Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

OSTEORATHRITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Osteorathritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan
kerussakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering
terkena OA (Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015)
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan pembentukan tulang
baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya
sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis. Osteoartritis adalah penyakit peradangan
sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan
lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosi, yaitu melemahnya tulang rawan
pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi umumnya,
penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.

2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan gejala, meliputi:
1) Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.
2) Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui 2
mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.

1
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya
nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi
tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan
kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa ditemukan pada pria
yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis sedangkan wanita, hanya salah satu dari
orang tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan
dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh membran synovial dan sel- sel
radang.
7) Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi akan
menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/ seimbang sehingga memperceat
proses degenerasi
8) Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan yang berlebihan
pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak sifat fisik rawan sendi, ligament.
Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi
proteaglandin menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan
homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/ pirofosfat
dalam rawan sendi.
b. Faktor Presipitasi
Demografi

2
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya perhatian lebih
mengenai keadaan lingkungan. Ketika lingkungan sekitarnya yang tidak mendukung.
Maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit ini. Banyak diantaranya
ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup dingin, maka klien akan merasa
ngilu, kekakuan sendi pada area- area yang biasa terpapar, sulit untuk mobilisasi dan
bahkan kelumpuhan.

3
3. Pathway

Reaksi faktor dengan Reaksi peradangan


antibody, faktor metabolic,
infeksi dengan kecenderungan
virus

Nyeri Kurang informasi tentang Sinovial menebal


proses penyakit

Deformitas sendi
gangguan citra tubuh
Defisit pengetahuan

Infiltrasi kedalam os
subcondria

Hambatan nutrisi
pada kartilago
artikularis

Kerusakan kartilago Kartilago nekrosis


& tulang

Tendon & ligament Erosi kartilago


melemah

Hilangnya kekuatan Mudah luksasi & Adhesi pada


otot subluksasi permukaan sendi

Risiko cedera Ankilosis fibrosa


ankilasis tulang

Kekakuan sendi

Gangguan mobilitas Terbatasnya gerakan


fisik sendi

4 Defisit perawatan
diri
4. Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang
rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan,
seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal
ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang
sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada
ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus.

5. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis.
b. Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur.

6. Manifestasi Klinis
a. Nyeri sendi, keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.

5
c. Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat , terasa paling nyeri pada
akhir , dan seiring dengan memburuknya penyakit, menjadi semakin parah, sampai pada
tahap dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa nyeri dan biasa
menganggu tidur
d. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang sepanjang hari
dengan periode istirahat.
e. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
f. Pembesaran sendi (deformitas)
g. Perubahan gaya berjalan
h. Tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan , gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan). (Nurarif dkk, 2015)

7. Pemeriksaan diagnostik (Penunjang)


a. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat
ditemukan adalah
 Pembengkakan jaringan lunak
 Penyempitan rongga sendi
 Erosi sendi
 Osteoporosis juksta artikuler
b. Tes Serologi
 BSE Positif
 Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Pemeriksaan radiologi
 Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
 Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
d. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang aseptik, cairan dari
sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

6
8. Penatalaksanaan Medis
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian
tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.
Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
e. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai
alat-alat pembantu karena factor-faktor psikologis.
f. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter
karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
g. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.Pada

7
sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai
sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran
panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang
biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari
pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang
yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi
oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran
penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot
tersebut adalah penting.
h. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan
adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.

9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi
deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran
ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas bautonmere dan leher angsa
pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi
metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid drugs,
DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis
reumatoid.

8
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan
mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik
1) Identitas
2) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
4) Pola fungsi Gordon
a) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang dilakukan
klien untuk menunjang kesehatannya.
b) Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan volume
minuman perhari, makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna
d) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri, dibantu atau
menggunakan alat
e) Pola tidur dan istirahat
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji penyebabnya
f) Pola kognitif-perseptual

9
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas 9nyerinya seperti
apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri
terasa bertambah berat).
g) Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran
diri.
h) Pola seksual dan reproduksi
kaji manupouse, kaji aktivitas seksual

i) Pola peran dan hubungan


Kaji status perkawinan, pekerjaan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisiologis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kekakuan sendi, kerusakan
integritas struktur tulang
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan musculoskeletal
d. Defisit pengetahuan bergubungan dengan kurang terpapar informasi
e. Risiko cedera

