Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

OSTEOMYELITIS
Kelompok 2
Ai Nunung S - Aldy Satia N - Hafita Siti M – M. Dega A - Rina Siti M - Susi Lestari - Tsania N Bilqis - Virgian Aditya
DEFINISI

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum


dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257).
Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik
(Overdoff, 2002:571).
Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi
bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan
osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90).
Jadi pengertian osteomyelitis yang
paling mendasar adalah infeksi
jaringan tulang yang mencakup
sumsum atau kortek tulang yang
disebabkan oleh bakteri piogenik.
Osteomyelitis dapat timbul akut atau
kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
adanya awitan demam sistemik
maupun manifestasi lokal yang
berjalan dengan cepat. Osteomyelitis
kronik adalah akibat dari
osteomyelitis akut yang tidak
ditangani dengan baik (Price,
1995:1200).
ETIOLOGI
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aureus (70%-80%).
Organisme penyebab yang lain adalah salmonela staphylococcus dan
pneumococcus (Overdoff, 2002:571). Luka tekanan, trauma jaringan lunak,
nekrosis yang berhubungan dengan keganasan dan terapi radiasi serta luka
bakar dapat menyebabkan atau memperparah proses infeksi tulang. Infeksi
telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis
pada rahang bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi
dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering menyebabkan
traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering di temukan pada orang lebih tua
karena faktor penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273)
TANDA DAN GEJALA
Gejala umum akut (Overdoff, 2002:572),
seperti:
1. Demam,
2. toksemia,
3. dehidrasi, pada tempat tulang yang
terkena panas dan nyeri,
4. berdenyut karena nanah yang tertekan,
terdapat tanda-tanda abses dengan
pembengkakan.
PATOFISIOLOGI
Proses mikroorganisme untuk menempel dan membentuk koloni dalam
tulang dipengaruhi virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, dan kondisi
lokal jaringan. Virulensi mikroorganisme ditentukan oleh kemampuan untuk
melekat pada matriks tulang, bertahan terhadap mekanisme fagositosis
pertahanan tubuh, dan kemampuan untuk menembus jaringan. Kemampuan
melekat dibentuk oleh polisakarida yang diproduksi oleh mikroorganisme.
Staphylococcus aureus, juga memiliki kemampuan untuk hidup intrasel,
dan membentuk biofilm sehingga mempersulit mekanisme pertahanan tubuh
alami untuk membunuh mikroorganisme tersebut.
Biofilm adalah lapisan koloni mikroorganisme patogen yang saling
terhubung dalam membrane dengan metabolism lebih rendah. Hubungan antar
sel tersebut memudahkan distribusi nutrisi, dan metabolism yang rendah
menjadikan antibiotika kurang efektif. Lapisan membran tersebut juga
menghambat difusi antibiotika dan mekanisme fagositosis tubuh.
Pada osteomielitis hematogenik, bersarangnya kuman pada metafisis tulang
panjang anak diduga akibat melambatnya aliran darah yang disebabkan
melengkungnya (looping) pembuluh darah saat mendekati dan menjauhi
lempeng epifisis, serta tiadanya lapisan membranosa di bagian itu. Sehingga
menimbulkan kondisi yang bersifat relatif avaskular di dekat lempeng epifisis
dan mungkin ditambah dengan adanya trauma lokal di daerah tersebut. Aliran
yang lambat ini memungkinkan kuman melekat dan berproliferasi di daerah
metafisis tersebut.
Proliferasi kuman pada fokus infeksi menyebabkan meningginya tekanan
intraoseus lokal melebihi tekanan kapiler darah sehingga terjadi kondisi
iskemia jaringan. Selanjutnya terjadi ekspansi dari infeksi terjadi ke arah
medulla dan ke arah korteks. Infeksi kemudian bergerak menuju permukaan
kulit, dan pus keluar dari kulit melalui sinus.
Selama proses tersebut, tulang melakukan reaksi untuk melokalisir proses
infeksi dengan melakukan pembentukan tulang baru di sekitar fokus infeksi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Peningkatan laju endap eritrosit (Ros, 1997:90)
2. Lukosit dan LED meningkat (Overdoff, 2002:572)
Rontgen
Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua
minggu kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikasi
pada batang tulang, yang kemudian dapat meluas dan
diikuti oleh tanda-tanda pembentukan involukrom
(Overdoff, 2002:572).
Scan tulang, biasanya sebelum rontgen (Overdoff,
2002:572).
Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20
menit beberapa kali sehari.
2. Kultur darah: lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi
organisme dan memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan
selama 3 bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik
pertahankan terapi antibiotik tambahan.
PATHWAY
KLASIFIKASI
Osteomielitis biasanya dibagi berdasarkan durasi
yaitu:

Akut

Subakut Kronis
Kondisi Akut Kondisi Subakut Kondisi Kronis

Terjadi dalam
beberapa bulan,
Terjadi pada infeksi Terjadi dalam minggu ditandai dengan
baru (beberapa hari pertama sampai kondisi inflamasi
sampai minggu beberapa bulan, lokal kronis dengan
pertama) dimana dimana kondisi perubahan warna
tanda- tanda radang inflamasi lokal kulit, jaringan parut,
akut terlihat jelas terlihat ringan dan
disertai demam, bengkak hilang
tidak terdapat gejala timbul, dan
malaise, dan sistemik yang jelas.
iritabilitas pasien keluarnya cairan
pada neonates. dari lubang di kulit
(draining sinus)
berulang.
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS
Pengkajian
1. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan, eritema,
demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam
sedang.
2. Kaji adanya faktor risiko (mis. Lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan
cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3. Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan melakukan gerakan
perlindungan.
4. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik
infeksi.
5. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, hangat
yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami kelemahan umum
akibat reaksi sistemik infeksi.
6. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
7. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore dan
malam hari.
Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dengan
osteomielitis dapat meliputi :
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat
imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan.
3. Risiko terhadap penyebaran infeksi, pembentukan abses tulang.
4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan.
Intervensi Keperawatan
Peredaan Nyeri massage, distraksi, relaksasi, hipnotik untuk

a. Imobilisasikan bagian yang terkena dengan mengurangi persepsi nyeri dan kolaborasi dengan

bidai untuk mengurangi nyeri dan spasme medis untuk pemberian analgetik.

otot.
Perbaikan Mibilitas Fisik.
b. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena
a. Program pengobatan dengan membatasi aktivitas.
harus dibuat sedemikian sehingga masih
b. Lindungi tulang dengan alat imobilisasi dan
dapat digerakkan sesuai rentangnya namun
hindarkan stres pada tulang karena Tulang
dengan lembut.
menjadi lemah akibat proses infeksi.
c. Tinggikan bagian yang terkena untuk
c. Berikan pemahaman tentang rasional pembatasan
mengurangi pembengkakan dan
aktivitas.
ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
d. Partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari
d. Pantau Status neurovaskuler ekstremitas yang dalam batas fisik tetap dianjurkan untuk
terkena. mempertahankan rasa sehat secara umum.
e. Lakukan Teknik manajemen nyeri seperti
Mengontrol Proses Infeksi. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan

a. Pantau respons pasien terhadap terapi Perawatan di Rumah

antibiotika. a. Pasien harus dalam keadaan stabil secara

b. Observasi tempat pemasangan infus tentang medis dan telah termotivasi, dan keluarga

adanya i flebitis atau infiltrasi. harus mendukung. Lingkungan rumah harus

c. Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan bersifat kondusif.

upaya untuk meyakinkan adanya peredaran b. Pasien dan keluarganya harus memahami

darah yang memadai untuk mempertahankan benar protokol antibiotika.

imobilitas Yang dibutuhkan, dan untuk c. Ajarkan cara teknik balutan secara steril dan

memenuhi pembatasan beban berat badan. teknik kompres hangat.

d. Pantau kesehatann urnum dan nutrisi pasien. d. Pantau dengan cermat mengenai

e. Berikan diet protein seirnbang, vitamin C dan bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan

vitamin D dipilih untak meyakinkan adanya suhu Yang mendadak.

keseimbangan nitrogen dan merangsang

penyembuhan.
Evaluasi

Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas


tindakan:
1. Proses (sumatif). Fokusnya adalah aktifitas
dari proses keperawatan dan kualitas
tindakan evaluasi dilaksanakan sesudah
perencanaan keperawatan.
2. Hasil (formatif). Fokusnya adalah perubahan
perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan.
Dengan hasil yang diharapkan:
Mengalami Peredaan Nyeri a. Tiadanya pus
a. Melaporkan berkurangnya nyeri b. Angka leukosit dan laju endap darah
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat kembali normal
terjadinya Infeksi c. Biakan darah negatif
c. Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila
bergerak Mematuhi Rencana Terapeutik
d. Memakai antibiotika sesuai resep
Peningkatan Mobilitas Fisik e. Melindungi tulang yang lemah
d. Berpartisipasi‑dalam aktivitas f. Memperlihatkan perawatan luka yang benar
perawatan~diri g. Melaporkan bila ada masalah segera
e. Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas h. Makan diet seimbang dengan tinggi
Yang sehat protein dan vitamin C dan D
f. Memperlihatkan penggunaan alat i. Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
imobilisasi dan alat bantu dengan aman j. Melaporkan peningkatan kekuatan
k. Tidak melaporkan peningkatan suhu badan
Tiadanya Infeksi atau kambuhan nyeri, pembengkakan, atau
g. Memakai antibiotika sesuai resep gejala lain di tempat terrsebut.
h. Suhu badan normal
i. Tiadanya pembengkakan
KESIMPULAN

Osteomielitis adalah peradangan pada tulang oleh infeksi mikroorganisme


berupa bakteri, mycobacterium, maupun jamur. Proses infeksi yang terus
berlanjut dapat menyebabkan kerusakan tulang yang semakin luas
mengakibatkan morbiditas dan sepsis yang dapat berujung pada kematian.
Pada fase lanjut ini, tatalaksana membutuhkan biaya tinggi, dan defek tulang
luas, cacat permanen bahkan dapat berakhir pada amputasi. Oleh
karenanya, deteksi dini, identifikasi mikroorganisme penyebab, eradikasi
jaringan tulang nekrotik, dan pemberian antibiotika jangka panjang
merupakan tatalaksana prinsip untuk keberhasilan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai