Disusun oleh :
Kelompok 1
A. Latar Belakang
Osteomielitis adalah peradangan pada tulang oleh infeksi mikroorganisme
berupa bakteri, mycobacterium maupun jamur. Terbentuknya tulang mati
(sequester) yang terpisah dari aliran darah menyebabkan eliminasi infeksi
sulit dilakukan walaupun diberikan berbagai antibiotika baru yang poten.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari osteomielitis ?
2. Bagaimana osteomielitis dapat terjadi ?
3. Bagaimana penantalaksanaan osteomielitis ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi dai osteomielitis
2. Mahasiswa mengetahui penyebab osteomielitis
3. Mahasiswa mengetahui penatalaksaan osteomielitis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Osteomielitis adalah peradangan pada tulang oleh infeksi mikroorganisme
berupa bakteri, mycobacterium maupun jamur. Terbentuknya tulang mati
(sequester) yang terpisah dari aliran darah menyebabkan eliminasi infeksi
sulit dilakukan walaupun diberikan berbagai antibiotika baru yang poten.
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang baik karena
infeksi piogenik atau non piogenik misalnya mikrobakterium tuberkulosa.
Infeksi ini dapat bersifat akut maupun kronis. Pada anak-anak infeksi tulang
sering kali timbul sebagai kompikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain
seperti infeksii faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impetigo).
B. Etiologi
Menurut Smeltzer Suzanne faktor penyebab osteomielitis adalah :
1. Bakteri
2. Virus, jamur dan mikroorganisme lainnya
3. Staphylococcus aureus (70-80%), selain itu bisa juga disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, salmonella dan proteus
(menurut Joyce & Hawks, 2005)
C. Manifestasi Klinis
1. Osteomielitis akut
a. Infeksi dibawa oleh darah
1) Biasanya awitannya mendadak
2) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikema, misalnya
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise,
pembesaran kelenjar limfe regional)
b. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang. Bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
c. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung
1) Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan
2) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
3) Lab = anemia, leukositosis
2. Osteomielitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus. Lab = LED meningkat.
D. Patofisiologi
Proses mikroorganisme untuk menempel dan membentuk koloni dalam
tulang dipengaruhi virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, dan kondisi
lokal jaringan. Virulensi mikroorganisme ditentukan oleh kemampuan
untuk melekat pada matriks tulang, bertahan terhadap mekanisme
fagositosis pertahanan tubuh,dan kemampuan untuk menembus jaringan.
Kemampuan melekat dibentuk oleh polisakarida yang diproduksi oleh
mikroorganisme. Penghindaran terhadap mekanisme pertahanan tubuh
dilakukan melalui produksi protein, sedangkan kemampuan invasi kuman
dilakukan melalui enzim hidrolase. Staphylococcus aureus, juga memiliki
kemampuan untuk hidup intrasel, dan membentuk biofilm sehingga
mempersulit mekanisme pertahanan tubuh alami untuk membunuh
mikroorganisme tersebut.
Pada area sekitar fokus infeksi terjadi proses penyerapan tulang oleh
osteoklas, yang akhirnya membuat fokus infeksi terpisah dari jaringan
tulang di sekitarnya. Tulang nekrotik yang terpisah dari jaringan sekitarnya
terputus dari aliran darah tubuh dinamakan sequester. Sequester menjadi
tempat bersarangnya koloni mikroorganisme yang tidak terjangkau oleh
mekanisme pertahanan tubuh maupun antibiotika,dan merupakan penyebab
kegagalan terapi medikamentosa.
Selanjutnya terjadi ekspansi dari infeksi terjadi ke arah medulla dan ke arah
korteks. Penyebaran kearahluar mendestruksi korteks sendi, dan pus yang
terbentuk mengangkat periosteum dari korteks, merangsang pembentukan
tulang baru di bawah perisosteum yang terangkat, yang dinamakan
involukrum. Infeksi kemudian bergerak menuju permukaan kulit, dan pus
keluar dari kulit melalui sinus. Infeksi juga dapat merabat melalui
periosteum menuju epifisis dan sendi didekatnya dan mengakibatkan artritis
septik.Kadang dapat terjadi kerusakan korteks yang luas pada tulang
panjang yang memungkinkan serpihan tulang mati terdorong keluar tubuh.
Lubang di korteks tulang itu dinamakan kloaka.
Pada anak –anak, proses infeksi ke arah epifisis dan sendi tertahan di
lempeng epifisis yang bersifat avaskular. Ekstensi infeksi dari osteomielitis
pada metafisis dapat mencapai jaringan lunak di sekitar sendi dan
membentuk infeksi sendi sekunder (septic arthritis). Infeksi sendi sekunder
lebih mudah terjadi pada sendi-sendi dengan metafisis yang secara anatomis
berada di dalam sendi, seperti hip joint dan radiocapitular joint.
Pada orang dewasa, penyebaran osteomielitis dapat terjadi pada 2 korpus
vertebrae yang berdekatan karena diperdarahi oleh 1 segmental arteri yang
sama. Proses destruksi tulang, diawali di daerah end plate dari korpus
vertebrae, menyerupai proses ekstensi infeksi yang terjadi pada metafisis
anak. Ekstensi kearah diskus mengakibatkan kerusakan dan kolaps dari
diskus antara 2 vertebra yang terinfeksi. Keterlibatan diskus ini penting
untuk membedakan dengan proses neoplasma yang biasanya tidak
melibatkan diskus intervertebralis. Proses osteomielitis pada pemasangan
prosteis dan implan adalah melalui implantasi mikroorganisme langsung
pada tulang melalui implan. Mikroorganisme terutama S.aureus memiliki
kemampuan untuk membentuk biofilm pada permukaan implan, yang relatif
resisten terhadap sistem imunitas tubuh dan antibiotika.