10
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


( SLKI) (SIKI)
Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri
……. X …… diharapkan nyeri akut Observasi
Penyebab : berkurang dengan kriteria hasil :  Identifikasi lokasi, karakteristik,
 Agen pencedera fisiologis ( mis : Tingkat Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
inflamasi, iskemia, neoplasma)  Keluhan nyeri menurun nyeri
 Agen pencedera kimiawi (mis :  Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
terbakar, bahan kimia iritan)  Sikap protektif menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
 Agen pencedera fisik (mis : abses,  Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang memperberat
amputasi, terbakar, terpotong,  Kesulitan tidur menurun dan memperingan nyeri
mengangkat berat, prosedur operasi,  Menarik diri menurun  Identifikasi pengetahuan dan
trauma, latihan fisik berlebihan)  Berfokus pada diri sendiri menurun keyakinan tentang nyeri
 Diaforesis menurun  Identifikasi pengaruh budaya
Gejala dan Tanda Mayor  Perasaan depresi (tertekan) menurun terhadap repson nyeri
 Mengeluh nyeri  Perasaan takut mengalami cidera  Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
 Tampak meringis berulang menurun kualitas hidup
 Bersikap protektif (mis : waspada,  Anoreksia menurun  Monitor keberhasilan terapi
posisi menghindari nyeri)  Frekuensi nadi membaik komplementer yang sudah diberikan
 Gelisah  Pola nafas membaik  Monitor efek samping penggunaan
 Frekuensi nadi meningkat  Tekanan darah membaik analgetik
 Sulit tidur  Proses berpikir membaik Terapeutik
 Fokus membaik  Berikan teknik non farmakologis
Gejala dan tanda Minor untuk mengurangi rasa nyeri (mis :
 Fungsi berkemih membaik
 Tekanan darah meningkat TENS, hypnosis, akupresure, terapi
 Perilaku membaik
 Pola nafas berubah music, biofeedback, terapi pijat,
 Nafsu makan membaik aromaterapi, teknik imajinasi
 Nafsu makan berubah
 Pola tidur membaik terbimbing, kompres hangat atau
 Proses berfikir terganggu
 Menarik diri dingin, terapi bermain)
 Berfokus pada diri sendiri  Kontrol lingkungn yang
 Diaforesis memperberat rasa nyeri (mis : suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

11
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemeliharaan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakaologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Memberikan analgetik jika perlu

Pemberian Analgetik
Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri ( mis:
pencetus, Pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis
analgetik (mis: narkotika, non
narkotik atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgetik
 Monitor efektivitas analgetik
Terapeutik
 Diskusikan jenis analgetik yang
disukai untuk mencapai analgesial
optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus
continue, atau bolus oploid untuk

12
mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgetik
untuk mengoptimalakan respon
pasien
 Dokumentasikan respon terhadap
efek analgetik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan
analgetik, sesuai indikasi
Gangguan Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Dukungan Ambulasi
Penyebab … x … jam, diharapkan masalah gangguan Observasi
 Kerusakan integritas struktur tulang mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil:  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
 Perubahan metabolism Mobilitas Fisik fisik lainnya
 Ketidakbugaran fisik  Pergerakan ekstremitas meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan
 Penurunan kendali otor  Kekuatan otot meningkat ambulasi
 Penurunan massa otot  Rentang gerak (ROM) meningkat  Monitor frekuensi jantung dan
 Penurunan kekuatan otot  Nyeri menurun tekanan darah sebelum memulai
 Keterlambatan perkembangan  Kecemasan menurun ambulasi
 Kekakuan sendi  Gerakan tidak terkoordinasi menurun  Monitor kondisi umum selama
 Kontraktur  Gerakan terbatas menurun melakukan ambulasi
 Malnutrisi  Kelemahan fisik menurun Terapeutik
 Gangguan musculoskeletal  Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
alat bantu (mis, tongkat, kruk)
 Gangguan neuromuscular
 Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
 Indeks masa tubuh diatas persentil ke-
jika perlu
75 sesuai usia
 Libatkan keluarga untuk membantu
 Efek agen farmakologis
pasien dalam meningkatkan ambulasi
 Program pembatasan gerak
Edukasi
 Nyeri
 Jelaskan tujuan dan prosedur
 Kurang terpapar informasi tentang ambulasi
aktivitas fisik
 Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Kecemasan

13
 Gangguan kognitif  Ajarkan ambulasi sederhana yang
 Keengganan melakukan pergerakan harus dilakukan (mis, berjalan dari
 Gangguan sensori persepsi tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi,
Gejala dan Tanda Mayor berjalan sesuai toleransi)
 Mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas Dukungan Mobilisasi
 Kekuatan otot menurun Observasi
 Rentang gerak ROM menurun  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
Gejala dan Tanda Minor  Identifikasi toleransi fiisk melakukan
 Nyeri saat bergerak pergerakan
 Enggan melakukan pergerakan  Monitor frekuensi jantung dan
 Merasa cemas saat bergerak tekanna darah sebelum memulai
 Sendi kaku mobilisasi
 Gerakan tidak terkoordinasi  Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
 Fisik lemah
Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu (mis, pagar tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis, duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)

