Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN

KEPERAWATAN
OSTEOMIELITIS
Oleh:
Taufan Arif, S.Kep., Ns., M.Kep
DEFINISI
 Osteomielitis (OSTEO – berasal dari bahasa yunani, yang berarti tulang,
MIELO-yang berarti sumsum tulang, dan ITIS adalah inflamasi) yang berarti
suatu infeksi dari tulang dan sumsum tulang.
 Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae
ETIOLOGI
1. Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan
jarang oleh streptococcus hemolitikus.
2. Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3. Organism yang lain seperti : bakteri E coli, salmonella thyposa,
Pseudomonas, Proteus.
ANGKA KEJADIAN

Lokasi >> pada femur, tibia,


>> pada pria tulang-tulang humerus, radius,
panjang ulna dan fibula
TIGA RUTE ORGANISME MENCAPAI
FOKUS INFEKSI:
1. Inokulasi/kontak langsung pada saat pembedahan atau kejadian
trauma (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka
tembak, pembedahan tulang)
2. Penyebaran Hematogen dari Pusat infeksi, seperti abses, infeksi
dada, ISPA
3. Penyebaran lokal dari luka yang terinfeksi, khususnya dari luka
bakar dan trauma jaringan lunak yang lain (mis. Ulkus dekubitus
yang terinfeksi)
INDIKATOR PENINGKATAN
RESIKO INFEKSI
1. Ketidakseimbangan elektrolit dan nutrisi yang buruk
2. Kondisi medis yang meliputi diabetes, anemia, alkoholisme, penyakit
imunitas
3. Fokus infeski yang lain, mis: ISK, infeksi dada
4. Integrias kulit yang buruk, mis: karena trauma, dekubitus, luka bakar.
5. Adanya benda asing pada tubuh
6. Terapi pengobatan yang meliputi terapi steroid dan stres pembedahan
7. Usia (anak-anak dan lansia) beresiko lebih tinggi
PATHWAY
Memisahkan
Materi terinfeksi
Bakteri fokus Terakumulasi pada Memicu awal periosteum dari
bermigrasi ke
infeksi mll 3 rute metafisis infeksi tulang yang
korteks
mendasarinya

Sel darah putih


Jika dekat dengan Akumulasi
Infeksi menjalar ke Nekrosis tulang tidak
sendi tjd artritis jaringan terifeksi
kulit (sinus) (Sekuestrum) mengeluarkan
septik & iskemik
materi terinfeksi

Pertumbuhan Indikasi
Sekuestrum Resiko fraktur
tulang baru osteomielitis Tulang lemah
terisolasi patologis
(involukrum) kronik
KLASIFIKASI MENURUT
KEJADIANNYA
1. Osteomyelitis Primer  Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung
melalui luka, pembedahan
2. Osteomyelitis Sekunder  Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui
aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran
nafas, infeksi dada.
KLASIFIKASI MENURUT
PERLANGSUNGANNYA
1. Osteomielitis Akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam <2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi karena penyebaran infeksi di dalam
darah dan kontak langsung
2. Osteomielitis Kronik
Osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul. Biasanya karena ada luka atau trauma khususnya dari luka bakar dan
trauma jaringan lunak yang lain (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler)
GEJALA KLINIS SECARA UMUM
1. Pada bayi dan anak-anak  mendadak
2. Nyeri tekan pada tulang setelah pembengkakan dan dan kemerahan
3. Gerakan volunter ekstremitas tsb. terbatas
4. Pada dewasa  permulaan kurang mencolok
5. Nyeri lokal sama-samar, berpindah-pindah
6. Keterbatasan gerakan sendi
GEJALA KLASIK PADA
OSTEOMIELITIS AKUT
Gejala Lokal Gejala Sistemik
 Nyeri pada area infeksi  Demam

 Pembengkakan lokal  Nadi cepat

 Kemerahan pada area terinfeksi  Sakit kepala

 Suhu raba hangat  Sakit tenggorokan

 Efusi Sendi  Mual


 Malaise
GEJALA OSTEOMIELITIS
KRONIK
 Ada luka, bernanah, berbau busuk
 Pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus
 Timbul sekuestrum
 Timbulnya involukrum
 Nyeri area yang terinfeksi
 Gejala-gejala umum tidak ada
 Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
 Lab = LED meningkat
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Keluhan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari
sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
2. kaji adanya faktor risiko / RIWAYAT PENYAKIT (mis. Umur, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang)
dan cedera/trauma/luka terbuka, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3. Riwayat Psikososial.
 Klien sering kali merasa ketakutan, khawatir, infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi .
 Klien bisa merasa terisolir dari yang lain dan tjd perubahan konsep diri

