Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR MEDIK


A. Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah kondisi keluhan mual dan muntah
hebat lebih dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan
elektrolit, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan
membahayakan janin dalam kandungan (Bagus, 2014).
Hiperemesis gravidarum atau biasa disebut morning sicknes
merupakan keluhan mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
yang wajar terjadi pada kehamilan muda. Disebut morning sickness
karena biasanya terjadi pada pagi hari. Hal ini dapat terjadi sepanjang
hari rata-rata wanita mulai mengalami morning sickness pada minggu
ke-4 atau ke-6 setelah menstruasi terakhir ( Indriyani, 2013).
Hiperemesis gravidarum dapat mempengaruhi status kesehatan ibu
serta tumbuh kembang janin, pada kehamilan 16 minggu pertama 70-
80% wanita mengalami mual dan muntah, 60% wanita mengalami
muntah, sementara 33% wanita mengalami mual. Apabila semua
makanan yang dimakan dimuntahkan pada ibu hamil, maka berat badan
akan menurun, turgor kulit berkurang dan timbul asetonuria (Mitayani,
2009).

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.
Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga
tidak ditemukan kelainanbiokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada
otak, jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan
vitamin serta zat-zat lain akibat imunisasi. Beberapa faktor predisposisi
dan faktor lain menurut (Hutahean, 2013), yaitu :
a. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim (hidramnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa)
frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memgang peranan,
karena pada kedua keadaan tersebut hormon korionik gonodotropin
dibentuk berlebihan. Kehamilan kembar dapat memberikan risiko
yang lebih tinggi terhadap ibu dan janin.oleh karena itu dalam
menghadapi kehamilan ganda harus dilakukan perawatan antenatal
yang intensif.
b. Faktor organik : masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari
pihak ibu dan alergi
c. Faktor psiokologis : rumah tangga yang retak, hamil yang tidak
diingikan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan.
d. Faktor usia ibu yang mempengaruhi terjadinya hiperemesis
gravidarum memiliki hubungan yang bemakna dengan kejadian
hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan usia ibu 20-35 tahun.
Usia ibu <20 tahun dan >35 tahun lebih resiko terhadap kejadian
hiperemesis gravidarum.
e. Riwayat penggunaan konrasepsi hormonal, hormon estrogen dan
progesteron telah lama terlibat dalam etiologi mual muntah, karena
kadarnya yang terus meningkat. Penggunaan kontrasepsi hormonal
diduga mempengaruhi terjadinya mual muntah yang dapat
mempengaruhi penyerapan vitamin B6 dari makanan sehingga dapat
memperparah mual muntah.
f. Jarak antara kehamilan sekarang dan dahulu dapat berpengaruh
karena keadaan yang belum normal sebagaimana mestinya harus
sudah bereproduksi lagi untuk kehamilan selanjutnya maka dari itu
dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum dan komplikasi
kehamilan lainnya.
C. Manifestasi Klinis
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum,
pada tingkat ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat
badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium.nilai meningkat
sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun, dapat
disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering
dan mata cekung (Hutahean, 2013).

2. Tingkat II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit tampak
menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah turun, suhu kadang naik, mata cekung dan sedikit
ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dari hawa pernafasan karena mempunyai
aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan dalam urine (Hutahean,
2013).
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun
dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan
saraf yang dikenal sebagai wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat
timbul seperti nistagmus, diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya
ikterus menunjukkan terjadinya payah hati Hutahean, 2013).
D. Pathway

E. Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi
faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar HCG menyebabkan otot
polos pada sistem gastrointesinal mengalami relaksasi sehingga motilitas
menurun dan lambung menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang
merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dspat
mengakibatkan dehidrasi, ktidakseimbangan elektrolit, serta dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi (Winkjosastro, 2007).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan
dengan malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non
protein nitrogen, asam urat, dan penurunan klorida dalam darah,
kekurangan vitamin B1, B6, B12 dapat mengakibatkan terjadinya
anemia (Mitayani, 2009).
F. Komplikasi
Menurut Manuaba (2007) dampak dari hiperemisis gravidarum
tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut :
1. Hati
Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya
ditemukan degenerasi lemak tanpa nekrosis, degenerasi lemak
tersebut terletak sentrilobuler. Kelainan lemak ini nampaknya tidak
menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah terus
menerus. Dapat ditambahkan bahwa sebagian penderita yang
meninggal karena hiperemesis gravidarum menunjukkan gambaran
mikroskopik hati yang normal.
2. Jantung
Jantung menjadi lebih kecil daripada biasa dan beratnya atrofi,
ini sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang ditemukan
perdarahan sub-endokardial.
3. Otak
Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan
ventrikel. Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton
dapat merusak fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan
enselopati wernicke (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil di
daerah korpora mamilaria ventrikel ketiga dan keempat) dengan
gejala nistagmus, gangguan kesadaran dan mental serta diplopia.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penyakit
hiperemesis gravidarum menurut(Nurarif & Kusuma, 2015) :
1. USG : mengkaji isua gestasi janin dan adanya gestasi multiple,
mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2. Urinalis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3. Pemeriksaan fungsi hepar : AST,ALT bertujuan untuk mengetahui
inflamasi yang terjadi dalam tubuh biasanya menjadi indikasi adanya
gangguan pada hati dan kadar LDH bertujuan untuk mengetahui
resiko penyakit hati (Reza & Rachmawati, 2017).

H. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan,
dengan tujuan mengurangi faktor psikologis terhadap rasa takut,
mengubah pola makan sehari-hari dengan makan- makanan dengan
jumlah sedikit tetapi sering setiap 2 atau 3 jam , hindari minum air
ketika makan, minumlah air setengah jam sebelum makan setengah
jam setelah makan, minumlah air 8 gelas sehari agar tidak
mengalami dehidrasi, berdirilah pelan-pelan dan tidak berbaring
seketika setelah makan. Pada saat bangun pagi, jangan segera turun
dari tempat tidur tetapi disarankan untuk makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat, menghindari bau yang menyengat, makan
makanan yang dingin karena makanan dingin memiliki bau yang
lebih sedikit daripada makanan yang panas, kurangi makanan
berminyak dan berlemak.jika bau makanan mengganggu ketika
masak, cobalah untuk membuka jendela lebih lebar. Jika mengalami
ngidam, jangan ragu untuk memakan manakan yang sangat
diinginkan, makanan lebih banyak buah-buahan. Morning sickness
akan bertambah buruk jika kelelahan, dianjurkan untuk
meningkatkan waktu istirahat dan luangkan waktu untuk tidur
beberapa saat pada siang hari (Indriyani, 2013).
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah dan peredaran udara yang baik, catat cairan yang keluar
masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam
kamar penderita sampai muntah berhenti pada penderita mau
makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24
jam (Hutahean, 2013).
a. Terapi psikologi
Perlu diyakini kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan,hialngkan rasa takut olehkarena kehamilan,
kurangin pekerjaan serta menghilangkan masalah konflik
(Hutahean, 2013).
b. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukosa5% dalam cairan fisiologis, dapat ditambahkan
kalium dan vitamin , bila kekurangan protein dapat diberikan
asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak
muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman
dan lambat laun makanan yang tidak cair (Hutahean, 2013).
c. Menghentikan Kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan
psikiatrik, manifestasi komplikasi organis adalah delirium,
takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan
(Hutahean, 2013).

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Pengkajian data subjektif
a) Biodata
1) Nama klien : sebagai identitas bagi pelayanan
kesehatan/rumah sakit apakah pernah dirawat di pelayanan
kesehatan/rumah sakit.
2) Nama suami : sebagai identitas penanggungjawab pasien
selama mendapatkan perawatan di pelayanan
kesehatan/rumah sakit.
3) Agama : sebagai identitas agama yang dianut oleh
pasien
4) Alamat : sebagai gambaran tentang lingkungan
tempat tinggal klien dekat atau jauh dari pelayanan
kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan.
5) Usia : usia < 20 tahun dan > 35 tahun lebih beresiko
terhadap kejadian hiperemesis gravidarum, usia dibawah
20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-
organ reporduksi belum sempurna, hal ini tentu
menyulitkan proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan
kehamilan diatas 35 tahun mempunyai resiko untuk
mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan
antara lain pendarahan, gestosis, atau hipertensi dalam
kehamilan, distosia dan partus lama. Umur reproduksi yang
sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan di
usia < 20 tahun dan > 35 tahun dapat menyebabkan
hiperemesis karena pada kehamilan di usia < 20 tahun
secara biologis belum optimal emosinya, cenderung labil,
mental belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama
kehamilannya. Sedangkan pada usia 35 tahun terkait
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini
(Anasari, 2012).
Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana
Nasiona (BKKBN) hiperemesis gravidarum dibawah umur
20 tahun lebih disebabkan oleh karena belum cukupnya
kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu
tentu menimbulkan keraguan jasmani cinta kasih serta
perawatan dan asuhan bagi anak yang akan dilahirkannya.
Hal ini mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik
mental yang membuat ibu kurang nafsu makan. Bila ini
terjadi maka dapat mengakibatkan iritasi lambung yang
dapat memberi reaksi pada impuls motorik untuk memberi
rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak ke
saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke
diafragma dan otot abdomen sehingga terjadi muntah.
Sedangkan hiperemesis gravidarum yang terjadi diatas usia
35 tahun juga tidak lepas dari faktor psikologis yang
disebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah
tidak menginginkan kehamilan lagi sehingga akan merasa
sedemikian tertekan dan menimbulkan stres pada ibu.
Stress mempengaruhi hipotalamus dan memberi
rangsangan pada pusat muntah otak sehingga trjadi
kontraksi otot abdominal dan otot dada yang disertai
dengan penurunan diafragma menyebabkan tinggi nya
tekanan dalam lambung, tekanan yang tinggi dalam
lambung memaksa ibu menarik nafas dalam- dalam
sehingga membuat sefinter esophagus bagian atas terbuka
dan sefinter bagian bawah berelaksasi inilah yang memicu
mual dan muntah.
6) Pendidikan : pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku terhadap pola hidup dalam
memotivasi untuk siap berperan serta dalam perubahan
kesehatan. Rendahnya pendidikan seseorang makin sedikit
keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, dan
sebaliknya makin tingginya pendidikan seseorang, makin
mudah untuk menerima informasi dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada (Umboh, 2014).
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh. Semakin tnggi pendidikan seorang maka
semakin berkualitas pengetahuannya dan semakin matang
intelektualnya, mereka cenderung lebih memperhatikan
kesehatan dirinya dan keluarganya. Sebaliknya, semakin
rendah tingkat pendidikan akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap informasi dan hal-
hal lain (Notoadmodjo, 2007).
Rendahnya pendiikan akan menyebabkan seseorang
mengalami stres, dimana stres dan kecemasan yang terjadi
disebabkan kurangnya penyerapan informasi yang
didapatkan orang tersebut. Stres dan kecemasan merupakan
salah satu faktor psikologik yang dapat memicu terjadinya
mual dan muntah selama kehamilan (Wadud, 2012)
7) Pekerjaan : adanya hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum.
Disimpulkan yang mengalami hiperemesis gravidarum
pada ibu yang tidak bekerja karena tingkat sosial yang
rendah yang menyebabkan ibu hamil kurang perduli
terhadap kesehatan diri dan bayi. Sehingga dapat terjadi
komplikasi pada kehamilan terutama mengalami
hiperemesis gravidarum (Wadud, 2012).

b) Riwayat kesehatan sekarang


Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang
dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala pada
hiperemesis gravidarum, yaitu : mual muntah yang terus
menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa
asam di mulut, serta konstipasi dan demam. Turgor kulit yang
buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardia,
mata cekung dan ikterus.
c) Riwayat kesehatan dahulu
1) Ibu pernah mengalami hiperemesis gravidarum
sebelumnya
2) Ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual
muntah.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga, dan
adanya penyakit yang dapat memicu hiperemesis gravidarum.
e) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan pada ibu
hamil yaitu HPHT (Haru Pertama Haid Terakhir) untuk
menenukan umur kehamilan sehingga dapat di ketahui usia
kehamilan ibu saat terjadi hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum biasanya terjadi pada trimester
pertama. Selain itu juga perlu di tanyakan keluhan saat
menstruasi kemungkinan keluhan sakit kepala dan muntah. Dan
lama menstruasi serta perlu di ketahui siklus menstruasi.
(Mitayani, 2011).
f) Riwayat kehamilan dan persalian
1) Hamil muda : ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak
nafsu ada nafsu makan.
2) Hamil tua : pemeriksaan umum trhadap ibu mengenai berat
badan, tekanan darah dan tingkat kesadaran
g) Riwayat keluarga berencana
Penggunaan kontrasepsi hormonal diduga mempengaruhi
terjadinya mual muntahyang dapat mempengaruhi penyerapan
mual danmuntah sehingga dapat memerparah mual dan muntah.
h) Data psikologi
Riwayat psikologi sangat penting di kaji agar dapat
diketahui keadaan jiwa ibu sehubungan dengan perilaku
terhadap kehamilan. keadaan jiwa ibu yang labil, mudah marah,
cemas, takut, akan kegagalan persalinan, mudah menangis,
sedih, serta kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah.
Hubungan faktor psikologis besar kemungkinan bahwa wanita
menolak hamil atau tidak diinginkannya, tidak nyaman dengan
kehamilannya, takut kehilangan pekerjaan dan keretakan
hubungan dengan suami (Sulistyowati, 2012).
i) Data Sosial Ekonomi
Hiperemesis gravidarum bisa terjadi pada semua
golongan ekonomi, namun pada umumnya terjadi pada tingkat
ekonomi menengah kebawah. Hal ini diperkirakan diengaruhi
oleh tingkat pengetahuan yang di miliki. Status sosial ekonomi
yang rendah juga merupakan faktor resiko yang penting untuk
infeksi H. Pylori pada wanita hamil dengan hiperemesis
gravidarum (Sulistyowati, 2012).
j) Data Penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu
pemeriksaan darah dan urine. Pemeriksaan darah yaitu nilai
hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan
hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan
urinalisis yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi
akibat dehidrasi, juga terdapatnya aseton didalam urine.

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut carol (2012), diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan
pada ibu dengan hiperemesis gravidarum adalah :
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit : kurang dari kebutuhan
tubuh b/d muntah yang berlebihan dan intake yang tidak adekuat.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan
muntahterus menerus, dan asupan diet yang tidak adekuat.
3. Gangguan rasa nyaman ; nyeri pada epigastrium yang b/d muntah
yang berulang, peningkatan asam lambung.
4. Tidak efektifnya pola pertahanan diri b/d efek psikologis terhadap
kehamilan dan perubahan peran sebagai ibu.
5. Resiko injury pada janin b/d berkurangnya peredaran darah dan
makan ke fetal (janin).
6. Kurang pengetahuan mengenai situasiresiko tinggi b/d kurangnya
interpretasi tentang informasi.
7. Ansietas pada ibu b/d resiko kematian janin
8. Intoleransi aktivitas fisik b/d kelemahan akibat nutrisi yang tidak
adekuat dan peningkatan kebutuhan energi pada kehamilan.

C. Intervensi Keperawatan
No DX Tujaun dan Intervensi
Kriteria Hasil
1. Ketidakseimbangan Tujuan : kebutuhan cairan 1. Kaji TTV dan tanda-
cairan dan elektrolit : dan elektroliy terpenuhi. tanda dehidrasi
kurang dari kebutuhan 2. Observasi hasil
tubuh b/d muntah yang Kriteria Hasil : pemeriksaan
berlebihan dan intake 1. Turgor kulit elastis laboratorium sesuai
yang tidak adekuat 2. Mukosa bibir lembab indikasi
3. Asupan cairan oral 3. Istirahatkan ibu di
adekuat tempat yang nyaman
4. Terdapat 4. Pantau tetes cairan infus
kesinambungan asupan 5. Catat intake dan output
dan keluaran dalam 24 6. Anjurkan untuk minum
jam tiap jam
5. Hasil laboratorium 7. Kolaborasi dengan
(hematologi dan dokter dalam pemberian
eletrolit) dalam batas cairan infus
normal.

