A. PENGERTIAN
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang dapat disebabkan
oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (m.tuberkulosa,jamur).
(Arif mansjoer, 2002)
Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang yang dapat bersifat akut maupun kronis.
(Price and wilson, 2005).
B. KLASIFIKASI
Menurut Arif Mansjoer dkk (2002):
Pembagian Osteomyelitis yang lazim dipakai adalah :
1. Osteomyelitis primer yang disebabkan penyebaran kuman-kuman mencapai tulang
secara langsung melalui luka Osteomyelitis primer dapat dibagi menjadi Osteomyelitis
akut dan kronik
2. Osteomyelitis sekunder atau Osteomyelitis yang disebabkan penyebaran kuman dari
sekitarnya, seperti bisul dan luka.
C. ETIOLOGI
Menurut Efendi (2007):
Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena bakteri, virus, jamur dan mikro organisme
lain. Golongan atau jenis patogen yang sering adalah Staphylococcus aureus
menyebabkan 70%-80% infeksi tulang, Pneumococcus, Typhus bacil, Proteus,
Psedomonas, Echerchia coli, Tuberculose bacil dan Spirochaeta.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Smletzher, 2002:
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomilitis meliputi proteus, pseudomonas,
dan e.coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram
negative dan anaerobic.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi,
dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat
tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peingkatan
tekanan jaringan dan medulla. Inveksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan
kebawah poriesteum dan dapat menyeber ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
Kecuali bila proses inveksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses pada
tulang.
Pada perjalan alamiahnya, abses dapat keluar secara spontan; namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada
umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar.
Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak.
Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum.jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang
tetap ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
E. PATHWAY
osteomilitis
fagositosis
G. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Arif muttaqin (2008)
1. Usia ( terutama mengenai bayi dan anak-anak)
2. Jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada wanita dengan perbandingan 1:4)
3. Trauma( hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya osteomilitis)
4. Lokasi ( osteomilitis sering terjadi pada daerah metafisis)
5. Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Arif mansjoer dkk (2002):
1. Pemeriksaan laboratarium: pada fase akut ditemukan CRP yang meninggi, laju endap
darah (LED ) yang meninggi dan leukositosis.
2. Pemeriksaan Radiologik: pada fase akut gambaran radiologik tidak menunjukkan
kelainan, pada fase kronik ditemukan suatu involukrum dan sekuester.
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Arif Mansjoer (2002):
a. Perawatan di rumah sakit
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse
c. Pemeriksaan biakan darah
d. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram negative
diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3-6
minggu
e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
f. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan pembedahan ialah :
a. Adanya abses
b. Rasa sakit yang hebat
c. Adanya sekuester
d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epedermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila infolukrum telah
cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur peasca pembedahan.
J. KOMPLIKASI
Menurut Arif muttaqin (2008) :
1. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang memadai,
kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan
2. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastasis ke tulang sendi
lainnya ,otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal, dan biasanya terjadi pada
klien dengan gizi buruk
3. Artitis supuratif. Dapat terjadi pada bayi karena lempng epifisis bayi belum
berfungsi dengan baik
4. Gangguan pertumbuhan. Osteomilitis hematogen akut pada bayi dapat
menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan,
tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN OSTEOMYLITIS
KASUS:
Seorang lelaki, Didit (20 tahun), diduga menderita infeksi bakteri patogenik dengan
keluhan pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah. 2 tahun yang lalu, ada riwayat
kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang. Pada
plain foto didapatkan penebalan periosteum, bone resorption, sklerosis sekitar tulang,
involucrum.
Pasien didiagnosa osteomyelitis, didapatkan deformitas, scar tissue, sinus dengan
discharge, seropurulent, dan ekskoriasi sekitar sinus. Klien mengeluh nyeri pada tungkai
bawah yang mengalami fraktur, skala nyeri 7, terasa senut-senut, panas, sifatnya sering, wajah
menahan sakit, akral hangat, bibir kering.
Pemeriksaan TTV didapatkan: TD: 130/90 mmHg, S: 390C, N : 100 x/mnt, RR : 22 x/mnt
A. PENGKAJIAN
1. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan,
eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,
pembengkakan dan demam sedang.
2. Kaji adanya faktor risiko (mis. Lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang)
dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3. Pasien selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan
perlindungan.
4. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi
sistemik infeksi.
5. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata,
hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami
kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
6. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
7. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore
dan malam hari.
B. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DO: Inflamasi, infeksi, Gangguan rasa
Wajah pasien tampak meringis, bengkak, hipertermia, nyaman: nyeri
menahan sakit, dan sering mengeluh nekrosis jaringan,
tentang sakitnya. fraktur.
suhu tubuh pasien 390C.
terdapat bekas fraktur pada tungkai
bawah, scar tissue, sinua dengan
discharge, seropurulen, dan
ekskoriasi.
DS:
Pasien mengatakan bahwa;
P: nyeri terasa apabila dipegang atau
diraba.
Q: nyeri terasa panas, senut- senut
R: nyeri terasa pada bagian tungkai
bawah yang mengalami fraktur
S: skala nyeri pasien 7
T: nyeri sifatnya sering dan terus
menerus.
DO: Nyeri, tidak nyaman, Kerusakan
Terdapat penebalan periosteum, bone kerusakan mobilitas fisik
resorption, sclerosis sekitar tulang. muskuloskeletal, anjuran
Terdapat scar tissue dan bekas imobilitas
fraktur pada tungkai bawah.
DS:
Pasien mengatakan nyeri, tidak
nyaman pada tungkai bagian bawah.
DO: Proses penyakit, Risiko fraktur
Terdapat penebalan periosteum, bone penyebaran infeksi patologi
resorption, sclerosis sekitar tulang.
Terdapat scar tissue dan bekas
fraktur pada tungkai bawah.
DS:
Pasien mengatakan nyeri, tidak
nyaman pada tungkai bagian bawah.
DO: Proses infeksi, Hipertermia
Suhu tubuh pasien 390C. peningkatan kecepatan
Akral hangat metabolik.
Terdapat rubor
Frekuensi napas meningkat: 22x/mnt
DS:
Pasien mengeluh badannya panas.
DO: Keterbatasan informasi, Defisit
Pasien selalu mengeluh, gelisah, dan interpretasi yang salah pengetahuan
selalu bertanya. terhadap informasi.
DS:
Pasien mengatakan bahwa dirinya
pernah datang ke dukun tulang untuk
mengobati penyakitnya.
C. DIAGNOSA
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa pada pasien dengan osteomielitis
keperawatan menurut wilknson (2006) /NANDA meliputi:
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman, kerusakan
muskuloskeletal, anjuran imobilitas.
3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di tulang,
luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan metabolik.
5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan informasi,
interpretasi yang salah terhadap informasi.
D. INTERVENSI
1. Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi dan pembengkakan
Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.
Kriteria hasil: secara subyektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi,
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri. Klien tidak
gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teratasi.
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Kaji nyeri dengan skala 0-4 a. Nyeri merupakan respon subyaktif yang
dapat dikaji dengan menggunakan skala
nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di
atas tingkat cidera.
b. Atur posisi imobilisasi pada b. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi
daerah nyeri sendi atau nyeri di nyeri pada daerah nyeri sendi atau nyeri di
tulang yang mengalami infeksi. tulang yang mengalami infeksi.
c. Bantu klien dalam c. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan ,
mengidentifikasi factor pencetus. pergerakan sendi
d. Jelaskan dan bantu klien terkait d. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
dengan tindakan peredaran nyeri dan tindakan nonfarmakologi lain
nonfarmakologi dan noninvasi. menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
e. Ajarkan relaksasi: teknik e. Teknik ini melancarkan peredaran darah
mengurangi ketegangan otot sehingga kebutuhan O2 pada jaringan
rangka yang dapat mengurangi terpenuhi dan nyeri berkurang.
intensitas nyeri dan
meningkatkan relaksasi masase.
f. Ajarkan metode distraksi selama f. Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri
nyeri akut. ke hal-hal yang menyenangkan.
g. Beri kesempatan waktu istirahat g. Istirahat merelaksasi semua jaringan
bila terasa nyeri dan beri posisi sehingga meningkatkan kenyamanan.
yang nyaman (misal: ketika
tidur, punggung klien diberi
bantal kecil).
h. Tingkatkan pengetahuan tentang h. Pengetahuan tersebut membantu
penyebab nyeri dan hubungan mengurangi nyeri dan dapat membantu
dengan beberapa lama nyeri meningkatkan kepatuhan klien terhadap
akan berlangsung. rencana terapeutik.
Kolaborasi
Pemberian analgesik Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga
akan berkurang.
Kolaborasi:
Kolaborasi: Berguna dalam membuat aktivitas
Konsul dengan ahli terapi individual/program latihan. Pasien dapat
fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi memerlukan bantuan jangka panjang dengan
spesialis. gerakan, kekuatan, aktivitas, yang
mengendalikan berat badan, juga penggunaan
alat.
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Kaji kerusakan jaringan lunak a. Menjadi data dasar untuk memberi
informasi tentang intervensi perawatan luka,
alat, dan jenis larutan apa yang akan
digunakan.
b. Lakukan perawatan luka : b. Perawatan luka dengan tehnik steril dapat
lakukan perawatan luka dengan mengurangi kontaminasi kuman langsung
tehnik steril. ke area luka.
c. Kaji keadaan luka dengan tehnik c. Manajemen membuka luka dengan
membuka balutan dan mengguyur larutan NaCl ke perban dapat
mengurangi stimulus nyeri, bila mengurangi stimulus nyeri dan dapat
perban melekat kuat, perban menghindari terjadinya perdarahan pada
diguyur dengan NaCl. luka osteomielitis kronis akibat perban yang
kering oleh pus.
d. Larutkan pembilasan luka dari d. Tehnik membuang jaringan dan kuman
arah dalam keluar dengan larutan diarea luka sehingga keluar dari area luka.
NaCl.
e. Tutup luka dengan kasa steril e. NaCl merupakan larutan fisiologis yang
atau kompres dengan NaCl yang lebih mudah diabsorbsi oleh jaringan
dicampur dengan antibiotik. daripada larutan antiseptik. NaCl yang
dicampur dengan antibiotik dapat
mempercepat penyembuhan luka akibat
infeksi osteomielitis.
f. Lakukan nekrotomi pada f. Jaringan nekrotik dapat menghambat
jaringan yang sudah mati. penyembuhan luka.
g. Rawat luka setiap hari atau g. Memberi rasa nyaman pada klien dan dapat
setiap kali bila pembalut basah membantu meningkatkan pertumbuhan
atau kotor. jaringan luka.
h. Hindari pemakaian peralatan h. Pengendalian infeksi nosokomial dengan
perawatan luka yang sudah menghindari kontaminasi langsung dari
kontak dengan klien perawatan luka yang tidak steril.
osteomielitis, jangan digunakan
lagi untuk melakukan perawatan
luka pada klien lain.
i. Gunakan perban elastis dan gips i. Pada klien osteomielitis dengan kerusakan
pada luka yang disertai tulang, stabilitas formasi tulang sangat labil.
kerusakan tulang atau Gips dan perban elastis dapat membantu
pembengkakan sendi. memfiksasi dan mengimobilisasi sehingga
dapat mengurangi nyeri.
j. Evaluasi perban elastis terhadap j. Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat
resolusi edema. dapat menyebabkan edema pada daerah
distal dan juga menambah nyeri pada klien.
k. Evaluasi kerusakan jaringan dan k. Adanya batasan waktu selama 7x24 jam
perkembangan pertumbuhan dalam melakukan perawatan luka klien
jaringan dan lakukan perubahan osteomielitis menjadi tolok ukur
intervensi bila pada waktu yang keberhasilan intervensi yang diberikan.
ditetapkan tidak ada Apabila masih belum mencapai kriteria
perkembangan pertumbuhan hasil sebagainya kaji ulang faktor-faktor
jaringan yang optimal. yang menghambat pertumbuhan jaringan
luka.
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan tim bedah a. Bedah perbaikan terutama pada klien fraktur
untuk bedah perbaikan pada terbuka luas sehingga menjadi pintu masuk
kerusakan jaringan agar tingkat kuman yang ideal. Bedah perbaikan
kesembuhan dapat dipercepat. biasanya dilakukan setelah masalah infeksi
osteomielitis teratasi
b. Pemeriksaan kultur jaringan b. Manajemen untuk menentukan antimikroba
(pus) yang keluar dari luka yang sesuai dengan kuman yang sensitif
atau resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik.
c. Pemberian c. Antimikroba yang sesuai dengan hasil
antibiotik/antimikroba kultur (reaksi sensitif) dapat membunuh
atau mematikan kuman yang menginvasi
jaringan tulang.
intervensi Rasional
a. kaji ulang patologi, prognosis dan a. memberikan dasar pengetahuan dimana pasien
harapan yang akan datang dapat membuat pilihan informasi.
b. Memberikan dukung an cara-cara b. Sebagian besar osteomilitis memerlukan
mobilisasi dan ambulasi penopang selama proses pe- nyembuhan
sebagaimana yang dianjurkan sehingga keterlambatan pe- nyembuhan
oleh bagi- an fisioterapi. disebab- kan oleh penggunaan alat bantu yang
c. Memilah-milah aktif- itas yang kurang tepat.
bisa mandiri dan yang harus c. Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan
dibantu. dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah
d. identifikasi tersedianya sumber fisioterapi, perawat atau ke- luarga).
pelayanan di masyarakat , contoh d. Memberikan bantuan untuk memudahkan
tim rehabilitasi, pelayanan perawatan diri dan mendukung kemandirian .
perawatan dirumah meningkatkan perawatan diri optimal dan
pemulihan
e. Ajarkan cara teknik balutan e. Memudahkan perawatan diri dan menjaga
secara steril dan dan teknik terjadi infeksi secara mandri dan optimal
kompres hangat.
PERTANYAAN TAMBAHAN
1. Pengertian involucrum?
selubung tulang baru, yang terbentuk di sekeliling tulang yang mengalami nekrosis.
(Hinchliff, 1999).
2. Pengertian pyrexia:
pyrexia adalah panas, febris, hyperthermi, atau dalam keadaan demam. (Hinchliff, 1999).
3. Pengertian sinus discharge:
sinus discharge merupakan keadaan dimana sinus terdapat eksudat akibat infeksi.
(Hinchliff, 1999).
4. Pengertian seropurulen:
Seropurulen adalah keadaan dimana membran mukosa (pada kasus ini sinus) terdapat pus.
(Hinchliff, 1999).
5. Pengertian periosteum:
Jaringan penyambung khusus yang membungkus tulang seluruh tubuh dan memiliki
kemampuan membentuk tulang, pada orang dewasa, periosteum terdiri atas dua lapisan
yang tidak memiliki batas yang jelas, lapisan luar yang merupakan jalinan padat jaringan
penyambung yang mengandung pembuluh darah dan lapisan dalam yang tersusun dari
berkas. Berkas kolagen yang lebih longgar dengan sel-sel jaringan penyambung bentuk
kumparan serta jalinan serat elastis tipis
6. Pengertian bone resorption:
Proses penyerapan kembali pada tulang setelah terjadi fraktur tulang. (Hinchliff, 1999).
7. Pengertian excoriation:
Excoriation merupakan istilah lain dari abrasion, yaitu merupakan cedera superfisial pada
membran mukosa (sinus) akibat kerokan atau gosokan (ekskorasi) sehingga dapat menjadi
jaringan parut. (Hinchliff, 1999).
8. Proses peradangan
Radang sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, karena hasilnya
adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan nekrosis dan
pembentukan keadaan untuk perbaikan dan pemulihan. Pada proses peradangan terjadi
pelepasan histamine ke dalam jaringan sekitar. Akibat dari sekresi histamine berupa :
Pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-
mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler sehingga plasma akan merembes
keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah sekitar luka, kemudian fibrin
akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga
penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.Dalam proses inflamasi juga terjadi
phagositosis, mula-mula phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah
digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya
akan keluar protease selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag
mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit.Dan
akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal.
Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai
akibat reaksi radang disebut eksudat.
1. Rubor (kemerahan)
2. Kalor (panas)
3. Dolor (nyeri)
4. Tumor (pembengkakan)
5. Fungsio laesa (perubahan fungsi)
DAFTAR PUSTAKA
Hinchliff,Sue. 2000. Kamus keperawatan.Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Smeltzer Suzanne, C 2002. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8.
Vol 3. Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta