Anda di halaman 1dari 29

Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan


OSTEOMIELITIS

Duta 5 TIK 3
Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Dapat terjadi akibat perluasan infeksi
pada jaringan lynak, kontaminasi langsung pada tulang (mis :
pembedahan tulang, luka tembakan senjata), atau hematogenus
(ditularkan melalui darah), yang menyebar dari area infeksi yang lain.

(Smeltzer & Bare, 2001)

Osteomielitis adalah infeksi bone marrow pada tulang-tulang panjang


yang disebabkan oleh Staphylococcus Aureus.
(Risnanto & Insani, 2014)
Etiologi
● Staphylococcus aureus (70% - 80%)
● Proteus, Pseudomonas, Esherichia coli

Infeksi dapat terjadi melalui:

1. Penyebaran hematogen

2. Penyebaran infeksi jaringan lunak

3. Kontaminasi langsung dengan tulang


(Suratun, 2008)
Patofisiologi
•Invasi mikroorganisme
Faktor predisposisi Kontaminasi langsung dari luka
patogen yang dibawa
-Usia (Lansia) terbuka melalui sirkulasi
-Riwayat trauma (bakteri, jamur, parasit, dan (Hematogenosa)
-Nutrisi dan luka infeksi virus) •Perluasan infeksi jaringan
lunak yang berdekatan

Invasi Mikroorganisme ke tulang/sendi

OSTEOMIELITIS Infeksi
Vaskularisasi dan
Fagositosis edema
Hipertermi
Trombosisi
Proses Inflamasi : hipertermi,
Suhu tubuh pembengkakan, pertumbuhan pus, Iskemia & nekrosis tulang
kerusakan jaringan
Risiko Perluasan Infeksi
Proses Inflamasi : hipertermi, pembengkakan,
pertumbuhan pus, kerusakan jaringan

Kerusakan Kemampuan
Nafsu makan
tonus otot
Jaringan Tulang menurun
menurun

Infeksi berat Ketidakseimbangan


Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Abses tulang Nyeri

Perubahan Timbulnya bau


Pengeluaran
bentuk tulang dari adanya pus
Pus

Pergerakan Gangguan
Kerusakan Citra tubuh
Integritas Kulit 44
Gangguan
Mobilitas Fisik
(Nurarif & Kusuma, 2015)
Manifestasi Klinis

01 Septikemia (menggigil, demam tinggi, denyut


nadi cepat, malaise umum)

02 Ekstremitas menjadi nyeri, bengkak, hangat dan


kenyal saat disentuh

03 Nyeri konstan terasa berdenyut yang akan


semakin berat ketika melakukan gerakan
Cont

Biasanya pada osteomyelitis kronik ditandai


04 dengan pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus

Jika terkena di bagian tulang belakang


05 menyebabkan nyeri yang menjalar hingga
ekstremitas bawah dan mengganggu fungsi vesika
urinaria

(Smeltzer & Bare, 2001)


Faktor Risiko

Nutrisi buruk 01 02 Diabetes Mellitus

Lansia 03 04 Artritis reumatoid

Kegemukan 05 06
Mendapatkan terapi
kortikosteroid jangka panjang
Cont

Pernah menjalani Menjalani operasi


pembedahan sendi 07 08
ortopedi lama

Mengalami infeksi luka 09 10 Mengalami infeksi insisi


yang mengeluarkan pus marginal/dehisiensi luka

Imunodefisiensi 11

(Suratun, 2008)
Pemeriksaan Penunjangg
Sinar x (rontgen)

Bone scan & MRI

Pemeriksaan darah

Kultur darah & kultur


abses

Pemeriksaan
mikrobiologis

(Smeltzer & Bare, 2001)


Penatalaksanaan
Tujuan awal adalah untuk mengendalikan dan
menghentikan proses infeksi

• Upaya suportif umum (mis : hidrasi, diet tinggi


vitamin dan protein, koreksi anemia), area yang
terganggu diimobilisasi
• Kultur darah dan luka
• Terapi antibiotik intravena (selama 24 jam,
dilanjutkan 3 sampai 6 minggu)

(Smeltzer & Bare, 2001)


Penatalaksanaan

• Medikasi antibiotik diberikan peroral (pada


lambung yang kosong) ketika infeksi
tampak terkontrol maka pengobatan
dilanjutkan selama 3 bulan
• Debridemen tulang melalui pembedahan
• Daerah osteomyelitis diimobilisasikan
• Rendaman salin hangat (20 menit/hari)
dalam beberapa kali.

(Smeltzer & Bare, 2001)


Pengkajian
1. Kaji faktor risiko
2. Pantau adanya gerakan yang hati-hati pada area terinfeksi dan
pantau adanya kelemahan umum karena infeksi sistemik
3. Pantau adanya bengkak dan sensasi hangat di area yang
terganggu, drainase purulen, dan peningkatan suhu tubuh
4. Perhatikan bahwa pasien osteomielitis kronis mungkin mengalami
peningkatan suhu tubuh minimal, yang terjadi di sore atau malam
hari

(Smeltzer & Bare, 2001)


Diagnosa Keperawatan
Osteomielitis
1. Nyeri akut b.d proses penyakit
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, penggunaan alat
imobilisasi, dan keterbatasan beban berat badan
3. Risiko penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan
Case Study
Tn. R berusia 28 tahun datang dengan keluhan demam, terdapat
nyeri, kemerahan, dan peradangan pada paha yang mengalami
fraktur, skala nyeri 8 terasa cenat-cenut, sifat nyerinya 2 menit
sekali, wajah meringis, dan akral hangat. Pasien di diagnosa
osteomielitis. Pasien memiliki riwayat kecelakaan dengan fraktur
terbuka 1 tahun yang lalu. Pada hasil CT-Scan didapatkan
penebalan periosteum, scars tissue, sinus dengan discharge, dan
eksoriasi sekitar sinus. Pemeriksaan TTV didapatkan: TD= 130/90
mmHg, S= 38◦C, N=95x/menit, RR= 25x/menit.
Analisa Data
No Data Penyebab Masalah

1. Ds: “Saya merasa nyeri, demam, sakit di bagian Agen cidera fisik Nyeri Akut
paha”

Do:
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 95x/menit
Suhu : 38 C
RR : 25x/menit
Skala nyeri 8
- Wajah meringis
- Akral hangat
- Pada CT-Scan ditemukan didapatkan
penebalan periosteum, scars tissue, sinus
dengan discharge, dan eksoriasi sekitar sinus
Analisa Data

No Data Penyebab Masalah

2. DS: “Badan saya panas” Proses penyakit Hipertermia

DO:
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 95x/menit
Suhu : 38 C
RR : 25x/menit
Akral hangat
Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi dan pembengkakan

2. Hipertermia b.d proses penyakit (proses


inflamasi, penurunan respirasi dan
kerusakan integritas jaringan)
No. Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

1 Nyeri akut b.d Setelah perawatan selama 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk menentukan
agen cidera fisik 3x24 jam nyeri teratasi secara komprehensif kebutuhan akan
dengan kriteria hasil: (dengan penilaian manajemen nyeri
- Wajah tidak meringis PQRST) dan keefektifannya
- Skala nyeri: 0 2. Posisikan klien pada 2. Mencegah
- Pasien mengatakan posisi yang nyaman, pergeseran tulang
sudah tidak merasakan misalnya imobilisasi dan mengurangi
nyeri bagian yang dibidai dan nyeri
- Ekspresi wajah rileks mengondisikan sendi
dan nyaman yang dekat dengan bagian
- TTV normal: TD trauma sedemikian rupa
120/80 mmHg, suhu sehingga masih dapat
36,5-37,5◦C, nadi 70- digerakkan sesuai rentang
80x/menit, RR 12- geraknya.
24x/menit
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
.
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasionalisasi
Hasil
3. Ajarkan 3. Penggunaan
manajemen nyeri teknik non
non farmakologis farmakologsi dapat
(seperti masasse, mengurangi
distraksi, relaksasi, persepsi nyeri
dan hipnotis) 4. Pemberian
4. Kolaborasi antinyeri dapat
dengan dokter memblok reseptor
untuk pemberian nyeri sehingga
analgesik dapat meredakan
nyeri
No Diagnosa Rencana Keperawatan
. Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi

Hipertermia b.d Setelah dilakukan 1. Pantau suhu 1. Suhu rektal dan timpanik paling
proses penyakit perawatan 3x24 jam, inti tubuh mendekati suhu inti tubuh, suhu
(proses suhu tubuh kembali melalui rute kulit (ex: oral, aksila, sentuhan)
inflamasi, dalam rentang normal yang tepat (ex: dan merupakan prediksi demam
penurunan timpanik, 2. Hiperventilasi dapat terjadi, tetapi
respirasi dan Dengan kriteria hasil: rektal) upaya ventilasi akhirnya dapat
kerusakan • Menunjukkan suhu 2. Pantau terganggu akibat kejang
integritas tubuh dalam rentang pernapasan 3. Hindari penggunan aspirin pada
jaringan) normal 3. Beri antipiretik, anak karena dapat menyebabkan
• Nadi dan RR dalam per oral atau sindrom reye
rentang normal rektal ( ex: 4. Kehilangan panas melalui
• Akral pasien tidak asetaminofin, evaporasi dan konduksi, dan
teraba hangat/panas aspirin) sesuai berendam air dingin dapat
• -Tidak ada perubahan intruksi meningkatkan mengigil yg
warna kulit dan tidak 4. Lakukan mandi menghasilkan panas
ada pusing air dingin/air
hangat
Diagnosa NIC
(Intervensi) Rasional
5. Beri obat (ex: dantrolen, diazepam) 5. Untuk mengatasi hipertermia,
6. Beri hidrasi : beri atau dorong mengendalikan menggigil dan kejang
konsumsi cairan yang banyak melalui 6. Untuk mengganti kehilangan cairan
rute yg tepat walaupun klien tidak haus melalui perspirasi dan pernapasan
7. Untuk mendukung volume sirkulasi dan
7. Beri penggantian cairan dan eletrolit perfusi jaringan serta mengatasi
melalui IV ketidakseimbangan asam basa
8. beri metode pendinginan internal jika 8. Untuk meningkatkan pendinginan
terjadi hipertermia malignan suhu inti tubuh yg cepat
9. Tinjau bersama klien/kerabat penyebab 9. Membantu mengidentifikasi faktor
khusus hipertermi yang dikendalikan seperti melindungi
10. Instruksikan keluarga/pemberi asuhan diri dari pajanan berlebihan thd panas
ttg bahaya keletihan akibat panas serta lingkungan
cara mengatasi lingkungan yg panas 10. Cedera panas dapat segra mengancam
11. tinjau tanda/gejala hipertermia jiwa
12. Pantau suhu lingkungan, batasi atau 11. mengindikasikan kebutuhan thd
tambahkan linen tempat tidur sesuai intervensi yg cepat.
indikasi. 12. Suhu ruangan atau jumlah selimut
harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi keperawatan paraf

1 Nyeri akut b.d agen S:


cidera fisik - pasien mengatakan sudah sanggup beraktifitas
walaupun tidak lama
- pasien mengatakan rasa sakit dibagian infeksi mulai
berkurang

O:
-pasien terlihat lebih segar dan tidak pucat lagi
-skala nyeri menurun menjadi 4

A : masalah nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik


masih terjadi

P : 1. tetap memberikan obat analgesik ktk pasien nyeri


2. tetap memberikan manajemen non farmakologi
evaluasi
No Diagnosa Evaluasi keperawatan paraf

1 Nyeri akut b.d agen I:


cidera fisik 1. memberikan obat nyeri ketika pasien nyeri
2. memberikan terapi non farmakologi relaksasi nafas
saat nyeri

E:
-skala nyeri 0
-TD : 120/80 mmHg, nadi : 80x/menit

R : intervensi terhadap masalah nyeri dihentikan


No Diagnosa Evaluasi keperawatan paraf

2 Hipertermia b.d S:
proses penyakit - pasien mengatakan badannya sudah tidak panas
(proses inflamasi, - pasien mengatakan sudah tidak lemas dan sanggup
penurunan respirasi melakukan aktifitas yang ringan
dan kerusakan
integritas jaringan) O:
-akral pasien tidak teraba hangat/panas
-pasien tampak tidak lemas

A : masalah hipertermi berhubungan dengan proses


infeksi masih terjadi

P : 1. rutin mengukur suhu pasien dan mencatat adanya


peningkatan suhu
2. tetap memberikan medikamentosa saat pasien
demam
3. pertahankan lingkungan yang kondusif
No Diagnosa Evaluasi keperawatan paraf

2 Hipertermia b.d I:
proses penyakit 1. mengukur suhu melalui rute yang tepat: axila, timpani
(proses inflamasi, dan rektal
penurunan respirasi 2. tetap memberikan antibiotik
dan kerusakan 3. menganjurkan pasien memakai pakaian longgar dan
integritas jaringan) ringan agar panas hilang melalui radiasi dan koduksi,
dan pertahankan seprei agar tetap kering agar pasien
tidak menggigil

E:
-suhu tubuh 36, 5 C
-TD : 120/80 mmHg, nadi : 80x/menit

R : intervensi terhadap masalah hipertermi dihentikan


jurnal 2
● 1. Judul:
● PENGARUH TINDAKAN KEPERAWATAN REDUKSI LUKA TEKAN
● TERHADAP PENURUNAN RISIKO LUKA TEKAN

● 2. Tujuan
● Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi keperawatan dalam
mengatasi nyeri tekan untuk mengurangi risiko nyeri tekan pada pasien.
● 3.Metode
● Penelitian dilakukan di RSU PKU Muhammadikah Purworejo. Desain penelitian ini
menggunakan "Pre and post test without control group" dengan intervensi
pengurangan risiko tekanan dcer. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2016 dengan
metode consecutive sampling pada 40 pasien. Pengamatan tingkat nyeri tekan pada
pasien tirah baring dilakukan sebelum dan sesudah pengobatan. Evaluasi dilakukan
dengan uji wilcoxon ranks dan dilanjutkan dengan tabulasi silang untuk setiap
perlakuan
● 3.Hasil
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar risiko luka tekan responden
berada pada kategori sedan, dan tinggi pada hari ke-1 sebelum diberi perlakuan
tindakan reduksi luka tekan, sedangkan pada hari ke-7 sesudah diberikan tindakan
reduksi luka tekan, maka sebagian besar risiko luka tekan responden berada pada
kategori rendan dan sedang dengan diberikan tindakan reduksi luka tekan berupa alih
baring dan kombinasi alih baring dan masase.Dan Berdasarkan hasil penelntian
didapatkan jumlah responden yang berisiko sedang berjumlah 18 responden. Setelah
dilakukan alih baring turun menjadi 13 responden dan berubah menjadi isiko rendah.

● 5. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi penurunan risiko nyeri tekan setelah
diterapkan tindakan preventif pengurangan nyeri tekan pada pasien tirah baring.
Tindakan tersebut diterapkan dengan cara pembalut luka, kombinasi pijat dan reposisi,
serta promosi kesehatan.
THANKS!
Any Question??

Anda mungkin juga menyukai