14
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. Edukasi kesehatan
jam diharapkan pengetahuan meningkat Observasi
Penyebab dengan kriteria :  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
□ Keterbatasan kognitif menerima informasi
□ Gangguan fungsi kognitif Tingkat Pengetahuan  Identifikasi factor – factor yang dapat
□ Kekeliruan mengikuti anjuran  Menunjukkan perilaku sesuai anjuran meningkatkan dan menurunkan motivasi
□ Kurang terpapar informasi  Menunjukkan verbalisasi minat dalam perilaku hidup bersih dan sehat
□ Kurang minat dalam belajar belajar Terapeutik
□ Kurang mampu mengingat  Kemampuan menjelaskan  Sediakan materi dan media pendidikan
□ Ketidaktahuan menemukan sumber pengetahuan tentang suatu topik kesehatan
informasi meningkat  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
 Perilaku sesuai dengan pengetahuan kesepakatan
Gejala dan Tanda Mayor meningkat  Berikan kesempatan untuk bertanya
Subjektif :  Mengungkapkan pertanyaan tentang Edukasi
□ Menanyakan masalah yang dihadapi masalah yang dihadapi  Jelaskan factor risiko yang dapat
Objektif :  Menyampaikan persepsi yang keliru mempengaruhi kesehatan
□ Menunjukkan perilaku tidak sesuai terhadap masalah  Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
anjuran
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan
□ Menunjukkan persepsi yang keliru
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
terhadap masalah
dan sehat
Gejala dan Tanda Minor  Anjurkan meningkatkan asupan makanan
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
□ Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
□ Menunjukkan perilaku yang
berlebihan

15
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. Dukungan perawatan diri
jam diharapkan perawatan diri meningkat Tindakan
Penyebab : dengan kriteria : Observasi
□ gangguan muskuloskletal □ identifikasi kebiasaan aktivitas
□ gangguan neuromuscular Perawatan diri perawatan diri
□ kelemahan □ Kemampuan mandi meningkat □ monitor tingkat kemandirian
□ gangguan psikologis □ Kemampuan mengenakan pakaian □ identifikasi kebutuhan alat bantu
□ penurunan motivasi meningkat kebersihan diri, berpakaian, berhias,
□ Kemampuan makan meningkat makan
Gejala dan tanda mayor : □ Kemampuan ke toilet meningkat Terapeutik
Subjektif □ Minat melakukan perawatan diri □ sediakan lingkungan yang terapeutik
□ Menolak melakukan perawatan diri meningkat □ siapkan keperluan pribadi
Objektif □ damping dalam melakukan perawatan
□ Tidak mampu mandi/mengenakan diri
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara □ fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mandiri mampu melakukan perawatan diri
□ Minat melakuakn perawatan diri kurang □ jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
□ anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan

Risiko cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. Pencegahan Cedera


Faktor Risiko jam diharapkan cedera menurun dengan Observasi
Ekternal kriteria : □ Identifikasi lingkungan yang
□ Terpapar pathogen berpotensi menyebabkan cedera
□ Terpapar zat kimia toksik Tingkat cedera □ Identifikasi obat yang berpotensi
□ Terpapar agen nosocomial □ Nafsu makan meningkat menyebabkan cedera
□ Ketidakamanan transportasi □ Kejadian cedera menurun Terapeutik
□ Ketegangan otor menurun □ Sediakan pencahayaan yang memadai
Internal □ Perdarahan menurun □ Gunakan lampu tidur selama jam
□ Ketidaknormalan profil darah □ Ekspresi wajah kesakitan menurun tidur
□ Perubahan orientasi afektif □ Gangguan mobilitas menurun □ Sosialisasikan kelurga dengan
□ Perubahan sensasi □ Tekanan darah membaik lingkungan ruang rawat
□ Disfungsi autoimun □ Frekuensi nadi membaik □ Sediakan pispot atau urinal untuk
□ Disfungsi biokimia □ Pola istirahat tidur membaik eliminasi di tempat tidur
□ Hipoksia jaringan □ Sediakan alas kaki antislip

16
□ Kegagalan mekanisme pertahanan □ Pastikan bel panggilan mudah
tubuh dijangkau
□ Malnutrisi □ Pertahankan posisi tempat tidur
□ Perubahan fungsi psikomotor diposisi terendah saat digunakan
□ Perubahan fungsi kognitif □ Pastikan roda tempat tidur dalam
kondisi terkunci
□ Diskusikan mengenai latihan dan
terapi fisik yang diperlukan
□ Diskusikan mengenai alat bantu
mobilitas yangs sesuai
Edukasi
□ Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga

17
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indicator Diagnostik.
Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : DPP PPNI

Pamela. 2001. Keperawtan Medical Bedah. Jakarta: EGC

18
…………….; …………………2019
Nama Pembimbing / CI: Nama Mahasiswa

……………………….. …………………………...
NIP NIM

Nama Pembimbing / CT

…………………………….........
NIP

19
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN OSTEORATHRITIS

OLEH :

NI LUH PUTU MEGA WIJAYANTHI


NIM. P07120319049

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2019

20
21

Anda mungkin juga menyukai