E. Komplikasi
Pada kasus akut, komplikasi yang sering ditemukan berupa suppurative
arthritis, sepsis, Pada anak, dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang bila
infeksi mengenai lempeng epifise dan fraktur patologis. Dapat terjadi abses
paravertebral yang menekan persarafan pada osteomielitis vertebral, dan
dapat terjadi loosening implant.
F. Penatalaksanaan
Prinsip pemberian antibiotika pada osteomielitis adalah sesuai dengan hasil
pemeriksaan resistensi berdasarkan kultur dan diberikan dalam jangka
waktu yang adekuat. Biasanya dibutuhkan durasi 4 sampai 6 minggu dan
seringkali membutuhkan antibiotika intravena sehingga menimbulkan biaya
tinggi dan lamanya perawatan di rumah sakit.
Pemberian secara oral dapat dilakukan pada kuman yang sensitif terhadap
golongan quinolone, macrolid, dan rifampisin karena konsentrasinya cukup
di dalam jaringan dengan pemberian obat oral. Pada osteomielitis akibat
pemasangan prostesis atau implan dibutuhkan terapi antibiotik yang bersifat
kombinasi. Monitor keberhasian terapi biasanya dilakukan dengan monitor
kadar CRP selain tanda-tanda klinis, yang konsentrasinya kembali normal 1
minggu setelah respons yang baik terhadap antibiotika.
Pada osteomielitis hematogenik akut dengan deteksi dini, penegakan
diagnosis secara klinis saja, dan pemberian antibiotika yang adekuat dalam
48 jam sejak onset dapat menghilangkan infeksi, sehingga pembedahan
dapat tidak dilakukan.Pembedahan dilakukan bila tidak terjadi perbaikan
gambaran klinis dalam waktu 36 jam dari awal pemberian terapi. Bila pada
saat dilakukan pembedahan dilakukan biopsi tulang, drilling beberapa
lubang pada tulang yang terinfeksi dengan direksi yang berbeda-beda, dan
luka dirawat terbuka.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya
(bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran
kemih) pada masalalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan
tulang.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
e. Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
f. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
3) Pola aktivitas : pola kebiasaan
2. Pemeriksaan fisik
a. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam
dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
b. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi
sebelumnya.
c. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
(padaosteomielitis akut)
d. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya
cairan purulen.
e. Identisikasi peningkatan suhu tubuh
f. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek
bila di palpasi.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d agen cidera (inkontinuitas jaringan)
b. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang dan
ketidak nyamanan
c. Defisiensi pengetahuan b/d salah interprestasi informasi
d. Gangguan integritass kulit b/d imobilitas fisik
e. Ansietas b/d stasus kesehatan
4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi keperawatan Rasional
No
keperawatan
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Mampu mengontrol nyeri NIC :
nyaman : nyeri tindakan b. Melaporkan bahwa nyeri Pain Management
berhubungan keperawatan 1x24 hilang dengan manajemen
dengan agen jam terdapat nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui lokasi,
cidera peningkatan rasa c. Menyatakan rasa nyaman secara komprehensif. karakteristik, durasi,
(inkontinuitas nyaman, nyeri frekuensi, dan kualitas
jaringan) dapat terkontrol nyeri.
sampai hilang 2. Observasi reaksi nonverbal 2. Mengetahui tingkat
dari ketidak nyamanan nyeri pasien
NOC: 3. Pertahankan tirah baring 3. Mengurangi faktor
Paint level presipitasi nyeri
Paint control 4. Ajarkan tekhnik relaksasi 4. Mengajarkan
Comfort level nafas dalam manajemen nyeri
5. Kolaborasikan dalam 5. Membantu mengurangi
pemberian analgesik nyeri pasien
2. Hambatan Setelah dilakukan a. Terdapat peningkatan dalam NIC:
mobilitas fisik tindakan aktifitas Exercise therapy: ambulation
berhubungan keperawatan 1x24 b. Mengerti tujuan dalam
dengan jam pasien mampu peningkatan aktivitas 1. Kaji kemampuan pasien 1. Mengetahui toleransi
kerusakan melakukan dalam mobilisasi pasien dalam aktifitas
integritas
struktur tulang aktifitas di tempat 2. Ajarkan pasien tekhnik 2. Meningkatkan
dan ketidak tidur ambulasi kemampuan dalam
nyamanan beraktifitas
5. Ansietas b/d Setelah dilakukan a. Pasien tidak mengalami Anxiety Reduxtion : a. Dengan mengontrol
stasus kesehatan tindakan 3x24 jam panik a. Mengontrol stimulasi yang stimulasi yang
diharapkan, b. Pola tidur passien tidak tepat dan yang dibutuhkan. tepat,perawat dapat
terganggu.
Anxiety level : mengetahui stimulasi
c. Ekspresi wajah tertekan
a. passien berkurang. tersebut berdampak tidak
pada pasien
b. Membantu pasien b. Dengan membantu
mengidentifikasi situasi pasien engidentifikasi
cemas. cemas,perawat dapat
mengetahui apa yang
membuat pasien cemas
c. Dengan mengintruksikan
c. Mengintruksikan pasien
menggunakan teknik pasien
relaksasi (nafas menggunakanteknik
dalam,mendengarkan musik) relaksasi,perawat dapat
mengetahui apakah
teknik tersebut
mengurangi kecemasan
pasien
d. Berkolaborasi dengan dokter d. Dengan berkolaborasi
untuk meberikan obat dengan dokter untuk
penenang. memberikan obat
penenang,perawat dapat
megetahui apakah cemas
pasien berkurag.
DAFTAR PUSTAKA
Resiko infeksi
Kemampuan tonus otot Peningkatan tekanan
menurun jaringan tulang dan
Nyeri
medula