Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DISUSUN OLEH :

HANIK PURNOMOWATI

NIM. 180070300111037

PROGRAM PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen
(Markum : 1991).
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung (Depkes R.I, 1994).
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan
bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi,
ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali
kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan
secara sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus
merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat
disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal
sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat.
Pada masa anak, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena
itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan
adanya gangguan. Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh
pusat muntah di medulla oblongata otak.

2. Etiologi
Pembahasan etiologi muntah pada bayi dan anak berdasarkan usia adalah
sebagai berikut
1) Usia 0 – 2 Bulan :
a. Kolitis Alergika
Alergi terhadap susu sapi atau susu formula berbahan dasar kedelai.
Biasanya diikuti dengan diare, perdarahan rektum, dan rewel.
b. Kelainan anatomis dari saluran gastrointestinal
Kelainan kongenital, termasuk stenosis atau atresia. Manifestasinya
berupa intoleransi terhadap makanan pada beberapa hari pertama
kehidupan.
c. Refluks Esofageal
Regurgitasi yang sering terjadi segera setelah pemberian susu. Sangat
sering terjadi pada neonatus; secara klinis penting bila keadaan ini
menyebabkan gagal tumbuh kembang, apneu, atau bronkospasme.
d. Peningkatan tekanan intracranial
Rewel atau letargi disertai dengan distensi abdomen, trauma lahir
dan shaken baby syndrome.
e. Malrotasi dengan volvulus
80% dari kasus ini ditemukan pada bulan pertama kehidupan,
kebanyakan disertai emesis biliaris.
f. Ileus meconium
Inspissated meconium pada kolon distal; dapat dipikirkan
diagnosis cystic fibrosis.
g. Necrotizing Enterocolitis
Sering terjadi khususnya pada bayi prematur terutama jika mengalami
hipoksia saat lahir. Dapat disertai dengan iritabilitas atau rewel, distensi
abdomen dan hematokezia.
h. Overfeeding
Regurgitasi dari susu yang tidak dapat dicerna, wet-burps sering pada
bayi dengan kelebihan berat badan yang diberi air susu secara
berlebihan.
i. Stenosis pylorus
Puncaknya pada usia 3-6 minggu kehidupan. Rasio laki-laki banding
wanita adalah 5:1 dan keadaan ini sering terjadi pada anak laki-laki
pertama. Manifestasi klinisnya secara progresif akan semakin
memburuk, proyektil, dan emesis nonbiliaris.

2) Usia 2 bulan-5 tahun


a. Tumor otak
Pikirkan terutama jika ditemukan sakit kepala yang progresif, muntah-
muntah, ataksia, dan tanpa nyeri perut.
b. Ketoasidosis diabetikum
Dehidrasi sedang hingga berat, riwayat polidipsi, poliuri dan polifagi.
c. Korpus alienum
Dihubungkan dengan kejadian tersedak berulang, batuk terjadi tiba-tiba
atau air liur yang menetes.
d. Gastroenteritis
Sangat sering terjadi; sering adanya riwayat kontak dengan orang yang
sakit, biasanya diikuti oleh diare dan demam.
e. Trauma kepala
Muntah sering atau progresif menandakan konkusi atau perdarahan
intrakranial.
f. Hernia inkarserasi
Onset dari menangis, anoreksia dan pembengkakan skrotum yang
terjadi tiba-tiba.
g. Intussusepsi
Puncaknya terjadi pada bulan ke 6-18 kehidupan; pasien jarang
mengalami diare atau demam dibandingkan dengan anak yang
mengidap gastroenteritis.
h. Posttusive
Seringkali, anak-anak akan muntah setelah batuk berulang atau batuk
yang dipaksakan.
i. Pielonefritis
Demam tinggi, tampak sakit, disuria atau polakisuria. Pasien mungkin
mempunyai riwayat infeksi traktus urinarius sebelumnya

3) Usia 6 tahun ke atas


a. Adhesi
Terutama setelah operasi abdominal atau peritonitis.
b. Appendisitis
Manifestasi klinis dan lokasi nyeri bervariasi. Gejala sering terjadi
termasuk nyeri yang semakin meningkat, menjalar ke kuadran kanan
bawah, muntah didahului oleh nyeri, anoreksia, demam subfebril, dan
konstipasi.
c. Kolesistitis
Lebih sering terjadi pada perempuan, terutama dengan penyakit
hemolitik (contohnya, anemia sel sabit). Ditandai dengan nyeri
epigastrium atau kuadran kanan atas yang terjadi secara tiba-tiba
setelah makan.
d. Hepatitis
Terutama disebabkan oleh infeksi virus atau akibat obat; pasien
mungkin mempunyai riwayat buang air besar berwarna seperti dempul
atau urin berwarna seperti teh pekat.
e. Inflammatory bowel disease
Berkaitan dengan diare, hematokezia, dan nyeri perut. Striktura bisa
menyebabkan terjadinya obstruksi.
f. Intoksikasi
Lebih sering terjadi pada anak yang sedang belajar berjalan dan
remaja. Dicurigai jika mempunyai riwayat depresi. Bisa juga disertai
oleh gangguan status mental.
g. Migrain
Nyeri kepala yang berat; sering terdapatnya aura sebelum serangan
seperti skotoma. Pasien mungkin mempunyai riwayat nyeri kepala
kronis atau riwayat keluarga dengan migrain.
h. Pankreatitis
Faktor resiko termasuk trauma perut bagian atas, riwayat infeksi
sebelumnya atau sedang infeksi, penggunaan kortikosteroid, alkohol
dan kolelitiasis.
i. Ulkus peptikum
Pada remaja, ratio wanita:pria = 4:1. Nyeri epigastrium kronik atau
berulang, sering memburuk pada waktu malam.

3. Patofisiologi
Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan
simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul
sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang
sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan
muntah.
Muntah merupakan respon refeks simpatis terhadap berbagai rangsangan
yang melibatkan aktivitas otot perut dan pernafasan. Proses muntah dibagi dalam 3
fase berbeda yaitu :
1. Nausea
Merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ
dalam, labirin atau emosi dan tidak selalu diikuti oleh muntah.
2. Redching
Merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spamodie dengan grotis tertutup,
bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan diafragma
sehingga menimbulkan tekanan intratorak yang negative.
3. Emesis (Ekspusi)
Terjadi bila fase redching mencapai puncaknya yang ditandai dengan kontraksi
kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunnya diafragma, disertai dengan
penekanan mekanisme antireflug. Pada fase ini pylorus dan antrum berkontraksi
fundus dan esophagus relaksi dan mulut terbuka.
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
1) Seringkali muntah,kembung,buang angin bunyinya keras,sering ngeden dan
sering rewel,gelisah terutama malam hari,bab tidak tiap hari,bab >3kali
perhari.
2) Lidah/mulut sering timbul putih,bibir kering.
3) Kepala,telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat,keringat
berlebihan.
4) Gejala muntah cairan regurgitasi(aliran dengan arah yang berlawanan dari
normal,aliran kembali isi lambung dan kedalam eshophagus(tabung yang
berulang /berrongga yang mengangkut makanan dan cairan dari
tenggorokan kelambung. (Dorland,2002) .

6. Komplikasi
a. Komplikasi metabolic
Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa, deplesi
kalium, natrium. Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari hilangnya cairan lewat muntah
atau masukan yang kurang oleh karena selalu muntah. Alkalosis sebagai akibat dari
hilangnya asam lambung, hal ini diperberat oleh masuknya ion hidrogen ke dalam sel
karena defisiensi kalium dan berkurangnya natrium ekstraseluler. Kalium dapat
hilang bersama bahan muntahan dan keluar lewat ginjal bersama-sama bikarbonat.
Natrium dapat hilang lewat muntah dan urine. Pada keadaan alkalosis yang berat,
pH urine dapat 7 atau 8, kadar natrium dan kalium urine tinggi walaupun terjadi
deplesi Natrium dan Kalium
b. Gagal Tumbuh Kembang
Muntah berulang dan cukup hebat menyebabkan gangguan gizi karena intake
menjadi sangat berkurang dan bila hal ini terjadi cukup lama, maka akan terjadi
kegagalan tumbuh kembang.
c. Aspirasi Isi Lambung
Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi ringan
berulang menyebabkan timbulnya infeksi saluran nafas berulang. Hal ini terjadi
sebagai konsekuensi GERD.
d. Mallory Weiss syndrome
Merupakan laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan lambung.
Biasanya terjadi pada muntah hebat berlangsung lama. Pada pemeriksaan
endoskopi ditemukan kemerahan pada mukosa esofagus bagian bawah daerah LES.
Dalam waktu singkat akan sembuh. Bila anemia terjadi karena perdarahan hebat
perlu dilakukan transfusi darah
e. Peptik esophagitis
Akibat refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan iritasi mukosa
esophagus oleh asam lambung.

7. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
b. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.
c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi
atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.
d. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai
adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik
berulang yang tidak jelas penyebabnya.
e. Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk menyingkirkan
kemungkinan defek pada siklus urea.
f. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila
dicurigai ke arah penyakit hati.
g. Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut.
Kadar lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi
selama beberapa hari setelah serangan akut.
h. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai
gastroenteritis atau infeksi parasit.
2) Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga
bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium
meal.
3) Foto polos abdomen
a. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi
malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.
b. Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini
tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis
c. Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah
diafragma menandakan adanya perforasi.
4) Barium meal
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air.
Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang
menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
5) Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada
intususepsi.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah
mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis
akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi
dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya
adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic
tube yang dihubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan
konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab
yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan
gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang
merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis,
batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan
tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk
perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker,
muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.
Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
1) Antagonis dopamin
Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena
biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada
muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan
sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan
dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per
dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan
tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempunyai efek
ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik.
Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat
dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara
invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus
berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah.
2) Antagonisme terhadap histamine (AH1)
Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan
etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara
antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk
perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-1,5mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.
3) Prokloperazin dan Klorpromerazin
Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang
disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan
antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis.
Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun dengan dosis 0.4–0.6 mg/kgBB/hari
tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan <20>
4) Antikolinergik
Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor
vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6
mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per dosis.
5) 5-HT3 antagonis serotonin
Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga
dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di
area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansentron
tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat
kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi diberikan,
diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8jam untuk 1-2
hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2–12 yr <40>40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis
dewasa8 mg PO/kali.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): mual,
muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit).
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat
genetik atau tidak).
3) Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital sign
b. Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak mata
cekung, produksi urine berkurang).
c. Tanda- tanda shock
d. Penurunan berat badan
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah
b. Foto polos abdomen meupun dengan kontras
c. USG
d. Pyelografi intravena/ sistrogram
e. Endoskopi dengan biopsy/ monitoring PH esophagus

2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul


1) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbs
3) Nausea berhubungan dengan iritasi gastric
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
5) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolic
6) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)


o Keperawatan (NOC)
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Monitor nutrisi :
nutrisi kurang dari keperawatan selama …x 24 1) Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh jam, status nutrisi pasien makanan
berhubungan dengan seimbang dengan kriteria 2) Anjurkan pasien untuk
gangguan absorbsi hasil meningkatkan intake Fe
Batasan 1) Mempertahankan BB atau 3) Ketahui makanan
karakteristik : pertambahan kesukaan klien
1) BB 20% atau lebih 2) Mampu mengidentifikasi 4) Kolaborasi dengan ahli
dibawah normal kebutuhan nutrisi gizi untuk menentukan
2) Dilaporkan adanya 3) Tidak ada tanda- tanda jumlah kalori dan nutrisi
intake makanan malnutrisi yang dibutuhkan pasien
yang kurang dari 4) Tidak terjadi penurunan 5) Anjurkan pasien untuk
RDA BB yang berarti meningkatkan protein
(Recommended dan vitamin C
Daily Allowance) 6) Berikan substansi gula
3) Membrane 7) Yakinkan diiit yang
mukosa dan dimakan mengandung
konjungtiva pucat tinggi serat untuk
4) Kelemahan otot mencegah konstipasi
yang digunakan 8) Berikan makanan yang
untuk menelan/ terpilih (sudah
mengunyah dikonsulkan dengan
5) Luka, inflamasi ahli gizi)
pada rongga mulut 9) Ajarkan pasien
6) Mudah merasa bagaimana membuat
kenyang, sesaat catatan makanan
setelah harian
mengunyah 10)Monitor jumlah nutrisi
makanan dan kandungan kalori
7) Dilaporkan atau 11)Berikan informasi
fakta adanya tentang kebutuhan
kekurangan nutrisi
makanan 12)Kaji kemampuan
8) Dilaporkan adanya pasien untuk
perubahan mendapatkan nutrisi
sensasi rasa yang dibutuhkan.
9) Perasaan Nutrition monitoring
ketidakmampuan 1) BB pasien dalam batas
untuk mengunyah normal
10) Kehilangan BB 2) Monitor adanya
dengan makanan penurunan BB
cukup 3) Monitor tipe dan jumlah
11) Keengganan aktivitas yang biasa
untuk makan dilakukan
12) Kram pada 4) Monitor lingkungan
abdomen selama makan
13) Tonus otot jelek 5) Jadwalkan pengobatan
14) Nyeri abdominal dan tindakan tidak
dengan atau tanpa selama makan
patologi 6) Monitor kulit kering dan
15) Kurang berminat perubahan pigmentasi
terhadap makanan 7) Monitor turgor kulit
16) Pembuluh darah 8) Monitor kekeringan,
kapiler mulai rambut kusam, dan
rapuh mudah patah
17) Diare atau 9) Monitor mual dan
steatorrhea muntah
18) Kehilangan 10)Monitor kadar albumin,
rambut yang total protein, Hb, da
cukup banyak kadar Ht.
(rontok) 11)Monitor pertumbuhan
19) Suara usus dan perkembangan
hiperaktif 12)Monitor pucat,
20) Kurangnya kemerahan dan
informasi, miss kekeringan jaringan
informasi konjungtiva
13)Monitor kalori dan
intake nutrisi
14)Catat adanya edema,
iperemik, hipertonik,
papilla lidah dan cavitas
oral
15)Catat jika lidah
berwarana magenta,
scarlet.
2. Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan Fluid and nutrition
berhubungan dengan keperawatan selama …X24 management:
kehilangan cairan Jam, pasien tidak mengalami 1) Pertahankan catatan
aktif kekurangan volume cairan intake dan output yang
Batasan karakteristik: (fluid balance dan akurat
1) Kelemahan nutritional status : food and 2) Monitor status
2) Haus fluid intake) dengan kriteria dehidrasi (kelembaban
3) Penurunan turgor hasil : membrane mukosa,
kulit/ lidah 1) Mempertahankan nadi adekuat, tekanan
4) Membran urine output sesuai darah ortostatik)
mukosa/ kulit dengan usia dan BB, 3) Monitor vital sign
kering BJ urine normal, HT 4) Monitor asupan
5) Peningkatan normal makanan/ cairan dan
denyut nadi, 2) Tekanan darah, nadi, hitung intake kalori
penurunan suhu tubuh dalam harian
tekanan darah, batas normal 5) Kolaborasi pemberian
penurunan 3) Tidak ada tanda- cairan IV
volume/ tekanan tanda dehidrasi, 6) Monitor status nutrisi
nadi elastisitas turgor kulit 7) Berikan cairan IV pada
6) Pengisian vena baik, membrane suhu ruangan
menurun mukosa lembab, tidak 8) Dorong masukan oral
7) Konsentrasi urine ada rasa haus yang 9) Berikan penggantian
meningkat berlebihan. nesogastrik sesuai
8) Temperature output
tubuh meningkat 10)Dorong keluarga untuk
9) Hematokrit membantu pasien
meninggi makan
10)Kehilangan berat 11)Anjurkan pasien
badan seketika. banyak minum kurang
Factor yang lebih 7-8 gelas
berhubungan : belimbing perhari
1) Kehilangan 12)Kolaborasi dokter jika
volume cairan tadapat cairan berlebih
secara aktif muncul memburuk
2) Kegagalan 13)Atur kemungkinan
mekanisme transfuse
pengaturan 14)Persiapan untuk
transfusi
3. Nausea berhubungan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
dengan iritasi gastrik keperawatan selama …x 24 1) Pertahankan catatan
jam, fluid balance dengan intake dan output
kriteria hasil : yang akurat
1) Keseimbangan asupan 2) Monitor status
dan keluaran dalam 24 dehidrasi( kelembaba
jam n membrane mukosa,
2) Berat badan stabil nadi adekuat,
3) Tidak terdapat cekung tekanan darah
mata ortostatik)
4) Rasa haus yang tidak 3) Monitor vital sign
normal tidak ada 4) Monitor aupan
5) Hidrasi kulit tidak makanan/ cairan dan
terganggu hitung intake kalori
6) Membrane mukosa harian
lembab 5) Lakukan terapi IV
7) Elektrolit serum dalam 6) Monitor status nutrisi
batas normal 7) Berikan cairan
8) BJ urine dalam batas 8) Berikan cairan IV
normal pada suhu ruangan
9) Dorong masukan oral
10) Berikan penggantian
nesogastrik sesuai
output
11) Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
12) Kolaborasi dokter jika
tabda cairan berlebih
muncul memburuk
13) Atur kemungkinan
transfuse
4 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1) Manajemen sensasi
perfusi jaringan keperawatan selama ….X 24 perifer
berhubungan dengan jam, pasien menunjukan 2) Monitor adanya daerah
hipovolemia keefektifan perfusi jaringan tertentu yang hanya
dengan criteria hasil : peka terhadap
1) Mendemonstrasikan panas/dingin/tumpul
status sirkulasi yang 3) Monitor adanya
ditandai dengan : paretese
 tekanan systole 4) Instruksikan keluarga
dan diastole untuk mengobservasi
dalam rentang kulit jika ada isi atau
yang laserasi
diharapkan 5) Gunakan sarung
 tidak ada tangan untuk proteksi
ortostatikhiperte 6) Batasi gerakan pada
nsi, kepala, leher dan
 tidak ada tanda- punggung
tanda 7) Monitor kemampuan
peningkatan BAB
tekanan 8) Kolaborasi pemberian
intracranial analgetik
(tidak lebih dari 9) Monitor adanya
15 mmHg) tromboplebitis
2) Mendemonstrasikan 10)Diskusikan mengenai
kemampuan kognitif penyebab perubahan
yang ditandai dengan : sensasi

