Disusun oleh :
Kelas 3C
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan yang berjudul “VOMITUS” pada Ny.N di IGD NUR HIDAYAH
disusun untuk memenuhi tugas individu PKK Gawat Darurat dan Manajemen Bencana
yang disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Praktikan
(Mahfudz hidayah)
Mengetahui
(....................................) (...................................)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mual adalah perasaan dorongan kuat untuk muntah. Muntah atau
memuntahkan adalah memaksa isi perut naik melalui kerongkongan dan
keluar dari mulut (UMMC, 2013). Penyebab mual dan muntah ini ada
bermacam-macam seperti: alergi makanan, infeksi pada perut atau
keracunan makanan, bocornya isi perut (makanan atau cairan) keatas yang
juga disebut gastroesophageal reflux atau GERD (UMMC, 2013). Mual
dan muntah sejauh ini merupakan kejadian yang sering terjadi pada
kondisi kesehatan selama kehamilan, dengan prevalensi diperkirakan
sekitar 50 - 70 %. Kejadian yang sering terjadi berupa hyperemesis
gravidarum (HG), telah diperkirakan sebesar 0,5 - 2 % dari seluruh
kehamilan (Svetlana et al, 2009).
Anti-emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk
mengatasi rasa mual dan muntah. Antiemetik secara khusus digunakan
untuk mengatasi mabuk perjalanan dan efek samping dari analgesik dari
golongan opiat, anestesi umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk
melawan kanker, juga untuk mengatasi vertigo (pusing) atau migren
(Mutschler, 2008).
Tujuan keseluruhan dari terapi anti-emetik adalah untuk mencegah
atau menghilangkan mual dan muntah, seharusnya tanpa menimbulkan
efek samping. Terapi anti-emetik diindikasikan untuk pasien dengan
gangguan 2 elektrolit akibat sekunder dari muntah, anoreksia berat,
memburuknya status gizi atau kehilangan berat badan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan vomiting
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengertian Vomitus
b. Mengetahui Etiologi Vomitus
c. Mengetahui Patofisiologi Vomitus
d. Mengetahui Pathway Vomitus
e. Mengetahui Klasifikasi Vomitus
f. Mengetahui Manifestasi Klinis Vomitus
g. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang pada Vomitus
h. Mengetahui Penatalaksanaan Medis pada Vomitus
i. Mengetahui Rencana Tindakan Keperawatan pada Pasien Vomitus
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat
muntah di medullaoblongata otak.Muntah adalah pengeluaran isi
lambung secara eksklusif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot-
otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun
refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali
kemulut akibat gerakan peristalticesophagus, ruminasi adalah
pengeluaran makanan secara sadar untuk dikunyah kemudian ditelan
kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung
kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh
hipotonispingtereshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan
esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat
(Raymond, 2004).
B. Etiologi
Pembahasanetiologi muntah pada bayi dan anak berdasarkan usia
adalah sebagai berikut : (Suraatmaja, 2005)
1) Usia 0 – 2 Bulan :
a. KolitisAlergika
Alergi terhadap susu sapi atau susu formula berbahan dasar
kedelai. Biasanya diikuti dengan diare, perdarahan rektum, dan
rewel.
b. Kelainan anatomis dari saluran gastrointestinal
Kelainan kongenital, termasuk stenosis atau atresia.
Manifestasinya berupa intoleransi terhadap makanan pada
beberapa hari pertama kehidupan.
c. RefluksEsofageal
Regurgitasi yang sering terjadi segera setelah pemberian susu.
