Anda di halaman 1dari 16

OSTEOMIELITIS

Diajukan untuk Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2

Disusun oleh :

Kelompok 1

 Once C Yigibalom  Ekasari Agusminta T


 Affet Opat  Elsa Chantyka Novrisa Hasyim
 Amallia Ramadhana  Epi Ratna Putri Mendrofa
 Anisya Maidina Pratiwi  Ernawati L Toruan
 Anius Wandik  Faradilla Aulia Putri
 Ari Juni Putra Pay  Green Mikha Molese M
 Desi Wulandari  David Fransisco
 Dolly Dozan Nainggolan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 2017


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteomielitis adalah peradangan pada tulang oleh infeksi mikroorganisme
berupa bakteri, mycobacterium maupun jamur. Terbentuknya tulang mati
(sequester) yang terpisah dari aliran darah menyebabkan eliminasi infeksi
sulit dilakukan walaupun diberikan berbagai antibiotika baru yang poten.

Destruksi tulang yang terus berlanjut, diikuti terbentuknya pus dan


penyebaran infeksi ke jaringan sekitarnya menyebabkan kerusakan luas
yang membutuhkan tindkan bedah agresif untuk membuang tulang mati dan
jaringan lunak terinfeksi, pemasangan implant untuk menyokong tulang,
pengisian defek tulang (bone graft), penutupan luka dengan flap jaringan
lunak. Hal ini membutuhkan biaya tinggi, operasi multipel, kesabaran baik
pasien maupun dokter dan perawatan rumah sakit yang lama. Kegagalan
tatalaksana dapat berakhir dengan cacat permanen bahkan amputasi.

Deteksi dini, identifikasi mikroorganisme spesifik penyebab,eradiksi


jaringan tulang nekrotik secara dini dan pemberian antibiotik jangka
panjang merupakan tatalaksana prinsip untuk keberhasilan pengobatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari osteomielitis ?
2. Bagaimana osteomielitis dapat terjadi ?
3. Bagaimana penantalaksanaan osteomielitis ?

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi dai osteomielitis
2. Mahasiswa mengetahui penyebab osteomielitis
3. Mahasiswa mengetahui penatalaksaan osteomielitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Osteomielitis adalah peradangan pada tulang oleh infeksi mikroorganisme
berupa bakteri, mycobacterium maupun jamur. Terbentuknya tulang mati
(sequester) yang terpisah dari aliran darah menyebabkan eliminasi infeksi
sulit dilakukan walaupun diberikan berbagai antibiotika baru yang poten.

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang baik karena
infeksi piogenik atau non piogenik misalnya mikrobakterium tuberkulosa.
Infeksi ini dapat bersifat akut maupun kronis. Pada anak-anak infeksi tulang
sering kali timbul sebagai kompikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain
seperti infeksii faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impetigo).

Osteomielitis adalah penyakit peradangan tulang dan sumsumnya yang


disebabkan oleh infeksi mikroorganisme yaitu bakteri, mycobacterium, atau
jamur - nekrosis tulang steril, seperti avascular necrosis of the bone dan
chronic multifocal reccurent osteomyelitis adalah golongan penyakit yang
berbeda - Selain tulang, infeksi dapat meluas ke jaringan sekitarnya.

Osteomielitis merupkan suatu kondisi dimana terjadi infeksi ditulang dan


sumsum tulang. Infeksi pada tulang dapat terjadi melalui aliran darah,
trauma dan fiksasi interna (implant). Organisme yang paling umum
menyebabkan terjadinya infeksi yaitu staphylococcus aureus. Adanya
proses infeksi maka tubuh akan memberikan respon perlawanan dengan
mengisolasi dan menghancurkannya.

B. Etiologi
Menurut Smeltzer Suzanne faktor penyebab osteomielitis adalah :
1. Bakteri
2. Virus, jamur dan mikroorganisme lainnya
3. Staphylococcus aureus (70-80%), selain itu bisa juga disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, salmonella dan proteus
(menurut Joyce & Hawks, 2005)

C. Manifestasi Klinis
1. Osteomielitis akut
a. Infeksi dibawa oleh darah
1) Biasanya awitannya mendadak
2) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikema, misalnya
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise,
pembesaran kelenjar limfe regional)
b. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang. Bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
c. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung
1) Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan
2) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
3) Lab = anemia, leukositosis

2. Osteomielitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus. Lab = LED meningkat.

D. Patofisiologi
Proses mikroorganisme untuk menempel dan membentuk koloni dalam
tulang dipengaruhi virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, dan kondisi
lokal jaringan. Virulensi mikroorganisme ditentukan oleh kemampuan
untuk melekat pada matriks tulang, bertahan terhadap mekanisme
fagositosis pertahanan tubuh,dan kemampuan untuk menembus jaringan.
Kemampuan melekat dibentuk oleh polisakarida yang diproduksi oleh
mikroorganisme. Penghindaran terhadap mekanisme pertahanan tubuh
dilakukan melalui produksi protein, sedangkan kemampuan invasi kuman
dilakukan melalui enzim hidrolase. Staphylococcus aureus, juga memiliki
kemampuan untuk hidup intrasel, dan membentuk biofilm sehingga
mempersulit mekanisme pertahanan tubuh alami untuk membunuh
mikroorganisme tersebut.

Biofilm adalah lapisan koloni mikroorganisme patogen yang saling


terhubung dalam membrane dengan metabolism lebih rendah. Hubungan
antar sel tersebut memudahkan distribusi nutrisi, dan metabolism yang
rendah menjadikan antibiotika kurang efektif. Lapisan membran tersebut
juga menghambat difusi antibiotika dan mekanisme fagositosis tubuh.
biofilm ini adalah salah satu sebab sulitnya mengeliminasi infeksi pada
pemasangan prostesis, sehingga prostesis harus diganti atau dilepas saat
operasi pembersihan. Infeksi kuman ke dalam darah terjadi melalui abrasi
kulit, trauma benda tajam, penyakit gigi, melalui tali pusat yang terinfeksi
pada neonatus, maupun pemasangan IV line terutama pada neonates.

Pada osteomielitis hematogenik, bersarangnya kuman pada metafisis tulang


panjang anak diduga akibat melambatnya aliran darah yang disebabkan
melengkungnya (looping) pembuluh darah saat mendekati dan menjauhi
lempeng epifisis, serta tiadanya lapisan membranosa di bagian itu. Sehingga
menimbulkan kondisi yang bersifat relatif avaskular di dekat lempeng
epifisis dan mungkin ditambah dengan adanya trauma lokal di daerah
tersebut. Aliran yang lambat ini memungkinkan kuman melekat dan
berproliferasi di daerah metafisis tersebut. Proliferasi kuman pada fokus
infeksi menyebabkan meningginya tekanan intraoseus lokal melebihi
tekanan kapiler darah sehingga terjadi kondisi iskemia jaringan.-ini
menjelaskan nyeri konstan intens yang dirasakan pasien di ujung tulang
panjang - Proses pertahanan tubuh selular maupun humoral untuk
mengeliminasi infeksi, dikombinasikan dengan enzim dari mikroorganisme
dan kondisi iskemia jaringan menyebabkan destruksi trabekula tulang.

Pada area sekitar fokus infeksi terjadi proses penyerapan tulang oleh
osteoklas, yang akhirnya membuat fokus infeksi terpisah dari jaringan
tulang di sekitarnya. Tulang nekrotik yang terpisah dari jaringan sekitarnya
terputus dari aliran darah tubuh dinamakan sequester. Sequester menjadi
tempat bersarangnya koloni mikroorganisme yang tidak terjangkau oleh
mekanisme pertahanan tubuh maupun antibiotika,dan merupakan penyebab
kegagalan terapi medikamentosa.

Selanjutnya terjadi ekspansi dari infeksi terjadi ke arah medulla dan ke arah
korteks. Penyebaran kearahluar mendestruksi korteks sendi, dan pus yang
terbentuk mengangkat periosteum dari korteks, merangsang pembentukan
tulang baru di bawah perisosteum yang terangkat, yang dinamakan
involukrum. Infeksi kemudian bergerak menuju permukaan kulit, dan pus
keluar dari kulit melalui sinus. Infeksi juga dapat merabat melalui
periosteum menuju epifisis dan sendi didekatnya dan mengakibatkan artritis
septik.Kadang dapat terjadi kerusakan korteks yang luas pada tulang
panjang yang memungkinkan serpihan tulang mati terdorong keluar tubuh.
Lubang di korteks tulang itu dinamakan kloaka.

Selama proses tersebut, tulang melakukan reaksi untuk melokalisir proses


infeksi dengan melakukan pembentukan tulang baru di sekitar fokus infeksi.
Bila berhasil, fokus infeksi akan terlokalisir dan dormant di dalam
bungkusan penebalan tulang yang disebut abses Brodie, dengan manifestasi
klinis minimal. Bila ekspansi dan virulensi kuman melebihi kemampuan
daya tahan tubuh, tulang hanya mampu membuat involukrum, untuk
mencegah kerusakan tulang yang lebih luas dan fraktur patologis

Pada anak –anak, proses infeksi ke arah epifisis dan sendi tertahan di
lempeng epifisis yang bersifat avaskular. Ekstensi infeksi dari osteomielitis
pada metafisis dapat mencapai jaringan lunak di sekitar sendi dan
membentuk infeksi sendi sekunder (septic arthritis). Infeksi sendi sekunder
lebih mudah terjadi pada sendi-sendi dengan metafisis yang secara anatomis
berada di dalam sendi, seperti hip joint dan radiocapitular joint.
Pada orang dewasa, penyebaran osteomielitis dapat terjadi pada 2 korpus
vertebrae yang berdekatan karena diperdarahi oleh 1 segmental arteri yang
sama. Proses destruksi tulang, diawali di daerah end plate dari korpus
vertebrae, menyerupai proses ekstensi infeksi yang terjadi pada metafisis
anak. Ekstensi kearah diskus mengakibatkan kerusakan dan kolaps dari
diskus antara 2 vertebra yang terinfeksi. Keterlibatan diskus ini penting
untuk membedakan dengan proses neoplasma yang biasanya tidak
melibatkan diskus intervertebralis. Proses osteomielitis pada pemasangan
prosteis dan implan adalah melalui implantasi mikroorganisme langsung
pada tulang melalui implan. Mikroorganisme terutama S.aureus memiliki
kemampuan untuk membentuk biofilm pada permukaan implan, yang relatif
resisten terhadap sistem imunitas tubuh dan antibiotika.

E. Komplikasi
Pada kasus akut, komplikasi yang sering ditemukan berupa suppurative
arthritis, sepsis, Pada anak, dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang bila
infeksi mengenai lempeng epifise dan fraktur patologis. Dapat terjadi abses
paravertebral yang menekan persarafan pada osteomielitis vertebral, dan
dapat terjadi loosening implant.

Penanganan yang tepat merupakan kunci dalam pencegahan terjadinya


komplikasi, sedangkan keterlambatan penanganan dari osteomielitis kronis
juga meningkatkan risiko meluasnya kerusakan tulang dan merupakan
sumber dari septikemia berulang yang dapat menyebabkan infeksi ke bagian
tubuh lain.–terapi antibiotik spesifik sedini mungkin merupakan kunci
untuk mencegah terjadinya komplikasi dari osteomielitis.

F. Penatalaksanaan
Prinsip pemberian antibiotika pada osteomielitis adalah sesuai dengan hasil
pemeriksaan resistensi berdasarkan kultur dan diberikan dalam jangka
waktu yang adekuat. Biasanya dibutuhkan durasi 4 sampai 6 minggu dan
seringkali membutuhkan antibiotika intravena sehingga menimbulkan biaya
tinggi dan lamanya perawatan di rumah sakit.