4. Pemeriksaan fisik
1. adanya daerah inflamasi, eritema atau kemerahan , pembengkakan nyata, hangat/panas dan nyeri tekan (ingat
RKDTF)
2. Area disekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi
3. Cairan purulen dapat terlihat.
4. kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
5. Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan.
6. Efek sismetik menunjukkan adanya demam biasanya di atas 38 C, takhikardi iritable, lemah, bengkak, eritema
7. VITAL SIGN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
 Sel darah putih meningkat disertai peningkatan laju endap darah

Pemeriksaan Kultur
 Pemeriksaan Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai

Pemeriksaan feses
 Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella

Rontgen
 pemeriksaan sinar – x akan mengeliminasi penyebab lain dari gejala yang timbul dan menunjukkan adanya
fraktur patologis.
Bone Scan & Biopsi Tulang
 Mengidentifikasi abnormalitas korteks, abses, saluran sinus, dan sekuestrum.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


 mendeteksi penyebaran infeksi ke jaringan lunak dan sumsum tulang. jika terdapat fokus gelap pada T1 dan
fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
 Nyeri akut
 Nyeri Kronis
 Gangguan Mobilitas fisik
 Gangguan integritas kulit/jaringan
 Hipertermia
 Defisit Nutrisi
 Kurang pengetahuan
 Defisit perawatan diri
 Resiko Infeksi
 dll
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan nyeri:
 elevasi dan sokongan pada tulang yang terinfeksi (traksi, bidai, gips perlu dipertimbangkan)
 Pemberian obat analgesik dan antipiretik (aspirin dan paracetamol) jika nyeri hebat bisa pakai
analgesik Opiat dan pantau efektifitasnya
 Kaji kembali tipe nyeri utk menilai perkembangannya
 Bantu klien utk perubahan posisi tiap 2 jam, hal ini dapat meningkatkan sirkulasi, menurunkan
kelemahan dan mencegah kontraktur otot
 Berikan bantalan di bawah ekstremitas yg sakit
 Lakukan massage punggung untuk meningkatkan sirkulasi
 Berikan aktivitas lain (mis. Membaca, menonton TV, mendengarkan musik dll.)  Aktfitas ini dapat
mengalihkan perhatian dan rasa nyeri dan merangsang pengeluaran endorfin y.i sejenis morfin yg
diproduksi oleh tubuh.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan mobilisasi:
 Dorong klien utk melakukan latihan ROM aktif utk anggota yg sehat dan latihan ROM scr pasif pd
ekstremitas yg sakit scr bertahap
 Bantu klien ke tempat duduk bila memungkinkan
 Bantu klien ambulasi (bila telah mampu) dg memakai kruk, walker atau tongkat. Biasanya dilakukan
bersama-sama dg fisioterapi.
Penatalaksanaan Integritas Kulit:
 Observasi kulit scr periodik  perubahan warna, temperatur, ukuran lesi dan drainase, shg perawat
dpt sgr mendeteksi perubahan-2 pd kulit
 Ganti balutan setiap hari scr. steril utk mempercepat penyembuhan dan menghindarkan akumulasi
 Berikan diet TKTP serta intake vitamin C, kalsium dan vitamin D utk mempercepat proses
penyembuhan
PENATALAKSANAAN
Kultur darah
 Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih
antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen
Terapi Antibiotik
 antibiotik untuk infeksi staphylococcus aureus adalah kloksasilin, sefazolin, dan klindamisin
 Benzilpenisilin untuk infeksi streptokukus
 Antibiotik dilanjut dari 4 minggu sampai beberapa bulan
 Terapi antiemetik reguler diperlukan pada beberapa pasien karena mual sebagai akibat efeksamping
antibiotik
PENATALAKSANAAN (LANJUTAN)
Penatalaksanaan Bedah
 Dilakukan jika terapi antibiotik tidak efektif atau tekanan materi terinfeksi memerlukan
dekompresi
 Penatalaksaan bedah pada tulang umumya meliputi pengeluaran materi terinfeksi dan nekrotik
 Pembedahan meliputi debridemen ekstensif untuk mengendalikan infeksi, irigasi area, fiksasi
skeletal, atau penyelamatan ekstremitas yang meliputi fiksasi eksternal
 Jika sendi terinfeksi maka eksprorasi terbuka atau artroskopi disertai debridemen dan irigasi
sendi, diperlukan.
 Pada kondisi terburuk maka eksisi atau amputasi mungkin satu-satunya cara untuk mencegah
penyebaran infeksi yang mengakibatkan septikemia.
EVALUASI
1. Menerima / kooperatif selama pengobatan / perawatan yg lama
2. Tidak merasakan nyeri yg berlebihan
3. Terpelihara integritas kulitnya
4. Dapat melakukan ambulasi scr independent .

Anda mungkin juga menyukai