih bila telah berjalan selama

bertahun tahun. Hipertensi merupakan factor resiko utama yang

dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh

darah otak.

Pecahnya pembuluh darah otak akan menimbulkan perdarahan,

akan sangat fatal bila terjadi interupsi aliran darah ke bagian distal, di

samping itu darah ekstravasal akan tertimbun sehingga akan

menimbulkan tekanan intracranial yang meningkat, sedangkan

menyempitnya pembuluh darah otak akan menimbulkan

terganggunya aliran darah ke otak dan sel sel otak akan mengalami
kematian. (Nurhidayat & Rosjidi, 2008).

Hipertensi akan meningkatkan beban jantung yang membuat

dinding jantung menjadi semakin membesar dan akhirnya melemah,

tekanan darah tinggi yang terus menerus akan menyebabkan

kerusakan sistem pembuluh darah arteri secara perlahan dengan

mengalami proses pengerasan yang di perberat oleh adanya

peningkatan lipid, akhirnya lumen pembuluh darah arteri akan

menyempit dan aliran darah berkurang bahkan bisa berhenti, dan

dapat menyebabkan kerusakan jantung dan stroke. (Sargowo. 2003).

Hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk stroke.

Hipertensi menyebabkan lesi arteri intraserebral dan ekstraserebral

yang berbeda beda, dimana dapat menyebabkan CVA dengan

mekanisme yang berbeda pula. Hipertensi menyebabkan tiga tipe

perubahan vaskuler: adaptasi struktur kompensasi, perubahan

degenerasi vaskuler, dan munculnya faktor resiko lain, yaitu

atersklerosis.

1) Adaptasi struktur terhadap hipertensi

Ketika tekanan darah meningkat secara cepat pada orang

yang sebelumnya bertekanan darah normal, kapasitas

autoregulasi dari tahanan pembuluh darah dapat berlebihan dan

kenaikan aliran darah. Kenaikan tekanan darah secara perlahan

dapat ditoleransi lebih baik. Pada hipertensi kronik, lapisan

vaskuler akan menyesuaikan sendiri secara fungsional dan

struktural terhadap peningkatan isi pembuluh darah. Otot polos


yang hipertrofi/hiperplasi akan membantu menyesuaikan tekanan

dinding pembuluh dan mengatur fungsi kontraktilitas yang

cukup. Pada lapisan cerebrovaskuler, peningkatan ketebalan

tunika media dan pengurangan lumen telah diobservasi melebihi

batas dari ukuran arteri baik secara invivo maupun invitro.

Meskipun adaptasi struktural pada dasarnya menguntungkan

dalam hal melindungi pembuluh dan mencegah perdarahan dan

perubahan permeabilitas, adaptasi tersebut menyebabkan resiko

iskemia distal terhadap adanya stenosis atau oklusi atau ketika

tekanan darah turun secara cepat karena peningkatan tahanan

perifer dan penurunan kapasitas kolateral.

2) Perubahan degenerative pada hipertensi

Dengan adanya perubahan degenerative pada pembuluh darah

intraserebral kecil,mekanisme kompensasi tidak akan dapat

melindungi pembuluh darah yang lebih kecil. Saat pembuluh

darah mengalami tekanan yang lebih tinggi, perubahan

degenerative pada dinding vaskular akan tampak pada

ekstravasasi unsur plasma dan bertambahnya lesi otak.

Perubahan degenerative pada pada arteri intracerebral dapat

menyebabkan oedem fokal otak, infark lakunar kecil atau

perdarahan intracerebral karena mikroaneurisma intracerebral.

j. Pencegahan.

Pencegahan jauh lebih baik daripada harus mengobati

penyakit. Penyakit darah tinggi merupakan penyakit yang


berbahaya, bahkan menyebabkan kematian. Penyakit darah tinggi

dapat menimbulkan penyakit-penyakit mematikan, seperti penyakit

jantung dan stroke. Oleh karena itu, penyakit darah tinggi harus

dicegah dengan cara-cara sebagai berikut (Nisa, 2012) :

1) Menerapkan pola hidup sehat.

Biasakan mengkonsumsi makanan dan minuman sehat dan

bergizi, istirahat yang cukup, minum air mineral 8 gelas

setiap hari, dan lain-lain.

2) Kurangi konsumsi garam.

Kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mengurangi garam

dalam makanan, di antaranya sebagai berikut:

a) Tidak menyediakan garam diatas meja makan.

b) Ketika membeli makanan dalam kemasan perhatikan

komposisinya. Pilihlah makanan yang mengandung

kadar garam (sodium atau natrium) yang jumlahnya

sedikit.

c) Kurangi mengkonsumsi makanan dan minuman yang

mangandung banyak lemak, seperti jeroan, melinjo, keju,

dan santan kelapa.

d) Kurangi mengkonsumsi makanan-makanan ringan yang

mengandung banyak garam, seperti gorengan-gorengan

serta keripik yang rasanya sangat gurih dan asin.

3) Membiasakan olahraga teratur.

Untuk pencegahan penyakit darah tinggi, pilihlah olahraga


yang kita senangi dan kuasai. Lakukanlah olahraga minimal satu

kali dalam seminggu selama 30-40 menit. Olahraga yang mudah

dan murah, diantaranya berjalan kaki, joging, lari, bersepedah,

senam, menari, dan sepak bola.

Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

Untuk yang sudah mengalami penyakit darah tinggi, pilihlah

jenis olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, joging,

bersepedah, senam pilates, yoga, dan berenang.

4) Menghindari stres.

Buatlah hari-hari menjadi menyenangkan dan

membahagiakan. Hal ini baik untuk kesehatan karena akan

memberikan efek ketenagan sehingga organ-organ pada tubuh

dapat berfungi sebagaimana fungsinya.

5) Hindari merokok.

Dalam rokok terdapat zat nikotin dan zat-zat lainnya yang

dapat meningkatkan tekanan darah tinggi. Selain itu, merokok

dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit

jantung, kanker, stroke, dan diabetes.

6) Hindari alkohol.

Mengkonsumsi alkohol dapat menimbulkan berbagai

macam penyakit, diantaranya penyakit darah tinggi, dapat

menggangu organ hati, dan dalam jangka panjang dapat

menimbulkan sirosis hati, serta penyakit-penyakit lainnya.

7) Konsumsi buah-buahan dan sayuran.


Konsumsilah buah-buahan dan sayur-sayuran yang

mengandung sumber vitamin dan mineral alami serta buah-

buahan dan sayur-sayuran yang mengandung kalium,

magnesium, kalsium karena dapat mengurangi tekanan darah

tinggi.

8) Kurangi lemak.

Kurangi makanan dan minuman yang mengadung banyak

lemak, seperti jeroan, santan kelapa, melinjo, dan susu full

cream. Gantilah makanan dan minuman yang mengandung

rendah lemak. Partikel kolesterol (LDL) jika berada dalam

jumlah yang berlebihan, akan menumpuk disepanjang dinding

pembulu darah sehingga menyebabkan timbulnya aterosklerosis

yang membuat diameter pembulu darah menyempit, lalu

menyebabkan aliran darah terganggu. Pada jangka waktu yang

panjang akan menimbulkan penyakit darah tinggi, jantung

koroner, dan lain-lain.

High density lipoprotein (HDL) yang dikenal sebagai

kolesterol baik, memiliki kemampuan untuk membersihkan

tumpukan lemak yang menempel pada dinding pembulu darah.

Oleh karena itu, kadar HDL yang tinggi memiliki efek baik bagi

jantung.

9) Kurangi gula.

Kurangi jumlah gula yang kita konsumsi karena


mengkonsumsi gula berlebih tidak baik bagi kesehatan.

Mengkonsumsi gula berlebih dapat menimbulkan penyakit

darah tinggi, kanker, diabetes, jantung, dan obesitas.

Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-

sayuran yang banyak mengandung serat serta kurangi konsumsi

gula yang sangat tinggi,baik dari jenis makanan maupun

minuman.

Gula yang baik dapat diperoleh melalui gula alami dari

buah-buahan dan sayur-sayuran. Konsumsi gula yang

direkomendasikan untuk pria per hari kurang dari 150 kalori

atau setara 9 sendok teh. Untuk wanita rekomendasi per hari

sekitar 1.000 kalori atau setara 6 sendok teh.

10) Kurangi minum yang mengandung kafein dan soda.

Kurangi minuman yang mengandung kafein, seperti kopi

dan teh. Hal itu akan menyebabkan kecanduan, gelisah, detak

jantung lebih cepat, dan meningkatkan resiko serangan jantung

dan stroke dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu,

kurangi minuman bersoda karena dalam minuman bersoda

terdapat zat penambah rasa, zat pewarna, zat tambahan asam,

zat pembentuk busa, serta zat pengawet yang tidak baik bagi

kesehatan.

11) Hindari obat-obatan yang dapat memicu terjadinya tekanan

darah tinggi.

Jika memiliki penyakit darah tinggi, kemudian terserang


penyakit seperti demam, batuk, dan influenza, sebaiknya

memilih obat-obatan yang dapat menyembuhkan demam, batuk,

dan influenza yang tidak memicu terjadinya tekanan darah

tinggi. Jika perlu konsultasikan kedokter.

k. Pengobatan.

Menurut Bustan, (2007) pengobatan hipertensi yang ideal

diharapkan mempunyai sifat-sifat seperti ini :

1) Menurunkan tekanan darah secara bertahap dan aman.

2) Mampu menurunkan darah secara multifaktoral.

3) Berkhasiat untuk semua tingkat hipertensi.

4) Melindungi organ-organ vital.

5) Mendukung pengobatan penyakit penyerta kecuali diabetes.

6) Mengurangi faktor resiko PJK dalam hal memperbaiki LVH

(left ventricle hypertropy) dan mencegah pembetukan

atherosklerosis.

7) Mengurangi frekuensi dan beratnya serangan angina.

8) Memperbaiki fungsi ginjal dan menghambat kerusakan ginjal

lebih lanjut.

9) Efek samping serendah mungkin seperti batuk, sakit kepala,

edema, rasa lelah, mual, dan muka merah.

10) Dapat membuat jantung bekerja lebih efisien.

11) Melindungi jantung terhadap resiko infrak.

12) Tidak menganggu gaya dan kualitas hidup penderita

misalnyangantuk dan batuk.


Jenis-jenis obat hipertensi dapat berupa :

1) Anti hipertensi non farmakologi.

Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint

National Committe on Detenction, Evaluation, and Treatment

of High Blood Pressure :

a) Turunkan BB pada obesitas.

b) Pembatasan konsumsi garam dapur.

c) Kurangi alkohol.

d) Menghentikan merokok.

e) Olahraga teratur.

f) Diet rendah lemak jenuh.

g) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan

buah).

2) Obat anti hipertensi.

a) Diuretik : pelancar kencing yang diharapkan mengurangi

volume input. Pemberian diuretik sudah tidak terlalu

dianjurkan sebagai langkah pertama dalam manajemen

hipertensi.

b) Penyekat Beta (B-blocker).

c) Antagonis kalsium.

d) Inhibator ACE (Anti Converting Enzyme), misalnya

Inhibace.

e) Obat anti hipertensi sentral (simpatokolitika).

f) Obat penyekat Alpha.


Vasodilator (pengendor pembulu darah)

C. Konsep Teori Musik Tradisional Kecapi Suling

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan irama. Denyut nadi

dan denyut jantung manusia pun memiliki irama khusus. Belahan otakkanan

menunjukkan aktivitas kerja ketika diperdengarkan musik. Reaksi yang

diperlihatkan otak tergantung jenis musik yang mempengaruhinya (Sari, 2005

Terapi musik tidak hanya terkait dengan bidang ilmu seperti psikologi, tetapi

juga dapat dimanfaatkan di kalangan medis dan keperawatan. Terapi musik

sekarang digunakan secara lebih komprehensif termasuk untuk mengatasi rasa

sakit, manajemen stres atau stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi

(Djohan, 2006). Para ahli menyimpulkan bahwa semua jenis musik dapat

digunakan untuk menunjang kesehatan yang di sebut juga dengan music

therapy. Diantaranya jenis musik yang bisa dijadikan musik terapi salah

satunya adalah musik Tradisional. Musik tradisional adalah music yang berasal

dari berbagai daerah. Ciri khas pada jenis musik ini terletak pada suara yang

dihasilkan oleh alat musiknya dan masing-masingsesuai bahasa dan daerahnya.

Alifia Safitri dari Universitas Muhammadyah Yogyakarta melakukan sebuah

penelitian terhadap musik tradisional dan dari penelitian tersebut ia bisa

menyimpulkan bahwa langgam jawa dapat menurunkan tekanan darah pada

pasien.

Musik adalah suara yang tertata dan teratur, mendengarkan musik

memilikipengaruh mendalam pada fisik dan mental seseorang. Mendengarkan

musik secara teratur sangat bermanfaat bagi kesehatan karena menghilangkan

stress,depresi,pikiran dan tubuh menjadi rileks sehingga tubuh kembali


bertenaga. Manfaat mendengarkan musik adalah mendapatkan stimulasi

positif, seperti lebih rileks dan memperbaiki mood. Mendengarkan musik akan

memberikan tenaga baru, mental yang segar, dan hubungsn sosial yang hangat

Selera seseorang terhadap musik tertentu akan menimbulkan efek yang

bervariasi. Dalam hal penurunan tekanan darah diduga bahwa konsentrasi

katekolamin plasma mempengaruhi pengaktifan simpatoadrenergik dan

menyebabkan terjadinya pelepasan hormon-hormon stres. Mendengarkan

musik dengan irama lambat akan mengurangi pelepasan katekolamin kedalam

pembuluh darah, sehingga konsentrasi katekolamin dalam plasma menjadi

rendah. Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung

berkurang dan tekanan darah menjadi turun (Muslim, 2009; Saing, 2007).

Musik memiliki tiga bagian penting yaitu beat,ritme, dan harmony. Beat

mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangan rohani

mempengaruhi roh. Terapi musikdominan frekuensi sedang bisa

mengendalikan respon emosional (tekanan darah,nadi,respirasi, dan suhu tubuh

)pasien dengan hipertensi primer dalam 1 sampai 5 hari intervensi. Dengan

multi modal stimulus yang dimiliki, ketika musik diterima oleh indra

pendengaran manusia, music akan merambah masuk saraf pendengaran, di

terima, diartikan oleh otak, dan apabila music itu bagus maka musik turut

mempengaruhi suaru organ di otak yang bernam sistem limbic teraktivasi maka

seseorang menjadi rileks, kondisi inilah yang memicu tekanan darah menurun.

Setelah perangsangan terjadi maka akan terlibatlah unsur emosi yang dimiliki

manusia, sehingga akan mempengaruh semua metabolisme yang ada di otak

(Sumantri, Fritz,2009). Musik berpengaruh lebih besar pada otak kanan,


ternyata juga mempengaruhiotak kiri akibat pancaran yang dilakukan oleh

Corpus Callosum dengan menyebarkan informasi dari kanan ke kiri dan

sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa music mempengaruhi kedua

belah otak .

Banyak musik yang dapat digunakan sebagai terapi untuk penyembuhan

seperti musik klasik ataupun musik tradisional, salah satunya yaitu musik

tradisional kecapi suling. Kecapi suling merupakan alat musik Sunda yang

terdapat hampir di setiap daerah di tatar Sunda. Alat musik tersebut terdiri dari

kecapi dan suling. Kecapi suling disajikan secara instrumental yang

menghasilkan alunan nada yang harmoni dan indah. Selain disajikan secara

instrumental, kecapi suling juga dapat digunakan untuk mengiringi Juru Sekar

yang melantunkan lagu secara Anggana Sekar atau Rampak Sekar. Lagu yang

disajikannya di antaranya Sinom Degung, Kaleon, Talutur dan lain.

Kacapi merupakan alat musik Sunda yang dimainkan sebagai alat musik

utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.

Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul, yang

dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi.

Kacapi Suling adalah suatu kotak resonansi yang bagian bawahnya

diberi lubang resonansi untuk memungkinkan suara keluar. Sisi-sisi jenis

kacapi ini dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai perahu. Pada masa

lalu, kacapi ini dibuat langsung dari bongkahan kayu dengan memahatnya.
BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Pengkajian kasus

Pengkajian awal dilakukan pada tanggal 16 Juni 2017 jam 10.00 WITA

di ruang Unit Stroke RSUD AW.Sjahranie dan didapatkan data-data sebagai

berikut :

Identitas klien

Pasien bernama Tn. A, umur 50 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama

Islam, pendidikan SMA, pekerjaan PMK, BB: 56 kg, status menikah, tgl

MRS 8 Juni 2017 jam 21.09 WITA, No MR: 94.23.96, alamat rumah Jl.

P.Hidayatullah gang buntu 49 Rt. 029, diagnosa medis Stroke Hemoragik (SH)

diagnosa saat pengkajian Stroke Hemoragik (SH).

B. Keluhan Utama

1. Saat masuk rumah sakit (tanggal : 8 Juni 2017 jam 21.09 WITA)

Klien masuk ke IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie karena pingsan,

kejang-kejang sejak beberapa jam sebelum masuk rumah sakit dan muntah,

pasien memiliki riwayat hipertensi, tingkat kesadaran/ compos mentis, GCS

E4 V3 M5, TD: 210/ 100 mmHg, N: 98 x/menit, RR: 27 x/ menit, S: 360c,

SPO2 : 98%, O2: 4 Lpm

2. Saat pengkajian (tgl 16 Juni 2017 jam 10.00 WITA).

Menurut keterangan keluarga dan perawat pasien belum stabil, pasien

hanya diam saja dalam mobilisasi pasien masih lemah, kepalanya masih

pusing,, mual TD: 178/ 100 mmHg, N: 80 x/ menit, RR: 26 x/ menit, S:

36.50c, SPO2 : 99% ,O2 nasal kanul 3 Lpm


3. Alasan dirawat

Klien gelisah, kejang, muntah-muntah sebelum di bawak ke rumah sakit

C. Data Khusus

1. Primary survey

a. Airway

Tidak ada sumbatan pada jalan napas yang berupa sekret/darah,

terpasang O2 nasal kanul 3Lpm.

b. Breathing

Tidak ada retraksi dinding dada, gerakan dinding dada simetris, RR: 26

x/ menit, pola nafas regular, tidak ada sianosis, SpO2 99 %, suara napas

vesikuler.

c. Circulation

Gerakan dinding dada simetris, Ictus cordis tidak terlihat, TD: 178/ 100

mmHg, Nadi : 80x/menit, tidak teraba Ictus cordis di ICS-5, suara sonor

pada lapang paru, suara napas vesikuler, RR: 26 x/menit, bunyi jantung I

dan II, tidak ada mur-mur.

2. Secondary survey

a. Brain :

Saat pengkajian kesadaran Compos Mentis, keadaan umum sedang GCS

15 (E4, V5, M6), penglihatan pasien dalam batas normal diukur dengan

ada reflek cahaya, reaksi pupil mata isokor 3 mm (kanan/kiri),

pendengaran pasien normal (kanan/kiri) tidak mengalami gangguan

pendengaran.
b. Breathing:

Tidak ada retraksi dinding dada, gerakan dinding dada simetris, RR: 26

x/menit, pola nafas regular, tidak ada sianosis, SpO2 99 %, suara napas

vesikuler.

c. Blood:

TD: 178/ 100 mmHg, Nadi : 80 x/ menit, Capilary Refil Time (CRT) <

3, akral hangat , terapi IVFD Rl 20 tpm.

d. Bladder:

Genetalia pasien bersih, BAK klien melalui katteter, warna urine kuning

jernih, jumlah output urine selama 24 jam 1700 cc. Input cairan yang

berasal dari infus dan minuman/ makanan pasien 1800 cc.

e. Bowel :

Klien tidak terpasang NGT, bising usus 8 x/ menit, pasien makanan

sehari 3 kali 1/3 porsi, pasien belum BAB sejak 3 hari yang lalu.

f. Bone :

Pergerakan dibantu keluarga/perawat, pasien tidak dapat memiringkan

tubuhnya ke kanan/kiri secara mandiri, tidak mengalami patah tulang,

ekstremitas teraba hangat, reflek tendon ada, reflek nyeri ada, tidak

terdapat dekubitus kelemahan anggota gerak kanan atas, kekuatan otot

4 5

5 5
D. Pengkajian Tambahan (Pola Fungsi Kesehatan Menurut Gordon)

1. Pola persepsi kesehatan-manajemen kesehatan.

Klien mengatakan pada saat pada sore hari tiba-tiba muntah -

muntah,gelisah,kejang, kondisi menurun tidak sadarkan diri (pingsan).

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini, tetapi 5

tahun terakhir tekanan darah turun naik. Tingkat pengetahuan

kesehatan/penyakit pasien mengatakan mengetahui penyakit yang diderita.

Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan pasien mengatakan jika merasa

pusing segera berbaring dan mengistirahatkan dirinya, tetapi jika semakin

parah beliau minum madu dan segera memeriksakan diri ke klinik atau

puskesmas. Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan klien

mengatakan tidak merokok sudah 3 tahun, tidak minum minuman yang

beralkohol, klien minum kopi apabila mengantuk dalam bekerja. Klien

mengatakan akhik-akhir ini memang kurang istirahat dan sedang ada fikiran

yang menganggu.

2. Pola metabolik-nutrisi

a. Sebelum sakit.

Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi cukup dengan lauk

pauk, sayuran, buah kadang-kadang dan makan selalu habis dan saya

minum air putih sekitar 8 gelas dalam sehari, dan minum madu setiap

pagi untuk daya tahan tubuh pasien.


b. Selama sakit.

Pasien mengatakan tidak menghabiskan porsi makan yang disediakan

dari RS kurang lebih 3-4 sendok, minumnya hanya 1000 cc/ hari, dan

sebulan yang lalu BB 5Kg.

A : TB 160 cm, BB 58 Kg, IMT 21 (normal), LILA 21 cm

B : Gula darah sewaktu 123mg/ dl, Hb 12.7 g/ dL, 35.9%

C : Pasien tampak tidak mengalami penurunan berat badan

D : Sebelum masuk RS tidak menerapkan program diet, dan setelah

masuk RS makan sesuai yang disediakan RS berupa diit rendah

garam.

3. Pola eliminasi

a. Sebelum sakit

Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dilakukan pada pagi hari dengan

konsistensi lunak warna kuning dan kadang kuning kecoklatan/

kehijauan, tidak ada masalah dalam BAB dan BAK 6-7 kali sehari

dengan warna kuning bening bau yang khas (bau air kencing pesing).

b. Saat sakit

Pasien mengatakan belum ada BAB selama 3 hari, tidak ada asites dan

BAK menggunakan kateter dengan warna kuning bening bau yang khas

(bau air kencing pesing) tidak teraba distensi kanding kemih.

4. Pola aktifitas dan latihan (olahraga)

Istri pasien mengatakan sebelum sakit keseharian pasien sebagai petugas

pemadam kebakaran. Pasien rutin berjalan kaki bersama cucunya pada pagi
hari disekitar tempat tinggalnya, keluarga juga mengatakan pasien suka

minum madu. Selama sakit pasien bedrest, keadaan umum lemah, kesadaran

composmentis dengan GCS 15 (E4, V5, M6). Dalam memenuhi

kebutuhannya, pasien dibantu oleh perawat dan istri dan anak pasien.

Sebelum sakit.

Tabel 3.1 : Pola aktifitas sebelum sakit.


Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi ditempat tidur
Berpindah
Ambulasi
Naik tangga

Saat sakit

Tabel 3.2 : Pola aktifitas saat sakit


Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi ditempat tidur
Berpindah
Ambulasi
Naik tangga

Keterangan :

0 : Mandiri

1 : Di bantu sebagian

2 : Di bantu orang lain

3 : Di bantu orang dan peralatan

4 : Ketergantungan/ tidak mandiri.


5. Pola Istirahan dan Tidur.

a. Sebelum sakit

Pasien mengatakan biasanya tidur pada malam hari pukul 22.00 malam

dan terbangun pukul 04.00-04.30 pagi dan tidur pulas.

b. Saat sakit

Pasien mengatakan tidur bisa nyenyak dan sering terbangun pada malam

hari karena lampu terang dan suasana RS. Pasien mengatakan ingin cepat

pulang biar bisa istirahat di rumah.