 berkomunikasi
dengan jelas
dan sesuai
dengan
kemampuan
 menunjukan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
 memproses
informasi
 membuat
keputusan
dengan benar
3) Menunjukan fungsi
sensori motory cranial
yang utuh :
 tingkat
kesadaran
membaik
 tidak ada
gerakan-
gerakan
involunter
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC :
integritas kulit keperawatan selama ….X 24 Peripheral Sensation
berhubungan dengan jam, pasien menunjukan Management
gangguan status integritas kulit yang baik (Manajemen sensasi
metabolic v  Circulation status perifer)
v  Tissue Prefusion : cerebral 1) Monitor adanya
Kriteria Hasil : daerah tertentu yang
1) Mendemonstrasikan hanya peka terhadap
status sirkulasi yang panas/dingin/tajam/tu
ditandai dengan : mpul
 Tekanan systole 2) Monitor adanya
dandiastole dalam paretese
rentang yang 3) Instruksikan keluarga
diharapkan untuk mengobservasi
 Tidak ada kulit jika ada lsi atau
ortostatikhiperteni laserasi
 Tidk ada tanda 4) Gunakan sarun
tanda peningkatan tangan untuk proteksi
tekanan intrakranial 5) Batasi gerakan pada
(tidak lebih dari 15 kepala, leher dan
mmHg) punggung
2) Mendemonstrasikan 6) Monitor kemampuan
kemampuan kognitif yang BAB
ditandai dengan: 7) Kolaborasi pemberian
 berkomunikasi analgetik
dengan jelas dan 8) Monitor adanya
sesuai dengan tromboplebitis
kemampuan 9) Diskusikan menganai
 menunjukkan penyebab perubahan
perhatian, sensasi
konsentrasi dan
orientasi
 memproses informasi
membuat keputusan
dengan benar
3) Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh :
 tingkat kesadaran
mambaik
 tidak ada gerakan
gerakan involunter
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Deddy Satriya. Muntah pada anak. Di sunting dan di terbitkan . Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad/ FK-UNRI. Pekanbaru
 Suraatmaja, Sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta
gastroenterologi anak. CV. Sagung Seto. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai