Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR TEORITIS


A. Definisi
Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42
minggu atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu
kemudian. Meskipun kehamilan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari
seluruh kehamilan, sebagian di antaranya mungkin tidak benar-benar postterm,
tetapi lebih disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional.
Sekali lagi nilai informasi yang tepat mengenai lama kehamilan cukup jelas,
karena pada umumnya semakin lama janin yang benar-benar postterm itu berada
didalam rahim, semakin besar pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk
mengalami gangguan yang berat.

B. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan post matur belum diketahui dengan jelas,
namun diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
Masalah ibu:
a. Cervix belum matang
b. Kecemasan ibu
c. Persalinan traumatis
d. Hormonal
e. Factor herediter
Masalah bayi:
a. Kelainan pertumbuhan janin
b. Oligohidramnion.

C. Klasifikasi
Menurut Prawiroharjo (2009), klasifikasi pada serotinus / kehamilan bayi
lewat bulan adalah :
1. Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan terjadi
maserasi seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
2. Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
3. Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan kekuningan
pada kuku, kulit, dan tali pusat.

D. Manifestasi Klinik
1. Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara
objektif kurang dari 10x / menit.
2. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:
a. Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.
b. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan mekoneum
( kehijuan di kulit.
c. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada kuku,
kulit dan tali pusat.
3. Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur.
4. Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
5. Rambut kepala lebih tebal

E. Patofisiologi
Jika plasenta terus berfungsi dengan baik, janin akan terus tumbuh yang
mengakibatkan bayi LGA dengan manifestasi masalah seperti trauma lahir dan
hipoglikemia.
Jika fungsi plasenta menurun, janin mungkin tidak mendapatkan nutrisi
yang adekuat. Janin akan menggunakan cadangan lemak subkutan sebagai alergi
penyusutan lemak subkutan terjadi yang mengakibatkan syndrome dismatur
janin , terdapat 3 tahap sindrom dismaturitas janin:
1. Tahap I insufisiensi plasenta kronis
a. Kulit kering, pecah – pecah, mengelupas, longgar dan berkerut.
b. Penampilan malnutrisi
c. Bayi dengan mata terbuka dan terjaga
2. Tahap II insufisiensi plasenta akut
a. Seluruh gambaran tahap I kecuali nomor 3
b. Terwarnai mekonium
c. Depresi perinatal
3. Tahap III insufisiensi plasenta subakut
a. Hasil temuan pada tahap I dan tahap II kecuali nomor 3
b. Terwarnai hijau dikulit, kuku, tali pusat dan membrane plasenta
c. Resiko kematian intrapartum atau kematian neonatus lebih tinggi
Bayi baru lahir beresiko tinggi terhadap perburukan komplikasi yang
berhubungan dengan perfusi utero plasenta yang terganggu dan hipoksia,
misalnya: sindrom aspirasi mekonium.
Hipoksia intra uteri kronis menyebabkan peningkatan eritroptia.lin janin dan
produksi sel darah merah yang menyebabkan polisitemia.
Bayi postmatur rentan terhadap hipoglokemia karena penggunaan cadangan
glikogen yang cepat.

F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
2. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
3. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
4. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
5. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
6. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
7. Pemeriksaan sitologi vagina.

H. Penatalaksanaan
a.Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah
monitoring janin sebaik – baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
c.Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila
sudah matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
d. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan
disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin
post matur lebih peka terhadap sedative dan narkosa.
e.Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan
onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum
lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian janin
dalam kandungan,pre eklamsi, hipertensi menahun, anak berharga dan
kesalahan letak janin.

I. Pencegahan
J. Komplikasi
Komplikasi pada ibu :
1. Janin besar
2.

Anda mungkin juga menyukai