2. Perubahan nutrisi : Tujuan : 1. Kaji kebutuhan nutri


kurang dari kebutuhan Kebutuhan nutrisi klien
tubuh b/d mual dan terpenuhi. 2. Observasi tanda-tanda
muntahterus menerus, kekurangan nutrisi
dan asupan diet yang Kriteria hasil : 3. Berikan makan dalam
tidak adekuat 1. Nausea dan vomitus jumlah sedikit tapi sering
berkurang atau hilang setiap 2 atau 3 jam
2. Makan yang dihabiskan 4. Berikan makanan yang
1 porsi tidak berlemak dan
3. BB stabil atau berminyak
Bertambah 5. Anjurkan klien untuk
4. Klien mengkonsumsi memakan makanan yang
makanan dengan gizi kering (roti kering dn
yang cukup biskuit)
6. Berikan motivasi agar
mau menghabiskan
makanan
7. Pantau berat badan klien
setelah 2 hari sekali.

3. Gangguan rasa nyaman ; Tujuan : 1. Kaji tingkat nyeri


nyeri pada epigastrium Gangguan rasa nyaman 2. Atur posisi ibu dengan
yang b/d muntah yang nyeri dapat teratasi. kepala lebih tinggi
berulang, peningkatan selama 30 menit setelah
asam lambung Kriteria hasil : makan
1. Nyeri pada epigastrium 3. Perhatikan kebersihan
berkurang mulut ibu sesudah dan
2. Klien tidak terlihat sebelum makan
meringis 4. Alihkan perhatian ibu
3. Skala nyeri 1 pada hal yang
menyenangkan
5. Anjurkan ibu untuk
beristirahat dan batasi
pengunjung.
6. Kolaborasi dalam
pemberian antiemetic
dan sedative dengan
dokter.

4. Tidak efektifnya pola Tujuan : 1. bntu ibu untuk


pertahanan diri b/d efek Pola pertahanan diri efektif mengungkapkan
psikologis terhadap perasaannya secara
kehamilan dan perubahan Kriteria hasil : langsung terhadap
peran sebagai ibu 1. Menunjukkan koping kehamilan
yang efektif 2. dengarkan keluhan ibu
2. Menunjukkan minat dengan penuh perhatian
terhadap aktivitas 3. diskusi kepada ibu
untuk mengisi waktu mengenai masalah yang
luang dihadapi dan pemecahan
3. berpartisipasi dalam masalah yang dapat
pembuatan keputusan dilakukan.
4. mengungkapkan 4. Bantu ibu untuk
secara verbal tentang memecahkan
rencana baik menerima masalahnya, terutama
atau mengubah yang berhubungan
keputusan dengan kehamilan
5. Dukung ibu dalam
menemukan pemecahan
masalah yang
konstruktif.
6. Libatkan keluarga dalam
kehamilan ibu.
7. Kolaborasi dengan
psikiatri jika diperlukan.

5. Resiko injury pada janin Tujuan : 1. Jelaskan pada


b/d berkurangnya Perkembangan janin tidak ibumengenai pentingnya
peredaran darah dan terganggu nutrisi bagi pertumbuhan
makan ke fetal (janin) dan perkembangan janin
Kriteria hasil : 2. Perisa fundus uteri
1. Janin berkembang 3. Pantau denyut jantung
sesuai kehamilan janin
2. Denyut jantung bayi
dalam keadaan normal
dan aktif.
6. Kurang pengetahuan Tujuan : 1. Evaluasi pengetahuan
mengenai situasiresiko Pengetahuan mengenai yang berhubungan
tinggi b/d kurangnya situasi resiko tinggi dengan perubahan yang
interpretasi tentang meningkat. normal pada kehamilan
informasi 2. Berikan informasi yang
Kriteria hasil : behubungan dengan
1. Mengungkapkan situasi resiko tinggi
kesadaran terhadap 3. Pertahankan sikap
kondisi yang membuat terbuka
klien beresiko 4. Berikan bimbingan
2. Dapat menyebutkan antisipasi
kemungkinan tindakan
pencegahan
3. Berpartisipasi untuk
mencapai kehamilan
yang sehat.

7. Ansietas pada ibu b/d Tujuan : 1. Kaji tingkat stress klien


resiko kematian pada Ansietas dpaat teratasi 2. Observasi tanda-tanda
janin perubahan emosional
Kriteria hasil : 3. Perhatikan
1. Mengidentifikasi cara- tingkatansietas klien
cara sehat untuk 4. Berikan kehangatan
menghadapi ansietas secara emosional dan
2. Menggunakan sistem situasi mendukung
pendukung secara
efektif

8. Intoleransi aktivitas fisik Tujuan : 1. Kaji tingkat kemampuan


b/d kelemahan akibat Intoleransi aktivitas dapat klien dalam melkaukan
nutrisi yang tidak teratasi aktifitas
adekuat dan peningkatan 2. Identifikasi aktifitas
kebutuhan energi pada Kriteria hasil : yang menghambat
kehamilan. 1. Klien mampu 3. Berikan dukungan pada
melakukan aktivitas klien dalam melakukan
secara mandiri aktifitas
2. Klien tampak sehat
dan segar
3. Klien dapat
beraktifitas seperti
biasanya.

D. Implementasi
Untuk klien dengan hiperemesis gravidarum, perawat harus
memantau asupan dan keluaran klien secara hati-hati selama berada
dirumah sakit. Secara umum, asupan oral dibatasi, namun setelah
muntah berhenti, pemberian makan per oral diberikan. Sedikit
makanan kering (roti kering atau biskuit) dapat diberikan setiap jam,
yang diselingi air dalam jumlah yang seidkit pula. Apabila klien
menerima pengganti cairan IV atau nutrisi parenteral, perawtan dan
pemantauan infus sangatlah penting dilakukan.
Lingkungan yang bersih merupakan faktor yang penting bagi
klien. Tindakan menghilangkan muntahan dari kamar klien dan
penggunaan pengharum ruangan akan menurunkan bau tidak sedap
yang dapat mengganggu nafsu makan dan mengurangi keinginan untuk
makan (Indriyani,2013).

E. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Klien dapat memberikan respon terhadap nutrisi oral atau
perifer dan berhenti muntah
2. Klien dapat memperlihatkan kenaikan nafsu makan dan berat
badan yang progresif
3. Klien dapat mempertahankan integritas kulit
4. Klien dapat menyatakan mekanisme koping yang positif.

DAFTAR PUSTAKA
Anasari, T. 2012. Beberpa Determinan Penyebab Kejadian Hiperemesis

Gravidarum Di Rsu Ananda Purwokerto Tahun 2009-2011. Jurnal

Kebidanan Volume 2 No 4 Juni 2012

Andani, D. R. 2014. Faktor Resiko Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu

Hamil di Puskesmas Kapongan Kecamatan Kapongan Situbondo

Hutahean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika

Indriyani, D. 2013. Keperawatan Maternitas Pada Area Antenatal.

Yogyakarta:Graha Ilmu.

Khayati, N. 2013. Asuhan Keperawatan. Retrieved from

http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/viewfile/3800/2460.

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta.: Salemba

medika.

Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku Rineka Cipta,

Jakarta, Indonesia.

Reza, A., & Rachmawati, B. 2017. Perbedaan Kadar SGOT dan SGPT

antara Subyek dengan dan tanpa Diabetes Melitus. Jurnal Kedokteran

Diponegoro Volume 6 Nomor 2 April 2017.

Runiari, N,. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hieperemesis

Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika.

Sulistyowati. 2012. Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian

Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I di BPS Ny.

Sayidah Kendal. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan Dan

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah.


Umboh, H.S. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Tompaso Kabupaten

Minahasa, Jurnal Ilmiah Bidan Volume 2 Nomor 2 Juli- Desember

2014.

Anda mungkin juga menyukai