Dosen Pembimbing:
Anggriyana Tri Widianti, S.Kep., Ners., M.Kep
Oleh
Resti Septini
102018006
Kelaian otot
jantung(perikarditis,t Stenosis aorta
Aterosklerosi Coroner
amponade
jantungpenyakit,
miokard degenratif
Aliran ke miokard Afterload meningkat
terganggu
Hypertrophy Miokard
Infark Miokard
Sistem vaskuler
Sesak nafas Gangguan
pertukaran gas
Kelebihan volume
cairan Cairan keluar dr pembuluh
darah ke rongga peritonium
Asites
Rasa penuh di
abdomen
Keebihan
volume cairan
anorexia
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
H. Penatalaksanaan
Ada beberapa penatalaksanaan decompensasi cordis. Tidak ada pengobatan secara
spesifik untuk proses penyembuhan penyakit gagal jantung, akan tetapi secara umum
ada beberapa penatalaksanaan pengobatan untuk gagal jantung adalah sebagai berikut
(Nurarif, 2015) :
1. Perawatan
a. Tirah baring/bedrest Kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus benar-
benar dikurangi, mengingat kebutuhan oksigen yang relatif meningkat.
b. Pemberian oksigen Pemberian oksigen secara rumat biasanya diperlukan 2
liter/menit dalam keadaan sianosis sekali dapat lebih tinggi.
c. Diet Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah (pembatasan) garam.
Jumlah kalori sesuai kebutuhan, pasien dengan gizi kurang diberi makanan
tinggi kalori tinggi protein. Cairan diberikan 80-100 ml/kgBB/hari.
2. Pengobatan medik
a. Digitalisasi Digitalis akan memperbaiki kerja jantung dengan memperlambat
dan memperkuat kontraksi jantung serta meninggikan curah jantung. Dosis
digitalis :
1) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4 – 6 dosis selama
24 jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2 – 4 hari.
2) Cedilanid IV 1,2 – 1, 6 mg dalam 24 jam. Dosis penunjang untuk gagal
jantung : Digoksin 0,25 mg sehari untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal
dosis disesuaikan. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25
mg.
b. Diuretik Diuresis dapat mengurangi beban awal (preload), tekanan pengisian
yang berlebihan dan secara umum untuk mengatasi retensi cairan yang
berlebihan. Yang digunakan : furosemid 40 – 80 mg. Pemberian dosis
penunjang bergantung pada respon, rata-rata 20 mg sehari.
c. Vasodilator
Obat vasodilator menurunkan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri dan
menghilangkan bendungan paru serta beban kerja jantung jadi berkurang.
Preparat vasodilator yang digunakan :
1) Nitrogliserin 0,4–0,6 mg sublingual atau 0,2–2 mg/kgBB/menit IV 2.
2) Nitroprusid 0,5 – 1 mg/kgBB/menit IV
d. Pengobatan penunjang lainnya bersifat simptomatik
1) Jika terjadi anemia, maka harus ditanggulangi dengan pemberian sulfa
ferosus, atau tranfusi darah jika anemia berat.
2) Jika terdapat infeksi sistemik berikan antibiotik Untuk penderita gagal
jantung anak-anak yang gelisah, dapat di-berikan penenang; luminal dan
morfin dianjurkan terutama pada anak yang gelisah. (Long, Barbara C,
Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, 2013).
3) Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
a) Revaskularisasi (perkutan, bedah).
b) Operasi katup mitral.
c) Aneurismektomi.
d) Kardiomioplasti.
e) External cardiac support.
f) Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular.
g) Implantable cardioverter defibrillators (ICD).
h) Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart
I. Pemeriksaan penunjang
1. Keluhan penderita berdasarkan tanda dan gejala klinis.
2. Pemeriksaan fisik EKG untuk melihat ada tidaknya infark myocardial akut, dan
guna mengkaji kompensaai seperti hipertropi ventrikel. Irama sinus atau atrium
fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta
tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.
3. Echocardiografi dapat membantu evaluasi miokard yang iskemik atau nekrotik
pada penyakit jantung kotoner
4. Film X-ray thorak untuk melihat adanya kongesti pada paru dan pembesaran
jantung
5. esho-cardiogram, gated pool imaging, dan kateterisasi arteri polmonal.utuk
menyajikan data tentang fungsi jantung.
6. Foto polos dada
a. Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasi
arteria pulmonalis.
b. Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan
pembesaran ventrikel kanan.
7. Kateterisasi jantung dan Sine Angiografi
Didapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada saat distol.
Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi pulmonal. Dengan
mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara
atrium kiri dan ventrikel kiri maka dapat dihitung luas katup mitral.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar.
Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal, nokturia,
keringat malam hari).
Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu,
dispneu.
b. Sirkulasi
Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi,
kongenital: kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung
dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia,
riwayat shock hipovolema.
Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang
keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.
c. Integritas Ego
Tanda: menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut
akan kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna.
kepribadian neurotic.
d. Makanan/Cairan
Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.
Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising
terdengar krakela dan mengi.
e. Neurosensoris
Gejala: Mengeluh kesemutan, pusing
Tanda: Kelemahan
f. Pernafasan
Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.
Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak
darah, gelisah.
g. Keamanan
Gejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi
Tanda: Kelemahan tubuh
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.
Tanda: Menunjukan kurang informasi.
2. Diagnosa
a. Menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi
elektrikat.
b. Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen
dengan kebutuhan miokardium sekunder daru penurunan suplai darah ke
miokardium, peningkatan produksi asam laktat.
c. Kerusakan pertukaran gas yang berhungan dengan perembesan cairan,
kongesti paru sekunder, perubahan membran kapiler alveoli, dan retensi cairan
interstisial.
d. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, kelebihan cairan di paru sekunder pada edema paru akut.
e. Gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya gurah
jantung.
f. Penurunan tingkat kesadaran yang berhubungan dengan penurunan aliran
darah ke otak.
g. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan cairan
sistemik.
3. Intervensi
a. Menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksi
elektrikat.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam penurunan curah jantung dapat
teratasi.
kriteria hasil : Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea.
Intervensi :
Rasionalisasi :
1) Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
2) Sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah cairan
yang dapat diketahui dengan meningkatkan beban kerja jantung.
3) Peningkatan cairan dapat membebani fungsi ventrikel kanan yang dapat
dipantau melalui pemeriksaan tekanan vena jugularis.
4) Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi
natrium/air, dan penurunan keluaran urine.
5) Namun meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
DEKOM CORDIS
Seorang perempuan usia 51 tahun dirawat diruang inap RS dengan keluhan utama pusing.
Pasien mengeluh pusing terus menerus sejak 1 hari yang lalu, bila pusing langsung tidur
namun saat bangun kembali pusing. Sebulan yang lalu pasien berobat ke dokter dengan
keluhan sesak nafas, bengkak ekstremitas bawah, atas dan perut, riwayat hipertensi tidak
diketahui. Pasien berkata tidak mampu berjalan ke kamar mandi karena lelah. Riwayat
merokok 20 tahun terakhir. Pemeriksaan fisik tekanan darah 95/70mmHg, RR 22x/menit,
nadi 50x/menit, Suhu 340, konjungtiva anemis, sclera ikterik, mukosa mulut lembab, jvp 5+3
cm H2O, suara nafas ronchi, pekak saat perkusi, abdomen cembung, ascites, lingkar perut
102cm, bising usus 6x/menit, CRT <2 detik, akral dingin.
Pemeriksaan lab: pH 7,476, pCO2 25, pO2 154, HCO3 18,2, TCO2 34,7, saturasi 99,3, base
ekcess -3-+3. Hb 13,2, ureum 17, kreatinin 0,94, natrium 134, kalium 3,5.
Terapi yang diberikan furosemid 1x 40 mg IV, captopril 3x 25 mg, aspilet 1x 81 po, diet
1500 kkal/hr, cairan<1000ml/hr, omeprazole 2x20 mg PO.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DECOM CORDIS DI RUANG FRESIA
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Ny.S
Tanggal Lahir : 24 Januari 1970
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : kota Bandung
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SLTA
Status : Menikah
Nomor RM : 001209
Diagnosa Medis : decom cordis
Tanggal Pengkajian : 15 Maret 2021
Tanggal masuk RS : 14 Maret 2021
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.K
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Kota Bandung
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh pusing satu hari yang lalu
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh pusing terus menerus sejak 1 hari yang lalu, bila pusing
langsung tidur namun saat bangun kembali pusing. . Pasien berkata tidak
mampu berjalan ke kamar mandi karena lelah. Pemeriksaan fisik tekanan
darah 95/70mmHg, RR 22x/menit, nadi 50x/menit, Suhu 340, konjungtiva
anemis, sclera ikterik, mukosa mulut lembab, jvp 5+3 cm H2O, suara nafas
ronchi, pekak saat perkusi, abdomen cembung, ascites, lingkar perut 102cm,
bising usus 6x/menit, CRT <2 detik, akral dingin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebulan yang lalu pasien berobat ke dokter dengan keluhan sesak nafas,
bengkak ekstremitas bawah, atas dan perut. Riwayat merokok 20 tahun
terakhir
d. Riwayat kesehatan keluarga
Psien tidak memiiki riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi
4. Riwayat psikososial spiritual
a. Data psikologis
Tidak terkaji
b. Data sosial
Tidak terkaji
c. Data spiritual
Tidak terkaji
b. BAB
1) Frekuensi
2) Bau
3) Jumlah
4) Konsistensi
5) Warna
6) Keluhan
3. Istirahat tidur Tidak terkaji, Tidak terkaji,
a. Tidur siang
b. Tidur malam
c. Keluhan
4. Peronal hygene Tidak terkaji, \ Tidak terkaji,
a. Mandi
1) Frekuensi
2) Mandiri/dibantu
3) Keluhan
b. Mencuci rambut
1) Frekuensi Tidak terkaji, Tidak terkaji,
2) Mandiri / di
bantu
3) Keluhan
c. Gosok gigi
1) Frekuensi Tidak terkaji, Tidak terkaji,
2) Mandiri / di
bantu
3) Keluhan
5. Aktivitas Tidak terkaji Pasien berkata tidak
mampu berjalan ke
kamar mandi karena
lelah
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum
Penampilan umum :
TTV : TD : 95/70mmHg
HR : 50x/menit
RR : 22x/menit
S : 340
b. Sistem pernafasan
RR 22x/mnt,pekak saat diperkusi,suara nafas ronchi,
c. Sistem kardio vaskuler
Konjungtiva anemis, , jvp 5+3 cm H2O , CRT <2 detik,
d. Sistem pencernaan
mukosa mulut lembab ,abdomen cembung, ascites, lingkar perut 102cm,
bising usus 6x/menit,
e. Sistem edokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening
f. Sistem Persarafan
Tidak terkaji
1) N1 (Olfaktorius) : pasien dapat membedakan bau kopi.
2) N2 (Optikus) : pasien mampu membaca papan nama perawat dalam
jarak 30 cm tanpa mengguanakan alat bantu.
3) N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): Gerak bola mata ke
segala arah, respon pupil miosis (mengecil)
4) N5 (Trigeminus):mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang
diusapkan pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi kasar,
halus, tajam, dan tumpul pada area wajah. Reflek mengedip (+).
5) N7 (Fasialis): wajah simetris, tidak ada kelumpuhan di muka
g. Sistem Muskuloskeletal
Bengkak pada ektremitas atas dan bawah
h. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang,turgor kulit eastis,tidak ada luka,akral terba dingin
i. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada area genital
7. Pemeriksaan Diagnostik
Hematologi
Hemoglobin 13,2 13,5-17,5 g/dL
Kimia Kinik
Ureum 17 15-50 mg/dL
Kreatinin 0,94 0,7-1,2 mg/dL
Natrium 134 135-145 mEq/dL
Kalium 3,5 3,6-5,5 mEq/dL
Analisa Gas
Darah
pH 7,476 7,34-7,44
PCO2 25 35-45 mmHg
PO2 154 69-116 mmHg
HCO3 18,2 22-26 mEq/L
TCO2 34,7 22-29 mmol/L
Base excess -3-+3 (-2)-( + 3) mEq/L
Saturasi O2 99,3 95-98 %
b. Program terapi
2.Menurunkan demam.
3.Membantu mencegah
kerusakan otot jantung.
4.Mengobati serangan
jantung atau penyakit
jantung.
5.Mencegah penyumbatan
pembuluh darah yang dapat
menyebabkan penyakit
jantung koroner (angina
pektoris).
6.Menghambat terjadinya
pembekuan darah (agregasi
trombosit).
Omeprazol 2x20 mg PO Mengurangi kadar asam
lambung
B. Analisa data
Penurunan kontraktilitas
jantung
- RR 22x/mnt
Miokard tidak berfungsi
dengan normal
Penurunan kontraktilitas
jantung
Sistem pernafasan
Penimbunan cairan di
alveoli
Do :
Sesak nafas
Keterbatasan
aktivitas/keemahan
Gangguan aktivitas
Intoleransi aktivitas
1. Untuk menentukan
pengobatan yang tepat
Kolaborasi
1. Rujuk ke program
rehabilitas jantung
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien 1. Untuk mengetahui
perubahan respirasi pada
Edukasi psien
2. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Agar klien mengetahui
tujuan pemantauan untuk
memastikan kepatenan jaan
nafas