Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL (OSTEOMIELITIS)

Disusun oleh kelompok 5 :

1. Ira Andria Arisasmita


2. Unang

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS QOMARUL

HUDA BAGU (UNIQHBA) LOMBOK TENGAH

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Definisi osteomielitis

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan


daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan
defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang


disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).

2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh staphylococcus (Henderson, 1997).

B. Etiologi

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah
Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur

4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami
infeksi melalui 3 cara:

1. Aliran darah

Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-
anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).

Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal,
rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa
terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi
pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.

2. Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang


terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan
dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di
kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis).
Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

C. Manifestasi klinis

Menurut Smeltzer (2002)

1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala
lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan
nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau


kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
D. Patofisiologi

(Brunner, suddarth. (2001) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70%


sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh
darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol
awal, kemudian akan membentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari
dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
E. Pathway
F.
Factor predisposisi : virulensi kuman,riwayat trauma,
usia, nutrisi
Invasi mikroorganisme
dari tempat lain melalui Fraktur terbuka
darah
Masuk ke juksta epifisis Kerusakan pembuluh darah
tulang panjang dan adanya port de entree

Invasi kuman ke tulang sendi

osteomilitis

fagositosis

Proses inflamasi : gang fungsi ,pembengkakan, pembentukan pus,


kerusakan integritas jaringan

Proses Keterbatasan Peningkatan


inflamasi pergerakan jaringan
secara umum tulang dan
medula
Penurunan Komplikasi
Demam , Iskemia dan
kemampuan infeksi
malaise, nekrosis tulang
pergerakan
penurunan
kemampuan
tonus otot Pembentukan abses septikemia
Hambatan
tulang
mobilitas fisik
Kurang terpajan
informasi dan
Defisit perawatan diri Involucrum, nyeri pengetahuan
pengeluaran pus
dan luka
Ketidakseimb Kelemahan fisik
angan nutrisi :
kurang dari Deformitas, bau Risiko
Tirah baring lama, dari adanya luka Gangguan osteomilitis
kebutuhan penekanan lokal pertumbuhan kronis

Kerusakan integritas Gg citra Defisiensi pengetahuan


kulit diri dan informasi
G. Pemeriksaan penunjang
(Brunner, suddarth. (2001)
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan


radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama

b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.

H. Penatalaksanaan Medis
(Brunner, suddarth. (2001)
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang
ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.

c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk


kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian
diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang
ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan
kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS


A. Pengkajian Assesment ( Bio, Psiko, Sosio, Spiritual)

1. Identitas

Meliputi: Nama “A”, jenis kelamin dapat mempengaruhi terutama jenis


kelamin laiki-laki beban kerja lebih berat daripada wanita , usia lebih muda lebih
mudah melakukan aktivitas daripada lansia, alamat dapat mempengaruhi karena
jika jarak tempuh lebih jauh dari pasilitas kesehatan daripada yang lebih dekat,
agama mempengaruhi karena beragama non muslim mengkonsumsi daging
berbagai macam sedangkan yang beragama muslim hanya diperbolehkan yang
halal dan lebih sehat, bahasa yang digunakan, status perkawinan mempengaruhi
jika mempunyai pasangan akan lebih memudahkan untuk perawatan
kesembuhannya, jika tidak mempunyai pasangan duda/janda akan mempersulit
kesembuhan karena kemungkinan hidup sendiri, pendidikan mempengaruhi
karena jika pendidikan lebih tinngi semakin luas wawasan dan tindakan yang
dilakukan untuk kesembuhan penyakitnya , pekerjaan lebih berat akan
mempengaruhi penyakitnya, asusransi mempengaruhi karena jika tidak ada biaya
pasien kadang tidak ke pelayanan kesehatan karena mahal.

Pada umumnya, keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST :

a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak
menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,
nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-3
pada rentang skala pengukuran 0-4

e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari
2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala


akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan


sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang,
infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun


biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.

3. Psikososial

Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,


takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat
perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan atau sekolah.

4. Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.

5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon


a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya, apakah
klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan
karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena
rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak,
menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit
yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan
klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
masalah seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.

k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien
agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di
RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

B. Masalah atau Diagnosa keperawatan


1. Nyeri b.d inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan.
3. Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang
4. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
C. Intervensi keperawatan (NCP)
No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Untuk mengetahui
keperawatan — Mengkaji karakteristik tingkat rasa nyeri
diharapkan nyeri nyeri : lokasi, durasi, sehingga dapat
dapat berkurang atau intensitas nyeri dengan menentukan jenis
terkontrol dan rasa menggunakan skala tindakannya.
nyaman meningkat. nyeri (0-10) — Mencegah pergeseran
— Mempertahankan im- tulang dan penekanan
Kriteria hasil: mobilisasi (back slab) pada jaringan yang luka.
 Tidak terjadi — Peningkatan vena
nyeri — Berikan sokongan return, menurunkan
 Napsu makan (support) pada edem, dan mengurangi
menjadi normal, ektremitas yang luka nyeri
 ekspresi wajah — Untuk mengetahui
rileks dan — Amati perubahan suhu penyimpangan –
 suhu tubuh setiap 4 jam penyimpangan yang
normal terjadi
— Mengurangi rasa nyeri
— Kompres air hangat dan memberikan rasa
Koaborasi nyaman
— Mengurangi rasa nyeri
— Pemberian obat-
obatan analgesik

2. Tujuan: setelah Mandiri


diberikan tindakan — Pertahankan tirah
keperawatan baring dalam posisi — Agar gangguan
diharapkan yang di programkan mobilitas fisik dapat
Gangguan mobilitas — Tinggikan ekstremitas berkurang
fisik dapat berkurang yang sakit, — Dapat meringankan
instruksikan klien / masalah gangguan
Kriteria hasil: bantu dalam latihan mobilitas fisik yang
rentang gerak pada dialami klien
 Meningkatkan
ekstremitas yang sakit
mobilitas pada
dan tak sakit
tingkat paling
— Beri penyanggah pada
tinggi yang — Dapat meringankan
ekstremitas yang sakit
mungkin masalah gangguan
pada saat bergerak
 Mempertahankan
mobilitas yang dialami
posisi fungsional klien
— Jelaskan pandangan
 Meningkatkan /
dan keterbatasan — Agar klien tidak banyak
fungsi yang sakit melakukan gerakan
dalam aktivitas
 Menunjukkna
yang dapat
teknik mampu membahayakan
— Berikan dorongan
melakukan — Mengurangi terjadinya
pada klien untuk
aktivitas penyimpangan –
melakukan AKS
dalam lingkup penyimpangan yang
keterbatasan dan beri dapat terjadi
bantuan sesuai
kebutuhan
— Ubah posisi secara
periodik — Mengurangi gangguan
Kolabortasi mobilitas fisik
— Fisioterapi / aoakulasi
terapi — Mengurangi gangguan
mobilitas fisik
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Pertahankan system — Mencegah pemasukan
keperawatan kateter steril; berikan bakteri dari infeksi/
diharapkan Tidak perawatan kateter sepsis lanjut.
D. Outcome atau Kriteria Hasil

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan


osteomielitis diharapkan sebagai berikut:
1. Nyeri berkurang atau terkontrol dan rasa nyaman meningkat
2. Gangguan mobilitas fisik berkurang
3. Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami
4. Ansietas hilang dan pasien mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta
2. Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC
3. Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
4. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta
5. Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai