Dosen Pembimbing:
Anggriyana Tri Widianti, S.Kep., Ners., M.Kep
Oleh
Resti Septini
102018006
1.Devinisi
Adalah infeksi berat yang dapat terbatas pada sutau bagian atau melibatkan bebebrapa daerah
seperti sumsum, korteks,posterium, dan jaringan lunak sekitarnya yang membutuhkan perawatan
segera (Maher ,Salmond & Pellino ,2002; Smeltzer & Bare,2010; Uckay & Jugun et.all.,2012).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering setelah kontaminasi fraktur terbuka
atau reduksi bedah (osteomielitis eksogen) (Corwin, 2009).
2.Etiologi
Penyebab osteomielitis adalah mikroorganisme bakteri seperti staphylococcus aureus 60-
80%,streptokus, proteus,pseudomonas, e.coli, salmonela,m. dan anaerob,sertaorganisme
pathogen lainnya jamur,parasit,dan virus (Maher ,Salmond & Pellino ,2002; Smeltzer &
Bare,2010; Uckay & Jugun et.all.,2012).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan osteomielitis antara lain (Suratun dkk, 2008):
a. Nutrisi buruk
b. Lansia
c. Kegemukan
d. Diabetes melius
e. Artritis reumathid
f. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang
g. Pernah menjalani pembedahan sendi
h. Menjalani operasi othopedi lama
i. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
j. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka.
Bakteri merupakan penyebab umum osteomielitis akut, namun virus, jamur, dan
mikroorganisme lain dapat berperan pula (Corwin, 2009).
3.Patofisiologi
Infeksi terjadi ketika mikroorganisme masuk melalui darah, secara langsung dari benda benda
yang terinfeksi atau luka tembus. Trauma, iskemia dan benda asing dapat meningkatkan
resiko invasi mikroorganisme ke tulang melalui bagian yang terpapar sehingga organisme
tersebut lebih mudah menempel. Pada daerah infeksi fagosit datang mengatasi infeksi dari
bakteri tersebut, namun dalam waktu yang bersamaan fagosit juga mengeluarkan enzim yang
dapat mengakibatkan tulang menjadi lisis. Bakteri dapat lolos dari proses tersebut dan
akhirnya menempel pada bagian tulang yang lisis dengan cara masuk dan menetap pada
osteoblas dan membungkus diri dengan protective polysaccharide-richbiofilm. Apabila tidak
dilakukan perawatan, tekanan intramuskular akan meningkat dan eskudat menyebar
sepanjang korteks metafisis yang tipis mengakibatkan timbulnya abses subperiosteal. Abses
subperiosteal dapat meningkat dan menyebar pada bagian tulang yang lain.
PATHWAY
Faktor predisposisi: usia, virulensi kuman, riwayat
trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi
Infasi kuman ke
tulang dan sendi
osteomielitis
fagositosis
Laju endap darah dan C-reactive protein (CRP) merupakan tanda dari proses
inflamasi, baik disebabkan oleh infeksi maupun tidak. Keduanya dapat meningkat sekitar
64% pada pasien osteomielitis kronis. Hitung sel darah putih (WBC) sering normal pada
sebagian besar pasien dengan osteomielitis kronik atau infected nonunion. Pemeriksaan x-ray
dapat menunjukan daerah yang mencurigakan terhadap infeksi, berupa resorpsi tulang,
sequestrum, pembentukan tulang baru pada periosteal atau endosteal dan iregularitas korteks.
CT scan menjelaskan tulang lebih detail, adanya sequestrum dan perubahan kecil seperti erosi
atau kerusakan korteks, reaksi periosteal atau endosteal, dan fistula intraoseus. Magnetic
resonance imaging (MRI) dapat dipercaya untuk mendeteksi perubahan pada sum-sum tulang
akibat dari infeksi. Ini merupakan modalitas dengan sensitivitas tinggi untuk menilai pasien
dengan osteomielitis. Peningkatan cairan sekunder karena edema atau hyperemia menunjukan
penurunan sinyal sum-sum tulang pada T1, dan peningkatan sinyal pada T2. Erdman dkk
menggunakan MRI untuk mengevaluasi 110 pasien yang dicurigai menderita osteomielitis
dan mendapatkan sensitivitas sebesar 98% dan spesifisitas sebesar 75% (Patzakis dkk, 2005).
6.penatalaksanaa
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. (Maher ,Salmond &
Pellino ,2002; Smeltzer & Bare,2010; Uckay & Jugun et.all.,2012).
Penataklasanaan yaitu:
a. Daerah yang terkena harus di imobilisasi untuk mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur.
b. Lakukan rendam salin hangat selama 20 menit beberapa kali sehari untuk meningkatkan
aliran darah
c. Lakukan kultur darah,swab dan kultur abses untuk mengidentifikasi organisme dan
sensitivitas serta resistensi mikroorganisme pathogen sehingga dapat memiliki antibiotik yang
terbaik
d. Etelah spesimen kultur telah di peroleh di mulai dengan pemberian terapi antibiotic
intravena,dengan asumsi bahwa mikroorganisme pathogen,seperti staphylococcus aureus peka
terhadap cafazolin atau penisilin semi sintetik (contoh; oxacilin,nafcilin ),atau
sefalosporin(cefataxim) pemberian antibiotik parenteral pada orang dewasa di berikan
beberapa minggu (4-8 minggu ) sampai dipastikan tingkat bakterisidal antibiotic masuk
jaringan tulang. Sedangkan pada anak-anak 2 minggu karena antibiotic lebih
responsive.tujuan pemberian antibiotic intravena adalah mengontrol infeksi sebelum aliran
darah itu menurun akibat terjadinya trombosis.
BAB II
Asuhan keperawatan
B. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.A
Tanggal Lahir :-
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :-
Pekerjaan :-
Agama :-
Pendidikan :-
Status :-
Nomor RM :-
Diagnosa Medis : Osteomielitis
Tanggal Pengkajian :
Tanggal Masuk RS :
2. Identitas Penanggung Jawab Pasien
Nama :-
Jenis Kelamin :-
Pendidikan :-
Hubungan dengan Pasien : -
Alamat :-
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
pasien mengatakan pernah mengalami luka di kaki kiri. Keadaan luka masih basah. Klien
mengatakan 4 bulan sebelum masuk rumah sakit bagian anterior kaki kiri pasien
bengkak, dan nyeri. Badan sering demam hilang timbul dan menggigil, dan badan
merasa lemah lesu
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien memiliki riwayat kecelakaan lalu lintas namun karena merasa tidak luka parah,
sehingga luka kecelakaan tersebut diidamkan saja. Satu minggu ini kakinya susah
digerakkan, keluar cairan nanah di lukanya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji
4. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis
Tidak terkaji
b. Data Sosial
Tidak terkaji
c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
Tidak terkajib.
b.Praktik ibadah saat di rumah sakit
Tidak terkaji
5. Pola Aktivitas Sehari – Hari
b. BAB
1) Frekuensi
2) Bau
3) Jumlah
4) Konsistensi
5) Warna
6) Keluhan
b. Mencuci rambut
1) Frekuensi Tidak terkaji, Tidak terkaji,
2) Mandiri / di
bantu
3) Keluhan
c. Gosok gigi
1) Frekuensi Tidak terkaji, Tidak terkaji,
2) Mandiri / di
bantu
3) Keluhan
5. Aktivitas Tidak terkaji Tidak terkaji
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum :
Kesadaran : Soporo Comatus - GCS 15 (E4M6V5)
Tanda-tanda vital : TD = 100/60 mmHg
HR = 80 kali/menit
RR = 20 kali/menit
S = 37 C
Status Antopometri : BB = 42 kg
TB = 158 cm
IMT = 15,20 (kurang)
b. Sistem Pernapasan
RR 20x/menit,
c. Sistem Kardiovaskular
TD 100/60mmHg, HR 80x/menit,
d. Sistem Pencernaan
Tidak terkaji
e. Sistem Endokrin
Tidak terkaji
f. Sistem Perkemihan
Tidak terkaji
g. Sistem Persarafan
Tidak terkaji
h. Sistem Muskuloskeletal
Ektremitas atas: Tidak terkaji
i. Ektremitas bawah: Kaki kiri bengkak, tidak dapat digerakan, Tidak tearkaji
j. Sistem Integumen
Terdapat luka pada tungkai membentuk lubang diameter dengan panjang luka 2cm lebar
1cm dan dalam 1cm, terlihat kemerahan sekitar luka, keluar pus.
k. Sistem Reproduksi
Tidak terkaji. Tidak ada gangguan pada area genital
7. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal Pemeriksaan Hasil
Rontgen dada Tidak tampak bercak putih pada paru, kesan bukan
TB paru, tidak tampak kardiomegali
Terapi farmakologi
Nama Obat Golongan Dosis Rute Kegunaan
untuk menangani
Cefazoline Antibiotik 2x1 gr IV beragam kondisi
akibat infeksi bakteri
obat untuk
meredakan nyeri dan
peradangan. Obat ini
sering digunakan
Keterolax 3x1 amp iv
setelah operasi atau
prosedur medis yang
bisa menyebabkan
nyeri
obat yang
menurunkan
Ranitidin 2x oral
produksi asam
lambung.
Heparin 26uL/Kg/BB/ja iv untuk mencegah
m drip pembentukan
gumpalan darah.
Heparin digunakan
untuk mengobati dan
mencegah
pembekuan darah di
pembuluh darah,
arteri, atau paru-
paru.
untuk mengobati atau
mencegah jumlah
KSR 1x2 oral
kalium yang rendah
dalam darah
C. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
10)
Nyeri Kronis
- Terdapat luka
pada tungkai
membentuk Peningkatan tekanan jaringan dan
- Terlihat
kemerahan pada
sekitar luka Involuctum (pertumbuhan tulang
baru) pengeluaran pus dari luka
Do:
- BB 42kg
- TB 158 cm
- Hb 9,7 g/dl
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1. Nyeri kronis b.d infeksi
2. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b.d cedera biologis
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d nyeri
4. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi, - Untuk mengetahui
Kronis tindakan keperawatan karakteristik, durasi, tindakan yang sesuai
selama 2x24 jam frekuensi, dengan nyeri pasien
diharapkan nyeri pasien kualitas,intensitas - Teknik kompres
berkurang dengan nyeri dingin dapat
kriteria hasil: - Berikan teknik mencegah resiko
- nyeri berkurang nonfarmakologis perdarahan dan dapat
- skala nyeri untuk mengurangi meningkatkan
menurun dari 6 rasa nyeri (dzikir) produksi endorphin
menjadi 4 (1-10) - Jelaskan strategi yang mampu
meredakan nyeri meringankan nyeri
- Pemberian keterolac - Supaya pasien dapat
3x1 mengatasi nyeri
sendiri
- Untuk mengurangi
rasa nyeri
2 Gangguan Setelah dilakukan - Monitor tanda- - Mencegah terjadinya
integritas tindakan keperawatan tanda infeksi infeksi
kulit selama 2x24 jam - Lepaskan balutan - Mencegah terjadinya
diharapkan keutuhan secara perlahan luka baru pada jahitan
kulit/jaringan membaik - Bersihkan dengan - cairan fisiologis yang
dengan kriteria hasil: cairan NaCl atau efektif untuk
- Kerusakan pembersih perawatan luka dengan
kulit/jaringan nontoksik, sesuai cara menjaga
membaik kebutuhan kelembaban
- Kemerahan - Pertahankan teknik - Menjaga luka dari
berkurang steril saat kontaminasi bakteri
- Bengkak melakukan dan lain lain
berkurang perawatan luka - Pasien mampu
- Tidak ada pus - Jelaskan tanda dan mengenali tanda dan
gejala infeksi gejala infeksi
- Pemberian - Mencegah terjadinya
cefazoline infeksi
3 Gangguan Setelah dilakukan - Identifikasi - Mengidentifikasi
mobilitas tindakan 1x24 jam toleransi fisik kekuatan/kelemahan
diharapkan pasien melakukan dan dapat memberikan
mampu dalam gerakan pergerakan informasi mengenai
fisik satu atau lebih - Fasilitasi aktivitas pemulihan.
ekstremitas dengan mobilisasi dengan - Membantu dalam
kriteria hasil: alat bantu (mis. peningkatan aktifitas
- Pergerakan Pagar tempat tidur) dengan menggunkan
ekstremitas - Ajarkan mobilisasi alat bantu.
meningkat rentang gerak - Membantu kembali
- Rentang gerak (ROM Pasif) pada jaras saraf,
meningkat (ROM paha dan meningkatkan respon
pasif) pergelangan kaki propioseptif dan
motorik.
4. Defisit Setelah dilakukan - Periksa status gizi, - Mengetahui status
pengetahuan tindakan keperawatan status alergi, nutrisi untuk
b.d kurang selama 1x24jam program diet, memenuhi kebutuhan
terpapar diharapkan kecukupan kebutuhan dan nutrisi pasien
informasi informasi kognitif yang kemampuan - Memudahkan untuk
berkaitan dengan topik pemenuhan memberikan
tertentu dengan kriteria kebutuhan gizi penjelasan kepada
hasil: - Persiapkan materi pasien dan keluarga
- Meningkatkan dan media seperti - Agar paien dan
pengetahuan jenis-jenis nutrisi, keluarga dapat
tentang nutrisi tabel makanan menentukan dan
- Pasien mau penukar, cara memenuhi kebutuhan
makan ikan dan mengelola, cara nutrisi pada pasien
telur menakar makanan
- Jelaskan pada
pasien dan
keluarga alergi
makanan,
makanan yang
harus dihindari,
kebutuhan jumlah
kalori, jenis
makanan yng
dibutuhkan pasien
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/Tanggal Dx Wakt Implementasi Evaluasi Para
u f
010-03-2021 I 08.00 - Menjelaskan strategi Diagnosa I
meredakan nyeri S: pasien mengatakan
R/ Pasien mendengarkan dengan nyeri berkurang
baik O: pasien terlihat relax,
- Memberikan teknik non skala nyeri 4
farmakologis untuk A: Masalah teratasi
mengurangi rasa nyeri (terapi P: Intervensi dihentikan
dzikir)
R/ pasien terlihat relax dan
mengatakan nyeri berkurang
- Mengidentifikasi nyeri pasien
R/ pasien mengatakan nyeri
II 10.00 berkurang, skala nyeri 4
- Memberikan keterolac 3x1 Diagnosa II
amp S: Pasien mengatakan
R/ nyeri berkurang nyeri dan perih
O: Luka bersih dari pus,
- Monitor tanda tanda infeksi masih terlihat bengkak,
R/ sudah terjadi infeksi, dan kemerahan
kemerahan sekitar luka, bengkak, A: Masalah tidak
keluar pus teratasi
- Menjelaskan tanda dan gejala P: Lanjutkan intervensi
infeksi
R/ pasien dan keluarga
memahami apa yang dijelaskan
- Melakukan perawatan luka
R/ pasien meringis, pasien
mengatakan nyeri dan perih, luka
IV 11.00 sudah bersih dari pus
- Memberikan cefazoline 2x1
dan heparin 26uL/Kg/BB/jam Diagnosa V
drip S: Pasien dan keluarga
mengatakan memahami
apa yang dijelaskan,
pasien mau makan telur
dan ikan
O: -
A: Masalah teratasi
- Memeriksa status nutrisi P: Intervensi dihentikan
III 14.00 R/ status nutrisi pasien kurang
dari kebutuhan bb 42kg
- Menyiapkan materi untuk
edukasi Diagnosa III
R/ Mempermudah menjelaskan S: -
kepada pasien dan keluarga O: Pergerakan
- Menjelaskan kepada pasien ektremitas meningkat
dan keluarga makanan yang dan pasien dan keluarga
harus dihindari dan yang mampu melakukan
dibutuhkan pergerakan rom pasif
R/ pasien memahami apa yang A: Masalah teratasi
dijelaskan, dan keluarga tidak P: Intervensi dihentikan
akan melarang makan ikan dan
telur
- Mengidentifikasi toleransi
fisik melakukan pergerakan
R/ Luka pada tungkai kaki kiri,
kaki tidak bisa digerakkan
- Memfasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat bantu
R/ sudah terfasilitasi
- Mengajarkan mobilisasi rom
pasif pada pasien dan
keluarga
R/ pasien dan keluarga sudah
bisa melakukan rom pasif
II 08.00 - Melakukan perawatan luka Diagnosa II
R/ luka sudah bersih dari pus, S: -
kemerahan berkurang, tidak ada O: kerusakan
bengkak kulit/jaringan membaik,
- Memberikan cefazoline 2x1 kemerahan berkurang,
dan heparin 26uL/Kg/BB/jam bengkak berkurang,
drip tidak ada pus
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Jurnal
1. Perawatan luka
Pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi yang sesuai standar akan mempercepat proses
penyembuhan luka pada pasien post operasi, dengan melakukan tindakan perawatan luka post
operasi yang berkualitas selalu memperhatikan metode universal precautions yang telah
ditetapkan seperti mencuci tangan, alat-alat yang digunakan harus steril sebelum digunakan
pada pasien. Infeksi luka operasi terjadi karena adanya gangguan penyembuhan luka,
kemungkinan terinfeksi apabila luka tersebut mengalami tanda-tanda inflamasi atau
mengeluarkan rabas serosa (Bahtia, 2013).
2. Terapi berdzikir Untuk mengurangi nyeri
Hasil analisis statistik menunjukkan edukasi nyeri dan meditasi dzikir efektif untuk
menurunkan intensitas nyeri pada kelompok perlakuan. Perbedaan intensitas nyeri antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol juga menunjukkan perbedaan yang signifi
kan. Edukasi pra operasi bermanfaat untuk mengurangi intensitas nyeri, meningkatkan
kepuasan pengobatan dan mengurangi hambatan dalam managemen nyeri dan pasien
yang mendapatkan pendidikan nyeri terjadi penurunan intensitas nyeri secara signifikan.
Hasil penelitian Jones (2010).
Meditasi dzikir sebagai bentuk relaksasi untuk menurunkan nyeri pasca operasi juga
memberikan dampak terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi
fraktur. Latihan meditasi dzikir dapat mengurangi rasa sakit karena merangsang
keluarnya hormon beta endorphin dari dalam tubuh sebagai morphin alami. Meditasi
bertujuan agar gelombang alfa menjadi dominan di otak. Jika otak berosilasi dalam
wilayah alfa, banyak hormon kebahagiaan yaitu beta endorphin dikeluarkan ( Haruyama,
2013)
. Meditasi dzikir pada kelompok perlakuan dilakukan dengan mengucapkan
Subhanallah (Maha suci Allah), Alhamdullilah (segala puji bagi Allah), Allahuakbar
(Allah Maha Besar ), Lailaha-illallah (Tiada Tuhan selain Allah ) dengan nada suara
rendah dan berulang – ulang sebanyak 33 kali dalam waktu 25 menit untuk satu putaran.
Pada proses meditasi dzikir konsentrasi pikiran dilakukan pada Allah secara terus
menerus, tanpa henti dan secara sadar. Meditasi dzikir dilakukan dengan totalitas baik
kognitif atau emosional terhadap penguasa alam semesta. Pikiran positif dan keyakinan
akan kemampuan mengotrol nyeri yang diberikan melalui edukasi nyeri dan meditasi
dzikir yang dilakukan pasien sebagai bentuk relaksasi untuk mencegah stimulus nyeri
masuk kedalam otak sangat bermanfaat untuk membantu pasien mengontrol nyeri pasca
operasi fraktur. Oleh karena itulah pasien yang melakukan meditasi dzikir memiliki
intensitas nyeri yang lebih rendah daripada kelompok kontrol.
Solinan, H, & Muhammed, S. (2013). Eff ect of zikir meditation and jaw relaxation on post
operative pain, anxiety and phisiologi response of patient undergoing abdominal surgery.Jurnal of
Biologi, Agricultural and Health Care. Di akses tanggal 20 Januari 2014 htt
p://web.b.ebscohost.com