Pemberian secara oral dapat dilakukan pada kuman yang sensitif terhadap
golongan quinolone, macrolid, dan rifampisin karena konsentrasinya cukup
di dalam jaringan dengan pemberian obat oral. Pada osteomielitis akibat
pemasangan prostesis atau implan dibutuhkan terapi antibiotik yang bersifat
kombinasi. Monitor keberhasian terapi biasanya dilakukan dengan monitor
kadar CRP selain tanda-tanda klinis, yang konsentrasinya kembali normal 1
minggu setelah respons yang baik terhadap antibiotika.
Pada osteomielitis hematogenik akut dengan deteksi dini, penegakan
diagnosis secara klinis saja, dan pemberian antibiotika yang adekuat dalam
48 jam sejak onset dapat menghilangkan infeksi, sehingga pembedahan
dapat tidak dilakukan.Pembedahan dilakukan bila tidak terjadi perbaikan
gambaran klinis dalam waktu 36 jam dari awal pemberian terapi. Bila pada
saat dilakukan pembedahan dilakukan biopsi tulang, drilling beberapa
lubang pada tulang yang terinfeksi dengan direksi yang berbeda-beda, dan
luka dirawat terbuka.

Tatalaksana dari osteomielitis pasca trauma lebih berpusat pada


pencegahannya. Pemberian antibiotika secara dini di ruang emergensi,
pembersihan luka dan stabilisasi tulang yang baik dapat mencegah
terjadinya osteomelitis pasca trauma. Terapi pembedahan pada osteomielitis
pasca trauma berupa eliminasi jaringan nekrosis, dan fiksasi yang stabil.
Defek tulang yang terbentuk dapat diisi dengan implantasi semen
polymethylmethacrylate (PMMA) yang digabungkan dnegan antibiotika,
sehingga memberikan konsentrasi lokal antibiotika yang tinggi dalam
jangka panjang. Defek yang luas meliputi tulang, jaringan lunak dan kulit
yang terinfeksi ditutup dengan kombinasi osteomusculocutaneous flap.

Pada osteomielitis akibat pemasangan prostesis atau implan, dilakukan


pengeluaran implan yang terinfeksi, dan dipasang temporary implant
/spacer sesudah pembersihan, bila infeksi sudah tereliminasi 4 sampai 6
minggu kemudian, dilakukan pemasangan prostesis atau implan yang baru.

Pada dasarnya terapi dari osteomielitis berupa:


