Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN DENGAN VOMITUS PADA AN.A (2 Tahun)

DI RUANG EDELWEIS RSIA HARAPAN MULIA

DI SUSUN OLEH :

KEKE NURJANAH

UNIT PERINATOLOGI
A. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian
Vomitus adalah keluarnya kembali sebagaian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen
(Suraatmaja, Sudaryat. 2015)
Vomitus adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan
bantuan kontraksi otot-otot perut (Judith, M.S. 2016;203) .
Vomitus adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di
medulla oblongata otak.

2. Etiologi
a. Usia 0-2 bulan
1. Kolitis Alergika
Alergi terhadap susu sapi atau susu formula berbahan dasar kedelai. Biasanya
diikuti dengan diare, perdarahan rectum, dan rewel.
2. Kelainan anatomis dari saluran gastrointestinal
Kelainan kongenital, termasuk stenosis atau atresia. Manifestasinya berupa
intoleransi terhadap makanan pada beberapa hari pertama kehidupan.
3. Refluksi esopfageal
Regurgitasi yang sering terjadi segera setelah pemberian susu. Sangat sering
terjadi pada neonatus; secara klinis penting bila keadaan ini menyebabkan
gagal tumbuh kembang, apneu, atau bronkospasme.
4. Peningkatan tekanan intrakranial
Rewel atau letargi disertai dengan distensi abdomen, trauma lahir dan shaken
baby syndrome
5. Malrotasi dengan volvulus
80% dari kasus ini ditemukan pada bulan pertama kehidupan, kebanyakan
disertai emesis biliaris
6. Ileus mekonium
Inspissated meconium pada kolon distal; dapat dipirkan diagnosa cystic fibrosis
7. Necrotizing enterocolitis
Sering terjadi khususnya pada bayi premature terutama jika mengalami
hipoksia saat lahir. Dapat disertai dengan iritabilitas atau rewel, distensi
abdomen dan hematokezia.
8. Overfeeding
Regurgitasi dari susu yang tidak dapat dicerna, wet-burps sering pada bayi
dengan kelebihan berat badan yang diberi air susu secara berlebihan.
9. Stenosis pylorus
Puncaknya pada usia 3-6minggu kehidupan. Rasio laki-laki banding wanita
adalah 5;1 dan keadaan ini sering terjadi pada anak laki-laki pertama.
Manifestasi klinisnya secara progresif akan semakin memburuk, proyektil, dan
emesis nonbiliaris.
b. Usia 2 bulan – 5 tahun
1. Tumor otak
Pikirkan terutama jika ditemukan sakit kepala yang progresif, muntah-muntah,
ataksia, dan tanpa nyeri perut
2. Ketoasidosis diabetikum
Dehidrasi sedang hingga berat, riwayat polidipsi, poliuri dan polifagi
3. Korpus alienum
Dihubungkan dengan kejadian tersedak berulang, batuk terjadi tiba-tiba atau air
liur yang menetes
4. Gasoenteritrtis
Sangat sering terjadi sering adanya riwayat kontak dengan orang yang sakit,
biasanya diikuti oleh diare dan demam
5. Trauma kepala
Muntah sering atau progresif menandakan konkusi atau perdarahan intracranial
6. Hernia inkarserasi
Onset dari menangis, anoreksia dan pembengkakan skroktum yang terjadi tiba-
tiba
7. Intussusepsi
Puncaknya terjadi pada bulan ke 6-18 kehidupan; pasien jarang mengalami
diare atau demam dibandingkan dengan anak yang mengidap gastroenteritis
8. Posttusive
Seringkali, anak-anak akan muntah setelah batuk berulang atau batuk yang
dipaksakan
9. Pielonefritis
Demam tinggi, tampak sakit, dysuria atau polakisuria. Pasien mungkin
mempunyai riwayat infeksi traktus urinarius sebelumnya
c. Usia 6 tahun ke atas
1. Adhesi
Terutama setelah operasi abdominal atau peritonitis
2. Appendisitis
Manifestasi klinis dan lokasi nyeri bervariasi. Gejala sering terjadi termasuk
nyeri yang semakin meningkat, menjalar ke kuadran kanan bawah, muntah
didahului oleh nyeri, anoreksia, demam subfebril dan konstipasi
3. Kolesistitis
Lebih sering terjadi pada perempuan, terutama dengan penyakit hemolitik
(contohnya, anemia sel sabit). Ditandai dengan nyeri epigastrium atau kuadran
kanan atas yang terjadi secara tiba-tiba setelah makan
4. Hepatitis
Terutama disebabkan oleh infeksi virus atau akibat obat; pasien mungkin
mempunyai riwayat buang air besar berwarna seperti dempul atau urin
berwarna seperti teh pekat
5. Inflammatory bowel disease
Berkaitan dengan diare, hematokezia dan nyeri perut. Striktura bisa
menyebabkan terjadinya obstruksi
6. Intoksikasi
Lebih sering terjadi pada anak yang sedang belajar berjalan dan remaja.
Dicurigai jika mempunyai riwayat depresi. Bisa juga disertai oleh gangguan
status mental
7. Migran
Nyeri kepala yang berat; sering terdapatnya aura sebelum serangan seperti
skotoma. Pasien mungkin mempunyai riwayat nyeri kepala kronis atau riwayat
nyeri kepala kronis atau riwayat keluarga dengan migrain
8. Pankreatitis
Faktor resiko termasuk trauma perut bagian atas, riwayat infeksi sebelumnya
atau sedang infeksi, penggunaan kortikosteroid, alcohol dan kolelitiasis
9. Ulkus peptikum
Pada remaja, ratio wanita:pria = 4:1. Nyeri epigastrium kronik atau berulang,
sering memburuk pada waktu malam

3. Manifestasi klinis
a. Keringat dingin
b. Suhu tubuh yang meningkat
c. Mual
d. Nyeri perut
e. Akral teraba dingin
f. Wajah pucat
g. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada
h. Bisa disertai dengan pusing

4. Patofisiologi
Impuls-impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis.
Impuls-impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai
respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respon
terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabkan muntah.
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang
melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.
Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat
rangsangan pada organ, labirin, emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau
muntah
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan
glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma
sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai
dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambahnya turunannya
diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini,
pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esophagus berelaksasi dan mulut
terbuka

5. Pathway
PATHWAY VOMITUS

Distensi berlebihan, iritasi respon kimiawi oleh emetik ( bahan yang menyebabkan muntah/
pekak ) hipoksia dan nyeri pada lambung atau deuodenum

Impuls impuls aferen dicetuskan

Berjalan melalui nervus vagus dan simpatis

Merangsang pusat muntah di medula oblongata

Otot-otot abdomen dan diafragma berkontraksi

Mencetuskan gerakan peristaltik terbalik

Isi usus mengalir balik ke dalam lambung

Distensi lambung

Lambung mendorong diafragma kearah kavum thorak


Tekanan intratorakal meningkat

Memaksa springter esophagus bagian atas membuka,

glottis menutup dan palatum mole menyekat nasofaring

Tekanan memaksa isi lambung melewati spingter untuk disemburkan keluar melalui mulut

Nausea
Vomitus
Perubahan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Defisit Volume Cairan

6. Klasifikasi
Klasifikasi muntah biasanya didasarkan pada :
a. Lokus anatomik
Stimulus untuk pusat muntah datang dari korteks, nucleus vestibularis, atau cerebellum
chemoeceptor triger zone di brain stem, semua organ perifer dapat menyebabkan respons
stereotipik muntah.
b. Faktor umur
Dokter dalam mengobati muntah dapat mempertimbangkan faktor unur sebagai diagnosa
banding. Kelainan kongenital yang berat atau penyakit metabolic terjadi pada periode
neonatus. Kelainan pertumbuhan atau kelainan bawaan yang tidak terlalu berat menjadi
manifest pada periode akhir. Intoleransi makanan yang tampak pada periode bayi timbul
setelah bayi diperkenalkan dengan makanan (offending food), hal ini dapat terjadi oleh
karena imaturitas mukosa usus (temporarily damage) dimana usus lebih permeable
terhadap antigen yang intak dibandingkan pada anak yang lebih besar.

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap
2) Elektrolit serum pada bayi dan anak yang di curigai mengalami dehidrasi
3) Urinalisis, kultrul urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi
atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik
4) Asam amino plasma dan asam organic urin perlu diperiksa bila dicurigai
adanya penyakit metabolic yang ditandai dengan asidosis metabolic berulang
yang tidak jelas penyebabnya
5) Amonio serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea
6) Faal hepar, ammonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai kea rah penyakit hati
7) Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar
lipase serum lebih bermanfaat karena kadaranya tetap meninggi selama
beberapa hari setelah serangan akut
8) Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit
b. Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua
pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatiF sehingga membutuhkan
pemeriksaan barium meal
c. Foto polos abdomen
1) Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
malformasi anatomic kongenital atau adanya obstruksi
2) Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak
spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
3) Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma
menandakan adanya perforasi
d. Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curigai adanya kelainan anatomis dan keadaan yang menyebabkan
obstruksi pada pengeluaran gaster
e. Barium enema
Untuk mendeteksi obstruksi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsis

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : mual,
muntah
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien)
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetic atau
tidak)
c. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
2) Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak mata
cekung, produksi urine berkurang)
3) Tanda-tanda shock
4) Penurunan berat badan
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah
2) Foto polos abdomen maupun dengan kontras
3) USG
4) Pyelografi intravena/sistrogram
5) Endoskopi dengan biopsy/monitoring PH esophagus

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/33291426/Laporan_pendahuluan_vomitus di akses pada tanggal 17


Juni 2019 jam 13.05 wib

https://www.google.com/amp/s/doktersehat.com/mual-dan-muntah-pengertian-penyebab-
danpengobatan/amp/ di akses pada tanggal 17 Juni 2019 jam 13.15 wib

Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta gastroenterology
anak. CV. Sagung Seto. Jakarta
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 16 Juni 2019 Nama Pasien : An.A

No.RM : 073253 Umur : 2 th 13 hari Tgl Lahir : 03 juni 2017

Alamat : Kp.Upayaeun Jenis Kelamin : Laki-laki

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan


*HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 12.3 11-15 gr%
Lekosit 8.7 5.0-11.0 ribu
Hematokrit 38.0 35-42 %
Eritrosit 4.9 4-5 juta
Trombosit 313 150-450 ribu
RDW 15.0 11.5-14.5 %
Hitung Jenis/Diff Count 0-0 -
- Basofil 0 0-1 %
- Eosinofil 1 1-3 %
- Batang 2 2-6 %
- Segmen 64 50-70 %
- Limfosit 26 20-40 %
- Monosit 7 2-6 %
LED 0-10 mm/jam
MCV 77 82-92 fl
MCH 25 27-31 pg
MCHC 32 32-37 %

Anda mungkin juga menyukai