Sangat sering terjadi pada neonatus; secara klinis penting bila
keadaan ini menyebabkan gagal tumbuh kembang, apneu, atau
bronkospasme.
d. Peningkatan tekanan intrakranial
Rewel atau letargi disertai dengan distensi abdomen, trauma
lahir dan shakenbabysyndrome.
e. Malrotasi dengan volvulus
80% dari kasus ini ditemukan pada bulan pertama kehidupan,
kebanyakan disertai emesisbiliaris.
f. Ileusmekonium
Inspissatedmeconium pada kolon distal; dapat dipikirkan
diagnosis cysticfibrosis.
g. NecrotizingEnterocolitis
Sering terjadi khususnya pada bayi prematur terutama jika
mengalami hipoksia saat lahir. Dapat disertai dengan iritabilitas
atau rewel, distensi abdomen dan hematokezia.
h. Overfeeding
Regurgitasi dari susu yang tidak dapat dicerna, wet-burps sering
pada bayi dengan kelebihan berat badan yang diberi air susu
secara berlebihan.
i. Stenosispylorus
Puncaknya pada usia 3-6 minggu kehidupan. Rasio laki-laki
banding wanita adalah 5:1 dan keadaan ini sering terjadi pada
anak laki-laki pertama. Manifestasi klinisnya secara progresif
akan semakin memburuk, proyektil, dan emesisnonbiliaris.
2) Usia 2 bulan-5 tahun
a) Tumor otak
Pikirkan terutama jika ditemukan sakit kepala yang progresif,
muntah-muntah, ataksia, dan tanpa nyeri perut.
b) Ketoasidosisdiabetikum
Dehidrasi sedang hingga berat, riwayat polidipsi, poliuri dan
polifagi.
c) Korpus alienum
Dihubungkan dengan kejadian tersedak berulang, batuk terjadi
tiba-tiba atau air liur yang menetes.
d) Gastroenteritis
Sangat sering terjadi; sering adanya riwayat kontak dengan
orang yang sakit, biasanya diikuti oleh diare dan demam.
e) Trauma kepala
Muntah sering atau progresif menandakan konkusi atau
perdarahan intrakranial.
f) Hernia inkarserasi
Onset dari menangis, anoreksia dan pembengkakan skrotum
yang terjadi tiba-tiba.
g) Intussusepsi
Puncaknya terjadi pada bulan ke 6-18 kehidupan; pasien jarang
mengalami diare atau demam dibandingkan dengan anak yang
mengidap gastroenteritis.
h) Posttusive
Seringkali, anak-anak akan muntah setelah batuk berulang atau
batuk yang dipaksakan.
i) Pielonefritis
Demam tinggi, tampak sakit, disuria atau polakisuria. Pasien
mungkin mempunyai riwayat infeksi traktus urinarius
sebelumnya
3) Usia 6 tahun ke atas
1. Adhesi
Terutama setelah operasi abdominal atau peritonitis.
2. Appendisitis
Manifestasi klinis dan lokasi nyeri bervariasi. Gejala sering
terjadi termasuk nyeri yang semakin meningkat, menjalar ke
kuadran kanan bawah, muntah didahului oleh nyeri, anoreksia,
demam subfebril, dan konstipasi.
3. Kolesistitis
Lebih sering terjadi pada perempuan, terutama dengan penyakit
hemolitik (contohnya, anemia sel sabit). Ditandai dengan nyeri
epigastrium atau kuadran kanan atas yang terjadi secara tiba-tiba
setelah makan.
4. Hepatitis
Terutama disebabkan oleh infeksi virus atau akibat obat; pasien
mungkin mempunyai riwayat buang air besar berwarna seperti
dempul atau urin berwarna seperti teh pekat.
5. Inflammatoryboweldisease
Berkaitan dengan diare, hematokezia, dan nyeri perut. Striktura
bisa menyebabkan terjadinya obstruksi.
6. Intoksikasi
Lebih sering terjadi pada anak yang sedang belajar berjalan dan
remaja. Dicurigai jika mempunyai riwayat depresi. Bisa juga
disertai oleh gangguan status mental.
7. Migrain
Nyeri kepala yang berat; sering terdapatnya aura sebelum
serangan seperti skotoma. Pasien mungkin mempunyai riwayat
nyeri kepala kronis atau riwayat keluarga dengan migrain.
8. Pankreatitis
Faktor resiko termasuk trauma perut bagian atas, riwayat infeksi
sebelumnya atau sedang infeksi, penggunaan kortikosteroid,
alkohol dan kolelitiasis.
9. Ulkuspeptikum
Pada remaja, ratio wanita:pria = 4:1. Nyeri epigastrium kronik
atau berulang, sering memburuk pada waktu malam.
D. Patofisiologi
Kemampuan untuk memuntahkan merupakan suatu keuntungan
karena memungkinkan pengeluaran toksin dari lambung. Muntah terjadi
bila terdapat rangsangan pada pusat muntah yang berasal dari,
gastrointestinal, vestibulo okular, aferenkortikal yang lebih tinggi,
menuju CVC kemudian dimulai nausea, retching, ekpulsi isi lambung
(Sudoyo, 2014).
Ada 2 regio anatomi di medulla yang mengontrol muntah yaitu
chemoreceptortrigger zone (CTZ) dan centralvomitingcentre(CVC).
CTZ terletak di area postrema pada dasar ujung caudal ventrikel IV di
luar bloodbrainbarrier (sawar otak). Koordinasi pusat muntah dapat
dirangsang melalui berbagai jaras. Muntah dapat terjadi karena tekanan
psikologis melalui jaras yang kortekserebri dan sistem limbik menuju
pusat muntah (CVC) dan jika pusat muntah terangsang melalui vestibular
atau sistimvestibuloserebelum dari labirin di dalam telinga. Rangsangan
bahan kimia melalui darah atau cairan otak (LCS ) akan terdeteksi oleh
CTZ. Mekanisme ini menjadi target dari banyak obat anti emetik.
Nervusvagus dan visera merupakan jaras keempat yang menstimulasi
muntah melalui iritasi saluran cerna dan pengosongan lambung yang
lambat. Sekali pusat muntah terangsang maka cascade ini akan berjalan
dan akan menyebabkan timbulnya muntah. Pencegahan muntah mungkin
dapat melalui mekanisme ini (Sudoyo, 2014).
F. Komplikasi(Sudoyo, 2014)
a) Komplikasi metabolik :
Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa,
deplesi kalium, natrium. Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari
hilangnya cairan lewat muntah atau masukan yang kurang oleh karena
selalu muntah. Alkalosis sebagai akibat dari hilangnya asam lambung,
hal ini diperberat oleh masuknya ion hidrogen ke dalam sel karena
defisiensi kalium dan berkurangnya natrium ekstraseluler. Kalium
dapat hilang bersama bahan muntahan dan keluar lewat ginjal
bersama-sama bikarbonat. Natrium dapat hilang lewat muntah dan
urine. Pada keadaan alkalosis yang berat, pH urine dapat 7 atau 8,
kadar natrium dan kalium urine tinggi walaupun terjadi deplesi
Natrium dan Kalium
b) Gagal Tumbuh Kembang
Muntah berulang dan cukup hebat menyebabkan gangguan gizi karena
intake menjadi sangat berkurang dan bila hal ini terjadi cukup lama,
maka akan terjadi kegagalan tumbuh kembang.
c) Aspirasi Isi Lambung
Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia. Episode
aspirasi ringan berulang menyebabkan timbulnya infeksi saluran nafas
berulang. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi GERD.
d) MalloryWeisssyndrome
Merupakan laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan
lambung. Biasanya terjadi pada muntah hebat berlangsung lama. Pada
pemeriksaan endoskopi ditemukan kemerahan pada mukosa esofagus
bagian bawah daerah LES. Dalam waktu singkat akan sembuh. Bila
anemia terjadi karena perdarahan hebat perlu dilakukan transfusi
darah
e) Peptikesofagitis
Akibat refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan
iritasi mukosa esophagus oleh asam lambung.
G. Penatalaksanaan(Sudoyo, 2014)
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah
mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit
gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah
cukup untuk mengatasi dehidrasi.
Pada muntah bilier atau suspekobstuksiintestinal penatalaksanaan
awalnya adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta
memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan
intermittentsuction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan
bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang
dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa
mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi
pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan
anatomis saluran gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya,
hiperthrophicpyoricstenosis (HPS), apendisitis, batu ginjal, obstruksi
usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu
antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk
perjalanan (motionsickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi
kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran
gastrointestinal.
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk.
Jakarta:EGC.
Suraatmaja, Sudaryat. (2005). Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta
gastroenterologi anak. CV. Sagung Seto. Jakarta