1. Memberikan obat analgesik dan suportif
2. Mengistirahatkan bagian yang terinfeksi
3. Mengidentifikasi organisme yang terlibat dan memberikan terapi
antibiotik yang efektif
4. Mengeluarkan pus sedini mungkin
5. Menstabilisasi tulang bila terjadi fraktur
6. Mengeradikasi jaringan nekrosis dan avaskular
7. Mengisi ruangan kosong pada tulang yang sudah dbersihkan dari
jaringan mati
8. Mempertahankan jaringan lunak dan kulit sekitar
G. Pemeriksaan penunjang
1. Osteomielitis akut
 Pemeriksaan sinar-X
Awalnya menunjukan pembengkakan jaringan lunak dan setelah
2 minggu terdapat daerah dekalfikasi ireguler, nekrosis tulang,
pengangkatan periosteum dan pembentukan tulang baru.
 Pemeriksaan MRI
 Pemeriksaan darah : leukosit meningkat dan peningkatan laju
endap darah
 Kultur darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotik
yang sesuai
2. Osteomielitis kronik
 Pemeriksaan sinar-X
Besar, kavitasi ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau
pembentukan tulang padat.
 Anemia
Biasanya dikaitkan dengan infeksi kronik
 Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih
(biasanya normal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya
(bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran
kemih) pada masalalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan
tulang.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
e. Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
f. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
3) Pola aktivitas : pola kebiasaan
2. Pemeriksaan fisik
a. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam
dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
b. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi
sebelumnya.
c. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
(padaosteomielitis akut)
d. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya
cairan purulen.
e. Identisikasi peningkatan suhu tubuh
f. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek
bila di palpasi.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d agen cidera (inkontinuitas jaringan)
b. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang dan
ketidak nyamanan
c. Defisiensi pengetahuan b/d salah interprestasi informasi
d. Gangguan integritass kulit b/d imobilitas fisik
e. Ansietas b/d stasus kesehatan
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
No
keperawatan
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Mampu mengontrol nyeri NIC :
nyaman : nyeri tindakan b. Melaporkan bahwa nyeri Pain Management
berhubungan keperawatan 1x24 hilang dengan manajemen
dengan agen jam terdapat nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui lokasi,
cidera peningkatan rasa c. Menyatakan rasa nyaman secara komprehensif. karakteristik, durasi,
(inkontinuitas nyaman, nyeri frekuensi, dan kualitas
jaringan) dapat terkontrol nyeri.
sampai hilang 2. Observasi reaksi nonverbal 2. Mengetahui tingkat
dari ketidak nyamanan nyeri pasien
NOC: 3. Pertahankan tirah baring 3. Mengurangi faktor
 Paint level presipitasi nyeri
 Paint control 4. Ajarkan tekhnik relaksasi 4. Mengajarkan
 Comfort level nafas dalam manajemen nyeri
5. Kolaborasikan dalam 5. Membantu mengurangi
pemberian analgesik nyeri pasien
2. Hambatan Setelah dilakukan a. Terdapat peningkatan dalam NIC:
mobilitas fisik tindakan aktifitas Exercise therapy: ambulation
berhubungan keperawatan 1x24 b. Mengerti tujuan dalam
dengan jam pasien mampu peningkatan aktivitas 1. Kaji kemampuan pasien 1. Mengetahui toleransi
kerusakan melakukan dalam mobilisasi pasien dalam aktifitas
integritas
struktur tulang aktifitas di tempat 2. Ajarkan pasien tekhnik 2. Meningkatkan
dan ketidak tidur ambulasi kemampuan dalam
nyamanan beraktifitas

NOC: 3. Monitor TTV sebelum dan 3. Memantau adanya


 Joint sesudah latihan fisik intoleransi pasien
movement: terhadap program
Active latihan
 Mobility level 4. Berikan alat bantu jika klien 4. Mempermudah ambulasi
memerlukan pasien
5. Bantu pasien saat mobilisasi 5. Memandirikan pasien
dan bantu dalam pemenuhan
ADLs pasien
3. Defisiensi Setelah dilakukan a. Pasien dan keluarga NIC:
pengetahuan tindakan menyatakan pemahaman Teaching: disease process
berhubungan keperawatan 1x24 tentang penyakit, kondisi,
dengan salah jam pasien dan program pengobatan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui batasan
interprestasi memahami proses b. Pasien dan keluarga mampu pasien tentang penyakit pengetahuan pasien
informasi penyakit yang elaksanakan prosedur yang 2. Jelaskan patofisiologi 2. Mencegah kesalahan
dialami dijelaskan secara benar penyakit dan kaitannya pasien dalam interpretasi
NOC: dengan program pengobatan penyakit
 Knowledge: 3. Gambarkan tanda dan gejala 3. Apabila tanda dan gejala
disease process penyakit yang mungkin timbul pasien segera
timbul menginformasikan
4. Diskusikan perubahan gaya 4. Pencegahan segera
hidup yang diperlukan dalam komplikasi lebih lanjut
mencegah komplikasi
5. Dukung pasien dalam 5. Memandirikan pasien
mengungkapkan pilihan
pengobatannya.
4 Gangguan Setelah dilakukan a. . Kerusakan integritas Wound care:
integritass kulit tindakan 3x24 jam kulit pasien berkurang ( 5 a. Monitor kesadaran pasien a. Dengan Monitor
b/d imobilitas diharapkan, menjadi 3 ). dengan lebarnya luka kesadaran
b. Tekstur kulit pasien normal pasien,perawat dapat
fisik Tissue integrity
( kenyal ). mengetahui keadaan
skin and mucuus c. Turgor kulit pasien luka pasien.
membranes normal kembali dalam b. Lakukan debridemen pada b. Dengan melakukan
waktu 2 detik jaringan yang sudah mati debridemen, perawat
dapat mengetahui
nekrotik pasien
berkurang.
c. Merekomendasikan cara c. Dengan
yang efektif untuk merekomendasikan
melindungi luka cara yang efektif untuk
melindungi
luka,perawat dapat
mengetahui luka pasien
terlindungi.
d. Berkolaborasi dengan d. Dengan berkolaborasi
dokter untuk memberikan dengan dokter untuk
antibiotik memberikan
antibiotik,perawat
dapat mengetahui
pasien terhindar dari
infeksi.

5. Ansietas b/d Setelah dilakukan a. Pasien tidak mengalami Anxiety Reduxtion : a. Dengan mengontrol
stasus kesehatan tindakan 3x24 jam panik a. Mengontrol stimulasi yang stimulasi yang
diharapkan, b. Pola tidur passien tidak tepat dan yang dibutuhkan. tepat,perawat dapat
terganggu.
Anxiety level : mengetahui stimulasi
c. Ekspresi wajah tertekan
a. passien berkurang. tersebut berdampak tidak
pada pasien
b. Membantu pasien b. Dengan membantu
mengidentifikasi situasi pasien engidentifikasi
cemas. cemas,perawat dapat
mengetahui apa yang
membuat pasien cemas
c. Dengan mengintruksikan
c. Mengintruksikan pasien
menggunakan teknik pasien
relaksasi (nafas menggunakanteknik
dalam,mendengarkan musik) relaksasi,perawat dapat
mengetahui apakah
teknik tersebut
mengurangi kecemasan
pasien
d. Berkolaborasi dengan dokter d. Dengan berkolaborasi
untuk meberikan obat dengan dokter untuk
penenang. memberikan obat
penenang,perawat dapat
megetahui apakah cemas
pasien berkurag.
DAFTAR PUSTAKA

Huda Nurarif. A, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Jilid 3. Yogyakarta : 2015

Nugroho, SW. 2007. Konsep Dasar Osteoamielitis.


https://eprints.ums.ac.id>BAB_1.pdf [Online]. Diakses 02 April 2019. 22.30 wib

NN. Chronic Osteomiyelitis In Children-Global Help. http://global-


help.org>publication>articles.pdf [Online]. Diakses 02 April 2019. 22.30 wib
Mind Mapping

Faktor predisposisi Infasi mikroorganisme Masuk kejuksata


dari tempat lain yang epitalisasi tulang panjang
- Usia
beredar melalui sirkulasi
- Vindensi kuman
darah
- Riwayat trauma
- Nutrisi dan luka
Fagositosis Osteomielitis
infeksi

Demam Proses inflamsi Pembentukan pus dan


hyperemia, nekrosis jaringan
pembengkakan,
gangguan fungsi,
Gangguan
pembentukan pus dan Penyebaran infeksi ke
thermoregulasi
kerusakan integritas organ penting
jaringan

Resiko infeksi
Kemampuan tonus otot Peningkatan tekanan
menurun jaringan tulang dan
Nyeri
medula

Nafsu makan menurun Iskemia dan nekrosis Pembentukan abses


tulang tulang

Kelemahan fisik Ketidakseimbangan Pembentukan tulang


nutrisi kurang dari baru, pengeluaran pus
kebutuhan tubuh

Deformitas dan bau


Tirah baring lama Hambatan bobilitas fisik dari adanya luka
penekanan lokal

Gangguan citra tubuh


Kerusakan integritas
kulit

Anda mungkin juga menyukai