6. Pola Persepsi-Kognitif.

a. Sebelum sakit

Pasien mengatakan mampu berkomunikasi dengan baik dan mengerti apa

yang dibicarakan, berespon dan berorientasi dengan baik dengan orang-

orang sekitar pasien.

b. Saat sakit

Pasien tampak diam dan tersenyum saja bila diajak bicara, dan tahu

dengan orang sekitar dan pandangan jelas.

7. Pola Konsep diri-persepsi diri

a. Gambaran diri

Pasien mengatakan senang dengan semua anggota tubuh saya dan

mensyukuri apa yang telah allah berikan kepada dirinya

b. Identitas diri

Pasien mengatakan bersyukur diciptakan sebagai laki-laki dan saya

bangga pada diri saya. Pasien mempunyai 2 orang istri dan 3 orang anak
c. Peran diri

Pasien mengatakan berperan di rumah sebagai kelapa keluarga yang

mempunyai 2 orang istri dan sebagai kakek dari cucu-cucunya.

d. Ideal diri

Pasien mengatakan harapan sebagai kepala keluarga, suami yang

mempunya 2 istri dansebagai kakek yang baik dan mampu mengajari,

menemani, bermain dengan cucu-cucu saya.

e. Harga diri

Pasien mengatakan senang semua keluarga mendukung saya dan merasa

di perhatikan serta kedua istri pasien saling bergantian menunggu pasien

di rs dan klien ingin cepat sembuh serta segera beraktifitas seperti

biasanya lagi.

8. Pola hubungan-peran

a. Sebelum sakit

Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik-baik saja dan tidak

merasa dikucilkan dari keluarga serta masyarakat sekitar (tetangga).

Klien suka sekali bernyanyi bersama cucunya dan hobby mendengarkan

musik di rumah serta tempat kerja,.

b. Saat sakit

Pasien mengatakan masih bisa berhubungan dengan baik dengan

keluarga dan masyarakat disekitar malahan teman dan kerabat banyak

yang mendoakan agar cepat sembuh dan bisa kembali bekerja


9. Pola reproduksi-seksualitas

a. Sebelum sakit

Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam dirinya, klien mempunya 2

orang istri dengan tempat tinggal yang berbeda

b. Saat sakit

Pasien mengatakan tidak melakukan hubungan suami istri dikarenakan

pasien sedang sakit.

10. Pola toleransi terhadap stress-koping

a. Sebelum sakit

Pasien mengatakan kalau ada masalah selalu terbuka dengan anggota

keluarga, jika ada masalah selalu diselesaikan bersama-sama istri-istri

dan Alhamdulillah masalah selesai walaupun di sertai perbedaan

pendapat antara satu dengan yang lainnya. Pasien suka mendengarkan

music dan bernyanyi apabila dirinya merasa bosan dalam pekerjaan dan

menghadapi masalah

b. Saat sakit

Pasien mengatakan masih bisa terbuka dengan keluarga dan kedua

istrinya dan setiap masalah insya Allah ada solusinya.

11. Pola keyakinan-nilai

a. Sebelum sakit

Pasien mengatakan beragama Islam sholat rutin 5 waktu dan dilakukan

dirumah atau di tempat kerja


b. Saat sakit

Pasien mengatakan tidak pernah sholat dikarenakan saya sakit susah

untuk bergerak kalau tidak dibantu. Pasien hanya melakukan zikir di

dalam hati dan Sejauh ini pasien tetap berusaha serta berdoa meminta

kesembuhan untuk kesehatannya.dan dapat kembali bersama keluarganya

E. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

1. Kepala

Bentuk masochepal, tidak ada lessi, tidak ada benjolan, tidak terdapat

ketombe, rambut hitam dan disertai uban, distribusi rambut merata dan

pendek.

2. Mata

Mata kiri kanan simetris, pupil bereaksi terhadap cahaya +/+, konjugtiva

tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada edem pada kelopak

mata.Penglihatan pasien masih bagus dan tidak menggunakan alat bantu

penglihatan

3. Hidung

Simetris kiri kanan, pasien bernapas spontan, terpasang nasal kanul O2 3

lpm, pasien tidak terpasang NGT.

4. Mulut

Mukosa bibir lembab, rongga mulut lembab, lidah basah , terdapat beberapa

gigi yang berlubang di kedua graham bawah.

5. Telinga

Bentuk dan posisi simetris, daun telinga lentur, tidak ada menggunakan alat

bantu dan telinga pasien tampak bersih.


6. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak teraba pembesaran

kelenjar tyroid.

7. Dada

Bentuk dada normal gerakan simetris, postur normal, tidak ada retraksi

dinding dada, tidak terdapat lesi, tidakada pembengkakan atau penonjolan,

Ictus kordis tidak terlihat, suara sonor pada lapang paru, suara napas

vesikuler, RR: 26 x/ menit, tidak ada nyeri pada tulang dada.

8. Abdomen

Abdomen tampak datar, tidak ada lesi, bising usus 8 x/ menit, tidak terdapat

asites, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan dan tidak

ada distensi abdomen

9. Genetalia

Terpasang kateter dengan urin tampung 100 cc, warna kuning bau yang

khas (bau air kencing pesing) tidak ada edem, cukup bersih.

10. Integumen

Kulit lembab, hangat, terdapat bekas luka sobek di tangan kiri bekas

tertusuk benda tajam pada saat melakukan pertolongan pada bencana

kebakaran 3 tahun yang lalu.

11. Ekstremitas

Tidak ada oedem pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah, kekuatan

otot 4 5

5 5
12. Neurologi

Tingkat kesadaran : compos mentis, GCS 15 ( E4, V5, M6)

Fungsi 12 saraf Kranial :

a. Saraf Kranial I (Olfaktorius)

Lubang hidung tidak terdapat secret, pasien dapat membedakan 2 bau

yang berbeda (minyak kayu putih dan jeruk) pada kedua lubang hidung.

b. Saraf Kranial II (Optik)

Pasien mampu menghitung jari dengan jarak 50 cm,dapat berkontraksi

dan memahami pertanyaan

c. Saraf Kranial III, IV, VI (Okulomotor, Troklearis, Abdusen)

Reflek pupil +/+, reflek cahaya +/+, pasien mampu melihat jari tanpa

menengok ke kanan dan ke kiri.

d. Saraf Kranial V (Trigeminus)

Pasien dapat merasakan sentuhan dan mampu mengunyah dan menelan

dengan baik, dan tidak ada nyeri dalam menelan.

e. Saraf Kranial VII (Fasialis)

Pasien dapat mengerutkan alis, mengangkat dahi, memejamkan mata,

pasien dapat menunjukkan gigi dan menggembungkan pipi, pasien diam

dan tersenyum saat di ajak berbicara.

f. Saraf Kranial VIII (Vestibulokoklearis)

Pasien dapat mendengarkan suara jari dengan baik pada kedua telinga,

stapping test, rinne, dan weber serta passing poin tidak dilakukan

g. Saraf Kranial IX-X (Glosofaringeus, Vagus)

Pasien mampu menelan, ovula berada ditengah.


h. Saraf Kranial XI (Aksesorius)

Pasien dapat menoleh melawan tahanan. Tidak ada atropi otot

i. Saraf Kranial XII (Hipoglossus)

j. Pasien mampu mendorong pipi dengan lidah

Babinski Sign : Negatif

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Hasil Laboratorium

Tanggal 8 Juni 2017 : Pemeriksaan Laboratorium


Tabel 3.3 : Pemeriksaan laboratorium
No Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal
1. Leukosit *16.31 10^3/uL 4.80-10.80
2. Eritrosit 4.70-6.10
3. Hemoglobin 3.96 10^6/uL 14.0-18.0
4. Hematocrit *12.7 g/ dL 37.0-54.0
5. MCV 36.6 % 81.0-99.0
6. MCH 92.4 fL 27.0-31.0
7. MCHC *32.1 pg 33.0-37.0
8. PLT 34.7 g/dL 150-450
9. RDW-SD 212 10^3/uL 35.0-47.0
10. RDW-CV 44.7 fL 11.5-14.5
11. PDW 11.8 % 9.0-13.0
12. MPV *16.2 fL 7.2-11.1
13. P-LCR 9.7 fL 15-25
14. PCT 25 % 0.15-0.40
15. Neotrofil 0.21 % 1.5-7.0
16. Neorofil% *12.3 10^3/uL 40-74
17. limfosit# *75 % 1.00-3.70
18. Limfosit % 1.84 10^3/uL 19-48
19. Monosit# 11 % 0.16-1.00
20. Monosit% 1.94 10^3/uL 3-9
21. Eosinofil # *12 % 0.00-0.80
22. Eosinofil % 0.13 10^3/uL 0-7
23 Basofil# 1 % 0.0-0.2
24 Basofil% 0.1 10^3/uL 0-1<10
25 Laju endap darah 1 % 70-115
26 Glukosa Sewaktu *52 Mm/jammg/ dL
27 HbAIc *123 % 4.5-6.5
28 Bilirubin Total *4.7 mg/ dL 0.1-1.2
29 Bilirubin Direct *0.7 mg/ dL <=0.2
30 Bilirubin Indirect 0.2 mg/ dL 0.0-0.8
31 Total Protein *0.5 g/ dL 6.6-8.8
32 Albumin *7.7 g/ dL 3.5-5.2
33 Globulin *3.9 g/ dL 2.3-3.5
34 Cholesterol 3.8 mg/ dL < 200
35 Trigliserida *206 mg/ dL < 200
36 HDL Cholesterol 77 mg/ dL >35
37 LDL Cholesterol 40 mg/ dL < 160
38 Asam Urat *150 mg/ dL 2.6-6.0
39 Ureum *6.2 mg/ dL 17.0-43.0
40 Creatinin *20.8 mg/ dL 0.6-1.1
41 SGOT 0.5 U/ L < 31
42 SGPT 12 U/ L < 31
43 Ab HIV 8
44 HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
<0.90

Tanggal 15 Juni 2017 : Pemeriksaan Laboratorium


Tabel 3.3 : Pemeriksaan laboratorium
No Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal
1. Leukosit *16.31 10^3/uL 4.80-10.80
2. Eritrosit 3.96 10^6/uL 4.70-6.10
3. Hemoglobin 12.7 g/ dL 14.0-18.0
4. Hematocrit 36.6 % 37.0-54.0
5. MCV 92.4 fL 81.0-99.0
6. MCH *32.1 pg 27.0-31.0
7. MCHC 34.7 g/dL 33.0-37.0
8. PLT 212 10^3/uL 150-450
9. RDW-SD 44.7 fL 35.0-47.0
10. RDW-CV 11.8 % 11.5-14.5
11. PDW *16.2 fL 9.0-13.0
12. MPV 9.7 fL 7.2-11.1
13. P-LCR 25 % 15-25
14. PCT 0.21 % 0.15-0.40
15. Neotrofil *12.3 10^3/uL 1.5-7.0
16. Neorofil% *75 % 40-74
17. limfosit# 1.84 10^3/uL 1.00-3.70
18. Limfosit % *11 % 19-48
19. Monosit# 1.94 10^3/uL 0.16-1.00
20. Monosit% *12 % 3-9
21. Eosinofil # *0.13 10^3/uL 0.00-0.80
22. Eosinofil % 1 % 0-7
23 Basofil# 0.1 10^3/uL 0.0-0.2
24 Basofil% 1 % 0-1
25. Laju endap darah *52 Mm/jam <10

2. Hasil CT-Scan

Tanggal 9 Juni 2017: Pemeriksaan CT- Scan kepala tanpa kontras irisan

axial dengan hasil sebagai berikut :

a. Sinus paranalisis normal

b. Saat ini tidak tanpak gambaran lesi hyperdense di sub arachnoid (-)V

Perdarahan Sub

c. Sistem ventrikel dilatasi (+)


d. Tidak tampak midline shift

e. Mengesankan Slight Hydrocephalus non comminucating

f. Ppns,medulla oblongata serta cerebellum dalam batas norma

g. Calcifikasi pineal body

Kesan :

- Tak tampak perdarahan maupun infark intracerebri/ cerebelli pada CT

Scan kepala saat ini

3. Hasil foto Thorax

Tanggal 9 Juni 2017 : Pemeriksaan Foto Thorax

Kesan: dalam batas normal

4. Hasil EKG

Tanggal 8 juni 2017: Pemeriksaan EKG

Kesan: gambaran dalam batas normal

5. Terapi Medis

a. Infus RL 20 tpm

b. Injeksi : Ceftriaxon 2x1 gr

Ranitidin 2x1 amp

Omz 2x40

Santagesik 3x1 amp

c. Syring Pump perdipin 0,5 meg rate 10,5 cc/jam ( targen TD 160/90)

d. Obat makan : Sucralfar syrup 3x1

Flunalizine 2x5 mg

Amlodipin 1 x 10 mg

CPG 1 x 75 mg
G. Analisa Data

Tabel 3.4 :Analisa Data


No Data Etiologi Problem
1. DS : Resiko
- Menurut keterangan keluarga pasien ketidakefektifan
pingsan tiba-tiba dirumah perpusi jaringan
- Menurut keterangan keluarga pasien otak dengan
muntah-muntah sebelum pingsan faktor resiko
- Menurut keterangan keluarga pasien Hipertensi
kejang kejang dirumah
- Menurut keterangan keluarga pasien
gelisah

DO :
- Pasien tampak lemah
- Pasien diam saja dan tersenyum saat
ditanya
- GCS : E4 V5 M6
- TD : 178/ 100 mmHg
- RR : 26 x/ menit
- N : 80 x/ menit
- S : 36,50c
- Saturasi O2 : 99%

2. DS : Gangguan Hambatan
- Menurut keterangan keluarga pasien fisiologis komunikasi
berbicara agak pelo (penurunan verbal
- Menurut keterangan keluarga pasien sirkulasi ke
kadang-kadang hanya menggunakan otak).
isyarat saja saat berkomunikasi.

DO :
- Pasien tampak lemah.
- Pasien diam dan tersenyum saja saat
diajak bicara.
- Pasien tampak tenang
- Apasia score

3. DS : Penurunan Hambatan
- Menurut keterangan keluarga Kekuatan mobilitas fisik
aktivitas pasien dibantu keluarga. Otot
- Menurut keterangan keluarga tangan
kanan pasien lemah da nyeri bila
digerakkan.
DO :
- Pasien tampak lemah
- Aktivitas pasien dibantu keluarga/
perawat
- kekuatan otot 4 5

5 5
- Terpasang infus Rl: 20 Tpm pada
tangan kiri

4. DS : Risiko
- Pasien mengatakan gatal bagian kerusakan
punggung integritas kulit
- Pasien mengatakan selama di rs tidak dengan faktor
mandi dan hanya di seka dengan resikogangguan
istrinya sirkulasi

DO :
- Pasien menggaruk punggungnya
- Tampak kemerahan pada punggung

H. Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1. Resiko ketidakefektifan perpusi jaringan otak dengan faktor resiko

Hipertensi

2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fisiologi.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.

4. Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor resiko gangguan sirkulasi.


I. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.5 : Intervensi Keperawatan


No Diagnosa
Keperawatan NOC & Indikator NIC & Aktivitas
(NANDA)
1. Resiko Perfusi jaringan : Pencegahan kejang (2690)
ketidakefektifan Cerebral (0406) 1.1 Jaga alat suction
perpusi jaringan Setelah dilakukan tindakan berada di sisi tempat tidur
otak denganfaktor keperawatan selama 3 x 14 1.2 Jaga ambu bag berada disisi
resiko Hipertensi jam masalah keperawatan tempat tidur
(00201) Resiko ketidak efektifan 1.3 Jaga jalan napas oral atau
berhubungan perfusi jaringan otak nasoparingeal berada disisi
dengan hipertensi teratasi dengan kriteria tempat tidur
hasil : 1.4 Sedia tempat ti yang rendah
Tekanan intracranial (5) dengan tepat
Tekanan darah (5)
MAP (5) Monitor Neurologi (2620)
1.5 Pantau ukuran pupil, bentuk
Indikator : kesimetrisan dan reaktifitas
1.6 Monitor tingkat kesadaran
1 = Deviasi berat dari 1.7 Monitor kecenderungan
kisaran normal GCS.
2 = Deviasi cukup berat 1.8 Monitor TTV : TD, N, RR,
dari kisaran normal S.
3 = Deviasi sedang dari 1.9 Monitor status pernapasan :
kisaran normal nilai ABG, tingkat
4 = Deviasi ringan dari oksimetri, kedalaman, pola,
kisaran normal laju/ tingkat dan usaha
5 = Tidak ada Deviasi dari (bernafas).
kisaran normal 1.10 Monitor refleks batuk dan
muntah.
1.11 Monitor kekuatan pegangan.
1.12 Monitor terhadap adanya
tremor.
1.13 Monitor kesimetrisan wajah.
1.14 Catat keluhan sakit kepala.
Sakit kepala (5) 1.15 Monitor respon babinski.
Karotis bruit (5)
Gelisah (5) Pengaturan Hemodinamik
Agitasi (5) (4150).
Muntah (5) 1.16 Lakukan penilaian
Cegukan (5) komprehensif terhadap
Sinkop (5) atatus hemodinamik (yaitu
Demam (5) memeriksa TD, N, RR, S)
Kelemahan (5) dengan tepat.
1.17 Kurangi kecemasan dengan
Indikator : memberikan informasi yang
akurat dan perbaiki setiap
1 = Berat kesalahpahaman.
2 = Cukup berat 1.18 Arahkan pasien dan
3 = Sedang keluarga mengenai
4 = Ringan pemantauan hemodinamik
5 = Tidak ada (misalnya, obat-obatan,
terapi, tujuan peralatan).
Status Neurologi (0909) 1.19 Jelaskan tujuan perawatan
dan begaimana kemajuan
Kesadaran (5)
Fungsi sensorik dan akan diukur.
motorik (5) 1.20 Tentukan status perfusi
Ukuran pupil (5) (yaitu, apakah pasien terasa
Reaksi pupil (5) dingin, suam-suam kuku
Orientasi kognitif (5) atau hangat).
Status kognitif (5) 1.21 Tinggikan kepala tempat
Aktifitas kejang (5) tidur.
1.22 Pasang kateter urin.
Indikator :
1 = Sangat terganggu
2 = Banyak terganggu
3 = Cukup terganggu
4 = Seikit terganggu
5 = Tidak terganggu

2. Hambatan Komunikasi (1902) Peningkatan Komunikasi :


komunikasi verbal Kurang Bicara ( 4976)
(00051) Setelah dilakukan tindakan 2.1 Monitor kecepatan bicara,
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 tekanan, kecepatan,
dengan gangguan jam diharapkan masalah kuantitas, volume, dan diksi.
fisiologis hambatan komunikasi 2.2. Monitor pasien terkait
(penurunan verbal teratasi dengan dengan perasaan frustasi,
sirkulasi ke otak). kriteria hasil : kemarahan,depresi, atau
Menggunakan bahasa respon-respon lain
yang tertulis (5) disebabkan karena adanya
Menggunakan bahasa gangguan kemampuan
lisan : vocal (5) berbicara.
Menggunakan bahasa 2.3. Kenali emosi dan perilaku
lisan : esofagus (5) fisik (pasien), sebagai
bentuk komunikasi
Kejelasan bicara (5)
(mereka).
Menggunakan bahasa
2.4. Sediakan metode alternatif
isyarat (5)
untuk berkomunikasi
Menggunakan bahasa non dengan berbicara (misalnya,
verbal menulis dimeja,
Mengarahkan pesan pada menggunakan kartu,
penerima yang tepat (5) kedipan mata, papan
komunikasi dengan gambar
dan huruf, tanda dengan
Indikator : tangan atau postur)
1 = Sangat terganggu 2.5. Sesuaikan gaya komunikasi
2 = Banyak terganggu untuk memenuhi kebutuhan
3 = Cukup terganggu pasien (misalnya,berdiri di
4 = Sedikit terganggu depan pasien saat berbicara,
5 = Tidak terganggu mendengarkan dengan
penuh perhatian,
menyampaikan satu ide atau
pemikiran pada satu waktu,
bicara pelan untuk
menghindari berteriak,
gunakan komunikasi
tertulis, atau bantuan
keluarga dalam memahami
pembicaraan pasien).
2.6. Ulangi apa yang
disampaikan pasien untuk
menjamin akurasi.
2.7. Instruksikan pasien untuk
bicara pelan.
2.8. Ungkapkan pertanyaan
dimana pasien dapat
menjawab dengan
menggunakan jawaban
sederhana ya atau tidak
2.9. Ijinkan pasien untuk sering
mendengar suara
pembicaraan, dengan cara
yang tepat.
2.10. Gunakan penterjemah, jika
diperlukan.

3. Hambatan Pergerakan (0208) Peningkatan Mekanika Tubuh


mobilitas fisik (0140) :
(00085) Setelah dilakukan tindakan 3.1 Kaji komitmen pasien untuk
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 belajar dan menggunakan
dengan penurunan jam diharapkan masalah postur (tubuh) yang benar
kekuatan otot hambatan mobilitas fisik 3.2 Kolaborasikan dengan
teratasi dengan 78riteria fisioterapi dalam
hasil : mengembangkan
Keseimbangan (5) peningkatan mekanika
Koordinasi (5) tubuh, sesuai indikasi
Cara berjalan (5) 3.3 Kaji pemahaman pasien
mengenai mekanika tubuh
Gerakan otot (5)
dan latuhan (misalnya,
Gerakan sendi (5)
mendemonstrasikan kembali
Kinerja pengaturan tubuh teknik melakukan aktivitas/
(5) latihan yang benar)
Kinerja tranfer (5) 3.4 Instruksikan untuk
Berlari (5) menghindari tidur dengan
Melompat (5) posisi telungkup
Merangkak (5) 3.5 Bantu untuk
Berjalan (5) mendemonstrasikan posisi
Bergerak dengan mudah tidur yang tepat
(5) 3.6 Instruksikan pasien untuk
menggerakkan kaki terlebih
dahulu kemudian badan
ketika memulai berjalan dari
Indikator : posisi berdiri
1 = Sangat terganggu 3.7 Bantu pasien/ keluarga
2 = Banyak terganggu untuk mengidentifikasi
3 = Cukup terganggu latihan postur (tubuh) yang
4 = Sedikit terganggu sesuai
5 = Tidak terganggu 3.8 Edukasi pasien/ keluarga
tentang frekuensi dan
jumlah pengulangan dari
setiap latihan
3.9 Monitor perbaikan portur
(tubuh)/ mekanika tubuh
pasien
3.10 Berikan informasi tentang
kemungkinan posisi
penyebab nyeri otot atau
sendi.
4. Risiko kerusakan Integritas jaringan: kulit Pengecekan kulit (3590)
integritas kulit & membran mukosa 4.1 Observasi bagian
(00047) dengan (1101) ekstremitas untuk warna,
faktor resiko suhu, pulse, tekstur, edem
gangguan sirkulasi Setelah dilakukan tindakan dan ulserasi
keperawatan dalam waktu 3 4.2 Monitor area kulit tentang
x 24 jam kerusakan kemerahan
integritas kulit tidak terjadi 4.3 Monitor adanya penekanan.
dengan kriteria hasil : 4.4 Inspeksi kulit dan
Eritema (5) membrane mukosa
Lesi pada kulit (5) 4.5 Monitor temperature kulit
Pengelupasan kulit (5) 4.6 Catat perubahan kulit atau
membrane mukosa.
Lesi mukosa membrane
(5).

Perawatan kulit: Pengobatan


topikal (3584)
Indikator :
4.7 Bersihkan dengan sabun
anti bakteri
1 = Berat 4.8 Pakaikan popok yang
2 = Cukup berat longgar dengan tepat
3 = Sedang 4.9 Jaga kasur tetap bersih,
4 = Ringan kering dan nyaman
5 = Tidak ada 4.10 Berikan anti biotik topikal
untuk daerah yang terkena
4.11 Berikan anti inflamasi
topikal untuk daerah yang
terkena
4.12 Berikan bedak kering
kedalam lipatan kulit
4.13 Periksa kulit setiap hari
4.14 Dokumentasikan derajat
kerusakan kulit
J. Implementasi Keperawatan

Hari I : Tanggal 16 juni 2017

Tabel 3.6 : Implementasi keperawatan hari I


No. Tgl/ Jam Implementasi/ Evaluasi Ttd
DX
1. Jumat 1.4. Menyediakan tempat tidur yang rendah dengan tepat.
16 Juni 2017 (Evaluasi : pasien tidur ditempat tidur yang tersedia
10.00 di RS).

1.6. Memonitor tingkat kesadaran


(Evaluasi : Kesadaran Pasien Compos Mentis)

1.7. Memonitor kecenderungan GCS.


(Evaluasi : GCS Pasien 15 (E4 V5 M6).

1.8. Memonitor TTV : TD, N, RR, S.


(Evaluasi : TD 178/ 100 mmHg, RR 26x/ menit,
Nadi 80x/ menit, Suhu 36,50c pada pasien).

1.9. Memonitor status pernapasan : nilai ABG, tingkat


oksimetri, kedalaman, pola, laju/ tingkat dan usaha
(bernafas).
(Evaluasi : tingkat oksimetri SpO2 : 99% posisi
elevasi kepala pasien 300, pasien bernapas spontan).

1.10. Memonitor refleks batuk dan muntah.


(Evaluasi : pasien batuk (-), muntah (-))

1.12. Memonitor terhadap adanya tremor.


(Evaluasi : pasien tidak ada tremor).

1.13. Memonitor kesimetrisan wajah.


(Evaluasi : Wajah pasien simetris kiri kanan)

1.14. Mencatat keluhan sakit kepala.


13.00
(Evaluasi : pasien mengatakan pusing).

1.17. Mengurangi kecemasan klien dengan memberikan


informasi yang akurat dan perbaiki setiap
kesalahpahaman.
(Evaluasi : pasien tampak bingung).

1.18. Mengarahkan pasien dan keluarganya mengenai


pemantauan hemodinamik (misalnya, mendengarkan
terapi music tradusional kecapi suling sunda).
(Evaluasi : pasien dan keluarga berespon dengan
baik).

1.16. Melakukan penilaian komprehensif terhadap atatus


hemodinamik (yaitu memeriksa TD, N, RR, S)
dengan tepat.

(Evaluasi : TD 160/ 100 mmHg, RR 26x/ menit,


Nadi 80x/ menit, Suhu 370c pada pasien).

1.19. Menjelaskan tujuan perawatan dan bagaimana


kemajuan akan diukur.
(Evaluasi : Pasien tampak bingung).

1.20. Menentukan status perfusi ( yaitu, apakah pasien


terasa dingin, suam-suam kuku atau hangat).
(Evaluasi : Tubuh pasien hangat,ekstremitas hangat)

1.21. Meninggikan kepala tempat tidur.

(Evaluasi : pada posisi elevasi kepala 300 selama 60


menit, SpO2 : 98%

1.22. Pasang kateter urin.


(Evaluasi : Pasien terpasang kateter)

2 Jumat 2.1. Memonitor kecepatan bicara, tekanan, kecepatan,


16 Juni 2017 kuantitas, volume, dan diksi.
11.00 (Evaluasi : Pasien hanya diam saja dan tersenyum
saat diajak bicara).

2.2. Memonitor pasien terkait dengan perasaan frustasi,


kemarahan,depresi, atau respon-respon lain
disebabkan karena adanya gangguan kemampuan
berbicara.
(Evaluasi : Pasien tampak bingung).

2.3. Mengenali emosi dan perilaku fisik (pasien),


sebagai bentuk komunikasi (mereka).
(Evaluasi : Pasien dan keluarga berkomunikasi
biasa menggunakan bahasa indonesia, kadang-
kadang bahasa daerah).

2.4. Menyesuaikan gaya komunikasi untuk memenuhi


kebutuhan pasien (berdiri di depan pasien saat
berbicara, mendengarkan dengan penuh perhatian,
menyampaikan satu ide atau pemikiran pada satu
waktu, bicara pelan untuk menghindari berteriak,
bantuan keluarga dalam memahami pembicaraan
pasien).
(Evaluasi : Perawat berada disamping tempat tidur,
berbicara pelan, pasien mendengarkan dengan
penuh perhatian.

2.5. Mengulangi apa yang disampaikan pasien untuk


menjamin akurasi.
(Evaluasi : Perawat mengulangi apa yang
disampaikan pasien).

2.6. Menginstruksikan pasien untuk bicara pelan.


(Evaluasi : Pasien berusaha untuk bicara pelan).

2.7. Mengungkapkan pertanyaan dimana pasien dapat


menjawab dengan menggunakan jawaban sederhana
ya atau tidak.
(Evaluasi : Perawat memberikan pertanyaan (sudah
makan bapak), Pasien menjawab ya dengan cara
menganggukkan kepala).

2.8. Mengijinkan pasien untuk sering mendengar suara


pembicaraan, dengan cara yang tepat.
(Evaluasi : Pasien mendengar suara pembicara).

3. Jumat 3.1 Mengkaji komitmen pasien untuk belajar dan


16 Juni 2017 menggunakan postur (tubuh) yang benar.
11.30 (Evaluasi : pasien melatih gerakkan kaki dan
tangan).

3.3. Mengkaji pemahaman pasien mengenai mekanika


tubuh dan latihan (misalnya, mendemonstrasikan
kembali teknik melakukan aktivitas/ latihan yang
benar)
(Evaluasi : Pasien merespon saat di ajarkan latihan
gerakkan kaki dan tangan)

3.4. Menginstruksikan untuk menghindari tidur dengan


posisi telungkup
(Evaluasi : Pasien tidur dengan posisi terlentang).

3.5. Membantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur


yang tepat.
(Evaluasi : pasien berespon dengan baik).

3.6. Menginstruksikan pasien untuk menggerakkan kaki


terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai
berjalan dari posisi berdiri
(Evaluasi : pasien berespon dengan baik).

3.7. Membantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi


latihan postur (tubuh) yang sesuai.
(Evaluasi : Keluarga pasien senang pasien diajarkan
latihan gerakan tubuh yang sesuai).

3.9. Memonitor perbaikan portur (tubuh) atau mekanika


tubuh pasien.
(Evaluasi : Pasien berespon dengan baik).

3.10. Memberikan informasi tentang kemungkinan posisi


penyebab nyeri otot atau sendi.
(Evaluasi : Pasien dan keluarga pasien berespon
dengan baik).

4 Jumat 4.1. Mengobservasi bagian ekstremitas pasien untuk


16 Juni 2017 warna, suhu, pulse, tekstur, edem dan ulserasi.
12.00 (Evaluasi : Pasien berespon dnegan baik).

4.2. Memonitor area kulit tentang kemerahan.

(Evaluasi : Tampak merah pada punggung pasien).

4.3. Memonitor adanya penekanan.

(Evaluasi : Pasien berbaring lama).

4.5. Memonitor temperature kulit.


(Evaluasi : temperatur kulit pasian hangat).

4.9. Menjaga kasur tetap bersih, kering dan nyaman.


(Evaluasi : Kasus pasien bersih dan kering).

4.12. Memberikan bedak kering kedalam lipatan kulit


(Evaluasi : Membersihkan kulit dengan
menggunakan tisu basah) dan memberikan baby
oil/minyak Ziatun).

Hari II : Tanggal 17 juni 2017

Tabel 3.7 : Implementasi keperawatan hari II


No. Tgl/ Jam Implementasi/ Evaluasi Ttd
DX
1. Sabtu 1.6. Memonitor tingkat kesadaran
17 Juni 2017 (Evaluasi : Kesadaran Pasien Compos Mentis)
11.00

1.7. Memonitor kecenderungan GCS.


(Evaluasi : GCS Pasien 15 (E4 V5 M6).

1.8. Memonitor TTV : TD, N, RR, S.


(Evaluasi : TD 170/ 90 mmHg, RR 20x/ menit, Nadi
80x/ menit, Suhu 36,50c pada pasien tidak
menggunakan o2 dan pindah kamar 3 ).

1.9. Memonitor status pernapasan : nilai ABG, tingkat


oksimetri, kedalaman, pola, laju/ tingkat dan usaha
(bernafas).
(Evaluasi : tingkat oksimetri SpO2 : 98% posisi
elevasi kepala pasien 300, pasien bernapas spontan).

1.14. Mencatat keluhan sakit kepala.


(Evaluasi : pasien mengatakan pusing).
12.30

1.17. Mengurangi kecemasan pasien dengan memberikan


informasi yang akurat dan perbaiki setiap
kesalahpahaman.
(Evaluasi : pasien tenang dan tanpak rileks).

1.19. Menjelaskan kepada pasien tujuan perawatan dan


bagaimana kemajuan akan diukur.
(Evaluasi : mendengarkan pasien dengan terapi
musik tradisional kecapi suling sunda. Pasien
mengatakan senang sekali dengan musiknya dan
minta dikirimkan ke Hp pasien).

1.16. Melakukan penilaian komprehensif terhadap status


hemodinamik (yaitu memeriksa TD, N, RR, S)
dengan tepat.

(Evaluasi : TD 160/ 90 mmHg, RR 20x/ menit, Nadi


80x/ menit, Suhu 36,50c pada pasien).

1.20. Menentukan status perfusi (yaitu, apakah pasien


terasa dingin, suam-suam kuku atau hangat).
(Evaluasi : Tubuh pasien hangat)

1.21. Tinggikan kepala tempat tidur.

(Evaluasi : pada posisi elevasi kepala 300 selama 60


menit, SpO2 : 98%

2. Sabtu 2.1 Memonitor kecepatan bicara, tekanan, kecepatan,


17 Juni 2017 kuantitas, volume, dan diksi.
11.00
(Evaluasi : Pasien sudah bisa bicara walaupun
dengan suara yang pelan).

2.2 Memonitor pasien terkait dengan perasaan frustasi,


kemarahan,depresi, atau respon-respon lain
disebabkan karena adanya gangguan kemampuan
berbicara.
(Evaluasi : . Pasien tampak rikeks).

2.6. MengInstruksikan pasien untuk bicara pelan.


(Evaluasi : Pasien berusaha untuk bicara pelan).
2.8. Mengijinkan pasien untuk sering mendengar suara
pembicaraan, dengan cara yang tepat.
(Evaluasi : Pasien mendengar suara pembicara).

3. Sabtu 3.1. Mengkaji komitmen pasien untuk belajar dan


17 Juni 2017 menggunakan postur (tubuh) yang benar.
11.30 (Evaluasi : pasien melatih gerakkan kaki dan
tangan).

3.4. Menginstruksikan untuk menghindari tidur dengan


posisi telungkup
(Evaluasi : Pasien tidur dengan posisi terlentang, dan
dapat merubah posisi miring kanan dan miring kiri).

3.5. Membantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur


yang tepat.
(Evaluasi : pasien berespon dengan baik).

3.7. Membantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi


latihan postur (tubuh) yang sesuai.
(Evaluasi : Keluarga pasien senang pasien diajarkan
latihan gerakan tubuh yang sesuai).

4. Sabtu 4.2. Memonitor area kulit tentang kemerahan. .


17 Juni 2017
12.00 (Evaluasi : merah (+) pada punggung pasien ).

4.5. Memonitor temperature kulit.


(Evaluasi : temperatur kulit pasian hangat).

4.12. Memberikan bedak kering kedalam lipatan kulit


(Evaluasi : Membersihkan kulit dengan
menggunakan tisu basah dan memberikan baby
oil/minyak Ziatun).
Hari III : Tanggal 18 juni 2017

Tabel 3.8 : Implementasi keperawatan Hari III


No. Tgl/ Jam Implementasi Ttd
DX
1. Minggu 1.8. Monitor TTV : TD, N, RR, S.
18 Juni 2017 (Evaluasi : TD 167/ 95 mmHg, RR 18x/ menit, Nadi
11.00 78x/ menit, Suhu 36,50c pada pasien).

1.9. Monitor status pernapasan : nilai ABG, tingkat


oksimetri, kedalaman, pola, laju/ tingkat dan usaha
(bernafas).
(Evaluasi : tingkat oksimetri SpO2 : 99% posisi
elevasi kepala pasien 300, pasien bernapas spontan).

1.14. Catat keluhan sakit kepala.


(Evaluasi : pasien mengatakan pusing kadang-
kadang).

1.16. Lakukan penilaian komprehensif terhadap status


hemodinamik (yaitu memeriksa TD, N, RR, S)
12.30 dengan tepat.

(Evaluasi : TD 167/ 85 mmHg, RR 18x/ menit, Nadi


76x/ menit, Suhu 36,40c pada pasien).

1.19. Jelaskan tujuan perawatan dan bagaimana kemajuan


13.00 akan diukur.
(Evaluasi : mendengarkan pasien dengan terapi
music tradisiuonal kecapi suling sunda, dan pasien
mengatakan suka sekali mendengarkan terapi music
kecapi suling sunda).

1.21. Tinggikan kepala tempat tidur.

(Evaluasi : pada posisi elevasi kepala 300 sel SpO2 :


99%)

1.16. Lakukan penilaian komprehensif terhadap atatus


hemodinamik (yaitu memeriksa TD, N, RR, S)
dengan tepat.

(Evaluasi : TD 150/ 82 mmHg, RR 18x/ menit, Nadi


78x/ menit, Suhu 36,30c pada pasien).

4. Minggu 4.2. Memonitor area kulit tentang kemerahan. .


18 juni 2017
12.00 (Evaluasi : merah (-) pada punggung pasien ).

4.5. Memonitor temperature kulit.


(Evaluasi : temperatur kulit pasian hangat).

4.12. Memberikan bedak kering kedalam lipatan kulit


(Evaluasi : Membersihkan kulit dengan
menggunakan tisu basah dan memberikan baby
oil/minyak Ziatun).

K. Evaluasi

Hari I : Tanggal 16 juni 2017

Tabel 3.9 : Evaluasi Hari I


No.
Tgl/ Jam Catatan Perkembangan (SOAP)
DX
1. Jumat S:
16 juni 2017 - Menurut keterangan keluarga pasien pingsan tiba-tiba
11.00 dirumah
- Menurut keterangan keluarga pasien muntah-muntah
pingsan
- Menurut keterangan keluarga pasien kejang dirumah
- Menurut keterangan keluarga pasien menderita penyakit
hipertensi dari 5 tahun yang lalu

O:
- Pasien tampak lemah
- Pasien diam dan tersenyum saat ditanya
- Airway bebas
- TD : 160/ 100 mmHg
- RR : 26 x/ menit
- N : 80 x/ menit
- S : 37,50c
- GCS : E4 V5 M6
- Saturasi O2 : 96% - 99%
- Terpasang o2 nasal kanu 3 lpm
- Ivfd RL. 20 tpm
- Sp. Perdiphine 0,5 meg/kg BB/jam

A : Masalah Perfusi Jaringan Cerebral Tidak efektif belum


teratasi.

P : Lanjutan Intervensi 1.4, 1.6, 1.7, 1.8, 1.9, 1.10, 1.12, 1.13,
1.14, 1.16, 1.17, 1.18, 1.19, 1.20, 1.21, 1.22.

2. Jumat S:
16 juni 2017 - Menurut keterangan keluarga pasien berbicara agak pelo
11.00 - Menurut keterangan keluarga pasien kadang-kadang
hanya menggunakan isyarat saja saat berkomunikasi.

DO :
- Pasien tampak lemah.
- Pasien diam dan tersenyum saja saat diajak bicara.
- Pasien tampak tenang
A : Masalah Hambatan komunikasi verbal belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 2.1, 2.2, 2.5, 2.6, 2.8, 2.9.

3. Jumat S:
16 juni 2017 - Menurut keterangan keluarga aktivitas pasien dibantu
11.30 keluarga.
- Menurut keterangan keluarga tangan pasien yang di
sebelah kanan lemah di gerakkan

O:
- Pasien tampak lemah
- Aktivitas pasien dibantu keluarga/ perawat

- MMT 4 5

5 5

- Terpasang infus Rl: 20 Tpm pada tangan kanan.

A : Masalah Hambatan mobilitas fisik belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 3.1, 3.4, 3.5, 3.7.

4. Jumat S:
16 juni 2017 - Pasien mengatakan gatal bagian punggung
12.00 - Pasien mengatakan selama sakit tidak mandi

O:
- Pasien menggaruk punggungnya
- Tampak kemerahan pada punggung
- Memberikan babyoil/minyak zaitun

A : Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 4.2, 4.3, 4.5, 4.9.


Hari II : Tanggal 17 juni 2017

Tabel 3. 10 : Evaluasi Hari II


No.
Tgl/ Jam Catatan Perkembangan (SOAP)
DX
1. Sabtu S:
17 juni 2017 - Pasien mengatakan pusing
11.00 - Pasien mengatakan nyeri kepala kadang-kadang
- Pasien mengatakn bicaranya pelan

O:
- Pasien tampak lemah
- Pasien bicara pelan
- Airway bebas
- TD 160/ 90 mmHg
- RR 20x/ menit
- Nadi 80x/ menit
- Suhu 36,50c pada pasien tidak menggunakan o2 dan
pindah kamar 3 ).
- Syring pump nicaperdipin 0,5 meg di stop

A : Masalah ketidakefektifan perfusi jaringan otak belum


teratasi.

P : Lanjutan Intervensi 1.6, 1.7, 1.8, 1.9, 1.14, 1.16, 1.17, 1.19,
1.20, 1.21.

2. Sabtu S :
17 juni 2017 - Pasien mengatakan belum bisa terlalu banyak bicara
11.00
O:
- Pasien berbicara apabila ditanya
- Pasien belum banyak bicara
- Pasien bicara pelan

A : Masalah Hambatan komunikasi verbal teratasi

P:-
3. Sabtu S:
17 juni 2017 - Pasien mengatakan sudah dapat mengerakkan tubuhnya.
11.30
O:
- Pasien tampak tenang
- Aktivitas pasien dibantu sebagian

- MMT 5 5

5 5
- Terpasang infus Rl: 20 Tpm pada tangan kanan

A : Masalah Hambatan mobilitas fisik teratasi.

P:-
4. Sabtu S:
17 juni 2017 - Pasien mengatakan gatal bagian punggung berkurang
12.00 - Pasien mengatakan selama sakit tidak mandi,
O:
- Pasien menggaruk punggungnya.
- Tidak Tampak kemerahan pada punggung
- Memberikan baby oil/minyak zaitun

A : Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi

Hari III : Tanggal 18 juni 2017

Tabel 3.11 : Evaluasi Hari III


No. Tgl/ Jam Catatan Perkembangan (SOAP)
DX
1. Minggu, 18 juni 2017 S:
11.00 - Pasien mengatakan Siang ini tidak merasakan pusing
O:
- Pasien tampak tenang
- Pasien bicara pelan
- Airway bebas
- GCS : E4 V5 M6
- TD 150/ 82 mmHg
- RR 18x/ menit
- Nadi 78x/ menit
- Suhu 36,30c pada pasien).
- Saturasi O2 : 99%
- Syring pump nicaperdipin 0,5 meg di stop

A : Masalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak belum


teratasi.

P : Lanjutan Intervensi 1.8, 1.9, 1.14, 1.16, 1.21.

4. Minggu S:
17 juni 2017 - Pasien mengatakan gatal bagian punggung berkurang
12.00 - Pasien mengatakan selama sakit tidak mandi,
O:
- Pasien jarang menggaruk punggungnya.
- Tidak Tampak kemerahan pada punggung berkurang
- Memberikan baby oil/minyak zaitun

A : Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
BAB IV

ANALISIS SITUASI

A. Profil Lahan Praktek

1. Profil Rumah sakit

Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan peripurna (konfrehensif),

menyembuhkan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)

kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi

tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik (WHO, 2010). Pasien adalah

seseorang yang datang ke Instalasi kesehatan yang membutuhkan

pelayanan medis/keperawatan yang terganggu kondisi kesehatannya baik

jasmani maupun rohani (WHO, 1999).

Menurut keputusan mentri Kesehatan Republik Indonesia No.

340/MENKES/PER/III/2010 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap

rawat jalan dan gawat darurat.

RSUD umumnya merupakan rumah sakit pendidikan dan

mempunyai tugas fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian. RSUD

Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Kalimantan Timur sebagai rumah sakit

tipe A pendidikan dan rujukan untuk Propinsi Kalimanta Timur. Visi

RSUD Abdul Wahab Sjahranis Samarinda menjadi rumah sakit pelayanan

bertarap internasional. Misi RSUD Abdul Wahab Sjahranie meningkatkan

akses dan kualitas pelayanan berstandar internasional serta


mengembangkan RS sebagai pusat penelitian. Motto RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda BAKTI = B (Bersih), A (Aman), K (Kualitas), T

(Tertib), I (Informatif)

2. Profil Ruangan Stroke Unit.

Adapun VISI MISI Unit Stroke.

a. VISI

Menjadi Unit Stroke sebagai ruangan terdepan dan berkualitas dalam

pelayanan.

b. MISI.

1) Memberikan pelayanan kesehatan khusus dengan pelayanan

unggulan yang tepat dan akurat.

2) Sumber daya manusia yang amanah dan profesional dilandasi iman

dan takwa.

3) Meningkatkan sarana dan prasarana yang berkualitas dan modern

yang dapat memberikan nilai lebih bagi palayanan kesehatan

4) Menciptakan iklim kerja yang konduksif berdasarkan kemanusiaan,

kesejawatan, kerjasama, disiplin dan tanggung jawab.

5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia,

sehingga mampu melaksanakan pelayanan yang profesional.

6) Membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan semua

ruangan dalam uapaya meningkatkan cukupan pelayanan.

c. MOTTO.

Friendlly and Caring.

Ruang unit Stroke RSUD AWS Samarinda merupakan ruang rawat


di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk

merawat dan mengobati pasien dengan keadaan kritis maupun pasien

dengan perawatan intensif. Ruang Unit Stroke RSUD AWS Samarinda

memiliki struktur organisasi yang diantaranya 1 kepala ruangan dan 1

CCM serta 31 orang perawat pelaksana dengan klasifikasi S1 + Ners

sebanyak 5 orang, S1 keperawatan sebanyak 1 orang, DIV sebanyak 1

orang, dan DIII sebanyak 24 orang dengan jumlah bed pasien sebanyak 21

buah dengan klasifikasi VIP 1 - VIP 5 masing-masing ruangan sebanyak 1

bed, kamar 1 sebanyak 4 bed, kamar 2 sebanyak 5 bed, kamar 3 sebanyak

5 bed, isolasi 2 bed. Selama Praktik Klinik Keperawatan Stase Elektif

penulis memilih ruang Unit Stroke sebagai ruang praktik keperawatan.

B. Analisa Masalah keperawatan dengan Konsep terkait dan Konsep Kasus

Terkait.

Asuhan keperawatan pada pasien Tn A dengan SH dilakukan sejak

tanggal 16-18 Juni 2017, pasien masuk rumah sakit tanggal 8 Juni 2017 dari

IGD sebelumnya. Pengkajian keperawatan dilakukan di ruang Unit Stroke

pada tanggal 16 Juni 2017 jam 10.00 WITA. Keluhan utama pasien adalah

kepala pusing dan takanan darah tinggi.

Masalah keperawatan yang pertama yaitu resiko ketidakefektifan

perfusi jaringan otak dengan faktor resiko hipertensi. Dari hemodinamik klien

didapatkan klien memiliki hipertensi yang sudah 5 tahun terakhir dialami

pasien, serta bapak pasien juga menderita hipertensi. Pada pemeriksaan

tekanan darah didapatkan hasil melebihi batas normal yaitu 178/100 mmHg.

Hipertensi merupakan faktor resiko utama yang dapat mengakibatkan


pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Bila tekanan sistolik

di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, maka dapat

berpotensi menimbulkan serangan CVD, terlebih bila telah berjalan selama

bertahun tahun. Pecahnya pembuluh darah otak akan menimbulkan

perdarahan, akan sangat fatal bila terjadi interupsi aliran darah ke bagian

distal, di samping itu darah ekstravasal akan tertimbun sehingga akan

menimbulkan tekanan intrakranial yang meningkat, sedangkan menyempitnya

pembuluh darah otak akan menimbulkan terganggunya aliran darah ke otak

dan sel-sel otak akan mengalami kematian (Nurhidayat & Rosjidi, 2008).

Masalah keperawatan kedua hambatan komunikasi verbal berhubungan

dengan gangguan fisiologis (penurunan sirkulasi ke otak). Afasia terjadi

akibat kerusakan pada area pengaturan bahasa pada otak. Pada manusia

fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada

96-99% orang yang dominan yangan kanan dan 60% orang yang dominan

tangan kiri (kidal). Pada pasien afasia sebagian besar lesi terletak pada

hemisfer kiri. Kerusakan ini terletak pada bagian otak yang mengatur

kemampuan berbahasa yaitu area broca dan area wernicke dengan keluhan

tidak dapat berbicara, berkomunikasi dengan isyarat.

Masalah keperawatan ketiga adalah hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Keluhan utama klien adalah

lemah bagian tubuh. Masalah keperawatan yang keempat yaitu risiko

kerusakan integritas kulit dengan faktor resiko gangguan sirkulasi.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi adalah

kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan
eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh

dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada

individu yang berada di atas kursi atau di atas tempat tidur, sering kali pada

inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu yang mengalami kesulitan

makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran (Potter & Perry,

2005).

Sehubungan dengan keempat diagnosa tersebut diatas penulis menitik

beratkan perencanaan inovasinya pada masalah yang pertama risiko

ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang sangat besar kemungkinan akan

terganggu dan diharapkan dengan perawatan menggunakan terapi musik

tradisional Kecapi Suling Sunda dapat mermpengaruhi tekan darah.

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak

mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau

pecahnya pembuluh darah di otak. Aliran darah yang terhenti membuat suplai

oksigen dan zat makanan ke otak juga terhenti, sehingga sebagian otak tidak

dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Utami P, 2009).

Kecatatan paska stroke menyebabkan penderita tidak dapat bekerja,

sehingga stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab

utama kecatatan pada usia produktif yang dapat menurunkan produktivitas

suatu negara dimana separuh dari semua penderita stroke mengalami

ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari

(Adamson dkk, 2004, Towsend dkk, 2012).

Dengan memberikan tindakan mandiri keperawatan yaitu menggunakan

terapi musik Tradisional Kecapi Suling Sunda dapat mempengaruhi tekan


darah. Terlihat bahwa pasien merasa lebih nyaman dan dapat beristirahat

dengan nyaman. Dan secara otomatis hal tersebut dapat membuat tekanan

darah pasien lebih stabil.

C. Analisa Intervensi Inovasi Dengan Konsep Dan Penelitian Terkait.

Salah satu bentuk intervensi keperawatan yang rutin dilakukan pada

diagnosa keperawatan pertama yaitu risiko ketidakefektifan perpusi jaringan

otak dengan faktor resiko hipertensi pada pasien Tn. A yang dirawat di ruang

Unit Stroke dengan keluhan pusing, mual, TD: 178/100 mmHg, N: 80

x/menit, RR: 26 x/menit, S: 36.50c, SPO2: 99% O2 nasal kanul 3 Lpm pusing,

sakit kepala yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak dan

terpasang syiring pump nicaperdipin 0.5 meg. Sebelum dilakukan pemberian

terapi musik tradisional kecapi suling sunda klien merasa pusing, sakit

kepala, walaupun sudah di berikan terapi oksigen 3 ltr/mnt,. Setelah diberikan

intervensi inovasi terapi musik kecapi suling sunda pada Tn.A pusing

berkurang, sakit kepala berkurang, TD: 150/82 mmHg, RR: 18x/ menit, Nadi

78x/menit, Suhu 36.3oC pada pasien), Saturasi O2: 99%, Syring pump

perdiphin 0.5 meg/kg BB/jam di stop.

Mendengarkan musik dengan irama lambat akan mengurangi pelepasan

katekolamin kedalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi katekolamin

dalam plasma menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami

relaksasi, denyut jantung berkurang dan tekanan darah menjadi turun

(Muslim, 2009; Saing, 2007).

Penatalaksanaan risiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif dengan

faktor resiko hipertensi pada pasien stroke dapat dilakukan dengan obat-
obatan (farmakologis), meskipun manfaatnya relatif terbatas. Selain itu dapat

dilakukan upaya kolaboratif yaitu dengan pemberian terapi oksigen sesuai

kebutuhan, memonitor saturasi oksigen, yang kesemuanya itu bertujuan untuk

mempertahankan aliran darah ke otak pasien agar bisa menghindari kecacatan

fisik dan kematian.

Saat mendengarkan musik tradisional kecapi suling Sunda yang

bertempo lambat. Suara masuk ke telinga melewati telinga bagian luar,

tengah dan dalam. Dimana gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal

saraf yang dapat diterima oleh otak sebagai sensasi suara. Saat suara tersebut

dipersepsikan dan didengarkan maka akan menimbulkan penurunan

pelepasan katekolamin ke dalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi

katekolamin dalam plasma menjadi rendah. Sehingga menjadikan tubuh

mengalami relaksasi, denyut jantung berkurang dan tekanan darah menjadi

turun (Sherwood, 2011; Saing, 2007).


Table 4.1 Hasil Evaluasi Nilai Tekana Darah Menggunakan Terapi musik
tradisional kecapi suling sunda
No Hari/Tanggal Sebelum Sesudah
1 Jumat - Sesak (+) 4 Lpm -Sesak (+) 2 Lpm
16-06-2017 - TD : 178/ 100 mmHg - TD : 160/100 mmHg
- RR : 26 x/ menit - RR : 26 x/ menit
- N : 80 x/ menit - N : 80 x/ menit
0
- S : 36.5 c - S : 37c
- GCS : E4 V5 M6 - GCS : E4 V5 M6
- SpO2 : 99% - SpO2 : 98%

2 Sabtu - TD : 170/ 90 mmHg - Pasien bicara dengan pelan.


17.6.2017 - RR : 20 x/ menit - TD : 167/ 95 mmHg
- N : 80 x/ menit - RR : 18 x/ menit
- S : 36.50c - N : 78x/ menit
- GCS : E4 V5 M6 - S : 36.50c
- SpO2 : 97% - GCS : E4 V5 M6
- Tidak menggunakan - Tidak menggunakan O2
O2
- Pasien dipindahkan ke
kamar3

3 Minggu, - TD : 167/ 85 mmHg - TD : 150/ 80 mmHg


18-06-2017 - RR : 18x/ menit - RR : 18 x/ menit
- N : 76 x/ menit - N : 78x/ menit
- S : 360c. - S : 36.30c

Dengan demikian berdasarkan analisa dan pembahasan mengenai

masalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak terhadap pemberian

terapi musik tradisional kecapi suling sunda selama 3 hari. Terlihat bahwa

pasien merasa lebih baik, dapat beristirahat dengan nyaman, serta mengalami

penurunan tekana darah.

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu

bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak mengalami

kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya

pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah

menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan atau


mematikan sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan

hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran darah yang

berhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak berhenti, sehingga

sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Nabyl, 2012).

Menurut (Pinzon dan Laksmi, 2010) stroke yang menyerang cerebellum

akan memberikan gejala pusing berputar (vertigo). Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada

bagian otak yang terganggu, gejala kelemahan sampai kelumpuhan anggota

gerak, bibir tidak simetris, bicara pelo atau tidak dapat berbicara (afasia),

nyeri kepala, penurunan kesadaran, dan gangguan rasa (misalnya kebas di

salah satu anggota gerak).

Menurut (Adamson dkk, 2004, Towsend dkk, 2012) Kecatatan paska

stroke menyebabkan penderita tidak dapat bekerja, sehingga stroke telah

menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kecatatan pada

usia produktif yang dapat menurunkan produktivitas suatu negara dimana

separuh dari semua penderita stroke mengalami ketergantungan pada orang

lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Stroke dimanifestasikan dengan suatu kondisi yang terjadi ketika

pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu dengan gejala

kelemahan sampai kelumpuhan anggota gerak, bibir tidak simetris, bicara

pelo atau tidak dapat berbicara (afasia), nyeri kepala, penurunan kesadaran,

dan gangguan rasa (misalnya kebas di salah satu anggota gerak) sehingga

menjadi penyebab utama kecatatan yang mengakibatkan ketergantungan pada

orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari.


Seseorang yang telah dinyatakan terkena hipertensi akan

direkomendasikan oleh dokter untuk menjaga tekanan darah agar terkendali

dengan konsumsi obat. Selain obat-obatan, untuk mengatasi hipertensi ada

pula berbagai tindakan keperawatan yang dapat diberikan seperti terapi

komplementer yang dapat membantu dalam pengendalian tekanan darah pada

pasien hipertensi, seperti aktifitas fisik, air, makanan, olah nafas, dan musik

sebagai teknik relaksasi (Djohan, 2006). Selera seseorang terhadap musik

tertentu akan menimbulkan efek yang bervariasi. Dalam hal penurunan

tekanan darah diduga bahwa konsentrasi katekolamin plasma mempengaruhi

pengaktifan simpatoadrenergik dan menyebabkan terjadinya pelepasan

hormon-hormon stres.

Mendengarkan musik dengan irama lambat akan mengurangi pelepasan

katekolamin kedalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi katekolamin

dalam plasma menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami

relaksasi, denyut jantung berkurang dan tekanan darah menjadi turun

(Muslim, 2009; Saing, 2007).

Saat mendengarkan musik tradisional kecapi suling Sunda yang

bertempo lambat. Suara masuk ke telinga melewati telinga bagian luar,

tengah dan dalam. Dimana gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal

saraf yang dapat diterima oleh otak sebagai sensasi suara. Saat suara tersebut

dipersepsikan dan didengarkan maka akan menimbulkan penurunan

pelepasan katekolamin ke dalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi

katekolamin dalam plasma menjadi rendah. Sehingga menjadikan tubuh

mengalami relaksasi, denyut jantung berkurang dan tekanan darah menjadi


turun (Sherwood, 2011; Saing, 2007).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke terjadi karena pasokan

darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian sel-sel otak

mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau

pecahnya pembuluh darah otak. Stroke juga bisa dikatakan suatu sindrom

yang ditandai dengan gejala kelemahan sampai kelumpuhan anggota gerak,

bibir tidak simetris, bicara pelo atau tidak dapat berbicara (afasia), nyeri

kepala, penurunan kesadaran dan gangguan rasa (misalnya kebas di salah satu

anggota gerak). Pada pasien yang menderita stroke adalah dengan

memposisikan berbaring dengan kepala diletakkan lebih tinggi dari jantung.

Terlihat bahwa pasien merasa lebih nyaman dan dapat beristirahat dengan

nyaman. Dan secara otomatis hal tersebut dapat membuat hemodinamik

pasien lebih stabil.

D. Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan.

Intervensi keperawatan terhadap tekanan darah dengan melakukan

prosedur noninvasif. Teknik ini termasuk pemberian terapi nonfarmakologi.

Bahwa terapi musik sangat signifikan untuk mengendalikan rerspon tekanan

darah pada pasien hipertensi. Sebelum dilakukannya terapi musik tersebut

terlebih dahulu dilakukan pengkajian apakah pasien suka mendengarkan

musik atau tidak, dikarenakan akan ada pengarunya dalam inovasi tersebut.

Pada penelitian yang dilakukan Supriadi,dkk (2015) tentang pengaruh

terapi musik tradisional kecapi suling sunda terhadap tekanan darah pada

lansia dengan hipertensi yang menghasilkan kesimpulan ada pengaruh terapi

musik tradisional kecapi suling sunda terhadap penurunan tekanan darah


sistolik dan diastolik setelah dilakukan terapi musik tradisional kecapi suling

sunda pada lansia dengan hipertensi di PSWT Budi Pertiwi Bandung tahun

2015. Didukung oleh Rukmana (2013) yang melakukan penelitian di RSUD

Dr.H. Abdul Moeloek Provensi Lampung tekanan darah pada penderita

stroke non hemoragi dengan terapi musik. Evaluasi akhir menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik

sebelum dan sesudah di berikan terapi musik .

Ditegaskan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yustiana (2013)

tentang pengaruh perbedaan pemberian terapi musik jawa terhadap tekanan

darah dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa terapi musik jawa dapat

menurunkan tekan darah. Berdasarkan penelitian bahwa pemberian tetapi

musik tradisional kecapi suling sunda terhadap tekanan darah melakukan

pemantauan yang ketat terhadap adanya kesetabilan tekanan darah, disamping

itu pemberian terapi musik suling sunda menimbulkan efek suara suara

tenang dan damai sehingga menimbulkan relaksasi tubuh sehingga dapat

munurunkan tekanan darah. Oleh karena itu perlu adanya alat observasi yang

jelas dengan membuat Standar Prosedur Operasional (SPO).


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Stroke merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah ke bagian otak. Kemudian terjadi kerusakan

gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada anggota

gerak, gangguan bicara, serta gangguan sirkulasi dan tekanan darah. Pada

kasus Tn. A mengalami resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.

2. Berdasarkan analisa kasus kelolaan pada klien dengan diagnosa medis

Stroke hemoragik ditemukan empat diagnosa keperawatan antara lain

risiko ketidakefektifan perpusi jaringan otak dengan faktor resiko

hipertensi, hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan

fisiologis, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot, risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor resiko

gangguan sirkulasi.

3. Berdasarkan analisa dan pembahasan mengenai masalah risiko

ketidakefektifan perpusi jaringan otak berhubungan terhadap penggunaan

terapi musik tradisional kecapi suling sunda terhadap tekan darah

didapatkan hasil kondisi membaik dan mengalami punurunan tekanan

darah.
B. Saran

1. Bagi pasien dan keluarga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

tentang terapi musik tradisional kecapi suling sunda terhadap tekan darah

dan dapat meningkatkan jalinan hubungan yang kooperatif.

2. Pemberian terapi musik tradisional kecapi suling sunda terhadap tekan

darah ini dapat diaplikasikan pada pasien apapun diagnosa medisnya asal

tidak ada kontra indikasi.

3. Bagi institusi pendidikan agar meningkatkan bimbingan dalam

melaksanakan asuhan keperawatan yang komprehensif khususnya pada

pasien dengan Stroke.

4. Bagi mahasiswa agar selalu mengasah dan memperdalam ilmu yang telah

diperoleh sehingga dapat bermanfaat di masyarakat dalam pemberian

asuhan keperawatan yang komprehensif dan profesional.


DAFTAR PUSTAKA

AHA. (2014). Heart Disease and Stroke Statistics. Circulation.


American Heart Association. (2010). Heart Disease and Stroke
Statistics_2010 Update: A Report From the American Heart Association.
Available from: http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/121/7/e46. (diunduh
pada 9 januari 2017)
Caplan, L. R, (2009). Stroke a Clinical Approach. Fourth Edition,
Philadelphia : Saunders an Imprint of Wlsevier.
Feigin,V. (2006). Panduan Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke.
New, Zealand : PT Bhuana Ilmu Populer.
Georgiadis, D., Schwarz, S., Baumgartner, R. & Veltkamp, R. (2001).
Influence of End-Expiratory Pressure on Intracranial pressure and Cerebral
Perfusion Pressure in Patient with Acut Stroke. Journal American Heart
Association.32(9).2088-2092.
Gloria Bulechek., Howard Butcher., Joanne Dochterman., Cheryl Wagner.
(2016). Terjemahan Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Keenam.
Indonesia : CV. Mocomedia pengawasan Elsevier Inc
(healthpermissions@elsevier.com).
. Heather Herdman T,. Shigemi Kamitsuru ; alih bahasa, Budi Anna Keliat.
(2015). Nanda Internasitional Inc. Diagnosa Keperawatan : definisi & klasifikasi
2015-2017. Edisi Ke sepuluh, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (2010). Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta :
EGC.
Moorhead Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson.
(2016). Terjemahan Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Kelima.
Indonesia : CV. Mocomedia pengawasan Elsevier Inc
(healthpermissions@elsevier.com)
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006). Fundamental of Nursing. USA : Mosby
Inc.
Rekam Medik RSUD AWS Samarinda (2016) : Samarinda
(2013). Laporan hasil riset kesehatan dasar (RISKESDA).
Jakarta : Badan dan pengembangan Departemen kesehatan RI.
Summurs, D., Leonard, A., Wentworth, D., Saver, J.L., Simpson, J., Spilker,
J.A., Hock, N., Miller, E., & Mitchell, P.H. (2009). Comprehensive overview of
Nursing and Interdisciplinary Care of the Acute Ischemic Stroke Patient. A.
Scientific Statement From the American Heart Association. Tersedia di :
http://stroke.ahajournals.org.content/40/8/2911.full. (diunduh pada 9 Januari
2017).
Towsend, Adam, J., Beswick, A., Ebrahim, S. (2014). Is Stroke The Most
(Common Causa Of Disability), Journal of Stroke and Cerebrovascular Disease.
Utami, I.M., (2009). Gambaran Faktor-faktor Risiko yang Terdapat pada
Penderita Stroke
World Health Organization.(2010). Global Burden of Stroke. Available from
: http://www.who.int/cardiovaskular_diseases/en/cvd_atlas_15_burden_stroke.pdf
(diunduh pada 9 januari 2017).
Yayasan Stroke Indonesia. (2012). YASTROKI. [Online] Available at:
http://www.yastroki.or.id.
Lampiran 1

Pemberian Terapi Musik Tradisional Suling Sunda terhdap tekana darah pada
Pada Pasien Stroke
Pengertian Adalah untuk memaksima terapi musik tradisional kecapi
suling sunda
Tujuan Untuk penurunan tekanan darah
Persiapan Pasien 1. Berikan salam, perkenalkan diri, identifikasi pasien dengan
memeriksa identitas pasien.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Persiapan Alat 1. Sphygmomanometer
2. Headphone
3. Handphone
4. Musik instrument Ayun Ambing
5. Handscoon
Prosedur 1. Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai.
2. Mencuci tangan
3. Pasang handscoon bersih.
4. Melakukan pemeriksaan tekanan darah
5. Memasang alat headphone dan mendengarkan lagu ke
pasien
6. Mengkaji lama selama 15 menit.
7. Merapikan pasien.
8. Merapikan alat.
9. Melakukan pemeriksaan tekanan darah
10. Membuka handscoon.
11. Mencuci tangan.
Evaluasi 1. Evaluasi hasil yang dicapai.
2. Kontrak pertemuan selanjutnya.
3. Mengakhiri pertemuan/ pertemuan dengan baik: bersama
klien membaca doa:

Artinya (Ya Allah. Tuhan segala manusia, hilangkan segala


penderitaannya, angkat penyakitnya, sembuhkan lah
ia, engkau maha penyembuh, tiada yang
menyembuhkan selain engkau, sembuhkanlah dengan
kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi).
Dokumentasi 1. Tanggal, jam dilakukan tindakan.
2. Nama tindakan.
3. Respon pasien selama tindakan.
4. Nama dan paraf perawat.
Lampiran 2

NIHSS (National Institute health Stroke Scale)


Pengkajian Tingkat Keparahan Stroke
No Parameter yang dinilai Skala Skor Skor
Datang Pulang
1a Tingkat Kesadaran 0 = Sadar Penuh 0 0
1 = Somnolen
2 = Stupor
3 = Koma
1b Menjawab Pertanyaan 0 = Benar Semua 1 0
(tanyakan bulan dan 1 = 1 Benar/ ETT/ Disartria
usia pasien ) 2 = Salah Semua/ Afasia/ Stupor/
Coma/ Ggn Pemahaman
1c Mengikuti Perintah 0 = Mampu melakukan 2 perintah 0 0
(Berikan 2 perintah 1 = Mampu melakukan 1 perintah
sederhana, membuka 2 = Tidak mampu melakukan
dan menutup mata, perintah
mengenggam tangan
dan melepaskannya
atau perintah lain)
2 Gaze 0 = Normal 0 0
(melihat gerakan jari 1 = Abnormal pada 1 mata
telunjuk) 2 = Deviasi konyugat kuat/ paresis
konyugat pada 2 mata (diam)
3 Visual 0 = Normal 0 0
(Lakukan dengan 1 = Kuadrianopsia
mata ditutup sebelah, 2 = Hemianopia total
menghitung jari 3 = Hemianopia bilateral/ buta
pemeriksa 1,2,5) kortikal
4 Paresis 0 = Normal 1 0
(Anjurkan pasien 1 = Paresis qajah ringan (lipatan
menyeringai atau nasolabial datar, senyum
mengangkat alis dan asimetris).
menututp mata). 2 = Paresis wajah partial (paresis
Nb. Coma lakukan wajah bawah total atau
dengan rangsang nyeri hampir total)
3 = Paresis wajah total (paresis
wajah sesisi atau 2 sisi)
5 Motorik Lengan 0 = Mampu mengangkat lengan 5a 1 5a0
(Anjurkan pasien minimal 10 detik 5b 0 5b0
mengangkat lengan 1 = Lengan terjatuh sebelum 10
hingga 45 bila tidur detik
berbaring atau 90 bila 2 = Tidak mampu mengangkat
posisi duduk) secara penuh 90 atau 45
3 = Tidak mampu mengangkat
hanya bergeser
4 = Tidak ada gerakan
5a untuk nilai lengan kiri
5b untuk nilai lengan atas
6 Motorik Tungkai 0 = Mampu mengangkat tungkai 30 6a 0 6a0
(Anjurkan pasien tidur minimal 5 detik 6b 0 6b0
terlentang dan 1 = Tungkai jatuh ke tempat tidur
mengangkat tungkai pada akhir detik ke 5 secara
30) perlahan
2 = tungaki jatuh sebelum 5 detik
tetapi ada usaha melawan
gravitasi
3 = Tidak mampu melawan
gravitasi
4 = Tidak ada gerakan
6a Nilai tungkai kiri
6b Nilai tungakai kanan
7 Ataksia Anggota 0 = Tidak ada ataksia 0 0
Badan 1= Ataksia pada satu ekstermitas
(Menggunakan tes 2 = Ataksia pada dua atau lebih
tunjuk jari dengan jari ekstremitas
telunjuk ke hidung)
8 Sensorik 0 = Normal 0 0
(Lakukan tes tajam- 1 = Gangguan sensori ringan
tumpul pada seluruh hingga sedang.
tubuh dari wajah, (Ada gangguan sensori
lengan, badan, hingga terhadap nyeri tetapi masih
tungkai) merasa bila di sentuh)
Pasien afasia diberi 2 = Gangguan sensori berat atau
nilai 1 total
Pasien stupor atau
koma diberi nilai 2
9 Kemampuan 0 = Normal 1 0
Berbahasa 1 = Afasia ringan hingga sedang
(Anjurkan pasien (ada bolong-bolong jawabnya)
unutk menjelaskan 2 = Afasia berat
suatu gambar) (Tidak ada respon)
3 = Mute/ diam, Afasia global,
Coma
10 Disartria 0 = Normal/ Artikulasi baik 0 0
(Baca tulisan) 1 = Disartria ringan
2 = Disartria berat
11 Neglectatauinatensi 0 = Tidak ada neglect 0 0
(Pengabaian) 1 = Tidak ada atensi pada salah satu
modalitas berikut : Visual,
Tactile, Auditory
2 = Tidakada atensi pada lebih dari
satu modalitas
TOTAL NILAI 4 0
Nama Perawat Yang Mengkaji
Keterangan :
Skor < 5 : Deficit Neurologis Ringan
Skor 6-14 : Deficit Neurologis Sedang/ Cukup Berat
Skor 15-24 : Deficit Neurologis Berat
Skor > 25 : Deficit Neurologis Sangat Berat
Lampiran 3
Hasil CT- Scan kepala
Lampiran 4

BIODATA PENELITI

A. Data Pribadi
Nama : Lynda Rosiaty, S. Kep
Tempat / tanggal lahir : Loa Kulu, 1 maret 1986
Alamat Asal : Jln. Letjen MT.Haryono Loa Kulu rt.13
no. 32 Loa Kulu Kota Kutai Kartanegara
Kalimantan Timur 75571
Riwayat Pendidikan
Pendidikan formal
Tamat SD tahun : 1997 SDN 006 Loa Kulu
Tamat SMP tahun : 2000 SMPN 1 Loa Kulu
Tamat SMA tahun : 2003 SMAN 1Loa Kulu
Diploma III : 2006 AKPERPEMPROV KALTIM
S1 Keperawatan tahun : 2016 STIKES MUHAMMADYAH

Samarinda, Juli 2017


Mahasiswa

Lynda Rosiaty
NIM.1611308250380

Anda mungkin juga menyukai